Anda di halaman 1dari 16

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN PUSAT DAN DAERAH

DEVI ASTRIANI
161502032
Penerapan sistem akuntansi pemerintahan dari suatu negara akan sangat
bergantung kepada peraturan perundang-undangan yang beraku pada negara yang
bersangkutan. Ciri-ciri terpenting atau persyaratan dari sistem akuntansi
pemerintah (menurut United Nations / PBB dalam bukunya A Manual forgoverment
accounting, dikutip dari buku akuntansi pemerintahan yang disusun oleh Sonny
Loho dan Sugyanto), antara lain disebutkan bahwa:
1. Sistem akuntansi pemerintah harus dirancang sesuai dengan konstitusi dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku pada suatu Negara.
2. Sistem akuntansi pemerintah harus dapat menyediakan informasi yang
akuntabel dan auditable (artinya dapat dipertanggungjawabkan dan diaudit).
3. Sistem akuntansi pemerintah harus menyediakan informasi keuangan yang
diperlukan untuk penyusunan rencana / program dan evaluasi plaksanaan
secara fisik dan keuangan.
Sistem akuntasi pemerintah pusat adalah sistem akuntansi yang mengolah
semua transaksi keuangan, asset, kewjiban, dan ekuitas dana pemerintah pusat,
yang menghasilkan informasi akuntansi dan laporan keuangan yang tepat waktu
dengan mutu yang dapat diandalkan, baik yang diperlukan oleh badan-badan diluar
pemerintah pusat seperti DPR, maupun oleh berbagai tingkan manajemen oleh
pemeritahan pusat.
AKUNTANSI PEMERINTAHAN BARU
Perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia sangat lamban untuk
merespon tututan perkembangan jaman. Akuntansi pemerintahan di Indonesia juga
belum berperan sebagai alat untuk meningkatkan kinerja birokrasi pemerintah
dalam memberikan pelayanan publik kepada masyarakat. Pada periode lama,
output yang dihasilkan oleh akuntansi pemerintahan Indonesia sering tidak akurat,
terlambat dan tidak informaif, sehingga tidak dapat diandalkan dalam pengambilan
keputusan. Malah, segala kekurangan yang ada dalam akuntansi pemerintahan
pada periode tersebut sering menjadi ladang yang subur untuk tumbuhnya praktekpratek KKN.
Namun demikian, pada dasawarsa terakhir yang berkulminasi dengan
diundangkannya tiga paket keuangan Negara, terdapat dorongan yang sangat kuat
untuk memperbaharui akuntansi pemerintahan di Indonesia. Beberapa fakor
penting yang menjadi pendorong tumbuh pesatnya perkembangan akuntansi
pemerintahan di Indonesia akhir-akhir ini antara lain adalah:

1 | Akuntansi Pemerintahan

1. Diterapknnya tiga paket UU yang mengatur keuangan Negara pasal 32 (1) UU


no 17 tahun 2003 tentang kuangan Negara mengmatkan bahwa laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD berupa laporan keungan yang
disusun dan disajikan sesuai dengan standar akkuntansi pemerintahan.
2. Diterapkannya UU tentang pemerintahan daerah dan UU tentang perimbangan
antara keuangan pemerintah pusat dan daerah. Pasal 184 ayat (1) UU No. 32
Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah bahwa laporan keuangan disusun
dan disajikan sesuai dengan setandar akuntansi pemerintahan yang ditetapkan
dengan peraturan pemerintah.
3. Profesi Akuntansi
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) telah lama menginginkan adanya standar
akuntansi di sektor publik sebagai hal yang parallel dengan telah adanya lebih
dahulu standar akuntansi di sektor komersil. Keterlibatan IAI nampak dari
dorongan oleh IAI untuk terbentuknya suatu komite standar di sektor publik,
keikutsertaan ketua Umum DPN IAI dalam komite konsultatif komite sandar
akuntansi pemerintahan, keikutsertaan anggota IAI dalam komite kerja komite
standar akuntansi pemerintahan, dibentuknya IAI kompartemen Akuntan Sektor
Publik, dan berbagai seminar, diskusi, dan workshop yang diselenggarakan oleh
IAI kompartemen Akuntan Sektor Publik.
4. Birokrasi
Pemerintahan merupakan penyusun dan sekaligus pemakai yang sangat
berkepentingan akan adanya suatu akuntansi yang handal. Dengan
diundangkannya tiga paket keuangan Negara maupun undang-undang yang
terkait dengan pemerintahan daerah mmendorong instansi pemerintah baik
pusat dan daerah untuk secara serius menyiapkan sumber daya dalam
pengembangan laporan keuangan pemerintah. Selain itu, ketua asusiasi
pemerintah propinsi, kabupaten, dan kota, masing-masing secara ex officio ikut
duduk sebagai anggota komite konsultatif komite standar akuntansi
pemerintahan.
5. Masyarakat (LSM dan Wakil Rakyat)
Masyarakat melalui LSM dan wakil rakyat di DPR, DPD, dan DPRD juga menaruh
perhatian terhadap praktik good governance pada pemerintaha Indonesia.
Ditetapkannya undang-undang yang menyangkut tiga paket keuangan Negara
dan pemerintahan daerah merupakan cerminan dari kontribusi aktif para wakil
rakyat di DPR. Disamping itu, pertanggungjawaban atas pelaksanaan
APBN/APBD memerlukan persetujuan dari DPR/DPRD.
6. Sektor Swasta

