Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH INFORMASI PRA OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN

KELUARGA PASIEN DI RUANGAN BEDAH RSUD BITUNG


EFFECT OF PRE-OPERATING INFORMATION ON THE LEVEL OF ANXIETY IN PATIENTS FAMILY
SURGERY ROOM AT BITUNG GENERAL HOSPITAL
Putri H.F. Budiman1, Maria V,H Rumampuk2, Annastasya Lamonge3
1. Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon
2. Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon
3. Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon
ABSTRAK
Setiap pasien yang akan menjalani operasi pasti mengalami kecemasan, kecemasan saat persiapan
operasi ini bukan hanya dialami oleh pasien namun juga termasuk keluarga yang mendampingi. Tujuan
penelitian ini adalah dianalisisnya pengaruh informasi praoperasi terhadap tingkat kecemasan keluarga
pasien di ruangan bedah RSUD Bitung. Metode penelitian adalah Quasy Eksperiment dengan populasi
adalah keluarga pasien yang dalam persiapan operasi yaitu sebanyak 35 orang. Instrumen pengukuran
kecemasan mengunakan alat ukur kecemasan HARS sedangan informasi praoperasi diberikan dengan
Satuan Acara Penyuluhan (SAP). Data diuji dengan Paired T-test. Hasil penelitian menunjukan bahwa
terdapat perbedaan tingkat kecemasan setelah dilakukan informasi pra operasi pada keluarga yang
dibuktkan dengan nilai mean pra sebesar 20,69 menjadi 10,66 pada post intervensi, sedangkan nilai
signifikan didapat sebesar 0,000 pada =0,05 (0,000 < 0,05). Kesimpulan penelitian ini adalah Informasi
Pra Operasi mempunyai pengaruh terhadap tingkat kecemasan keluarga pasien di ruangan bedah RSUD
Bitung. Disarankan kepada perawat di ruangan perawatan bedah agar selalu memberikan komunikasi
praoperasi pada pasien dan keluraga sehingga tingkat kecemasan dapat turunkan.
Kata Kunci : Informasi Pra-operasi, Tingkat Kecemasan.
ABSTRACT
Every patient who will undergo surgery certainly experiencing anxiety, anxiety during the preparation of
this operation is not only experienced by the patient but also includes accompanying family. The purpose
of this study was analyst the influence preoperative information on the level of anxiety in the patient's
family Bitung Hospital surgery room. The research method is Quasy experiment with a population of
families of patients who are in the preparation of the operation as many as 35 people. Anxiety
measurement instrument uses a measuring tool preoperative anxiety Hars Whereas information supplied
by Events Extension Unit (SAP). Data were tested with paired T-test. Results showed that there are
differences in anxiety levels after preoperative information on family shown to be the mean value
amounting to 20.69 pre became 10.66 in post intervention, while the significant value of 0.000 obtained at
= 0.05 (0.000 <0, 05). The conclusion of this study is Information Operations Pre has an influence on
the anxiety level of the patient's family in Bitung Hospital surgery room. Suggested to the nurse in the
surgical treatment room in order to always provide preoperative communication to patients and families
that can lower the level of anxiety.
Keywords: Information Pre-surgery, Anxiety Levels.
PENDAHULUAN

