Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
Infeksi jaringan tulang disebut sebagai osteomielitis, dan dapat timbul akut
atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun
manifestasi local yang berjalan dengan cepat. Pada anak-anak infeksi tulang
seringkali timbul sebagai komplikasi dari infeksi pada tempat-tempat lain seperti
infeksi faring (faringitis), telinga (otitis media) dan kulit (impetigo). Bakterinya
(Staphylococcus aureus, Streptococcus, Haemophylus influenzae) berpindah
melalui aliran darah menuju metafisis tulang didekat lempeng pertumbuhan
dimana darah mengalir ke dalam sinusoid.
Akibat perkembangbiakan bakteri dan nekrosis jaringan, maka tempat
peradangan yang terbatas ini akan terasa nyeri dan nyeri tekan. Perlu sekali
mendiagnosis osteomielitis ini sedini mungkin, terutama pada anak-anak,
sehingga pengobatan dengan antibiotika dapat dimulai, dan perawatan
pembedahan yang sesuai dapat dilakukan dengan pencegahan penyebaran infeksi
yang masih terlokalisasi dan untuk mencegah jangan sampai seluruh tulang
mengalami kerusakan yang dapat menimbulkan kelumpuhan. Diagnosis yang
salah pada anak-anak yang menderita osteomilitis dapat mengakibatkan
keterlambatan dalam memberikan pengobatan yang memadai.
Pada orang dewasa, osteomilitis juga dapat awali oleh bakteri dalam aliran
darah, namun biasanya akibat kontaminasi jaringan saat cedera atau operasi.
Osteomielitis kronik adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak ditangani
dengan baik. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, osteomielitis sangan
resisten terhadap pengobatan dengan antibiotika. Infeksi tulang sangat sulit untuk
ditangani, bahkan tindakan drainase dan debridement, serta pemberian antibiotika
yang tepat masih tidak cukup untuk menghilangkan penyakit.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi Tulang
1.1 Tulang dalam garis besarnya dibagi atas: 1

Tulang panjang
Yang termasuk tulang panjang misalnya femur, tibia, fibula, ulna dan
humerus. Ujung tulang panjang dinamakan epifisis. Plat epifisis
memisahkan epifisis dari diafisis dan merupakan pusat pertumbuhan
longitudinal pada anak-anak. Pada orang dewasa mengalami kalsifikasi.
Ujung tulang panjang ditutupi oleh kartilago artikular pada sendisendinya. Sedangkan, daearah batas disebut diafisis dan daerah yang
berdekatan dengan garis epifisis disebut metafisis. Daerah ini merupakan
suatu daerah yang sangat sering ditemukan adanya kelainan atau penyakit,
oleh karena daerah ini merupakan daerah metabolic yang aktif dan banyak
mengandung pembuluh darah. Kerusakan

atau kelainan perkembangan

pada daerah lempeng epifisis akan menyebabkan kelainan pertumbuhan


tulang. Tulang panjang disusun untuk menyagga berat badan dan gerakan.

Tulang pendek
Contoh dari tulang pendek antara lain tulang vetebra dan tulang-tulang
karpal

Tulang pipih
Yang termaasuk tulang pipih antara lain tulang iga, tulang scapula dan
tulang pelvis.
Tulang terdiri atas daerah yang kompak pada bagian luar yang

disebut korteks dan bagian dalam yang bersifat spongiosa berbentuk trabekula
dan diluarnya dilapisi oleh periosteum. Periosteum pada anak lebih tebal dari
orang dewasa, yang memungkinkan penyembuhan tulang pada anak lebih
cepat dibandingkan orang dewasa. 1

.
Gambar 1. Tulang Panjang
2. Pembagian Sel Tulang
Tulang tersusun atas sel, matriks protein, dan deposit mineral. Selselnya terdiri atas tiga jenis dasarosteoblas, osteosit, dan osteoklas. 1,2
2.1. Osteoblast
Osteoblas merupakan salah satu jenis sel hasil diferensiasi sel
mesenkim yang sangat penting dalam proses osteogenesis atau osifikasi.
Sebagai sel, osteoblas dapat memproduksi sunstansi organik intraseluler atau
matriks, dimana kalsifikasi terjadi di kemidian hari. Tulang baru dibentuk oleh
osteoblast yang membentuk osteoid dan mineral pada matriks tulang bila
proses ini selesai osteoblast menjadi osteosit dan terperangkap dalam matriks
tulang yg mengandung mineral.1,2
2.2. Osteosit
Berfungsi memelihara kontent mineral dan elemen organik tulang.2
2.3. Osteoclast
Sel yang bersifat multinukleus, tidak ditutupi oleh permukaan tulang
dengan sifat dan fungsi resorpsi serta mengeluarkan tulang. 1,2
Matriks tulang menyimpan kalsium, posfor, magnesium, dan fluor. Tulang

mengandung 99% dari seluruh kalsium tubuh dan 90% dari seluruh fosfor tubuh.
Unit dasar dari kortek tulang disebut sistem haversian. Yg terdiri dari saluran
haversian (yang berisi pembuluh darah, saraf dan lymphatik), lacuna (berisi
osteosit), lamella, canaliculi (saluran kecil yang menghubungakan lacuna dan
saluran haversian). 1,2
Bagian luar tulang diselimuti oleh membran fibrus padat yang dinamakan
periosteum. Periosteum memberi nutrisi pada tulang dan memungkinkannya
tumbuh selain sebagai tempat perlekatan tendon dan ligamen. Periosteum
mengandung syaraf, pembuluh darah, dan limfatik. Lapisan yang paling dekat
dengan tulang mengandung osteoblas yang merupakan sel pembentuk tulang. 1,2
Endosteum adalah membran vasculer tipis yang menutupi rongga sumsum tulang panjang dan rongga-rongga dalam tulang kanselus. Osteoklas
melarutkan tulang untuk memelihara rongga sum-sum terletak dekat endosteum
dan dalam lakuna howship. 2
Sumsum tulang merupakan jaringan vasculer dalam rongga sumsum
tulang panjang dan dalam tulang pipih. Sumsum tulang merah terutama terletak di
dalam sternum vertebra dan rusuk pada tulang dewasa, bertanggung jawab pada
produksi sel darah merah dan putih. Pada orang dewasa, tulang panjang terisi oleh
sumsum lemak kuning. 1,2
Tulang adalah jaringan yang terstruktur dengan baik dan mempunyai 5
fungsi utama, yaitu: 1
1. Membentuk rangka badan
2. Sebagai pengumpil dan tempat melekat otot
3. Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan
alat-alat dalam, seperti otak, sumsum tulang belakang, jantung, dan
paru-paru.
4. Sebagai tempat deposit kalsium, fosfor, magnesium dan garam.
5. Sebagai organ yang berfugsi sebagai jaringan hemopoetik untuk
memproduksi sel-sel darah merah, sel-sel darah putih dan trombosit.