2 | Akuntansi Pemerintahan

Perhatian dari sektor swasta mungkin tidak terlalu siknifikan karena akuntansi
pemerintahan tidak terlalu dampak secara langsung atas kegiatan dari sektor
swasta. Namun, penggunaan teknologi dan pangembangan sistem informasi
berbasis akuntansi akan mendorong sebagian pelaku bisnis si sektor swasta
untuk ikut menekuninya.
7. Akademisi
Akademisi terutama di sektor akuntansi menaruh perhatian yang cukup besat
atas perkembangan pengetahuan di bidang akuntansi pemerintahan. Perhatian
ini sangat erat kaitannya dengan penyiapan SDM yang menguasai kemampuan
di bidang akuntansi pemerintahan untuk memenuhi kebutuhan tenaga
operasional dan manajer akuntansi di pemerintahan. Beberapa anggota komite
standar akuntansi pemerintahan saat ini berasal dari perguruan tinggi. Di
samping itu, jurusan akuntansi pada perguruan tinggi sudah lama memberikan
kepada Mahasiswa S1 mata kuliah akuntansi pemerintahan. Beberapa
perguruan tinggi sudah mulai menawarkan spesialisasi akuntansi sektor publik
pada program magister akuntansinya.
8. Dunia Internasional (Lender dan Investor)
World Bank, ADB, dan JBIC, merupakan lembaga internasional (leader), yang
ikut berkepentingan untuk berkembangnya akuntansi sektor publik yang baik di
Indonesia. Perkembangan akuntansi tadi diharapkan dapat meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas dari proyek pembangunan yang di danai oleh
lembaga tersebut. Lembaga ini, baik langsung maupun secara tidak langsung,
ikut berperan ikut mendorong terwujudnya standar akuntansi pemerintahan
yang menopang perubahan akuntansi pemerintahan di Indonesia.
9. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
UU No. 17 tahun 2003 dan UU No. 15 tahun 2004 menyebutkan bahwa
pertanggungjawaban pelaksanaan APBM dan APBD diperiksa oleh BPK. Untuk
dapat memberikan opininya, BPK memerlukan suatu standar akuntansi
pemerintahan yang diterima secara umum. Perhatian BPK terhadap
pengembangan akuntansi pemerintahan sangat besar antara lain di tandai
dengan partisipasi dari lembaga ini dalam pembahasan tiga paket UU dengan
DPR, keikutsertaan BPK dalam berbagai workshop dan seminar tentang
akuntansi pemerintahan, dan dibentuknya tim teknis yang di bentuk pleh ketua
BPK untuk mendiskusikan aspek peknis standar akuntansi pemerintahan dengan
komite kerja komite standar akuntansi pemerintahan. Selain itu, pasal 32 (2) UU
No. 17 tahun 2003 mengamanatkan bahwa standar akuntansi pemerintahan
ditetapkan dengan peraturan pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat
pertimbangan dari BPK. Untuk penyusunan draf standar akuntansi
pemerintahan yang saat ini sedang dalam proses penetapan peraturan
3 | Akuntansi Pemerintahan

pemerintahannya, BPK telah memberikan pertimbangan kepada pemerintah


melalui surat ketua BPK yang ditujukan kepada Presiden pada tanggal 17 januari
2005 yang isinya meminta presiden agar segera mengesahkan standar
akuntansi pemerintah.
10.Aparat Pengawas Intern Pemerintah
APIP yang meliputi bawasda, irjen, dan BPKP merupakan auditor intern
pemerintahan yang berperan untuk membantu pimpinan untuk terwujudnya
sistem pengendalian intern yang baik sehingga dapat mendorong peningkatan
kinerja instansi pemerintah skaligus mencegah praktek - praktek KKN. Akuntansi
pemerintahan sangat erat kaitan dan dampaknya terhadap sistem pengendalian
intern sehingga auditor intern mau tidak mau harus memiliki kemampuan di
bidang akuntansi pemerintahan sehingga dapat berperan untuk mendorong
penerapan akuntansi pemerintahan yang sedang di kembangkan.
PENGEMBANGAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH
Pengembangan Sistem Akuntansi Pemerintah sudah beberapa kali dilakukan
perubahan dan penyempurnaan dengan beberapa kali dikeluarkannya perauranperaturan pemerintah khususnya keputusan Menteri Keuangan. Pengembangan dan
implementasi Sistem Akuntansi Pemerintah dapat kita telusuri sejak dikeluarkannya
keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 476/KMK.01/1991 pada tanggal 21 Mei 1991
tentang Sistem Akuntansi Pemerintah, sampai pada tahun 2005, Menteri Keuangan
mengeluarkan Peraturan Nomor 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.
Sistem Akuntansi Pemerintah berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan
tahun 1991 tersebut, tahap pertama telah dilaksanakan mulai tahun anggaran
1991/1992 dan selanjutnya dilaksanakan secara bertahap, serta direncanakan pada
akhir tahun anggaran 1999/2000 seluruh Departemen/Lembaga di seluruh propinsi
dapat di cakup. Sebelum Sistem Akuntansi Pemerintah di laksanakan secara penuh,
sistem yang saat ini sedang di gunakan dinyatakan masih tetap berlaku.
Sejarah teori dan praktek akuntansi di Indonesia menunjukkan bahwa
sebelum pendidikan akuntanssi di perkenalkan di Indonesia pada tahun 1950-an,
pada masa itu hanya di kenal tata buku warisan Belanda yang disebut sistem
Kontinental. Akibat perubahan hubungan politik dengan belanda, banyak guru besar
berkebangsaan Belanda kembali ke negerinya. Hal ini berakiba adanya perubahan
kurikulum pendidikan akuntansi dan sistem continental ke sistem Anglo Saxis
(sistem Amerika).
Perkembangan selanjutnya, ternyata akuntansi keuangan untuk sector
awasta maju pesat, sedangkan akuntansi di sector pemerintah masih mengikuti
konsep-konsep yang di terapkan sejak zaman belanda. Meskpun ada perbaikan