Pembedahan atau operasi merupakan


semua tindakan pengobatan yang menggunakan
cara
invasif
dengan
membuka
atau
menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani
(Sjamsuhidajat & Wim de Jong, 2005). Saat
menghadapi
pembedahan,
klien
akan
mengalami beberapa stressor. Pembedahan
yang
ditunggu
pelaksanaannya
akan
menyebabkan rasa takut dan ansietas pada
klien yang menghubungkan pembedahan
dengan rasa nyeri, kemungkinan catat, menjadi
bergantung pada orang lain dan mungkin
kematian. Kemampuan perawat meningkatkan
hubungan yang efektif dengan klien mampu
mengatasi kekhawatiran, sehingga klien akan
mampu bekerja sama dan berpartisipasi dalam
perawatan jika perawat memberi informasi
peristiwa sebelum dan sesudah pembedahan
dalam bentuk informasi sebelum pembedahan
(Potter dan erry, 2005).
Penelitian Makmuri et.al (2007) dalam
Paryanto (2009) tentang tingkat kecemasan pra
operasi menunjukkan bahwa dari 40 orang
responden terdapat 16 orang atau 40,0 % yang
memiliki tingkat kecemasan dalam kategori
sedang, 15 orang atau 37,5 % dalam kategori
ringan, responden dengan tingkat kecemasan
berat sebanyak 7 orang atau 17,5 % dan
responden yang tidak merasa cemas sebanyak
2 orang atau 5 %.
Kecemasan bukan hanya terjadi pada
pasien namum dapat dirasakan oleh keluaraga.
Hasil penelitian Huang et al, (2004) menujukan
bahwa adanya kecemasan yang dialami
keluarga dalam persiapan pembedahan salah
satu anggota keluarganya. Penelitian ini
didukung dengan penelitian oleh Dexter dan
Epstein (2003) tentang kecemasan keluarga
sambil
menunggu
hari
pelaksanaan
operasi/pembedahan yang menjelaskan bahwa
dengan diberi informasi pada persiapan operasi
dapat menurunkan kecemasan karena keluarga
menginginkan informasi khusus untuk anggota
keluarga mereka pada persiapan operasi
terutama jika kasus ini berjalan lambat dari yang
ditargetkan. Sedangkan penelitian tentang
kecemasan pasien persiapan operasi yang
dilakukan Kadrianti & Basri (2014), menjelaskan
bahwa dengan pemberian informed consent
pada pasien pra operasi mampu menurunkan
kecemasan dan meningkatkan pengetahuan
pasien tentang prosedur pembedahan.
Permasalahan dalam pelayanan di
Rumah Sakit untuk rawat inap yang sering
dijumpai adalah sering dilupakannya aspek

psikologis pasien dimana pasien hanya


merupakan obyek proses penyembuhan. Kondisi
ini dapat menyebabkan pasien sering bertanya
tidak tahu tempat pelayanan dan prosedur
tindakan yang akan dilaksanakan, sebaliknya
pasien yang mendapat penjelasan menunjukkan
respon yang positif, merasa terabaikan dan
menimbulkan kecemasan pada pasien saat
harus di rawat (Ardatik, 2010).
Tujuan utama perawat bekerja dengan
klien cemas adalah bukan untuk membebaskan
klien secara total keluar dari kecemasan, tetapi
bagaimana klien mengembangkan cara dan
kemampuan monoleransi kecemasan ringan dan
cara tersebut konstruktit. Tujuan keperawatan
adalah membantu klien untuk menggembangkan
nilai-nilai yang dimiliki karena saat kecemasan
terjadi pertentangan antara situasi yang
mengancam dengan nilai-nilai yang diidentifikasi
individu
sesuai
dengan
eksistensinya
(Susilawati; dkk, 2006).
Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan
perawat dalam menerapkan hubungan yang
efektif
dengan
pasien
adalah
dengan
memberikan orientasi pasien. Orientasi adalah
kemampuan
seseorang
untuk
mengenal
lingkungannya serta hubungannya dengan
waktu, ruang, dan terhadap dirinya serta orang
lain (Iyus, 2007). Orientasi pasien merupakan
kontrak antara perawat dan klien/keluarga
dimana terdapat kesepakatan antara perawat
dengan klien/keluarganya dalam memberikan
Asuhan keperawatan. Kontrak ini diperlukan
agar hubungan saling percaya antara perawat
dan klien/keluarga dapat terbina (Trust) (Nining,
2008).
Orientasi lingkungan situasi, dan prosedur
pembedahan pada persiapan operasi dilakukan
perawat dengan tujuan agar kebutuhan
informasi tentang proses pembedahan dapat
diterima dan dipahami oleh keluarga. Informasi
yang
diberikan
oleh
perawat
mampu
meningkatkan
pengetahuan
klien
yang
berdampak pada perubahan perilaku yang tidak
percaya menjadi lebih percaya. Komunikasi
yang diberikan dapat membantu tercapainya
tujuan yang ingin dicapai, komunikasi dapat
berupa penyampaian atau informasi procedural
terhadap tindakan yang akan diberikan dengan
tujuan untuk membina rasa percaya antara
perawat, klien dan keluarga (Potter & Perry,
2005).
Kecemasan (ansietas) adalah suatu
perasaan takut yang tidak menyenangkan dan
tidak dapat dibenarkan yang sering disertai