3. Osteomielitis
3.1. Definisi
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat
disebabkan oleh bakteri, virus, atau proses spesifik (M. tuberkulosa, jamur ).
Menurut perjalanan waktunya, osteomielitis dikategorikan atas akut, sub-akut,
atau kronik dengan pembagian pada tiap tipe berdasarkan onset penyakit
(timbulnya infeksi). Osteomielitis akut berkembang dalam dua minggu setelah
onset penyakit, sedangkan osteomielitis sub-akut dalam dua minggu sampai
tiga bulan dan osteomielitis kronik setelah lebih dari tiga bulan. 3,4
3.2. Epidemiologi
Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II, tetapi dapat pula
ditemukan pada bayi dan neonatus. Insiden di amerika 1 dari 5000 anak, dan 1
dari 1000 pada neonatal. Pada keseluruhan insiden terbanyak pada negara
berkembang. Osteomielitis pada anak-anak sering bersifat akut dan menyebar
secara hematogen, sedangkan osteomielitis pada orang dewasa merupakan
infeksi subakut atau kronik yang berkembang secara sekunder dari fraktur
terbuka dan meliputi jaringan lunak. 5,6
Kejadian pada anak laki-laki lebih sering dibandingkan dengan anak
perempuan dengan perbandingan 4:1. Lokasi yang tersering ialah tulangtulang panjang, misalnya femur, tibia, humerus, radius, ulna dan fibula.
Namun tibia menjadi lokasi tersering untuk osteomielitis post trauma karena
pada tibia hanya terdapat sedikit pembuluh darah. 5,6
Faktor-faktor pasien seperti perubahan pertahanan netrofil, imunitas
humoral, dan imunitas selular dapat meningkatkan resiko osteomielitis. 6
3.3. Klasifikasi
Osteomielitis merupakan penyakit yang kompleks, sehingga sistem
klasifikasi yang bervariasi telah dikembangkan disamping kategori umum
yaitu akut, sub-akut, dan kronik. System klasifikasi Waldvogel membagi
osteomielitis dalam kategori hematogenous, contiguous and chronic,
sedangkan klasifikasi yang lebih baru menurut sistem klasifikasi Cierny-

Mader berdasarkan status dari proses penyakit, bukan etiologi, kronisitas, atau
factor lainnya sehingga istilah akut dan kronik tidak dipergunakan pada
system Cierny-Mader. Derajat pada system ini bersifat dinamik dan dapat
berubah-ubah sesuai sesuai kondisi medik pasien, keberhasilan terapi
antibiotic dan pengobatan lainnya. 7,8

Waldvogel Classification System for


Osteomyelitis

Cierny-Mader Staging System for


Osteomyelitis

Hematogenous osteomyelitis

Anatomic type
Stage 1: medullary osteomyelitis
Stage 2: superficial osteomyelitis
Stage 3: localized osteomyelitis
Stage 4: diffuse osteomyelitis
Physiologic class
A host: healthy
B host:
Bs: systemic compromise
Bl: local compromise
Bls: local and systemic compromise
C host: treatment worse than the
disease
Factors affecting immune
surveillance, metabolism and local
vascularity
- Systemic factors (Bs): malnutrition,
renal or hepatic failure, diabetes
mellitus, chronic hypoxia, immune
disease, extremes of age,
immunosuppression or immune
deficiency
- Local factors (Bl): chronic
lymphedema, venous stasis, major
vessel compromise, arteritis, extensive
scarring, radiation fibrosis, small-vessel
disease, neuropathy, tobacco abuse

Osteomyelitis secondary to contiguous


focus of infection
No generalized vascular disease
Generalized vascular disease
Chronic osteomyelitis (necrotic bone)

Information from Waldvogel FA,


Medoff G, Swartz MN. Osteomyelitis:
a review of clinical features,
therapeutic considerations and unusual
aspects (first of three parts). N Engl J
Med 1970;282:198-206.

Adapted with permission from Cierny


G, Mader JT, Pennick JJ. A clinical
staging system for adult osteomyelitis.
Contemp Orthop 1985;10:17-37.

Ross dan Cole (1985) membagi


lesi-lesi ini sebagai yang bersifat agresif
atau rongga di dalam daerah metafisis
atau diafisis. Klasifikasi ini membantu
dalam perencanaan pengobatan sebagai
lesi yang sifatnya menyerang yang
seharusnya diobati dengan pembedahan
untuk mendiagnosisnya. Gledhill mengklasifikasikan osteomyelitis subakut
berdasarkan gambaran radiologinya (1973), dan klasifikasi ini telah dimodifikasi
oleh Robert, dkk pada tahun 1982. Klasifikasi ini berguna untuk pelaporan hasil
pengobatan berdasarkan lokasi dan ini bukan merupakan suatu prognosis atau
rencana pengobatan. 7,8
A. Tipe I adalah lesi metafisis
-

Tipe Ia merupakan lesi di sentral metafisis sebagai gambaran


radiolusen, sering merupakan sugestif dari histiositosis sel Langerhans.

Tipe Ib merupakan lesi di metafisis yang aneh yang berlokasi


pada erosi korteks, yang mungkin memberikan gambaran dari sarkoma
osteogenik.

B. Tipe II merupakan lesi diafisis


-

Tipe IIa berlokasi di korteks dan reaksi periosteal meniru


osteoid osteoma.

Lesi tipe IIb merupakan abses meduler diafisis tanpa perusakan


korteks tetapi merupakan reaksi periosteal yang menyerupai kulit bawang
mirip sarkoma Ewing.

C. Tipe III merupakan lesi epifisis


-

Tipe IIIa merupakan osteomielitis primer pada epifisis dan

tampak sebagai gambaran konsentrik radiolusen. Tipe ini biasanya tampak


pada anak-anak usia 4-5 tahun.
-

Tipe IIIb adalah osteomielitis subakut yang menyilang epifisis


dan meliputi baik epifisis maupun metafisis.

D.

Lesi tipe IV merupakan lesi yang sama dengan lesi metafisis, yang
didefinisikan sebagai bagian dari tulang yang rata atau ireguler yang dibatasi
oleh kartilago (pertumbuhan lempeng apofisis, kartilago artikuler, atau
fibrokartilago), seperti vertebra, pelvis, dan tulang-tulang pendek seperti
tulang tarsal dan klavikula (Nixon, 1978).
-

Tipe IVa meliputi tulang belakang dengan proses erosi atau


destruksi.