4 | Akuntansi Pemerintahan

dalam akuntansi pemerintah, penyempurnaan yang bersifat mendasar belum


pernah di lakukan, sedangkan sistem tersebut mempunyai kelemahan yaitu:
1. Pada pemerintah, sebagian aktivitasnya di biayai melalui anggaran yang setiap
tahun di tetapkan dengan undang-undang. Pencatatan pelaksanaan anggaran
tersebut terpisah-pisah dan tidak terpadu karena berdasarkan sistem tata buku
tunggal (single entry bookeping). Akuntansi yang terpisah-pisah tersebut
semakin mengakibatkan pelaporannya menjadi tidak bersesuaian satu dengan
yang lain karena tidak menggunakan bagan perkiraan yang standar.
2. Pengelompokan perkiraan yang digunakan pemerintah dirancang hanya untuk
memantau dan melaporkan realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran
saja; idak dirancang untuk menganalisis efekifitas pembiayaan suatu program
atau memberikan informasi yang cukup untuk pengendalian pengeluaran suatu
program.
3. Pada akuntansi aset tetap, kelemahannya selain tidak terintegrasi dengan
keuangannya juga dalam perencanaan maupun pelaksanaan anggaran tidak
dibedakan secara tegas antara belanja modal dan belanja operasional.
4. Penyusunan pertanggungjawaban pemerintah atas pelaksnaan APBN yang
dituangkan dalam bentuk perhitungan anggaran Negara (PAN) semula
berdasarkan sumbangan perhitungan anggaran/SPA dari seluruh departemen
atau lembaga.
5. Tidak ada standar dan prinsip akuntansi pemerintah untuk menjaga kewajaran dan
keseragaman perlakuan akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah.
6. Khusus dalam pengolahan keuangan Negara, semakin tahun jumlah APBN yang
harus dikelola semakin besar dan masalah yang harus ditangani pemerintah
semakin kompleks dan beragam, sedangkan dalam sistem akuntansi
pemerintah yang lama tersebut terdapat berbagai kelemahan. Hal ini berakibat
pada praktek akuntansi pemerintah yang belum mampu memberikan informasi
yang sesuai dengan peningkatan transaksi keuangan Negara yang semakin
kompleks. Praktek akuntansi pemerintah hanya dapat memenuhi tujuan
pertanggung jawaban, namun tidak menyediakan informasi yang cukup untuk
kepentingan manajerial.
Berdasarkan pertimbangan atas keadaan tersebut, maka dilakukan
pengembangan sistem akuntansi pemerintah pusat dengan tujuan utama untuk:
1. Merancang sistem akuntansi pemerintah yang baru,
2. Menyusun standard dan prinsip akuntansi pemerintah, dan
3. Membentuk pusat akuntansi di Departemen Keuangan
Dari tujuan utama di atas, penyusunan sistem akuntansi pemerintah pusat
telah dilaksanakan dan dilakukan implementasi secara bertahap. Penyusunan
5 | Akuntansi Pemerintahan