gejala fisiologis, dengan respon yang timbul


yaitu khawatir, gelisah, tidak tenang dan dapat
disertai keluhan fsik. Kecemasan menurut Stuart
(2006) dibagi menjadi 4 yaitu tidak ada
kecemasan kecemasan ringan, kecemasan
sedang, dan kecemasan berat. Kecemasan
dapat diekspresikan secara langsung melalui
perubahan fisiologis dan perilaku, peningkatan
intensitas perilaku sejalan dengan meningkatnya
ansietas (Riyadi dan Purwanto, 2009).
Kecemasan merupakan isyarat kewaspadaan
yang memperingatkan individu akan adanya
bahaya dan kemampuan individu untuk
bertindak menghadapi ancaman (NANDA, 20122014).
Survey peneliti pada jumlah pasien
operasi di ruangan perawatan bedah selama
bulan Januari sampai dengan Maret 2015 yaitu
sebanyak 39 orang. Dari hasil wawancara pada
10 keluarga pasien di Ruangan Bedah yang
akan menjalani pembedahan menunjukan
bahwa 7 orang mengatakan takut akan

kemungkinan kondisi pasien menjadi lebih buruk


dan bahkan kematian dari efek samping
pembedahan/operasi,
3
orang
lainnya
mengatakan kecemasan ringan yang secara
verbal didapatkan dari hasil wawancara
langusng. Pengamatan lebih lanjut pada peran
perawat untuk pasien pra-operasi ditemukan
bahwa informasi pra-operasi belum dilakukan
sepenuhnya oleh perawat, kebanyakan hanya
dilakukan oleh tenaga dokter, namun pada
dasarnya peran perawat dalam persiapan
operasi sangat penting dalam melakukan
orientasi pada klien termasuk keluarga terhadap
lingkungan, situasi dan prosedur pembedahan
saat menunggu jadwal operasi sehingga tidak
terjadi perubahan jadwal operasi akibat
pembatalan operasi karena kecemasan yang
berlebihan.
Tujuan penelitian ini adala dianalisisnya
pengaruh informasi pra operasi terhadap tingkat
kecemasan keluarga pasien di ruangan bedah
RSUD Bitung.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah Cross Sectional,
dengan populasi adalah seluruh keluarga yang
salah satu anggota keluarganya dirawat dengan
persiapan operasi. Jumla sampel yang diambil

adalah sebanyak 35 orang. Instrumen penelitian


menggunakan kuesioner dan Satuan Acara
Penyuluhan (SAP) di uji dengan analisa data
Paired T-test.

HASIL PENELITIAN
KARAKTERISTIK RESPONDEN
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden di RSUD Bitung,
Tahun 2015
Responden
Karakteristik
n = 35
Responden
n
%
Umur
20-28 Thn
29-35 Thn
36-52 Thn
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
Pendidikan
SMP
SMA
Jenis Operasi
Minor
Mayor
(Sumber : Data Primer)

