Anda di halaman 1dari 18

JURNAL

Kualitas Losion Ekstrak Kulit Buah Manggis


(Garcinia mangostana)

Disusun Oleh:
Tri Sefti Puspita Dewi
NPM : 100801159

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA


FAKULTAS TEKNOBIOLOGI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
YOGYAKARTA
2014

KUALITAS LOSION EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS


(Garcinia mangostana)

QUALITY OF MANGOSTEEN RIND EXTRACT LOTION


Tri Sefti Puspita Dewi1, Kianto Atmodjo2, Yuniarti Aida3
Program Studi Teknobiologi Industri, Fakultas Teknobiologi
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
seftigiacinta@gmail.com

Abstrak
Penelitian aplikasi ekstrak kulit manggis dalam bentuk losion bertujuan untuk
melihat aktivitas antioksidan ekstrak kulit manggis setelah diformulasikan dengan
bahan-bahan komponen losion lain, yang diantaranya substitusi setil alkohol oleh
karaginan sebagai pengemulsi, penstabil dan pengental. Serangkaian pengujian
yang dilakukan meliputi penentuan aktivitas antioksidan ekstak kulit manggis
murni dengan persentase inhibisi DPPH, penentuan aktivitas antioksidan losion
ekstrak kulit manggis dengan konsentrasi 10%, 15% dan 20% dengan persentase
inhibisi DPPH, uji sediaan losion yang meliputi uji total mikrobia, uji pH, uji
viskositas, uji homogenitas, uji daya sebar, uji iritasi pada hewan coba dan terakhir
uji persentase kelembaban pada probandus. Ketiga formulasi losion memberikan
persen inhibisi yang besar terhadap DPPH dengan kisaran 72,994% - 94, 306%.
Derajat keasaman losion berkisar antara 7,34 7,698. Berdasarkan pengolahan data
pengujian dengan ANOVA dan dilanjutkan dengan Duncan Multiple Range Test
(DMRT), ada beda nyata pada perlakuan konsentrasi ekstrak kulit manggis dalam
losion terhadap aktivitas antioksidan, derajat keasaman, sedangkan pada uji daya
sebar losion formula I ada beda nyata terhadap losion formula II dan III. Uji iritasi

pada hewan coba menunjukkan losion formula III memberikan indeks iritasi paling
kecil dibanding formula losion I, II dan kontrol. Uji kelembaban pada probandus
dilanjutkan untuk losion formula III dengan hasil yang sama antara probandus pria
dan wanita yaitu menunjukkan beda nyata antara persen kelembaban menit ke-0
terhadap persen kelembaban menit ke-5, menit ke-10 dan menit ke-15.
Kata kunci : Ekstrak Manggis, Losion, Karaginan, Marmut
Abstract
Research about the application of extraction of the mangosteen in lotion have
purpose to refer to antioxidant activity after formulated with other ingredients like
setyl alcohol substitution with karaginan as emulsion, stabilizator and fiscotiator. A
series experiment of determination of pure extract antioxidant activity with DPPH
inhibition percentage, determination of extraction of the mangosteen lotion
antioxidant activity with 15% and 20% with DPPH inhibition percentage,
experiment of lotion willingness include microbes, pH, viscositation, homogeny,
spread, irritation to animal, and moisturize percentage experiment from probandus.
The third lotion formulation give a large inhibition percentage to DPPH with range
72,994% - 94,306%. Acid lotion degree range from 7,34 7,698. Based on data
processing with ANOVA and continue with Duncan Multiple Range Test (DMRT),
there are really difference of mangosteen extract concentrate in lotion toward
antioxcydant activity, and acid degree. In the other hand, spread experiment 1st
formula have a difference with 2nd and 3rd formula. Irritation experiment to the
animal showed that 3rd lotion formula give the smallest irritation index than 1st,
2nd and control lotion formula. Moisturize experiment continued for the 3rd lotion
formula with same result between man and woman probandus which showed the

real difference between moisturize percentage in the 0 minute toward moisturize


percentage in 5th, 10th and 15th minute.
Keywords: Mangosteen extraction, Lotion, Karageenan, Guinea
Pendahuluan
Kulit kering merupakan masalah yang umum dijumpai pada daerah tropis
seperti Indonesia. Paparan sinar ultraviolet memberikan efek yang buruk pada kulit
seperti penuaan dini sampai penyakit kanker kulit. Konsumsi zat antioksidan pada
kulit sangat dibutuhkan kulit untuk melawan radikal bebas dari sinar UV.
Salah satu hasil alam asli Indonesia adalah buah manggis yang terbukti
memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi dari buah lainnya. Senyawa xanton yang
terdapat paling banyak pada kulit manggis telah diteliti sebelumnya oleh Miryanti,
dkk (2011) menghasilkan aktivitas antioksidan kuat dimana nilai EC50 sebesar
8,667. Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menetralkan radikal bebas
reaktif menjadi bentuk tidak reaktif yang relatif stabil sehingga dapat melindungi
sel dari efek bahaya radikal bebas (Nova, 2012).
Penelitian ini bertujuan untuk mengaplikasikan ekstrak kulit manggis dalam
sediaan topikal berupa losion karena bentuk losion merupakan sediaan yang paling
mudah diserap kulit. Sediaan topikal seperti losion kulit merupakan salah satu jenis
produk industri kosmetik hasil emulsi minyak dalam air (oil on water atau o/w)
yang digunakan untuk menjadikan kulit halus, segar dan bercahaya. Dalam industri
kosmetik besar, setil alkohol merupakan salah satu bahan kimia yang umum
digunakan dalam pembuatan losion yang berfungsi sebagai pengental, penstabil,

dan pengemulsi, namun ada bahan alami lain yang dapat digunakan untuk
menggantikan fungsi setil alkohol yaitu karaginan.
Metode Penelitian
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain serbuk kulit buah
manggis diperoleh dari Bina Agro Mandiri Yogyakarta, aquades, larutan fisiologis,
tepung karaginan, metanol teknis, metanol Pro Analysis, asam stearat, minyak
mineral (parafin cair), gliserin, triethanolamin (TEA), minyak tulip, asam benzoat,
larutan DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil), medium Plate Count Agar (PCA),
sedangkan untuk hewan uji yang digunakan adalah marmut jenis American Short
Hair berumur 5 bulan.
Tahapan penelitian
1.

Pembuatan ekstrak kulit manggis (Nova, 2012).


Serbuk kulit manggis ditimbang sebanyak 1500 gram untuk dimaserasi

dengan pelarut perbandingan 1:4. Serbuk kulit manggis direndam pelarut metanol :
air sebanyak 6000 ml (9:1) selama 24 jam. Maserat yang didapat kemudian
ditampung dan dilakukan remaserasi dengan merendam serbuk kulit buah manggis
tadi dalam 4500 ml selama 24 jam. Akan didapatkan maserat untuk kemudian
ditampung dan dilakukan remaserasi kembali dengan merendam serbuk kulit buah
manggis menggunakan dalam 1500ml pelarut metanol : air (9:1). Maserat yang
dihasilkan ditampung kembali.

Ekstrak cair yang didapat dari hasil maserasi kemudian dikentalkan dengan
menggunakan rotari evaporator pada suhu 50C dengan kecepatan 50 rpm. Ekstrak
kental yang diperoleh ditimbang dan dilakukan perhitungan rendemen.
% =
2.


100%

Pembuatan Sediaan Losion Ekstrak Metanol Kulit Manggis (Syeni, 2008)


Sediaan losion ekstrak metanol kulit buah manggis ini dibuat dalam tiga

formulasi dengan variasi konsentrasi ekstrak. Setil alkohol dalam formulasi ini
diganti karaginan sebanyak 1% (Tabel 1).
Tabel 1. Formulasi bahan penyusun dan konsentrasi yang digunakan dalam losion
(Nussinovitch, 1997)
Bahan
Formula I (%)
Formula II (%) Formula III (%)
Ekstrak kulit
10
15
20
manggis
Asam stearat
2.5
2.5
2.5
Karaginan
1
1
1
Parafin cair
7
7
7
Glicerin
5
5
5
Triethanolamin
1
1
1
Asam benzoat
0.2
0.2
0.2
Parfum
q.s
q.s
q.s
Aquadest
ad 100
ad 100
ad 100
Keterangan: q.s = quantum statis (secukupnya)
Bahan-bahan yang termasuk fase minyak antara lain asam stearat dan parafin
cair dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Karaginan yang digunakan terlebih dahulu
dilarutkan ke dalam beberapa bagian air sebelum dicampurkan ke dalam fase air.
Bahan-bahan yang termasuk fase air seperti ekstrak kulit manggis, gliserin, TEA,
larutan karaginan dan sisa air dicampurkan.Sediaan 1 dan 2 dipanaskan dan diaduk
pada suhu 50oC selama 10 15 menit secara terpisah hingga homogen. Sediaan
yang telah homogen tersebut dicampur dan diaduk dengan pengaduk. Proses