standar dan prinsip telah dilakukan seiring dengan penyusunan sistem akuntansi
dan pementukan pusat akuntansi juga telah terselenggara dengan diresmikannya
Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN) pada Departemen Keuangan RI
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 35/1992 tanggal 7 juli 1992. Untuk
mengembangkan usaha yang telah ada, maka dikeluarkan Keputusan Menteri
Keuangan RI Nomor 295/KMK.012.2001 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pembukuan
dan Pelaporan Keuangan pada Departemen/Lembaga dan diimplementasikan tahun
2001.
Penjualan untuk mereformasi akuntansi keperintahan sebenarnya sudah
dimualai oleh Departemen Keuangan di sekkitar tahun 1975-1980 dengan rencana
sebuah studi modernisasi sistem akuntansi pemerintah. Pada saat itu, sistem
administrasi pemerintahan masih dilakukan secara manual dan sistem
komputerisasi masih utopia. Perhitungan Anggaran Negara (PAN) yang merupakan
pertanggung jawaban keuangan pemerintah kepada DPR pad waktu itu disajikan
berdasarkan sumbangan PAN dari Deparemen/Lembaga yang disusun secara
manual dan single entry, sehingga penyampaian laporan PAN oleh pemerintah
kepada DPR dilaksanakan dalam waktu 2-3 tahun. Studi modernisasi akuntansi
pemerintah baru terlaksana pada tahun 1982, tetapi Term of Reference (TOR) yang
disetujui dan dibiayai Bank Dunia baru terbatas pada pengembangan sistem
pembukuan berpasangan secar manual.
Desain pengembangan Sistem Akuntansi Pusat dan Sistem Akuntansi Instansi
selesai pada bulan Mei 1986 dengan mengusulkan disusunnya bagian perkiraan
standard dan standar akuntansi pemerintahan serta pembentukan unit eselon I di
lingkungan Departemen Keuangan yang memegang fungsi akuntansi dan
pelaporan. Sistem yang di usulkan dan disetujui Departemen Keuangan pada saat
adalah menyusun alokasi anggaran, proses penerimaan dan pengeluaran melaui
kantor pelayanan perbendaharaan Negara (KPPN), pembuktian bukti jurnal dan
daftar transaksi sebagai dasar pembukuan dalam buku besar secara manual.
Pada 1987/1988 mulai dilakukan simulasi sistem manual tersebut pada
departemen pekerjaan umum, social, perdagangan dan pada wilayah Jakarta,
Medan, dan Surabaya. Pada saat bersamaan, timbul pemikiran pengguaan
komputer untuk proses akuntansi dan pada tahun 1989 usulan pengembangan
sistem akuntansi pemerintah berbasis komputer disetujui Departemen Keuangan
dan Bank Dunia dalam bentuk Proyek pengembangan sistem akuntansi pemerintah
tahap 1, tetapi sistem fungsional masih berdasar pada disain manual sebelumnya,
belum sampai proses yang menyeluruh yang dapat menghasilkan laporan
keuangan.
Pada tahun 1992, pembentukan Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN)
yang mempunyai fungsi sebagai central accounting office, yang bukan sekedar
membuku namun memerlukan adanya setandar akuntansi pemerintahan dan
6 | Akuntansi Pemerintahan

selanjutnya melaksanakan impelmentasi sistem yang telah dirancang. Dalam tahun


1994 mulai digunakan format daftar isian proyek (DIP) baru dan saat ini di sebut
daftar isian pelaksanaan anggaran (DIFA) dan penggunaan bagan perkiraan standar
khusus untuk pendapatan dan belanja pada APBN saja.
Meski sudah ada BAKUN, pelaksanaan implementasi sistem dimaksud
bukannya tidak mengalami hambatan. Karena tak ada kewajiban dari peraturan
perundang-undangan, maka sistem akuntasi pemerintah pusat, departemen dan
non departemen masih menggunakan sistem pembukuan yang dalam banyak hal
sulit dipertanggungjawabkan kualitasnya. Dalam dunia akuntansi, sistem yang lebih
dapat dipertanggungjawabkan adalah sistem akuntansi berpasangan yang
mewajibkan semua catatan akuntansi dimulai dengan teknologi penjualan debet
kredit selalu seimbang berpasangan.
Patut dicatat, pada kebanyakan pandangan pakar akuntansi, sistem
pembukuan tunggal belum pantas disebut sebagai suatu akuntansi. Yang disebut
laporan keuangan berfokus hanya pada laporan realisasi anggaran semata. Catatan
pemerintah pusat tentang investasi jangka panjang dan utang dilakukan secara tak
terstruktur atau informal. Di dalamnya termasuk catatan pengeluaran yang
menggunakan dana luar Negeri, seperti bantuan, hibah dan utang. Karena standar
akuntansi kepemerintahan RI saat itu belum ada, praktek akuntansi pemerintah
juga belum sesuai prinsip akuntansi kepemerintahan yang berlaku umum, kode
rekening akuntansi baku dan berlaku bagi semua departemen atau lembaga belum
ada, serta neraca tak mungkin disusun apalagi di tertibkan.
Pada tahun 1995, sebagai lanjutan dari pinjaman bank dunia dikembangkan
lagi sistem akuntansi pemerintah berbasis komputer yang open sistem melalui
proyek pengembangan sistem akuntansi pemerintah tahap 2 dan implementasinya
dilaksanakan secara bertahap. Pada tahun 1999 telah dilakuakan implementasi
sistem akuntansi instansi untuk seluruh departemen atau lembaga yang dapat
menghasilkan laporan realisasi anggaran dan neraca. Namun demikian masih
menghadapi masalah inforcement-nya, karena pada saa itu belum ada ketentuan
perundangan yang mewajibkan penyusunan laporan keuangan yang lengkap.
Paket bantuan IMF tahun 1997/1998 berisi persaratan good governance
umumnya, reformasi manajemen keuangan kususnya, lebih kusus lagi tentang
reformasi
pemerintahan.
Reformasi
akuntansi
pemerintahan
mendapat
momentumnya dengan terbitnya UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan
Negara yang mewajibkan adanya suatu standar akuntansi pemerintahan sebagai
basis penyusunan laporan keuangan instansi pemerintah, lalu diperkuat dengan UU
Pemeriksaan Keuangan Negara. UU tersebut menyebabkan kebutuhan terdesak
akan standar akuntansi sebagia basis penyusunan dan audit laporan keuangan
instansi pemerintah oleh BPK. Tanpa standar, BPK tidak dapat menerbitkan opini
audit.
7 | Akuntansi Pemerintahan