Tipe IVb meliputi penutup tulang dari pelvis dan paling


sklerotik tidak adanya proses erosi maupun destruksi. Ezra, dkk
menyebutkan tipe ini pada tahun 1993 dan 1997.

Tipe IVc meliputi tulang-tulang pendek, seperti tulang tarsal


dan klavikula.
Walaupun sistem klasifikasi osteomielitis membantu mendiskripsikan

infeksi dan menentukan diperlukan atau tidaknya pembedahan, namun kategori ini
tidak dapat digunakan pada keadaan tertentu (infeksi pada sendi prostetik,
material yang di implantasi, atau pada tulang-tulang kecil dan osteomielitis
vertebra). 7,8

3.4. Faktor Risiko

Osteomielitis biasanya tidak membedakan ras atau jenis kelamin. Tetapi


beberapa orang memiliki resiko lebih untuk terkena penyakit ini, resiko tersebut
adalah : 3,6
Diabetes mellitus
Pasien yang mendapat hemodialisis
Orang yang daya tahan tubuhnya lemah/buruk
Sickel cell disease
Penyalahguna obat obatan IV
Orang tua.
Alkoholisme
Penggunaan steroid jangka panjang
Penyakit sendi kronik
Trauma (pembedahan ortopedi atau fraktur terbuka)
Pemakaian prosthetic ortopedi
3.5. Etiologi
Organisme
dihubungkan

spesifik

dengan

usia

yang

diisolasi

pasien

atau

dari

osteomielitis

keadaan-keadaan

seringkali

tertentu

yang

menyertainya (trauma atau riwayat operasi). Staphylococcus aureus terlibat pada


kebanyakan pasien dengan osteomielitis hematogenous akut dan bertangguang
jawab atas 90% kasus pada anak-anak yang sehat. Penyebab osteomielitis pada
anak-anak ialah Staphylococcus aureus (89-90%), Streptococcus (4-7%),
Haemophillus influenza (2-4%), Salmonella typhi dan Escherichia coli (1-2%).
Bakteri penyebab osteomielitis kronik terutama Staphylococcus aureus (75%),
atau Escherichia coli, Proteus atau Pseudomonas aeruginosa. Staphylococcus
epidermidis merupakan penyebab utama osteomielitis kronik pada operasi-operasi
ortopedi yang menggunakan implan. 5,6,9
Selain disebabkan bakteri piogenik, osteomielitis juga dapat disebabkan
oleh infeksi bakteri granulomatosa seperti tuberkulosis dan siphilis melalui proses
spesifik, oleh jamur seperti aktinomikosis yang pada awalnya seringkali bersifat
kronik. Selain itu juga dapat disebabkan oleh virus. 4,7,9

Organism

Comments

Staphylococcus aureus

Organism most often isolated in all types


of osteomyelitis

Coagulase-negative staphylococci or
Propionibacterium species

Foreign-bodyassociated infection

Enterobacteriaceae species or
Pseudomonas aeruginosa

Common in nosocomial infections

Streptococci or anaerobic bacteria

Associated with bites, fist injuries caused


by contact with another person's mouth,
diabetic foot lesions, decubitus ulcers

Salmonella species or Streptococcus


pneumoniae

Sickle cell disease

Bartonella henselae

Human immunodeficiency virus


infection

Pasteurella multocida or Eikenella


corrodens

Human or animal bites

Aspergillus species, Mycobacterium


avium-intracellulare or Candida
albicans

Immunocompromised patients

Mycobacterium tuberculosis

Populations in which tuberculosis is


prevalent

Brucella species, Coxiella burnetii


(cause of chronic Q fever) or other
fungi found in specific geographic
areas

Population in which these pathogens are


endemic

Organisms Commonly Isolated in Osteomyelitis Based on Patient Age


Infants (<1 year)
Group B streptococci
Staphylococcus aureus
Escherichia coli
Children (1 to 16 years)

10

S. aureus
Streptococcus pyogenes
Haemophilus influenzae
Adults (>16 years)
Staphylococcus epidermidis
S. aureus
Pseudomonas aeruginosa
Serratia marcescens
E. coli
Adapted with permission from Dirschl DR, Almekinders LC. Osteomyelitis.
Common causes and treatment recommendations. Drugs 1993;45:29-43.
3.6. Patogenesis
3.6.1 Osteomielitis primer
Osteomyelitis primer disebabkan penyebaran secara hematogen dari fokus
lain. Osteomyelitis primer disebabkan oleh implantasi mikroorganisme secara
langsung ke dalam tulang dan biasanya terbatas pada tempat tersebut. Fraktur
terbuka (compound fracture), luka tembus (terutama disebabkan oleh senjata api),
dan operasi bedah pada tulang merupakan kausa-kausa tersering. Terapi operatif
biasanya perlu dilakukan, terapi dengan obat antimikroba hanya sebagai pembantu
saja. 6
3.6.1.1. Osteomielitis akut
Osteomielitis hematogenous akut
Penyebaran osteomielitis dapat terjadi melalui dua cara yaitu: 3
1.

2.

Penyebaran umum
melalui sirkulasi darah berupa bakterimia dan septikemia
melalui embolus infeksi yang menyebabkan infeksi mltifokal pada
daerah-daerah lain
Penyebaran lokal
subperiosteal abses, akibat penerobosan abses melalui periost
selulitis akibat abses subperiosteal menembus sampai di bawah
kulit

11

penyebaran ke dalam sendi sehingga terjadi artritis septik


penyebaran ke medula tulang sekitarnya sehingga sistem sirkulasi
dalam tulang terganggu. Hal ini menyebabkan kematian tulang
lokal dengan terbentuknya tulang mati yang disebut sekuestrum.

Teori terjadinya infeksi pada daerah metafisis yaitu: 3

Teori vaskuler (trueta)

Pembuluh darah pada daerah metafisis berkelok-kelok dan


membentuk sinus-sinus sehingga menyebabkan aliran darah menjadi lambat.
Aliran darah yang lambat pada daerah ini memudahkan bakteri berkembang
biak.
Teori fagositosis (rang)

Daerah metafisis merupakan daerah pembentukan sistem


retikuloendotelial. Bila terjadi infeksi, bakteri akan difagosit oleh sel-sel
fagosit matur di tempat ini. Meskipun demikian, di daerah ini juga terdapat
sel-sel fagosit imatur yang tidak dapat memfagosit bakteri sehingga beberapa
bakteri tidak difagosit dan berkembang biak di daerah ini.
Teori trauma
Bila trauma artifisial dilakukan pada binatang percobaan, maka
akan terjadi hematoma pada daerah lempeng epifisis. Dengan penyuntikan
bakteri secara intravena, akan terjadi infeksi pada daerah hematoma tersebut.
Patologi yang terjadi pada osteomielitis hematogen akut tergantung pada

umur, daya tahan penderita, lokasi infeksi, serta virulensi kuman. Infeksi terjadi
melalui aliran darah dari fokus tempat lain dari tubuh pada fase bakterimia dan
dapat menimbulkan septikemia. Embolus infeksi kemudian masuk ke dalam juxta
epifisis pada daerah metafisis tulang panjang. Proses selanjutnya terjadi hiperemi
dan udem di daerah metafisis disertai pembentukan pus di tulang panjang.
Terbentuknya pus dalam tulang di mana jaringan ulang tidak dapat berekspansi
akan menyebabkan tekanan dlam tulang bertambah, peninggian tekanan dalam
tulang mengakibatkan terganggunya sirkulasi dan timbul trombosis pada
pembuluh darah tulang yang akhirnya menyebabkan nekrosis tulang. Di samping
proses yang disebutkan di atas, pembentukan tulang baru yang ekstendsif terjadi
pada bagian dalam periostem sepanjang diafisis (terutama pada anak-anak)
sehingga terbentuk lingkungan tulang seperti peti mayat yang disebut involukrum

12

dengan jaringan sekuestrum di dalamnya. Proses ini terlihat jelas pada akhir
minggu kedua. Apabila pus menembus tulang, maka terjadi pengaliran pus atau
(discharge) dari involukrum keluar melalui lubang yang disebut kloaka atau
melalui sinus pada jaringan lunak dan kulit. 3
Direct or contigous inoculation osteomyelitis
Direct or contigous inoculation osteomyelitis disebabkan kontak langsung
antara jaringan tulang dengan bakteri, biasa terjadi karena trauma terbuka dan
tindakan pembedahan. Manisfestasinya terlokalisasi dan lebih jelas dari pada
hematogenous osteomyelitis.6
Osteomyelitis sering menyertai penyakit lain seperti diabetes melitus,
anemia sel sabit, AIDS, penggunaan obat-obatan intra vena, alkoholisme,
penggunaan steroid yang berkepanjangan, imunosupresan dan penyakit sendi
yang kronik. Pemakaian prostetik adalah salah satu faktor resiko, begitu juga
dengan pembedahan ortopedi dan fraktur terbuka.6
3.6.1.2. Osteomyelitis subakut
Osteomyelitis subakut adalah bentuk lain dari osteomyelitis, dan abses
Brodie adalah salah satu tipe yang paling umum dari osteomyelitis subakut. Abses
ini biasanya ditemukan dalam spongiosa tulang dekat ujung tulang. Bentuk abses
ini biasanya bulat atau lonjong dengan pinggiran skleroti, kadang-kadang terlihat
sekuester. Abses tetap terlokalisasi dan kavitas dapat secara bertahap terisi
jaringan granulasi. Abses Brodie juga dapat ditemukan pada osteomielitis kronik.
8,9

Osteomyelitis

subakut

terjadi

lebih

banyak

pada

tulang-tulang

dibandingkan dengan tipe akut, dan itu terjadi pada bermacam-macam daerah
diantara tulang-tulang yang terinfeksi. Ekstremitas bawah terinfeksi lebih banyak
dibandingkan ekstremitas atas. Tibia terinfeksi lebih sering dibandingkan femur.3,8
Osteomyelitis subakut mungkin hanya terjadi pada epifisis, yang
merupakan kebalikan dari yang dipercaya bahwa infeksi tulang pertama tidak
terjadi di epifisis. Diafisis kadang-kadang terinfeksi, meskipun lebih sering pada
dewasa dibandingkan pada anak-anak; daerah yang paling sering terinfeksi adalah
metafisis. Daerah lain yang dilaporkan sebagai osteomielitis subakut adalah

13

metafisis sesuai lokasi, seperti di pelvis, tulang belakang, calcaneus, clavicula,


dan talus. Osteomyelitis subakut yang terjadi pada tulang tarsal biasanya terjadi
pada daerah subkondral atau batas apofisis dari calcaneus. Lesi subakut dari
tulang belakang terjadi lebih sering pada orang dewasa dibandingkan pada anakanak. Pada osteomyelitis subakut yang terjadi pada tulang panjang pada orang
dewasa, diafisis sering terkena sama seperti metafisis, sedangkan lutut jarang
terkena.8,9
3.6.1.3. Osteomielitis kronik
Osteomyelitis akut yang tidak diterapi secara adekuat, akan berkembang
menjadi

osteomyelitis

kronik.

Organisme

yang

biasa

berperan

adalah

Staphylococcus aureus (75%), Escherichia coli, Streptococcus pyogenes, Proteus,


dan Pseudomonas.

Kebanyakan penyebab dari osteomielitis polimikroba.

Kadang-kadang infeksi ini tidak terdeteksi selama bertahun-tahun dan tidak


menimbulkan gejala selama beberapa bulan atau beberapa tahun. 3,4
Destruksi tulang tidak hanya pada fokus infeksi tetapi meluas. Kavitas
berisi potongan tulang mati (sekuestra) yang dikelilingi jaringan vaskular, dan di
luar jaringan vaskular tersebut ada daerah sklerosis, hasil dari reaksi kronis
pembentukan tulang baru.
Sekuester berperan sebagai substrat bagi adesi bakteri, lama-kelamaan
terbentuk sinus. Destruksi tulang dan dengan meningkatnya sklerosis berakibat
terjadinya fraktur patologis. Gambaran histologis berupa sebukan sel radang
kronis di sekitar daerah aselular tulang atau sekuestra.
3.6.2. Osteomyelitis sekunder
Osteomyelitis

sekunder

(perkontinuitatum/hematogen

akut)

yang

disebabkan penyebaran kuman dari sekitarnya, seperti bisul dan luka; melalui
aliran darah. Kadang-kadang, osteomielitis sekunder dapat disebabkan oleh
perluasan infeksi secara langsung dari jaringan lunak di dekatnya atau dari
arthritis septic pada sendi yang berdekatan.
Infeksi di jaringan lunak kaki atau tangan, terutama di jari kaki atau jari
tangan dapat menjalar ke dalam tulang dan menyebabkan osteomielitis.

14

Panarisium subkutan menyebabkan osteomielitis falang terminal. Yang sering


ditemukan adalah osteomielitis tulang tangan atau kaki karena neuropati perifer,
misalnya pada lepra atau diabetes mellitus.4
3.7. Gambaran Klinik
3.7.1 Gambaran klinik Osteomielitis Akut
Pada awal penyakit, gejala sistemik seperti febris, anoreksia, dan malaise
menonjol, sedangkan gejala lokal seperti pembengkakan atau selulitis belum
tampak. Pada masa ini dapat terjadi salah diagnosis sebagai demam tifoid. Nyeri
spontan lokal yang mungkin disertai nyeri tekan dan sedikit pembengkakan serta
kesukaran gerak dari ekstremitas yang terkena, merupakan gejala osteomielitis
hematogen akut. Pada anak anak, seringkali orang tua baru menyadari setelah
anak tampak tidak mau menggunakan salah satu anggota geraknya atau tidak mau
disentuh. Mungkin saja sebelumnya didapatkan riwayat infeksi seperti kaki yang
terluka, nyeri tenggorokan, atau keluarnya cairan dari telinga. 4,6,7
Pada bayi baru lahir, bayi tampak gelisah, dan irritable. Biasanya lebih
sering terjadi pada bayi dengan risiko tinggi seperti prematur, berat badan
kurang, bayi riwayat persalinan yang sulit atau pemasangan kateter arteri tali
pusat. 9
Pada orang dewasa, predileksi tempat tersering adalah pada vertebra
thorakolumbal. Dapat saja menyerang penderita dengan riwayat masalah pada
traktus urinarius. Nyeri lokal bukanlah gejala yang menonjol, dan pemeriksaan x
ray baru akan berarti beberapa minggu kemudian. Tulang pada daerah lain
biasanya terlibat pada penderita Diabetes Mellitus, malnutrisi, ketergantungan
obat, dan imunodefisiensi. 6
3.7.2. Gambaran klinik Osteomielitis subakut
Osteomielitis Hematogen Subakut biasanya ditemukan pada anak-anak
dan remaja. Gambaran klinis yang dapat ditemukan adalah atrofi otot, nyeri lokal,
sedikit pembengkakan, dan dapat pula penderita menjadi pincang. Terasa rasa
nyeri pada daerah sekitar sendi selama beberapa minggu atau berbulan-bulan.
Suhu tubuh penderita biasanya normal. 5

15

3.7.3. Gambaran klinik Osteomielitis kronik


Bentuk kronik dari osteomielitis seringkali timbul pada dewasa. Umumnya
infeksi tulang ini merupakan infeksi sekunder dari luka terbuka, dan paling sering
pada trauma terbuka pada tulang dan jaringan sekitarnya. Biasanya terdapat
riwayat osteomilitis pada penderita. Nyeri tulang yang terlokalisir, kemerahan,
dan drainase disekitar area yang terkena seringkali timbul. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan adanya sinus, fistel atau sikatriks bekas operasi dengan nyeri tekan,
deformitas, instabilitas, dan tanda-tanda dari gangguan vaskularisasi, jangkauan
gerakan, dan status neurologis. Mungkin dapat ditemukan sekuestrum yang
menonjol keluar.3
3.8. Diagnosis
Diagnosis dari osteomielitis pada awalnya didasarkan pada penemuan
klinik, melalui data dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
laboratorium memberikan data dimana respon terapi dapat diukur. Lekositosis,
peningkatan laju endap darah, dan C-reaktif protein harus diperhatikan. Kultur
darah akan positif pada setengah dari anak-anak dengan osteomielitis akut. 4
Jika tulang teraba, maka evaluasi mikrobiologi dan histologi langsung
dilakukan

untuk

mengkonfirmasi

terdapatnya

osteomielitis,

setelah

itu

pengobatannya. Pemeriksaan penunjang lainnya tidak diperlukan lagi. 7

16

Radiografi
Dalam osteomielitis pada ekstremitas, foto radiografi polos dan scintigrafi
tulang adalah alat pemeriksaan utama. Bukti radiograf dari osteomielitis tidak
akan muncul sampai kira-kira dua minggu setelah onset dari infeksi.4,9
Kuman biasanya bersarang dlam spongiosa metafisis dan membentuk pus
sehingga timbul abses. Pus menjalar ke arah diafisis dan korteks, mengangkat
periost dan kadang-kadang menembusnya. Pus meluas di daerah periost dan pada
tempat-tempat tertentu membentuk fokus skunder. Nekrosis tulang yang timbul
dapat luas dan terbentuk sekuester. Periost yang terangkat oleh pus kemudian akan
membentuk tulang di bawahnya, yang dikenal sebagai reaksi periosteal. Juga di
dalam tulang itu sendiri dibentuk tulang baru, baik pada trabekula dan korteks,
sehingga tulang terlihat lebih opak dan dikenal sebagai sklerosis. Tulang yang

17

dibentuk di bawah periost ini membentuk bungkus bagi tulang yang lama dan
disebut involukrum. Involukrum ini pada berbagai tempat terdapat lubang tempat
pus keluar, yang disebut kloaka. 9
Seringkali reaksi periosteal yang terlihat lebih dahulu, baru kemudian
terlihat daerah-daerah yang berdensitas lebih rendah pada tulang yang
menunjukkan adanya dekstruksi tulang, dan disebut rarefikasi. 9
Pada osteomielitis kronik tulang akan menjadi tebal dan sklerotik dengan
gambaran hilangnya batas antara korteks dan medula. Dalam tulang yang
terinfeksi akan terdapat sekuestra dan area destruksi. Kadang-kadang suatu abses,
dikenal dengan brodies abscess akan terlihat sebagai daerah lusen yang
dikelilingi area sklerotik. 3,9

Scintigrafi tulang
Untuk pencitraan nuclir, Technetium Tc-99m metilen difosfonat adalah agen
pilihan utama. Sensitivitas pemeriksaan ini terbatas pada minggu pertama dan
sama sekali tidak spesifik. 4
MRI (Magnetic resonance imaging)
Magnetic resonance imaging (MRI) sangat
membantu dalam mendeteksi osteomielitis. MRI
lebih

unggul

jika

dibandingkan

dengan

radiografi, CT scan dan scintigrafi tulang MRI


memiliki sensitifitas 90-100% dalam mendeteksi
osteomielitis. MRI juga memberikan gambaran
resolusi ruang anatomi dari perluasan infeksi. 6

18

Ultrasonografi dan CT (computed tomographic) scan


Pemeriksaan ultrasonografi dan CT
(computed tomographic) scan dapat membantu
menegakkan diagnosa osteomielitis. USG dapat
menunjukkan perubahan sedini mungkin 1-2 hari
setelah

timbulnya

gejala.

USG

dapat

menunjukkan ketidakabnormalan termasuk abses


jaringan lunak atau penumpukan cairan (seperti
abses) dan elevasi periosteal. 6
USG juga dapat digunakan untuk menuntun dalam melakukan aspirasi. Tapi, USG
tidak digunakan untuk mengevaluasi cortex tulang.
CT scan dapat menggambarkan kalsifikasi abnormal, osifikasi dan
ketidaknormalan intrakortikal. CT scan mungkin dapat membantu dalam
mengevaluasi lesi pada tulang vetebra. CT scan juga lebih unggul dalam area
dengan anatomi yang kompleks, contohnya pelvis, sternum, dan calcaneus. 6
Pemeriksaan histopatologi dan mikrobiologi
Pemeriksaan histopatologi dan mikrobiologi merupakan gold standard dalam
mendiagnosa osteomielitis. Kultur dari sediaan sinus tidak dapat dipercaya
sepenuhnya untuk mengidentifikasi etiologi dari osteomielitis, sehingga biopsi
merupakan anjuran untuk menentukan etiologi dari osteomielitis. Namun
keakuratan biopsi seringkali terbatas oleh kurangnya pengumpulan spesimen yang
sama dan penggunaan antibiotik sebelumnya.

Diagnosis of Acute Osteomyelitis*


-Pus on aspiration
-Positive bacterial culture from bone or blood
-Presence of classic signs and symptoms of acute osteomyelitis
-Radiographic changes typical of osteomyelitis
*--Two of the listed findings must be present for establishment of the diagnosis.
Information from Peltola H, Vahvanen V. A comparative study of osteomyelitis and
purulent arthritis with special reference to aetiology and recovery. Infection

19

1984;12(2):75-9.
3.9. Diagnosa Banding
Diagnosis banding pada masa akut adalah demam reumatik dan selulitis.
Pada demam reumatik, nyeri cenderung berpindah dari satu sendi ke sendi
lainnya. Bisa terdapat carditis, nodul-nodul rematik, atau erythema marginatum.
Pada selulitis, terdapat kemerahan superfisial yang melebar, terjadi limfangitis.
Arthritis supuratif akut dibedakan dari osteomielitis hematogen akut berdasarkan
adanya nyeri yang difus , dan semua pergerakan sendi terbatas karena adanya
spasme otot. 6
Pada Gauchers Disease. Pseudo-osteitis dapat timbul dengan manifestasi
klinis yang sangat mirip dengan osteomielitis. Diagnosis ditegakkan terutama
dengan adanya pambesaran hati dan lien. 6
Gambaran Radiologik osteomielitis dapat menyerupai gambaran penyakitpenyakit lain pada tulang, diantaranya yang terpenting adalah tumor ganas primer
tulang. Destruksi tulang, reaksi periosteal, pembentukan tulang baru, dan
pembengkakan jaringan lunak, dijumpai juga pada osteosarkoma dan Ewing
sarkoma.9
Osteosarkoma, seperti halnya osteomielitis, biasanya mengenai metafisis
tulang panjang sehingga pada stadium dini sangat sukar dibedakan dengan
osteomielitis. Pada stadium yang lebih lanjut, kemungkinan untuk membedakan
lebih besar karena pada osteosarkoma biasanya ditemukan pembentukan tulang
yang lebih banyak serta adanya infiltrasi tumor yang disertai penulangan
patologik ke dalam jaringan lunak. Juga pada osteosarkoma ditemukan segitiga
Codman. 9
Pada tulang panjang, Ewing Sarkoma biasanya mengenai diafisis; tampak
destruksi tulang yang bersifat infiltratif, reaksi periosteal yang kadang-kadang
menyerupai kulit bawang yang berlapis-lapis dan massa jaringan lunak yang
besar. 9
3. 10. Penatalaksanaan
3. 10. 1 Osteomielitis akut

20

Begitu diagnosis secara klinis ditegakkan, ekstremitas yang terkena


diistirahatkan dan segera berikan antibiotik. Antibiotik spektrum luas yang efektif
terhadap gram positif maupun gram negatif diberikan langsung sambil menunggu
hasil biakan kuman. Antibiotik diberikan selama 3-6 minggu dengan melihat
keadaan umum dan laju endap darah penderita. Bila dengan terapi intensif selama
24 jam tidak didapati perbaikan, dianjurkan untuk mengebor tulang yang
terkena.3,4
Bila ada cairan yang keluar perlu dibor di beberapa tempat untuk
mengurangi tekanan intraosteal. Cairan tersebut perlu dibiakkan untuk
menentukan jenis kuman dan resistensinya. Bila terdapat perbaikan, antibiotik
parenteral diteruskan sampai 2 minggu, kemudian diteruskan secara oral paling
sedikit 4 minggu. 3,4
Penyulit berupa kekambuhan yang dapat mencapai 20%, cacat berupa
dekstruksi sendi, gangguan pertumbuhan karena kerusakan cakram epifisis, dan
osteomielitis kronik.
Indikasi untuk melakukan tindakan pembedahan ialah:5
a.

Adanya abses.

b.

Rasa sakit yang hebat.

c.

Adanya sekuester.

d.

Bila mencurigakan adanya perubahan ke arah keganasan (karsinoma


epidermoid).
Saat yang terbaik untuk melakukan tindakan pembedahan adalah bila

involukrum telah cukup kuat untuk mencegah terjadinya fraktur pasca


pembedahan. 5
3. 10. 2. Osteomielitos subakut
Pengobatan osteomyelitis subakut tergantung dari diagnosis. Kebanyakan
1/3 kasus tidak dapat dibedakan dari keganasan primer dari tumor tulang. Biopsi
dan kuretase diperlukan untuk penegakan diagnosis pada kasus-kasus ini. Pada
saat diagnosis ditegakkan, pemberian antibiotik yang sesuai dengan kelompok
gram, kultur, dan sensitivitas harus sudah dimulai secara intravena selama 2-7
hari, diikuti dengan antibiotik oral selama 6 minggu. 8

21

Kegagalan gejala untuk timbulnya perbaikan setelah 6 minggu pengobatan


dengan antibiotik atau perburukan kondisi selama pengobatan harus dipikirkan
untuk mengevaluasi ulang dan mendiagnosis secara bakteriologis, diikuti
penatalaksanaan operasi dan antibiotik yang sesuai. Indikasi lain untuk operasi
adalah perubahan bentuk sinus yang selanjutnya dan drainase ke dalam sendi
sinovial. Tanda-tanda klinis dari pus subperiosteal atau sinovitis mengindikasikan
bahwa infeksi subakut telah berubah menjadi komponen akut, dan ini harus
dilakukan drainase secara bedah.8
Indikasi tindakan bedah :
a.

Kegagalan gejala untuk memperbaiki setelah lebih dari 6


bulan dilakukan pengobatan dengan antibiotik atau perburukan kondisi selama
pengobatan.

b.

Lesi yang cepat berkembang (tidak dapat dibedakan dari


keganasan tulang).

c.

Perubahan bentuk sinus atau drainase ke dalam sendi


sinovial.

d.

Tanda-tanda klinis dari pus subperiosteal atau sinovitis.


Literatur yang ada tidak dapat mendukung pengobatan pada orang dewasa,

dikarenakan penyakit ini paling banyak menyerang kelompok usia anak. Operasi
diindikasikan dalam pengobatan pada orang dewasa. 8
3. 10. 3 Osteomielitis kronik
Pengobatan Osteomielitis Kronik: : 3
1. Pemberian antibiotik
Osteomielitis kronis tidak dapat diobati dengan antibiotik semata-mata
Pemberian antibiotik ditujukan untuk:

Mencegah terjadinya penyebaran infeksi pada tulang sehat lainnya

Mengontrol eksaserbasi

2. Tindakan operatif
Tindakan operatif dilakukan bila fase eksaserbasi akut telah reda setelah
pemberian dan pemayungan antibiotik yang adekuat.
Operasi yang dilakukan bertujuan:

22

Mengeluarkan seluruh jaringan nekrotik, baik jaringan lunak maupun


jaringan tulang(sekuestrum) sampai ke jaringan sehat sekitarnya.
Selanjutnya dilakukan drainase dan irigasi secara kontinu selama
beberapa hari. Adakalanya diperlukan penanaman rantai antibiotik di
dalam bagian tulang yang infeksi

Sebagai dekompresi pada tulang dan memudahkan antibiotik


mencapai sasaran dan mencegah penyebaran osteomielitis lebih
lanjut

Kegagalan pemberian antibiotik dapat disebabkan oleh : 5


a.

Pemberian

antibiotik

yang

tidak

sesuai

dengan

mikroorganisme penyebab
b.

Dosis tidak adekuat

c.

Lama pemberian tidak cukup

d.

Timbulnya resistensi

e.

Kesalahan hasil biakan (laboratorium)

f.

Antibiotik antagonis

g.

Pemberian pengobatan suportif yang buruk

h.

Kesalahan diagnostik

Initial Antibiotic Regimens for Patients with Osteomyelitis

Organism

Antibiotic(s) of first
choice

Alternative
antibiotics

Staphylococcus aureus
or coagulase-negative
(methicillin-sensitive)
staphylococci

Nafcillin (Unipen), 2 g
IV every 6 hours, or
clindamycin phosphate
(Cleocin Phosphate),
900 mg IV every 8
hours

First-generation
cephalosporin
vancomycin
(Vancocin)

S.
aureus
or
coagulase-negative

Vancomycin, 1 g IV
every 12 hours

Teicoplanin
(Targocid),*

or

23

(methicillin-resistant)
staphylococci

trimethoprimsulfamethoxazole
(Bactrim, Septra) or
minocycline (Minocin)
plus rifampin (Rifadin)

Various streptococci
(groups A and B bhemolytic organisms
or penicillin-sensitive
Streptococcus
pneumoniae)

Penicillin G, 4 million
units IV every 6 hours

Clindamycin,
erythromycin,
vancomycin
or
ceftriaxone (Rocephin)

Intermediate
penicillin-resistant S.
pneumoniae

Cefotaxime (Claforan),
1 g IV every 6 hours,
or ceftriaxone, 2 g IV
once daily

Erythromycin
clindamycin

Penicillin-resistant S.
pneumoniae

Vancomycin, 1 g IV
every 12 hours

Levofloxacin
(Levaquin)

Enterococcus species

Ampicillin, 1 g IV
every
6
hours,
orvancomycin, 1 g IV
every 12 hours

Ampicillin-sulbactam
(Unasyn)

Enteric gram-negative
rods

Fluoroquinolone (e.g.,
ciprofloxacin [Cipro],
750 mg orally every 12
hours)

Third-generation
cephalosporin

Serratia species
Pseudomonas
aeruginosa

Ceftazidime (Fortaz),
2 g IV every 8 hours
(with
an
aminoglycoside given
IV once daily or in
multiple doses for at
least the first 2 weeks)

Imipenem (Primaxin
I.V.),
piperacillintazobactam (Zosyn) or
cefepime (Maxipime;
given
with
an
aminoglycoside)

Clindamycin, 600 mg
IV or orally every 6

For
gram-negative
anaerobes: amoxicillin-

Anaerobes

or

or

24

Mixed aerobic and


anaerobic organisms

hours

clavulanate
(Augmentin)
or
metronidazole (Flagyl)

Amoxicillinclavulanate, 875 mg
and
125
mg,
respectively,
orally
every 12 hours

Imipenem

IV = intravenous.
*--Currently available only in Europe.
Adapted with permission from Lew DP, Waldvogel FA. Osteomyelitis. N Engl J
Med 1997;336:999-1007, and Mader JT, Shirtliff ME, Bergquist SC, Calhoun J.
Antimicrobial treatment of chronic osteomyelitis. Clin Orthop 1999;(360):46-65.

3. 11. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada osteomielitis hematogen akut adalah: 3,4

Septikemia
Dengan makin tersedianya obat-obatan antibiotik yang memadai, kematian
akibat septikemia pada saat ini jarang ditemukan.

Infeksi yang bersifat metastatik


Infeksi dapat bermetastatik ke tulang/ sendi lainnya, otak, dan paru-paru,
dapat bersifat multifokal dan biasanya terjadi pada penderita dengan
status gizi yang jelek

Artritis Supuratif
Artritis Supuratif dapat terjadai pada bayi muda karena lempeng epifisis
bayi (yang bertindak sebagai barier) belum berfungsi dengan baik.
Komplikasi

terutama terjadi pada osteomielitis hematogen akut di

daerah metafisis yang bersifat

intra-kapsuler

(misalnya

pada

sendi

panggul) atau melalui infeksi metastatik

Gangguan Pertumbuhan

25

Osteomielitis hematogen akut pada bayi dapat menyebabkan kerusakan


lempeng epifsisis yang menyebabkan gangguan pertumbuhan, sehingga
tulang yang

terkena akan menjadi lebih pendek.

Pada anak yang lebih besar akan terjadi hiperemi pada daerah metafisis
yang

merupakan stimulasi bagi tulang untuk bertumbuh. Pada keadaan

ini tulang

bertumbuh lebih cepat dan menyebabkan terjadinya

pemanjangan tulang

Osteomielitis Kronik
Apabila diagnosis dan terapi yang tepat tidak dilakukan, maka
osteomielitis akut akan berlanjut menjadi osteomielitis kronik

Fraktur Patologis

Ankilosis

3. 12. Prognosis
Angka mortalitas pada osteomielitis akut yang diobati adalah kira-kira 1
%, tetapi morbiditas tetap tinggi. Bila terapi efektif dimulai dalam waktu 48 jam
setelah timbulnya gejala, kesembuhan yang cepat dapat diharapkan pada kira-kira
2/3 kasus. Kronisitas dan kambuhnya infeksi mungkin terjadi bila terapinya
terlambat. 6
Empat faktor penting yang menentukan keefektifan terapi antimikroba
dalam terapi osteomielitis hematogenous akut, sehingga akan mempengaruhi
prognosis adalah :6
1. Interval waktu diantara onset penyakit dan permulaan terapi.
Terapi yang dimulai dalam 3 hari pertama adalah yang paling ideal karena
pada tahap ini area lokal dari osteomielitis masih belum menjadi iskemi.
Dengan pengobatan dini, organisme penyebab akan lebih sensitif terhadap obat
yang dipilih dan dapat mengontrol infeksi sehingga osteolisis, nekrosis tulang
dan pembentukan tulang baru akan dihambat. Dengan keadaan seperti ini maka
perubahan gambaran radiologik tidak akan muncul kemudian pengobatan
dalam tiga sampai tujuh hari akan mengurangi infeksi baik sistemik maupun
lokal, namun terlalu lambat untuk mencegah kerusakan tulang. Pengobatan
yang dimulai setelah satu minggu infeksi hanya dapat mengontrol septikemia
dan menyelamatkan jiwa, tetapi memiliki efek yang kecil dalam mencegah

26

kerusakan tulang lebih lanjut.


2. Keefektifan obat antimikroba dalam melawan kuman penyebab
Hal ini bergantung pada jenis kuman penyebab yang bersangkutan apakah
kuman tersebut resisten atau sensitif terhadap antibiotik yang digunakan.
3. Dosis dari obat antimikroba
Faktor lokal dari vaskularisasi tulang yang terganggu memerlukan dosis
antibiotik yang lebih besar untuk osteomielitis daripada infeksi jaringan lunak.
4. Durasi terapi antimikroba
Penghentian terapi yang terlalu awal terutama bila kurang dari empat minggu akan
mengakibatkan terjadinya infeksi kronik dan rekuren dari osteomielitis.

27

BAB III
KESIMPULAN
Osteomielitis dalah infeksi pada tulang yang biasanya lebih disebabkan
oleh kuman, termasuk mikrobakteria, tetapi teradan juga disebabkan oleh jamur,
dan mikroorganisme yang tersering menyebabkan oseomielitis ini adalah kuman
Staphylococcus aureus. Mikroorganisme tersebut dapat menginfeksi tulang
melalui beberapa cara diantaranya melalui aliran darah (bloodstream) dimana
membawa infeksi dari bagian tubuh lain kedalam tulang, Invasi langsung yang
biasanya terjadi pada fraktur terbuka, ataupun infeksi yang lokasinya erdekatan
dengan tulang dan jaringan lunak.
Osteomielitis umunya terjadi pada anak-anak dan orang tua, tetapi semua
lapisan usia pun dapat mempunyai resiko yang sama terjangkit penyakit ini.
Osteomielitis juga dapat tampak pada pemasangan plate pada pembedahan
ortophedi seperti pada operasi fraktur.
Gejala klinik pada osteomielitis berupa demam dalam beberapa hari, nyeri
ditempat yang terinfeksi. Area yang mengelilingi tulang dapat terihat luka, hangat,
dan membengkak dan bila digerakkan terasa sakit. Penderita dapat kehilangan
berat badan dan tampak lelah.
Osteomielitis

kronik berkembang ketika osteomielitis tidak dapat

disembuhkan secara sempurna. Penyakit ini menetap lama dan sangat sulit sekali
untuk dibasmi. Terkadang osteomielitis tidak terdeteksi dalam beberapa lama.
Umumnya osteomielitis kronis menyebabkan nyeri tulang, infeksi berulang pada
soft tissue disekitarnya, dan tak henti-hentinya mengeluarkan nanah melalui kulit.
Pengobatan pada anak-anak dan dewasa yang infeksinya berkembang
melalui aliran darah, antibiotik merupakan salah satu pengobatan yang terefektif.
Jika bakteri yang menginfeksi tidaklah dapat diidentifikasi, antibiotic spectrum
luas dapatlah digunakan. Tergantung beratnya penyakit, lama pengobatannya pun
bervariasi. Tetapi jika sudah terbentuk abses. Pembedahan dapatlah diperlukan
untuk mengeluarkan abses tersebut..

28

Prognosis seseorang dengan osteomielitis biasanya baik bila diberikan


pengobatan dini. Walau bagaimanapun,

terkadang berkembang menjadi

osteomielitis kronis dan abses tulang dapat sembuh dalam beberapa bulan hingga
beberapa tahun belakangan.
Beberapa orang yang hendak diberikan penanaman metal pada tulang,
seharusnya diberikan tindakan preventif antibiotic sebelum pembedahan,
termasuk pembedahan gigi, karena orang tersebut dapat beresiko terkena infeksi
bakteri yang ada pada mulut dan bagian lain daripada tubuh.

29

DAFTAR PUSTAKA
1. Rasjad C. Struktur dan fungsi Tulang. Dalam Pengantar Ilmu Bedah
Ortopedi. Edisi 3. Penerbit Yarsif Watampone. Jakarta.2007. Hal 6-11
2. Anatomi Tulang. www.HealthForAll.com . Last update March 2009
3. Rasjad C., Infeksi dan Inflamasi. Dalam Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi.
Edisi 3. Penerbit Yarsif Watampone. Jakarta. 2007. Hal 132- 41.
4. Jong W., Sjamsuhidayat R. 2005. Infeksi Muskuloskeletal. In Buku Ajar
Ilmu Bedah. Edisi kedua. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal
903 910.
5. Siregar P. Osteomielitis. Dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian
Bedah Staff Pengajar FK UI. Binarupa Aksara. Jakarta. 1995. Hal 472 74
6. King R., Johnson D. Osteomyelitis. www.emedicine.com. Last updated:
Nov 4, 2008
7. Lew, Daniel P., Waldvogel, Francis A. 1997. Osteomyelitis. The New
England Journal of Medicine.
8. Khoshhal K., Letts R. M. Subacute Osteomyelitis (Brodie Abscess).
www.emedicine.com. Last updated: Jul 18, 2008.
9. Rasad S., Kartoleksono S, Ekayuda I. Infeksi Tulang dan Sendi. Radiologi
Diagnostik. Bagian Radilogi FKUI. Jakarta. 1995. Hal: 62-72.

30

Anda mungkin juga menyukai