6
18
11

17.1
51.4
31.4

16
19

45.7
54.3

7
28

20.0
80.0

5
30

14.3
85.7

Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan rata-rata


umur responden yang paling banyak adalah
pada rata-rata umur 29 sampai dengan 35 tahun
yaitu sebanyak 18 orang (51,4%), kemudian
diikuti dengan rata-rata umur 36 sampai dengan
52 tahun yaitu sebanyak 11 orang (31,4%)
Sedangkan responden yang paling sedikit
adalah pada kategori umur 20 sampai dengan
28 tahun yaitu 6 orang (17,1%).
Berdasarkan jenis kelamin, ditemukan
responden yang paling banyak adalah pada
perempuan yaitu sebanyak 19 orang (54,3%),
Sedangkan responden yang paling sedikit

adalah pada kategori jenis kelamin laki-laki yaitu


16 orang (45,7%).
Tingkat pendidikan responden yang paling
banyak adalah pada tingkat SMA yaitu sebanyak
28 orang (80.0%). Sedangkan responden yang
paling sedikit adalah pada kategori tingkat
pendidikan SMP yaitu 7 orang (20.0%).
Jenis operasi responden yang paling
banyak adalah pada jenis operasi mayor yaitu
sebanyak
30
orang
(85,7%),Sedangkan
responden yang paling sedikit adalah pada jenis
operasi minor yaitu 5 orang (14,3%).

DESKRIPSI VARIABEL PENELITIAN


Tabel 2 Distribusi pengaruh informasi sebelum dan sesudah di berikan intervensi

Variabel
Penelitian

Tidak Ada
Kecemasan

Kecemasan
Ringan

Kecemasan
Sedang

Kecemasan
Berat

Sebelum

,0

22,9

20

57,1

20,0

Setelah

10

28,6

17

48,6

22,9

,0

(Sumber : Data Primer)


Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan rata-rata
tingkat kecemasan pra yang paling banyak
adalah kecemasan pra pada tingkat sedang
yaitu sebanyak 20 orang (57,1%), kemudian
diikuti dengan kecemasan pra pada tingkat
kecemasan ringan yaitu sebanyak 8 orang
(22,9%) Sedangkan responden kecemasan pra
yang paling sedikit pada tingkat berat yaitu 7
orang (20.0%).

Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan rata-rata


tingkat kecemasan post yang paling banyak
adalah kecemasan post pada tingkat ringan
yaitu sebanyak 17 orang (48,6%), kemudian
diikuti dengan kecemasan post pada tingkat
tidak ada kecemasan yaitu sebanyak 10 orang
(28,6%) Sedangkan responden yang paling
sedikit adalah kecemasan post tingkat sedang
yaitu 8 orang (22,9%).

ANALISIS BIVARIAT
Pengaruh informasi praoperasi sebelum dan sesudah dilakukan intervensi
Tabel 3 Pengaruh informasi praoperasi sebelum dan sesudah dilakukan intervensi
95% CI
Kecemasan
n
Mean
p
Max
Min
Sebelum
35
20,69
8,380
11,677
0,000
Setelah
35
10,66
(Sumber : Data Primer)
Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa
terdapat perbedaan nilai kecemasan

setelah dilakukan informasi praoperasi pada


keluarga pasien di ruangan bedah yang

ditunjukan oleh nilai mean dimana nilai


mean sebelum dilakukan intervensi adalah
sebesar 20,69 dan setelah dilakukan
menjadi 10,66 yang berarti terdapat
penurunan
nilai
kecemasan
setelah
dilakukan infromasi praoperasi. Nilai 95%
CI menunjukan bahwa pasien bedah yang
tidak dilakukan pemberian informasi
praoperasi berisiko sebesar 11,67 kali lebih
besar pada peningkatan kecemasan

dibandingkan dengan yang diberikan


informasi praoperasi yaitu sebesar 8,380.
Dari hasil penelitian yang didapat adalah
nilai probabilitas (p) sebesar 0,000 atau
lebih kecil dari nilai = 0,05 (0,000 < 0,05),
dengan demikian maka Ho ditolak atau
terdapat pengaruh informasi praoperasi
terhadap tingkat kecemasan keluarga
pasien di ruangan bedah RSUD Bitung.

PEMBAHASAN
1. Pemberian informasi praoperasi sebelum
dilakukan intervensi
Hasil penelitian pada tabel 5.2
didapatkan rata-rata tingkat kecemasan pra
yang paling banyak adalah kecemasan pra
pada tingkat sedang yaitu sebanyak 20 orang
(57,1%), kemudian diikuti dengan kecemasan
pra pada tingkat ringan yaitu sebanyak 8
orang (22,9%) Sedangkan responden yang
paling sedikit adalah kecemasan pra pada
tingkat berat yaitu 7 orang (20.0%).
Hasil penelitian ini didukung dengan
penelitian yang dilakukan oleh Makmuri et.al
(2007) dalam Paryanto (2009) tentang tingkat
kecemasan pre operasi menunjukkan bahwa
dari 40 orang responden terdapat 16 orang
atau 40,0 % yang memiliki tingkat kecemasan
dalam kategori sedang, 15 orang atau 37,5 %
dalam kategori ringan, responden dengan
tingkat kecemasan berat sebanyak 7 orang
atau 17,5 % dan responden yang tidak
merasa cemas sebanyak 2 orang atau 5 %.
Kecemasan bukan hanya terjadi pada pasien
namum dapat dirasakan oleh keluarga. Hasil
penelitian Huang et al, (2004) menujukan
bahwa adanya kecemasan yang dialami
keluarga dalam persiapan pembedahan salah
satu anggota keluarganya.
Sebelum
dilakukan
intervensi
didapatkan bahwa kecemasan keluarga
terhadap tindakan operasi adalah pada
kategori kecemasan sedang, hal ini
menunjukan bahwa semua pasien yang akan
menjalani
operasi
pasti
mengalami
kecemasan
termasuk
keluarganya.
Kecemasan yang dialami meliputi kecemasan
terhadap kemungkinan yang akan terjadi
pada saat operasi, ancaman cedera pada
pasien yang dioperasi, belum jelas terhadap
persiapan operasi dan lingkungan di kamar
operasi.

2. Pemberian informasi praoperasi setelah


dilakukan intervensi
Hasil penelitian pada tabel 5.2
didapatkan rata-rata tingkat kecemasan post
yang paling banyak adalah kecemasan post
pada tingkat ringan yaitu sebanyak 17 orang
(48,6%), kemudian diikuti dengan kecemasan
post pada tingkat tidak ada kecemasan yaitu
sebanyak 10 orang (28,6%) Sedangkan
responden yang paling sedikit adalah
kecemasan post tingkat sedang yaitu 8 orang
(22,9%).
Komunikasi yang diberikan dapat
membantu tercapainya tujuan yang ingin
dicapai,
komunikasi
dapat
berupa
penyampaian atau informasi procedural
terhadap tindakan yang akan diberikan
dengan tujuan untuk membina rasa percaya
antara perawat, klien dan keluarga (Potter &
Perry, 2005).
Hasil penelitian di atas didukung
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Mohtar (2014) yang menjelaskan bahwa
terdapat hubungan komunikasi perawat pada
persiapan operasi dengan kecemasan
keluarga pasien dan pasien di Rumah Sakit,
sehingga disarankan agar perawat dapat
menciptakan suasana yang terapeutik dalam
persiapan pembedahan baik pada pasien
maupun pada keluarga
Asumsi
peneliti
bahwa
setelah
diberikan informasi preoperasi menunjukan
bahwa
kecemasan
keluarga
adalah
kecemasan ringan. Informasi yang diberikan
meliputi orientasi lingkungan kamar operasi,
jenis operasi dan prosedur pembedahan
pada persiapan operasi dilakukan perawat
dengan tujuan agar kebutuhan informasi
tentang proses pembedahan dapat diterima
dan dipahami oleh keluarga. Informasi yang
diberikan oleh perawat mampu meningkatkan
pengetahuan klien yang berdampak pada

perubahan perilaku yang tidak percaya


menjadi lebih percaya.
3. Pengaruh informasi praoperasi terhadap
tingkat kecemasan keluarga pasien di
ruangan bedah RSUD Bitung
Hasil
penelitian
menunjukkan
terdapat pengaruh informasi praoperasi
terhadap tingkat kecemasan keluarga pasien
di ruangan bedah RSUD Bitung. Hasil
penelitian ini didukung dengan hasil
penelitian sejenis oleh Dexter dan Epstein
(2003) tentang kecemasan keluarga sambil
menunggu
hari
pelaksanaan
operasi/pembedahan
yang
menjelaskan
bahwa dengan diberi informasi pada
persiapan
operasi
dapat
menurunkan
kecemasan karena keluarga menginginkan
informasi khusus untuk anggota keluarga
mereka pada persiapan operasi terutama jika
kasus ini berjalan lambat dari yang
ditargetkan. Sedangkan penelitian tentang
kecemasan pasien persiapan operasi yang
dilakukan
Kadrianti
&
Basri
(2014),
menjelaskan bahwa dengan pemberian
informed consent pada pasien pre operasi
mampu
menurunkan
kecemasan
dan
meningkatkan pengetahuan pasien tentang
prosedur pembedahan.
Semakin sering diberikan komunikasi
oleh perawat kepada keluarga melalui
informasi
preoperasi
maka
semakin
berkuranh kecemasan yang dirasakan

keluarga, hal ini disebabkan karena adanya


informasi yang jelas tentang persiapan
operasi
sehingga
berdampak
pada
penerimaan pasien dan keluarga terhadap
proses pembedahan yang akan dijalani.
Informasi yang diberikan melalui komunikasi
terapeutik perawat menjadikan keluarga akan
lebih terbuka dengan perawat sehingga
hubungan keduanya akan semakin baik. Hal
ini didukung dengan teori oleh bahwa
kemampuan
perawat
meningkatkan
hubungan yang efektif dengan klien mampu
mengatasi kekhawatiran, sehingga klien akan
mampu bekerja sama dan berpartisipasi
dalam perawatan jika perawat memberi
informasi peristiwa sebelum dan sesudah
pembedahan
dalam
bentuk
informasi
sebelum pembedahan (Potter dan erry,
2005). Pendapat ini didukung dengan asumsi
(Ardatik, 2010), bahwa Permasalahan dalam
pelayanan di Rumah Sakit untuk rawat inap
yang sering dijumpai adalah sering
dilupakannya aspek psikologis pasien dimana
pasien hanya merupakan obyek proses
penyembuhan.
Kondisi
ini
dapat
menyebabkan pasien sering bertanya tidak
tahu tempat pelayanan dan prosedur
tindakan yang akan dilaksanakan, sebaliknya
pasien
yang
mendapat
penjelasan
menunjukkan respon yang positif, merasa
terabaikan dan menimbulkan kecemasan
pada pasien saat harus di rawat.

KESIMPULAN
1. Dianalisis kecemasan keluarga pasien
sebelum diberikan informasi pra-operasi di
ruangan
bedah
RSUD
Bitung
yaitu
kecemasan pada kategori kecemasan
sedang
2. Dianalisis kecemasan keluarga pasien
setelah diberikan informasi pra-operasi di

ruangan
bedah
RSUD
Bitung
yaitu
kecemasan pada kategori kecemasan ringan
3. Dianalisanya pengaruh informasi pra-operasi
terhadap kecemasan keluarga pasien di
ruangan bedah RSUD Bitung

SARAN
Berdasarkan kesimpulan dan untuk menjawab
manfaat penelitian maka di sarankan kepada :
1. Bagi Pendidikan Keperawatan
Disarankan agar hasil penelitian ini dapat
memberikan masukan ilmu keperawatan
dengan tujuan untuk mengatasi kecemasan
keluarga dalam persiapan proses operasi..
2. Bagi Lokasi Penelitian
a. Bagi Manajemen Rumah Sakit
Disarankan agar hasil penelitian ini
dijadikan bahan kajian untuk menerapkan
SPO pemberian informasi praoperasi

pada pasien dan keluarga untuk


mengatasi
kecemasan
saat
akan
menjalani operasi
b. Bagi perawat
Diharapkan agar perawat di ruangan
bedah untuk dapat menjalin hubungan
yang
terapeutik
dengan
anggota
keluargas
sehingga
keluarga
tidak
mengalami kecemasan pada saat dirawat
maupun pada perisapan operasi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya


Disarankan agar dilakukannya penelitian
yang
berkelanjutan
pada
masalah
kecemasan keluarga terhadap proses

keperawatan dan menjadikan hasil penelitian


ini
sebagai
dasar
dalam
penelitian
selanjutnya.