UU Perbendaharaan Negara Nomor 1 tahun 2004 mempunyai implikasi jadwal


kerja amat ketat dan bersanksi. Bentuk pertanggungjawaban APBN/APBD adalah
laporan keuangan yang harus sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah. Agar
dalam penyusunan standar akuntansi pemerintahan objektif, maka dalam tahun
2002 (sebelum disahkan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara)
menteri keuangan membentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.
Hasil dari komite tersebut setelah dimintakan pertimbangan kepada BPK dan
disarankan untuk disempurnakan penetapan keanggotaannya dengan keputusan
Presiden dan hasilnya harus ditetapkan dengan PP. Melalui proses panjang,
ditetapkan Keputusan Presiden Nomor 84 Tahun 2004 tentang Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan yang tugasnya me-review dan menyempurnakan draf
publikasian Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang dihasilkan oleh
komite lama yang dibentuk Menteri Keuangan dan setelah dimintakan
pertimbangan dari BPK diusulkan kembali melalui Menkundang dan disetujui oleh
Presiden dengan PP Nomor 24 Tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005.
Menurut ketentuan UU No. 1 Tahun 2004 Perbendaharaan Negara, Menteri
atau pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran wajib menyusun laporan
keuangan dan disampaikan paling lambat 2 bulan setelah tahun anggaran berakhir.
Menteri Keuangan menyusun laporan keuangan pemerintah pusat untuk
disampaikan kepada Presiden dalam 3 bulan setelah tahun anggaran yang lalu
berkhir. Presiden/Gubernur/Bupati/Wali kota harus menyampaikan laporan keuangan
kepada BPK untuk diperiksa paling lambat 3 bulan setelah tahun anggaran lalu
berakhir. Jadwal audit BPK amat ketat, yakni hanya 2 bulan dan laporan keuangan
yang telah diperiksa BPK diajukan Presiden/Gubernur/Bupati/Walikota kepada
DPR/DPRD dalam 6 bulan setelah tahun anggaran yang lalu berakhir, setidaktidaknya meliputi laporan realisasi APBN, neraca, laporan arus kas dan catatan atas
laporan keuangan yang dilampiri laporan keuangan perusahaan Negara/daerah dan
badan lain. Selanjutnya, BPK membuat laporan hasil pemeriksaan atas alporan
keuangan dilengkapi dengan opinni seperti umumnya dilakukan auditor eksternal.
DASAR HUKUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT
Penyelenggaraan sistem akuntansi pemerintah pusat yang berbasis double
entry memiliki dasar hukum sebagai berikut:
1. Keputusan Presiden RI Nomor 17 Tahun 2000, khususnya Bab VI tentang
Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran.
2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 476/KMK.01/1991 tanggal 24 Mei 1991
tentang Sistem Akuntansi Pemerintah.
3. Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 1135/KMK.01/1992 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN)
8 | Akuntansi Pemerintahan

4. Surat Menteri Keuangan RI Nomor S-984/KMK.018/1992 perihal Pengesahan


Daftar Perkiraan Sistem Akuntansi Pemerintah
TUJUAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT
Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat (SAPP) bertujuan untuk:
1. Menjaga aset Pemerintah Pusat dan instansi-instansinya melalui pencatatan,
pemprosesan dan pelaporan transaksi keuangan yang konsisten sesuai dengan
standar dan praktek akuntansi yan diterima secara umum;
2. Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran dan
kegiatan keuangan Pemerintah Pusat, baik secara nasional maupun instansi
yang berguna sebagai dasar penilaian kinerja, untuk menentukan ketaatan
terhadap otorisasi anggaran dan untuk tujuan akuntabilitas;
3. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan suatu
instansi dan Pemerintah Pusat secara keseluruhan;
4. Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan,
pengelolaan dan pengendalian kegiatan dan keuangan pemerintah secara
efisien.
Disamping itu, SAPP juga di rancang untuk mendukung transparansi laporan
Keuangan Pemerintahan dan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah dalam mencapai
pemerintahan yang baik, yang meliputi Akuntabilitas, Manajerial dan Transparansi.
Akuntabilitas yang dimaksud adalah meningkatkan kualitas akuntabilitas
(pertanggungjawaban) pemerintah atas pelaksanaan anggaran. Dalam hal
Manajerial adalah menyediakan informasi keuangan yang diperlukan untuk
perencanaan,
penganggaran,
pelaksanaan,
penatausahaan,
pengendalian
anggaran, perumusan kebijaksanaan, pengambilan keputusan dan penilaian kinerja
pemerintah. Sedangkan menyangkut transparansi adalah memberikan keterbukaan
pelaksanaan kegiaan pemerintah kepada rakyat untuk mewujudkan pemerintahan
yang baik.
RUANG LINGKUP SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 476/KMK.01/1991
tentang Sistem Akuntansi Pemerintah, sistem akuntansi pemerintah pusat telah
dikembangkan dan diimplementsikan secara bertahap. Tahap pertama dilaksanakan
mulai tahun anggaran 1993/1994, dan di ikuti dengan tahap-tahap berikutnya, dan
yang pada tahun anggaran 1999/2000, implementasi SAPP telah mencakup seluruh
Departemen/Lembaga diseluruh propinsi.
Berbagai perubahan dan penyempurnaan terus dilakukan oleh pemerintah
dalam rangka pengembangan sistem akuntansi pemerintah pusat. Pada tahun
2005, pemerintah dalam hal ini Menteri Keuangan mengeluarkan Peraturan Nomor
59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah
9 | Akuntansi Pemerintahan

Pusat. Pertimbangan peraturan ini dikelurkan bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal
7 ayat (2) huruf o Undang undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang
menetapkan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan Negara sehingga perlu
menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan Pemerintah Pusat.
Penerapan Sistem Akuntanasi Pemerintah Pusat (SAPP) adalah untuk unit-unit
organisasi pemerintah pusat yang keuangan dikelola langsung oleh pemerintah
pusat, seperti lembaga tertinggi Negara (MPR), lembaga tinggi Negara (DPR, DPA,
MA), departemen atau lembaga nondepartemen. Sedangkan SAPP tidak diterapkan
untuk pemerintah daerah, BUMN/BUMD, bank pemerintah, dan lembaga keuangan
milik pemeintah.
Terdapat tujuan ciri-ciri Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat yaitu:
1. Sistem yang terpadu
Dalam penyusunan sistem digunakan pendekatan bahwa keseluruhan
Pemerintah Pusat merupakan kesatuan akuntansi dan ekonomi unggal dengan
Presiden sebagai pengelola utama dan DPR sebagai badan yang bertugas
menelaah dan mengevaluasi pelaksanaannya. Dengan dasasr kesatuan tunggal,
maka sistem akuntansi dan pelaporan keuangan dikembangkan dengan yang
terpadu, yang terdiri dari berbagai subsistem. Subsistem-subsistem ini masingmasing merupakan bagian yang integral adri sistem yang menyeluruh.
2. Akuntansi Anggaran dan Akuntansi Dana
Undang-undang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (UU-APBN)
digunakan sebagai landasan operasional keuangan tahunan Pemerintah Pusat
dan dengan disahkannya UU-APBN maka pelaksanaan telah dapat dilaksanakan.
Untuk itu diperlukan akuntansi yang membukukan anggaran serta realisasinya,
dengan demkian pertanggungjawaban dapat cepat dan tepat serta mudah
dalam pengawasannya.
Akuntansi Dana yang dilaksanakan adalah Dana Umum sebagai Dana Tunggal
ini merupakan tempat dimana Pendapatan dan Belanja Pemerintah
dipertanggungjawabkan laporan dan menemukan selisih pembukuan yang
terjadi.
3. Sistem Tata Buku Berpasangan
Sistem Akuntansi Pemerintah ini menggunakan sistem tata buku berpasngan
(double entry bookeping) untuk mengatasi kelemahan sistem tata buku tunggal.
Dengan tata buku berpasangan antara lain akan lebih mudah menyusun laporan
dan menemukan selisih pembukuan yang terjadi.
10 | A k u n t a n s i P e m e r i n t a h a n

4. Basis Kas untuk Pendapatan dan Belanja


Penggunaan basis kas ini sesuai dengan Undang-undang Perbendaharaan
Indonesia dan Kepres Nomor 16 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.
5. Standar dan Prinsip Akuntansi
Standar dan prinsip akuntansi adlah norma atau aturan dalam praktek yang
dapat diterima oleh profesi, dunia usaha, dan departemen/lembaga pemerintah
yang berkepentingan dengan laporan keuangan.
6. Desentralisasi Pelaksanaan Akuntansi
Sistem dirancang agar pelaksanaan akuntansi dilakukan secara berjenjang dan
dimulai pada sumber data di daerah atau propinsi dan digunakan sebagai
pedoman penyusunan unit-unit akuntansi baik di tingkat wilayah maupun
tingkat pusat.
7. Perkiraan Standar yang Seragam
Perkiraan yang digunakan unit akuntansi dan mata anggaran pada unit
operasional anggaran dan pelaksanaan anggaran sama, baik klasifikasi maupun
istilahnya agar dapat memastikan bahwa anggaran dan laporan realisasinya
menggunakan istilah yang sama, serta meningkatkan kemampuan sistem
akuntansi untuk memberikan informasi/laporan yang relevan, berarti, dan dapat
diandalkan. Selain itu dapat digunakan untuk memudahkan pengawasan atas
ketaatan dengan pagu yang ditentukan dalam UU-APBN dan dalam dokumen
allotment (DIK/DIP/SKO), serta memungkinkan perbandingan data laporan
keuangan, baik dalam satu laporan maupun antarlaporan.
Sistem Akuntansi Pemerinth Pusat, yang selanjutnya disebut SAPP, adalah
serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari
pengumpulan data, pencatatan; pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi
keuangan dan operasi keuangan Pemerintah pusat. SAPP terdiri dari Sistem
Akuntansi Pusat (SiAP) dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang menghasilkan
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat. SiAP memproses data transaksi Kas Umum
Negara dan Akuntansi Umum, sedangkan SAI memproses data transaksi keuangan
dan barang yang dilaksanakan ole kementrian Negara/lembaga.
RUANG LINGKUP SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH
Sistem Akuntansi Pemerintah terbagi menjadi 2 sistem utama yang
mempunyai hubungan data atau informasi akuntansi timbal balik, yaitu:
1. Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) yang dilaksanakan oleh Departemen Keuangan
Ditjen Perbendaharaan.

11 | A k u n t a n s i P e m e r i n t a h a n

Subsistem Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) terdiri dari:


a. Sistem Akuntansi Umum (SAU). Sistem menghasilkan Laporan Realisasi
Anggaran dan Neraca SAU
b. Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN)
Sistem ini menghasilkan menghasilkan Laporan Arus Kas dan Neraca KUN. Pada
tingkat wilayah, kedua subsistem di atas dilaksanakan oleh Kanwil Ditjen
Perbendaharaan dan seluruh KPPN di wilayah kerjanya selaku Kuasa BUN.
Sistem Akuntansi Pusat, yang selanjutnya disebut SiAP, adalah serangkaian
prosedur manual maupun yang terkompurerisasi mulai dari pengumpulan data,
pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan
operasi keuangan pada Kementerian Keuangan selaku Bendahara Umum
Negara.
SiAP terdiri dari SAKUN dan SAU. Sistem Akuntansi Kas Umum Negara, yang
selanjutnya disebut SAKUN, adalah sub-SiAP yang menghasilkan Laporan Arus
Kas dan Neraca Kas Umum Negara yang selanjutnya disebut Neraca KUN.
Sistem Akuntansi Umum, yang selanjutnya disebut SAU, adalah sub-SiAP yang
menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Pusat dan Neraca.
Dalam rangka pelaksanaan SiAP sebagimana dimaksud pada ayat (1):
a. Kantor Pelayanan Perbendaharaan SiAP Negara (KPPN) memproses data
transaksi penerimaan dan pengeluaran;
b. KPPN Khusus memproses data transaksi pengeluaran yang berasal dari
Bantuan Luar Negeri (BLN);
c. Direktorat Pengelolaan Kas Negara (DPKN) memproses data transaksi
penerimaan dan pengeluaran Bedahara Umum Negara (BUN) melalui kantor
pusat; dan
d. Direktorat informasi dan Akuntansi memperoleh data APBM, serta
melakukan verifikasi dan akunansi untuk data transaksi penerimaan dan
pengeluaran BUN melalui kantor pusat.
2. Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga.
Subsistem Akuntansi Instansi (SAI) terdiri dari:
a. Sistem Akuntansi Keuangan (SAK). Sistem ini menghasilkan Laporan
Keuangan Instansi
b. Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN). Sistem ini menghasilkan
Laporan Barang Milik Negara.
Sistem Akuntansi Instansi, yang selanjutnya disebut SAI, adalah serangkaian
prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data,
pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan
operasi keuangan pada Kementrian Negara/Lembaga. Setiap Kementrian
12 | A k u n t a n s i P e m e r i n t a h a n

Negara/Lembaga wajib menyelenggarakan SAI untuk menghasilkan laporan


keuangan termasuk Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan. Untuk
melaksanakan SAI sebagaimana dimaksud ayat (1) dibentuk Unit Akuntansi
Keuangan terdiri dari:
a. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran
Unit Akuntansi Pembantu Anggaran, yang selanjutnya disebut UAPA, adalah
unit akuntansi instansi pada tingkat Kementrian Negara/lembaga (pengguna
anggaran) yang melakukan kegiatan penggabungan laporan, baik keaungan
maupun barang seluruh UAPPA-E1 yang berada di bawahnya.
b. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I
Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I, yang selanjutnya
disebut UAPPA-E1, adalah unit akuntansi instansi yang melakukan kegiatan
penggabngan laporan, baik keuangan seluruh UAPPA-W yang berada di
wilayah kerjanya serta UAKPA yang langsung berada di bawahnya.
c. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah
Unit Akuntansi Pembantu Anggaran Wilayah, yang selanjutnya disebut
UAPPA-W, adalah unit akuntansi instansi yang melakukan kegiatan
penggabungan laporan, baik keuangan maupun barang seluruh UAKPA yang
berada dalam wilayah kerjanya.
d. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran
Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran, yang selanjutnya disebut UAKPA,
adalah unit akuntansi dan pelaporan tingkat satuan kerja.
3. Sistem Akuntansi Barang Milik Negara
Sistem Akuntansi Barang Milik Negara, yang selanjutnya disebut SABMN, adalah
subsistem dari SAI yang meripakan serangkaian prosedur yang saling
berhubungan untuk mengolah dokumen sumber dalam rangka menghasilkan
informasi untuk menyusun neraca dan laporan BMN serta laporan manajerial
lainnya sesuai ketentuan yang belaku.
SABMN merupakan subsistem dari SAI. Untuk melaksanakan SABMN
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kementerian Negara/Lembaga
membentuk Unit Akuntansi Barang sebagai berikut:
a.
Unit Akuntansi Pengguna Barang, yang selanjutnya disebut UAPBA,
adalah unit akuntansi BMN pada tingkat Kementrian Negara/Lembaga yang
melakukan kegiatan penggabungan laporan BMN dari UAPPB-E1, yang
penanggung jawabnya adalah Menteri/Pimpinan Lembaga.
b.
Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon I, yang selannjutnya
disebut UAPPB-E1, adalah unit akuntansi BMN pada tingkat Eselon I yang
melakukan kegiatan penggabungan laporan BMN dari UAPPB-W, dan UAKPB
13 | A k u n t a n s i P e m e r i n t a h a n

yang langsung berada di bawahnya yang penanggung jawabnya adalah


pejabat Eselon I.
c.
Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Wilayah, yang UAPPB-W,
adalah unit akuntansi BMN pada tingkat wilayah yang ditetapkan sebagai
UAPPB-W dan melakukan kegiatan Penggabungan BMN dari UAKPB,
penanggung jawabnya adalah Kepala Kantor Kepala unit kerja yang
ditetapkan sebagai UAPPB-W.
d.
Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang, yang selanjutnya disebut
satuan kerja/kuasa pengguna barang yang memiliki wewenang
menggunakan BMN.
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (disingkat LKPP) adalah laporan
pertanggung-jawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang
terdiri dari Laporan realisasi anggaran, Neraca, Laporan arus kas dan Catatan atas
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah. LKPP
Merupakan konsolidasi laporan keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang
disusun dengan berdasarkan praktik terbaik internasional (best practice) dalam
pengelolaan keuangan Negara. LKPP diterbitkan setiap tahun, dan pertama kali
diterbitkan pada tahun 2004 sejak Indonesia merdeka sebagai bentuk
pertanggungjawaban keuangan pemerintah. LKPP disusun oleh Direktorat Akuntansi
dan Pelaporan Keuangan Kementerian Keuangan Indonesia.
Komponen LKPP
Saat ini laporan keuangan pemerintah pusat disusun berdasarkan penerapan
akuntansi basis kas menuju akrual. Pada tahun 2015 penerapan basis akrual akan
diberlakukan di Indonesia sehingga laporan keuangan yang diberi opini oleh Badan
Pemeriksa Keuangan adalah yang berbasis akrual.
Komponen laporan keuangan pemerintah berbasis akrual terdiri dari:
1. Laporan Pelaksanaan Anggaran, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran
dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
2. Laporan Finansial, yang terdiri dari Neraca, Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas dan Laporan Arus Kas. Adapun Laporan Operasional (LO)
disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi berbasis akrual
sehingga penyusunan LO, Laporan Perubahan Ekuitas dan Neraca mempunyai
keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan.
3. Catatan Atas Laporan Keuangan
Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah satu komponen laporan
keuangan pemerintah yang menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian
14 | A k u n t a n s i P e m e r i n t a h a n

sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang


menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam suatu
periode tertentu.
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL) menyajikan informasi
kenaikan atau penurunan SAL tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya dan hanya disajikan oleh Bendahara Umum Negara dan entitas
pelaporan yang menyusun laporan keuangan konsolidasi.
Neraca
Neraca merupakan laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan
suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal
tertentu.
Laporan Operasional
Laporan Operasional (LO) disusun untuk melengkapi pelaporan dari siklus
akuntansi berbasis akrual (full accrual accounting cycle) sehingga penyusunan
Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca mempunyai
keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan. LO menyediakan informasi
mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan yang
tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit operasional dari
suatu entitas pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan periode
sebelumnya.
Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas (LAK) adalah bagian dari laporan finansial yang menyajikan
informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang
diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris.
Tujuan LAK untuk memberikan informasi mengenai sumber, penggunaan,
perubahan kas dan setara kas selama suatu periode akuntansi serta saldo kas dan
setara kas pada tanggal pelaporan. LAK wajib disusun dan disajikan hanya oleh unit
organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) menyajikan informasi kenaikan atau
penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. LPE
menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan,
apakah mengalami kenaikan atau penurunan sebagai akibat kegiatan yang
dilakukan selama periode pelaporan.
Catatan Atas Laporan Keuangan
15 | A k u n t a n s i P e m e r i n t a h a n

Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) merupakan bagian yang tak


terpisahkan dari Laporan Keuangan dan oleh karenanya setiap entitas pelaporan
diharuskan untuk menyajikan Catatan atas Laporan Keuangan. CaLK meliputi
penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca,
Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Termasuk
pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang
diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan serta
pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar
atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen
lainnya. CaLK bertujuan untuk meningkatkan transparansi laporan keuangan dan
penyediaan pemahaman yang lebih baik atas informasi keuangan pemerintah.
Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas LKPP
Opini BPK pertama kali diberikan atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
tahun 2004. Sejak 2004 hingga 2008 opini BPK terhadap LKPP adalah disclaimer
(tidak memberikan pendapat). Baru pada tahun 2009 LKPP memperoleh predikat
WDP. Predikat tersebut bertahan hingga sekarang.

16 | A k u n t a n s i P e m e r i n t a h a n

Anda mungkin juga menyukai