pencampuran kedua sediaan yang berbeda tersebut dilakukan pada suhu 50oC.
Proses pengadukan dilakukan hingga kedua sediaan homogen dan mencapai suhu
40oC (sediaan 3). Pengawet (asam benzoat) dan parfum (minyak tulip) dimasukkan
ke dalam sediaan 3 pada suhu 35oC kemudian dilakukan pengadukan satu menit.
3.

Penentuan Aktivitas Antioksidan Losion Menggunakan Metode DPPH


(Modifikasi Marinova dan Batchvarov, 2011)
Sampel losion ekstrak kulit manggis diencerkan metanol hingga diperoleh

pengenceran 10-3. Larutan stok DPPH 0,004% dibuat sebanyak 20 ml dengan


pelarut metanol. Larutan sampel losion dari setiap pengenceran diambil sebanyak
1 ml kemudian ditambahkan DPPH sebanyak 1 ml. Campuran ditambahkan
metanol sebanyak 3 ml kemudian divorteks dan didiamkan selama 20 menit pada
suhu ruang (25oC) dalam ruangan yang gelap karena DPPH rentan terhadap
cahaya.Metanol digunakan untuk mengembalikan pembacaan spektrofotometer ke
angka 0. Absorbansi campuran radikal DPPH tanpa antioksidan (1 ml DPPH dalam
4 ml metanol) digunakan sebagai kontrol. Absorbansi diukur dengan UV-Vis
spektrofotometer pada panjang gelombang 517 nm. Persentase penghambatan
(inhibition) radikal DPPH oleh sampel dihitung berdasarkan rumus :
% inhibition = ((AC(0) - AA(t)) / AC(0)) x 100
Keterangan :
AC(0) = Absorbansi kontrol pada t = 0 menit
AA(t) = Absorbansi antioksidan pada t = 20 menit
4.

Evaluasi sediaan

a. Uji Total Mikrobia (SNI 19-2897, 1992)

1. Pembuatan Medium Plate Count Agar Medium PCA ditimbang 5,875 gram
dilarutkan dalam 250 ml aquades di dalam erlenmeyer. Medium dipanaskan

untuk mempercepat pelarutan. Medium disterilisasi dalam autoklaf pada suhu


121oC selama 15 menit pada tekanan 1 atm.
2. Pengujian Angka Lempeng Total (BPOM, 2011)
Secara aseptis ditimbang losion 1 gram dan dimasukkan ke dalam larutan
fisiologis kemudian dihomogenkan. Pengenceran dilakukan sampai 10-4.
Sebanyak 1 ml dari sampel, diinokulasikan pada cawan petri steril dengan
metode pour plate. Media Plate Count Agar (PCA) yang steril pada suhu 4555oC dituangkan pada cawan petri sebanyak 10-15 ml. Cawan petri digoyang
dan dibiarkan memadat. Inkubasi dilakukan pada suhu (37oC) selama 48 jam.
Perhitungan koloni dilakukan untuk rentang 25-250 koloni dengan mengikuti
standar Badan Pengawas Obat dan Makanan Tentang Metode Analisi
Kosmetika. ALT sampel losion ditentukan dengan rumus :
N = c/ (V x d)
Keterangan :
N = Jumlah mikrobia
c = jumlah koloni yang terhitung pada petri tunggal
d = faktor pengenceran dari pengenceran yang dibuat
b. Uji pH (Nova, 2012)
Elektroda dicelupkan ke dalam losion sampai pH meter menunjukkan
pembacaan yang tetap. Dicatat hasil pembacaan skala dan setelah selesai
pengujian dibilas dengan aquades dan dikeringkan dengan tisu.
c. Uji viskositas (Nova, 2012)
Losion diamati tingkat kekentalannya dari masing-masing konsentrasi
ekstrak dengan cara diaduk-aduk menggunakan gelas pengaduk. Hasil yang
didapat dicatat untuk dibandingkan tingkat kekentalannya dari setiap losion.

d. Uji homogenitas losion (Nova, 2012)


Sediaan losion diambil pada masing - masing formula secukupnya dan
dioleskan pada plat kaca, diraba dan digosokkan. Massa losio harus
menunjukkan susunan homogen yaitu tidak terasa adanya bahan padat pada
kaca.
e. Uji daya sebar (Nova, 2012)
Sebanyak 0,1 gram losion ditimbang dan di letakkan ditengah-tengah
kaca bulat, kaca penutup ditimbang, kemudian letakkan di atas losion dan
biarkan selama satu menit dan diukur diameter losion yang menyebar,
ditambahkan beban seberat 50 gram di atas kaca penutup, dan dibiarkan selama
satu menit, dicatat diameter losion yang menyebar. Percobaan dilanjutkan
dengan beban seberat 100 gram, 200 gram dan 500 gram.
f. Uji iritasi (Nova, 2012)
Punggung marmut diukur terlebih dahulu dengan lebar kira-kira 1x1 inci2
pada punggung sebanyak 4 bagian untuk masing-masing marmut. Daerah
tersebut dibersihkan dari bulu yang ada di punggung dengan hati-hati.
Kemudian, losion dioleskan secukupnya pada daerah yang sudah bersih dan
diamati perubahan yang terjadi pada jam ke-24 dan jam ke-72.
Evaluasi efek pada kulit melibatkan penggunaan sistem skor untuk
menilai derajat kemerahan dan derajat edema pada tempat aplikasi. Edema dan
eritema dapat dijadikan sebagai tanda apabila hewan uji tersebut mengalami
iritasi primer pada kulitnya. Setelah diperoleh skor, maka akan dihitung indeks
iritasi primer dengan menggunakan rumus :

Indeks iritasi
eritema 24 jam + eritema 72 jam + edema 24 jam + edema 72 jam
=
4
Hasil perhitungan akan menunjukkan indeks iritasi yang dihasilkan
losion terhadap kulit, yang mana skor tersebut akan dikelompokkan menjadi :
skor 0,00 = tidak mengiritasi; skor 0,04 0,99 = sedikit mengiritasi; skor 1,00
2,99 = iritasi ringan; skor 3,00 5,99 = iritasi sedang dan skor 6,00 8,00 =
iritasi berat.
5.

Analisis sediaan terhadap kelembaban kulit (Syeni, 2008)


Setelah didapat formula losion yang tidak menimbulkan iritasi pada
hewan coba, uji selanjutnya adalah uji losion pada kelembaban kulit. Uji
kelembaban ini dilakukan dengan menggunakan alat Scalar Moisture Checker.
Dipilih panelis sebanyak 30 orang, masing-masing 15 pria dan 15 wanita yang
memiliki kriteria kulit kering. Kriteria akan diukur dengan Scalar Moisture
Checker dengan skala sebagai berikut: (0-45%) kering; (45%-55%) normal;
dan (>55%) sangat lembab.

Hasil dan Pembahasan


1. Aktivitas antioksidan losion ekstrak kulit manggis
Hasil pengujian aktivitas antioksidan yang terhitung sebagai persen inhibisi
DPPH tersaji dalam Tabel 2. Pengujian pemerangkapan DPPH dilakukan pada
kelima ulangan sampel dari masing-masing konsentrasi ekstrak dalam losion yaitu
10%, 15% dan 20%. Berdasarkan data yang tersaji, persen inhibisi DPPH oleh
losion dengan ekstrak kulit manggis 10% (formula I) sebesar 72, 99%, losion
dengan ekstrak kulit manggis 15% (formula II) sebesar 91,91% dan losion dengan
ekstrak kulit manggis 20% (formula III) sebesar 94,30%.

Tabel 2. Persen inhibisi DPPH oleh losion ekstrak kulit manggis


Losion Ekstrak Kulit Manggis
Persen Inhibisi DPPH
Formula I
72,99a
Formula II
91,91b
Formula III
94,30c
Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
tidak beda nyata pada tingkat kepercayaan 95%
Hasil aktivitas antioksidan pada losion formula III menunjukkan nilai tertinggi
yaitu 94,30% dibanding dengan hasil dari ekstrak kulit manggis murni yang
sebelumnya telah diuji dengan metode yang sama yaitu 90,39%. Faktor yang
mungkin terjadi adalah adanya reaksi penghambatan oksidasi lemak oleh senyawa
antioksidan yang terdapat dalam ekstrak kulit manggis. Dalam formulasi losion
terdapat asam stearat yang merupakan asam lemak jenuh dan minyak bunga tulip
sebagi pengharum losion. Mekanisme kerja antioksidan secara umum adalah
menghambat oksidasi lemak. Oksidasi lemak terdiri dari tiga tahap utama yaitu
inisiasi, propagasi, dan terminasi. Pada tahap inisiasi terjadi pembentukan radikal
asam lemak, yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil dan
sangat reaktif akibat dari hilangnya satu atom hidrogen (RH-R* + H*). Pada
tahap selanjutnya, yaitu propagasi, radikal asam lemak akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi (R* + O2 ROO*). Radikal peroksi lebih
lanjut akan menyerang asam lemak menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam
lemak baru (ROO* + RH ROOH +R*). Hidroperoksida yang terbentuk bersifat
tidak stabil dan akan terdegradasi lebih lanjut menghasilkan senyawa-senyawa
karbonil rantai pendek seperti aldehida dan keton. Tanpa adanya antioksidan, reaksi
oksidasi lemak akan mengalami terminasi melalui reaksi antar radikal bebas

membentuk kompleks bukan radikal (ROO* +ROO* - non radikal ) (Miryanti


dkk., 2011).
2. Total Mikrobia Losion
Berdasarkan hasil pengujian angka lempeng total pada Tabel 3, secara umum
hasil losion ekstrak kulit manggis baik dengan konsentrasi ekstrak 10%, 15% dan
20% menunjukkan kualitas dan status baik atau higienis karena masih memenuhi
syarat kualitas cemaran mikrobia pada kosmetik berdasarkan SNI 16-4399 (1996)
yaitu 102 koloni/ml. Namun pada losion dengan konsentrasi ekstrak kulit manggis
20% (formula III), menunjukkan hasil angka lempeng total lebih dari batas yang
ditentukan SNI 16-4399 (1996), yaitu 54 x 101 koloni/ml.
Tabel 3. Hasil uji angka lempeng total losion ekstrak kulit manggis
Formula Losion
Pengenceran
Angka Lempeng Total
Formula I
10-1
< 25
-2
10
< 25
10-3
< 25
-4
10
< 25
-1
Formula II
10
< 25
10-2
< 25
-3
10
< 25
10-4
< 25
-1
Formula III
10
54 x 101
-2
10
< 25
-3
10
< 25
-4
10
< 25

Pada peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Tentang Persyaratan


Cemaran Mikrobia dan Logam Berat Dalam Kosmetika (2011), dikatakan lain
bahwa untuk cemaran mikrobia pada kosmetik selain anak di bawah 3 tahun, area
sekitar mata dan membran mukosa yaitu tidak lebih dari 103 koloni/ml. Lain halnya
pada peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Tentang Persyaratan Cemaran

Mikrobia (1994) menyebutkan bahwa cemaran mikrobia pada sediaan untuk


perawat kulit badan dan tangan tidak lebih dari 105 koloni/ml. Sehingga dari ketiga
standar pemerintah tentang cemaran mikrobia pada kosmetik dapat ditarik hasil
bahwa sediaan losion ekstrak kulit manggis dengan konsentrasi ekstrak 20%
(formula III) masih aman untuk digunakan.
3. Derajat Keasaman Losion
Pengukuran pH sediaan losion dilakukan dengan menggunakan alat pH meter
dengan ulangan sebanyak lima kali. Berdasarkan data yang tersaji pada Tabel 4,
menunjukkan hasil pH losion formula I sebesar 7,968, losion formula II sebesar 7,5
dan losion formula III sebesar 7,34.
Tabel 4. Derajat keasaman (pH) losion ekstrak kulit manggis
Losion Ekstrak Kulit Manggis
Derajat Keasaman
Formula I
7,698a
Formula II
7,52b
Formula III
7,34c
Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
tidak beda nyata pada tingkat kepercayaan 95%
4. Viskositas dan Homogenitas Losion
Uji viskositas dan homogenitas losion ekstrak kulit manggis pada penelitian
ini tidak menggunakan alat, namun dengan metode pengamatan visual. Metode ini
digunakan karena keterbatasan volume sediaan losion yang tidak mencukupi untuk
diterapkan pada alat viskosimeter. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan,
diperoleh data yang tersaji pada Tabel 5.
Tabel 5. Viskositas losion ekstrak kulit manggis
Losion Ekstrak Kulit
Tingkat Viskositas
Manggis
Formula I
++
Formula II
++
Formula III
+++

Tingkat Homogenitas
Homogen
Homogen
Homogen

Data menunjukkan viskositas losion formula III lebih kental dari formula
losion lainnya, sedangkan untuk homogenitas, semua losion masuk dalam kategori
homogen. Hal ini juga sama dengan penelitian Ika dan Didik (2013) dimana losion
ekstrak lidah buaya 4% lebih tinggi viskositasnya dibanding losion esktrak lidah
buaya 2%. Menurut Schmitt (1996), viskositas merupakan parameter penting dalam
produk emulsi, khususnya losion karena viskositas berkaitan dengan stabilitas
emulsi. Viskositas menunjukkan kekentalan suatu bahan. Viskositas yang baik akan
mempunyai nilai yang tinggi karena semakin tinggi viskositas suatu bahan maka
pergerakan partikel akan cenderung makin sulit sehingga bahan akan semakin
stabil.
5. Daya Sebar Losion
Berdasarkan data yang tersaji pada Tabel 6, menunjukkan losion formula I
memiliki daya sebar paling besar yaitu 3,1200 cm, diikut losion formula II sebesar
2,6080 cm dan losion formulai II sebesar 2,4960 cm.
Tabel 6. Diameter daya sebar losion ekstrak kulit manggis
Losion Ekstrak Kulit Manggis
Diameter Daya Sebar (cm)
Formula I
3,1200a
Formula II
2,6080b
Formula III
2,4960b
Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
tidak beda nyata pada tingkat kepercayaan 95%
Losion formula I memiliki kandungan ekstrak kulit manggis terkecil yaitu
10% yang mempengaruhi tingkat viskositas atau kekentalan losion. Semakin kecil
konsentasi ekstrak kulit manggis dalam losion maka konsistensi losion juga
semakin encer (viskositasnya kecil). Hal ini mengakibatkan daya sebar losion juga
semakin luas. Berbeda dengan losion formula II dan formula III yang konsentrasi

ekstrak kulit manggisnya lebih banyak yaitu 15% dan 20%, viskositasnya juga akan
semakin tinggi sehingga daya sebar semakin kecil.
Maka dari ketiga losion ini, yang memberikan efek daya sebar yang baik
adalah losion formula I. Losion yang dapat menyebar pada kulit secara lebih luas
dengan cepat pula memberikan efek terapinya dengan asumsi bahwa semakin luas
daya sebar suatu formula losion maka dengan cepat melepaskan efek terapi yang
diingikan di kulit. Daya sebar yang baik dapat menjamin pelepasan bahan obat yang
memuaskan (Voight, 1989).
6. Pengujian iritasi pada hewan coba
Data perbandingan indeks iritasi pada hewan coba (marmut) pada Tabel 7
menunjukkan bahwa losion formula III memiliki indeks iritasi yang paling kecil,
diikuti losion formula I, kontrol dan losion formula II
Tabel 7. Indeks iritasi losion ekstrak kulit manggis pada hewan coba
Losion Ekstrak Kulit Manggis
Indeks Iritasi
Formula I
0,3
Formula II
0,65
Formula III
0,15
Kontrol
0,55
Hasil uji iritasi losion ekstrak kulit manggis yang dilakukan Nova (2012)
dengan konsentrasi ekstrak yang sama menunjukkan losion formula I memiliki
indeks iritasi sebesar 0,25; formula II sebesar 0,38; formula III sebesar 0,63 dan
kontrol sebesar 0,00. Bedasarkan data tersebut menunjukkan pada penelitian Nova
(2012) losion kontrol paling aman digunakan daripada losion ekstrak kulit manggis,
namun secara keseluruhan losion masih bisa diaplikasikan pada kulit manusia
karena masih dalam cakupan sedikit mengiritasi dengan rentang skor 0,04 0,99.