KESIMPULAN

Akper PPNI Solo (2008). Keperawatan


Perioperatif pada Fraktur Mandibulae.
Dikases
dari
http://www.akperppni.ac.id
Anonim (2009). Kamar Operasi 1, diakses
dari
https://abrorshodiq.wordpress.com/k
amar-operasi-1/ tanggal 20/12/2014
Ardatik (2010) Pengaruh Mutu Pelayanan
Terhadap Kepuasan Pasien di
Puskesmas Kauman Kabupaten
Tulungagung Naskah
Publikasi
diakses dari http://pasca.uns.ac.id
tanggal 20/12/2014
Bolla, I.N. (2008). Gambaran Tingkat
Kecemasan Pada Klien Pra Bedah
Mayor Di Ruang Rawat Inap Medikal
Bedah Gedung D Lantai 3 Rumah
Sakit Umum Cibabat Cimahi. Jurnal
Kesehatan Kartika STIKES A.Yani.
Fitri Fauziah & Julianty Widuri. (2007).
Psikologi
Abnormal
Klinis
Dewasa.Jakarta:
Universitas
Indonesia (UI-Press).
Friedman. (2002). Buku Ajar Keperawatan
Keluarga Riset, Teori, dan Praktek,
Edisi kelima, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.
Iyus Y. (2007). Keperawatan Jiwa.
Bandung : Refika Aditama Maramis
Kartono, Kartini. 2006..Psikologi Wanita.
Bandung: Mandar Maju
Kadrianti, A.E dan Basri, H.M (2014).
Hubungan
Informed
Concent
Terhadap Kecemasan Pada Pasien
Pra Operasi Hernia di RSUD
Salewangang Maros. ournal from elibrary STIKES Nani Hasanuddin /
2014-05-27 14:51:45
Kuraesin,N.D. (2009). Faktor-faktor yang
mempengaruhi tinggi kecemasan
pasien yang akan menghadapi

operasi di RSUP Fatmawati. Skripsi:


Faklutas
Ilmu
Keperawatan
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.
Lenny,R
dan
Jhonson,R.
(2010).
Keperawatan Keluarga Plus Contoh
Askep Keluarga. Yogyakarta : Nuha
Medika
Mohtar, E., (2014). Komunikasi Terapeutik
Dan Tingkat Kecemasan Keluarga
Pasien
Pra
Operasi
Laparotomi/Laparaskopi di Rumah
Sakit Labuang Baji Makassar.
Journal of Medical Surgical Nursing
Vol. 1 No.1. Alamat Korespondensi :
mohtar_edi@yahoo.co.id
NANDA 2012-2014 (2012).
Diagnosis
Keperawatan Definis dan Klasifikasi.
EGC; Jakarta
Nursalam (2008). Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Keperawatan.
Salemba Medika; Jakarta
Potter dan Perry (2005).
Buku Ajar
Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses dan Praktik. Edisi 4. EGC;
Jakarta
Riyadi Sujono dan Purwanto Teguh (2009).
Asuhan Keperawatan Jiwa. Graha
Ilmu; Yogyakarta
Savitri Ramaiah. (2003). Kecemasan
Bagaimana Mengatasi Penyebabnya.
Jakarta: Pustaka Populer Obor
Sitorus Ratna, Yulia,(2005), Model Praktek
Keperawatan Profesional di Rumah
Sakit Panduan Implementasi,. EGC,
Jakarta
Sjamsuhidayat, Wim de jong, (2005). Buku
Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2, EGC;
Jakarta
Stuart, G.W. (2006). Keperawatan Jiwa.
(Edisi 5.). Jakarta: EGC.
7

Suliswati, Tjie Anita Payapo, Jeremia


Maruhawa,
Yenny
Sianturi,
Sumijatun (2005). Konsep Dasar

Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC;


Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai