Anda di halaman 1dari 3

A.

LATAR BELAKANG
Modal utama dalam menghadapi persaingan global yang semakin kompleks ialah
dengan meningkatkan ilmu pengetahuan diberbagai bidang Artinya, ilmu pengetahuan
merupakan kunci utama dalam menghadapi perkembangan zaman (Fadlillah. 2014:19).
Dengan ilmu pengetahuan, persoalan sesulit apa pun dapat diselesaikan dengan mudah.
Selain itu, ilmu pengetahuanlah yang menjadikan seseorang maupun suatu bangsa lebih
maju dan berkembang menuju ke arah yang lebih baik. Maka dari itu, pengetahuan harus
semakin ditingkatkan melalui kegiatan pendidikan yang berkualitas.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, kegiatan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan

potensi

dirinya

untuk

memiliki

kekuatan

spiritual

keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang


diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan merupakan salah satu aspek
penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk mewujudkan hal itu,
maka sekolah sebagai komponen utama pendidikan perlu mengelola pembelajaran sesuai
dengan prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar antara lain (Trianto, 2007), kegiatan
berpusat pada siswa, belajar melalui berbuat, belajar mandiri dan belajar bekerja sama.
Sejalan dengan prinsip kegiatan belajar mengajar tersebut, maka kegiatan pembelajaran
diharapkan tidak terfokus pada guru (teacher centre), tetapi siswalah yang harus aktif
membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri (student active learning). Meskipun
pembelajaran harus berpusat pada siswa, tetapi menurut Sudjana (2002) guru menempati
kedudukan sentral dalam mengelola pembelajaran. Oleh karena itu, kualitas guru sangat

menentukan hasil pembelajaran yang diharapkan. Pembelajaran yang diharapkan adalah


pembelajaran yang inovatif, relevan dengan kebutuhan dan peran aktif siswa dalam
pembelajaran.
Setelah dilakukan observasi di sekolah yang akan dijadikan obyek penelitian dan
berdasarkan hasil wawancara dengan guru fisika di MAN Kediri 1, metode yang digunakan
oleh guru adalah metode ceramah penugasan dan mengerjakan soal latihan. Selain
itu, media yang sering digunakan hanya papan tulis. Kelemahan metode
ceramah, penugasan dan mengerjakan soal latihan antara lain (1) pembelajaran
berpusat pada guru, sehingga siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk
terlibat secara aktif, (2) siswa hanya mendapatkan produk (pengetahuan) dari
guru tanpa memahami proses, (3) siswa sering kehilangan perhatian dan
konsentrasi (bosan) sehingga siswa hanya akan mengingat sedikit materi yang
diberikan oleh guru dan hasil belajar rendah. Pembelajaran seperti ini, tidak
sesuai dengan hakikat fisika dan pembelajaran fisika yang menekankan pada
proses (meliputi; merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, verifikasi data,
dan menarik kesimpulan) dan menuntut siswa untuk aktif belajar hingga
menghasilkan suatu produk pengetahuan fisika yang berupa hukum, teori,
prinsip, aturan, dan rumus-rumus.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa pada saat
pembelajaran, ternyata ketiga aspek keterampilan berpikir kreatif yaitu fluency, flexibility,
dan originality yang terlihat hanya aspek fluency pada aktivitas bertanya dan menjawab
pertanyaan guru, itupun frekuensinya sangat kecil dari semua jumlah murid dalam satu kelas
yang menunjukkan hal tersebut. Dari kenyataan di lapangan tersebut, kegiatan pembelajaran
masih kurang memfasilitasi siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikirnya.
Permasalahan tersebut perlu diupayakan, salah satu caranya adalah dengan melibatkan siswa

untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Adapun untuk mengembangkan keterampilan berpikir
kreatif siswa, diperlukan suatu pembelajaran yang dapat mengarahkan siswa untuk
mengembangkan keterampilan berpikir kreatif.
Salah satu model pembelajaran yang memenuhi kriteria tersebut adalah pembelajaran
berbasis masalah (Problem Based Instruction). Problem Based Instruction menurut Ibrahim
dan Nur (2000: 7) memiliki tujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan
berpikir, pemecahan masalah, belajar berbagai peran orang dewasa dengan melibatkan
mereka dalam pengalaman nyata, menjadi pembelajar otonom dan mandiri. Problem Based
Instruction adalah model pembelajaran yang berlandaskan paham konstruktivisme yang
mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan masalah otentik (Arends,
2001). Dalam perolehan informasi dan pengembangan pemahaman tentang topik-topik,
siswa belajar bagaimana mengkonstruksi kerangka masalah, mengorganisasikan dan
menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta,
mengkonstruksi argumentasi mengenai pemecahan masalah, bekerja secara individual atau
kolaborasi dalam pemecahan masalah. Salah satu manfaat model PBI yaitu dapat membantu
siswa mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, keterampilan intelektual dan
kemampuan berfikir kreatif (Ibrahim dan Nur, 2000 : 7).
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul
Penerapan Model Problem Based Instruction Terhadap Peningkatan Berfikir Kreatif Siswa
SMA.

Anda mungkin juga menyukai