7. Pengujian persen kelembaban losion pada manusia


Setelah didapat formulasi losion yang paling baik yaitu formula losion III
(ekstrak kulit manggis 20%), maka dilanjutkan uji kelembaban hasil pada Tabel 8
dan Tabel 9 berikut :
Tabel 8. Kelembaban kulit pada wanita setelah aplikasi losion ekstrak kulit manggis
Waktu (menit)
Persen Kelembaban Kulit
0
32,1400a
5
40,3600b
10
37,3067ab
15
38,5533b
Tabel 9. Kelembaban kulit pada wanita setelah aplikasi losion ekstrak kulit manggis
Waktu (menit)
Persen Kelembaban Kulit
0
30,4733a
5
36,7400b
10
35,8133b
15
36,5467b
Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
tidak beda nyata pada tingkat kepercayaan 95%
Pola perbandingan persen kelembaban pada dasarnya peningkatkan
kelembaban menunjukkan pola yang sama antara pria dan wanita. Kelembaban
kulit menunjukkan peningkatan yang pada menit ke-5 pasca pengolesan losion,
menurun kembali pada menit ke-10 kemudian kembali menunjukkan peningkatan
pada menit ke-15.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian ada perbedaan pengaruh dari konsentrasi ekstrak
kulit manggis terhadap aktivitas antioksidan losion yang dihasilkan. Aktivitas
antioksidan tertinggi dimiliki losion formula III dengan konsentrasi ekstrak kulit
manggis 20% dan merupakan formulasi yang tepat untuk menghasilkan sediaan

losion dengan kualitas yang baik karena memiliki pH, tingkat viskositas dan indeks
iritasi yang lebih baik dibanding formulasi losion I dan II.
SARAN
Penelitian ini merupakan penelitian dasar tentang manfaat ekstrak kulit
manggis untuk diterapkan dalam sediaan topikal yang mana dalam hal ini adalah
losion. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan pengujian mekanisme antioksidan
losion ekstrak kulit manggis pada permukaan kulit manusia serta variasi aroma dari
bahan alami untuk menambah kualitas losion.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terimakasih kepada keluarga tercinta, sahabat serta temanteman FTb atas bimbingan, dukungan dan bantuannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2011. Metode Analisis Kosmetika. Jakarta
Ika, Y. A., Didik, S. 2013. Pemanfaatan Limbah Biji Alpukat (Persea amerixcana)
Yang Dikombinasikan Dengan Ekstrak Lidah Buaya Sebagai Losion Tabir
Surya. Jurnal Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Muhamadiyah,
Purwokerto.
Marinova, G. dan Batchvarov, V. 2011. Evaluation of Methods for Determination
of the Free Radical Scavenging Activity by DPPH. Bulgarian Journal of
Agricultural Science 17(1):11-24.
Miryanti, A., Lanny, S., Kurniawan B., dan Stephen I. 2011. Ekstraksi Antioksidan
Dari Kulit Buah Manggis. Skripsi. Bandung, Universitas Katolik
Parahyangan.
Nova, G. D. 2012. Formulasi Ekstrak Metanol Kulit Manggis (Garcinia
mangostana L) Pada Uji Iritasi Primer. Skripsi. Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Nussinovitch, A. 1997. Hydrocolloid Aplications. Blackie Academic and
Professional, London.

Schmitt, W. H. 1996. Chemistry and Technology of Cosmetics and Toiletries


IndustrySecond Edition. Blackie Academy and Profesional, London.
[SNI] Standar Nasional Indonesia 192897. 1992. Penentuan Total Mikroba. Badan
Standarisasi Nasional, Jakarta
Syeni, B. A. 2008. Aplikasi Karaginan Dalam Pembuatan Skin Lotion. Skripsi.
Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Pengetahuan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Voigt, R., 1984, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Terjemahkan Soendani
Noerono Soewandhi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai