Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pelaksanaan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
diperlukan suatu standar. Standar pemeriksaan keuangan negara adalah amanat dari UU Nomor
15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan
UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Standar Pemeriksaan diperlukan
untuk menjaga kredibilitas serta profesionalitas dalam pelaksanaan maupun pelaporan
pemeriksaan baik pemeriksaan keuangan, kinerja, serta pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara ditetapkan dengan Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2007
yang berlaku sejak 7 Maret 2007.
Sebuah sistem, baik dalam bisnis modern maupun dalam ketatanegaraan membutuhkan
pengendalian agar dapat berjalan dengan baik dan lancar. Negara Indonesia yang menganut
sistem pemerintahan presidensial dan menganut asas Demokrasi dalam bertata negara juga
membutuhkan sebuah sistem pengendalian yang berguna agar pemerintahan dapat berjalan
dengan baik dan lancar, serta tidak terjadi kecurangan-kecurang berupa korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
Pengendalian yang cukup baik dapat dilihat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, serta
pertanggungjawaban setiap kegiatan yang melibatkan sebuah entitas. Dalam kehidupan
bernegara, yang menjadi entitas tersebut adalah negara itu sendiri. Di Indonesia, proses
perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban telah diatur seluruhnya melalui beberapa
Undang-Undang yaitu: Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UndangUndang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, serta Undang-Undang No. 15 Tahun
2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Sebagai

stakeholders

dalam

pemerintahan,

rakyat

menginginkan

adanya

pertanggungjawaban yang baik dan benar dalam pengelolaan keuangan negara. Hal ini juga telah
tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 23 ayat 1 yang berbunyi,
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan
negara ditetapkan setiap tahun dengan Undang-Undang dan dilaksanakan secara terbuka
dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dari ayat tersebut kita menemukan kata-kata dilaksanakan secara terbuka dan
bertanggung jawab sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Untuk mewujudkan keterbukaan
tersebut, maka dilakukanlah pemeriksaan keuangan negara oleh lembaga yang independen.
Pemeriksaan keuangan negara yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan mencakup
pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara dan pemeriksaan atas tanggung jawab
keuangan negara. Apa saja yang termasuk kedalam lingkungan pemeriksaan keuangan negara,
bagaimanakah perlakuan Badan Pemeriksaan Keuangan terhadap lingkungan pemeriksaan
tersebut. Berangkat dari pertanyaan-pertanyaan mendasar tersebut, penulis akan mengetengahkan
pembahasan mengenai lingkungan pemeriksaan keuangan negara, sehingga kita dapat mengerti
dan memahami dengan lebih baik mengenai lingkungan pemeriksaan keuangan negara.
Reformasi yang terjadi tahun 1998 membawa dampak yang signifikan dalam pengelolaan
keuangan negara. Sekitar sepuluh tahun terakhir, tuntutan masyarakat akan transparansi dan
akuntabilitas dalam pengelolaan dana masyarakat oleh pemerintah semakin meningkat.
Masyarakat ingin mengetahui apakah berbagai program telah tercapai dan apakah tercapainya
program tersebut telah dilakukan dengan prinsip ekonomi (kehematan), dengan cara efisien, dan
dengan hasil yang efektif atau yang lebih dikenal dengan istilah spend well, spend less, spend
wisely.
Keinginan dan tuntutan masyarakat tersebut belum sepenuhnya dapat dipenuhi apabila
hanya mengandalkan hasil audit laporan keuangan yang memuat opini tentang neraca,
perbandingan anggaran dan realisasi, arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Masyarakat
ingin mengetahui apakah penyelenggaraan kegiatan oleh pemerintah dengan menggunakan dana
publik dapat memberikan nilai lebih bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itu,
perlu diadakan perluasan tujuan dan jenis audit dari audit keuangan menuju audit kinerja
(performance audit).
1.2

Perumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang di atas, maka dalam makalah ini penulis akan mencoba

membahas tentang:
1. Financial Audit (Pemeriksaan Keuangan)
2. Performance Audit (Pemeriksaan Kinerja)
3. Special Audit (Pemeriksaan Khusus)

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Pemeriksaan Keuangan Negara
Pemeriksaan keuangan negara diatur di dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Di dalam UndangUndang ini yang dimaksud dengan pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan
evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar
pemeriksaan untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi
mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Pengertian tersebut pada intinya
menjelaskan empat hal yakni proses pemeriksaan, karakteristik pemeriksaan, tujuan
pemeriksaan, dan objek pemeriksaan.
Pemeriksaan keuangan negara meliputi pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara
dan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan negara. Lantas apa yang dimaksud dengan
pengelolaan dan tanggung jawab.

Menurut Undang-Undang pengelolaan keuangan negara

adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan
kewenangannya,

yang

meliputi

perencanaan,

pelaksanaan,

pengawasan,

dan

pertanggungjawaban. Pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara ini diwujudkan dengan


penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip-prinsip
tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi pemerintah yang telah diterima
secara umum. Sedangkan yang dimaksud dengan tanggung jawab keuangan negara adalah
kewajiban pemerintah untuk melaksanakan pengelolaan keuangan negara secara tertib, taat
pada peraturan perUndang-Undangan, ef isien, ekonomis, efektif, dan transparan dengan
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Jadi pengertian pengelolaan keuangan negara lebih
ke arah proses manajemen, mulai dari tahap perencanaan hingga tahap pertanggungjawaban.
Sedangkan tanggung jawab keuangan negara menitikberatkan pada kewajiban melaksanakan
sesuai dengan aturan dan rambu-rambu yang ada.

Sehingga pemeriksaan pengelolaan dan

tanggung jawab keuangan negara merupakan pemeriksaan terhadap proses pengelolaan


keuangan negara serta pemeriksaan pelaksanaan kewajiban pemenuhan aturan terkait
pengelolaan keuangan negara.

Selain itu juga dapat diketahui bahwa dimensi pertanggungjawaban pengelolaan


keuangan negara ada dua yakni:
a. Bukan dinilai sekadar dari laporan akhir yang disampaikan, namun sejak awal proses
perancangan, pembahasan, dan pengesahan, serta pelaksanaan, dan
b. Bukan sekadar dari sisi formalitas prosedur, melainkan secara substantif juga harus
memenuhi unsur pertanggungjawaban.
2.2 Landasan Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara
Adapun landasan hukum dalam pemeriksaan keuangan negara tercantum dalam:
1. Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-4
Pemeriksaan keuangan negara diatur di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 khususnya di bagian yang mengatur mengenai keuangan negara.
Di pasal 23 dinyatakan bahwa anggaran pendapatan dan belanja negara merupakan
wujud pengelolaan keuangan negara. Kemudian di Bab VIIIA mengenai Badan Pemeriksa
Keuangan pasal 23E dinyatakan bahwa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
diperiksa oleh satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.
2. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Di dalam penjelasan dar i Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 disebutkan bahwa
salah satu asas umum pengelolaan keuangan negara adalah pemeriksaan keuangan oleh
badan pemeriksa yang bebas dan mandiri. Ketentuan mengenai pemeriksaan keuangan
negara di dalam Bab VIII mengenai pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
3. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Di dalam undang-undang ini memang tidak diatur mengenai pemeriksaan keuangan
negara

secara

tersurat.

Hanya

Pertanggungjawaban Anggaran

saja,

di

Bab

Pendapatan

dan

IX

tentang

Penatausahaan

Belanja Negara

dan

dan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah, disebutkan keberadaan Badan Pemeriksa Keuangan


sebagai lembaga yang diserahi laporan keuangan oleh Presiden.
4. Undang-Undang No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara
Undang-undang ini merupakan pedoman utama bagi para pemeriksa Badan Pemeriksa
Keuangan untuk melakukan pemeriksaan keuangan negara. Di dalam undang-undang
ini diatur mengenai lingkup pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan, hasil pemeriksaan
dan tindak lanjut, hingga pengenaan ganti kerugian negara.
4

5. Undang-Undang No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan


Undang-undang ini merupakan pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1973
tentang

Badan

Pemeriksa

Keuangan

yang

sudah

tidak

sesuai

lagi

dengan

perkembangan sistem ketatanegaraan, baik pada pemerintah pusat maupun pemerintah


daerah.
6. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara
Pemeriksa dalam melakukan tugasnya memerlukan standar sebagai acuan dalam
melakukan pemeriksaan. Dengan adanya standar ini diharapkan hasil pemeriksaan
Badan Pemeriksa Keuangan dapat lebih berkualitas dan member nilai tambah yang
positif bagi perkembangan sistem pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
2.3 Lingkungan Pemeriksaan Keuangan Negara
Dalam menjalankan pemeriksaan terhadap keuangan negara, Badan Pemeriksa Keuangan
memiliki wewenang untuk melakukan pemeriksaan entitas pemerintah dan entitas yang
mengelola keuangan pemerintah.
Pemeriksaan keuangan negara tidak hanya menyangkut pemeriksaan atas tanggung
jawab keuangan negara saja. Pemeriksaan keuangan negara juga mencakup pemeriksaan atas
pengelolaan keuangan negara. Ada sebuah pendapat menarik dari Arifin P. Soer ia Atmadja,
seorang Guru Besar Hukum Anggaran Negara dan Keuangan Publik Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, tentang lingkup pemeriksaan keuangan negara. Beliau menyatakan
bahwa dengan adanya legitimasi dari Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang merubah fungsi pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan yang tidak hanya
ditujukan pada tanggung jawab keuangan, tetapi juga pengelolaan keuangan negara akan
menciptakan disorientasi fungsi BPK yang melebar ke segala arah dalam melakukan
pemeriksaan keuangan negara.
mengakibatkan

melemahnya

Ia berpendapat bahwa disorientasi fungsi tersebut akan


rentang

kendali

(spent

of

control),

inmodernisasi,

penyalahgunaan wewenang, dan menjadi tidak tanggap terhadap munculnya penyimpangan


keuangan negara secara efektif. Menurut beliau,

hal ini hanya akan mendorong

ketidakberdayaan Badan Pemeriksa Keuangan dalam menjangkau segi strategis tanggung


jawab keuangan negara dibandingkan berkutat menjelajah segi teknis pengelolaan keuangan
negara.
5

Pendapat dari Arifin P. Soeria Atmadja tersebut nampaknya tidak sepenuhnya benar.
Karena hingga saat ini Badan Pemeriksa Keuangan tetap dapat melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya dengan baik dalam melakukan pemeriksaan keuangan negara. Pemeriksaan
keuangan negara yang diperluas sehingga mencakup aspek pengelolaan, meskipun menambah
beban kerja dari Badan Pemeriksa Keuangan namun tidak mengurangi profesionalitas badan ini
dalam melaksakan pemeriksaan keuangan negara yang hingga saat ini masih terus
member ikan kontribusinya dalam mengawasi jalannya pemerintahan. Pemeriksaan keuangan
negara menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara meliputi:
1. Pemeriksaan keuangan.
2. Pemeriksaan kinerja.
3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Apa pengertian dari masing-masing jenis pemeriksaan tersebut, apa saja karakteristik
dari tiap jenis pemeriksaan dan apa saja contoh dari tiap jenis pemeriksaan tersebut.

BAB III
6

PEMBAHASAN
3.1

Objek Pemeriksaan Keuangan Negara


Pemeriksaan keuangan negara meliputi pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara

dan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan negara. Dalam menjalankan fungsi sebagai
pemeriksa keuangan negara, Badan Pemeriksa Keuangan memiliki tugas untuk memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah,
Lembaga Negara lainnya,
Bank Indonesia,
Badan Usaha Milik Negara,
Badan Layanan Umum,
Badan Usaha Milik Daerah, dan
Lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara.
Pelaksanaan pemeriksaan terhadap objek-objek pemeriksaan keuangan negara tersebut

dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemeriksaan


pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Yang dimaksud dengan lembaga atau badan lain yaitu badan hukum milik
negara,

yayasan

yang

mendapat

fasilitas negara, komisi-komisi yang dibentuk dengan

undang-undang, dan badan swasta yang menerima dan/atau mengelola uang negara.
3.2
Jenis-jenis Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
1. Pemeriksaan Keuangan
a. Jenis dan Karakteristik Pemeriksaan Keuangan Negara
Sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, pemeriksaan yang menjadi tugas BPK meliputi pemeriksaan atas
pengelolaan dan tanggung jawab mengenai keuangan negara. Pemeriksaan tersebut
mencakup seluruh unsur keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Sehubungan dengan itu, kepada BPK diberi kewenangan untuk melakukan 3
(tiga) jenis pemeriksaan, yakni Pemeriksaan keuangan, adalah pemeriksaan atas laporan
keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pemeriksaan keuangan ini
dilakukan oleh BPK dalam rangka memberikan pernyataan opini tentang tingkat
kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah. Pemeriksaan
kinerja, adalah pemeriksaan atas aspek ekonomi dan efisiensi, serta pemeriksaan atas
7

aspek efektivitas yang lazim dilakukan bagi kepentingan manajemen oleh aparat
pengawasan intern pemerintah. Pasal 23E Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan BPK untuk melaksanakan pemeriksaan kinerja
pengelolaan

keuangan

negara.

Tujuan

pemeriksaan

ini

adalah

untuk

mengidentifikasikan hal-hal yang perlu menjadi perhatian lembaga perwakilan. Adapun


untuk pemerintah, pemeriksaan kinerja dimaksudkan agar kegiatan yang dibiayai
dengan keuangan negara/daerah diselenggarakan secara ekonomis dan efisien serta
memenuhi sasarannya secara efektif. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu, adalah
pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan khusus, di luar pemeriksaan keuangan dan
pemeriksaan kinerja. Termasuk dalam pemeriksaan tujuan tertentu ini adalah
pemeriksaan atas hal-hal lain yang berkaitan dengan keuangan dan pemeriksaan
investigatif.
Untuk mengupas lebih jauh tentang jenis-jenis pemeriksaan yang dilakukan oleh
BPK tersebut maka kita akan mengupas satu-persatu.
b. Pengertian Pemeriksaan Keuangan.
Secara sederhana pemeriksaan keuangan diartikan sebagai pemeriksaan atas
laporan keuangan. Laporan keuangan yang diperiksa adalah laporan keuangan
pemerintah pusat dan laporan keuangan pemer intah daerah. Pemeriksaan keuangan
ini dilakukan oleh Badan Pengawas Keuangan dalam rangka memberikan pernyataan
opini tentang tingkat kewajaran informasi yang disajikan di dalam laporan keuangan
pemer intah. Opini tersebut dibuat oleh Badan Pemeriksa Keuangan yang intinya
menyimpulkan apakah laporan keuangan yang diperiksa telah disajikan secara wajar
dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia.
c. Tujuan Pemeriksaan Keuangan.
Tujuan dari pemeriksaan keuangan adalah untuk menilai kewajaran pelaporan
keuangan entitas yang diperiksa. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memberikan
keyakinan

yang memadai mengenai kewajaran penyajian laporan keuangan dalam

semua hal yang material.


d. Lingkup Pemeriksaan Keuangan.

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa pemeriksaan keuangan


dilakukan atas laporan keuangan pemer intah. Di dalam petunjuk pelaksanaan
pemeriksaan keuangan disebutkan bahwa pemeriksaan keuangan ini terdiri dari:
1) Laporan Keuangan Pemerintah Pusat.
2) Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga.
3) Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
4) Laporan Keuangan Bank Indonesia.
5) Laporan Keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
6) Laporan Keuangan Badan Layanan Umum.
7) Laporan Keuangan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
8) Laporan Keuangan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Pemeriksaan Kinerja
a. Pengertian pemeriksaan kinerja.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 pasal 4 ayat 3 menyatakan bahwa
pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara yang terdiri dari pemer iksaan aspek ekonomi, aspek efisiensi,
serta aspek efektivitas. Selain itu pengujian terhadap ketentuan perundang-undangan
dan pengendalian intern juga perlu dilaksanakan dalam melaksanakan pemeriksaan
kinerja.
INTOSAI mengartikan audit kinerja sebagai pemeriksaan yang independen
atas

efisiensi

dan

efektivitas

kegiatan,

program,

dan

organisasi,

dengan

memperhatikan aspek ekonomi dengan tujuan untuk mendorong ke arah perbaikan.


Dari kedua pengertian di atas ada tiga buah kata yang persis selalu ada dalam
susunan kata-kata

penyusun

pengertian

pemeriksaan

kinerja

yakni

ef isiensi,

efektivitas, dan juga ekonomi. Tiga hal tersebut merupakan aspek-aspek yang
digunakan dalam melakukan pemeriksaan kinerja. Bagaimana entitas menggunakan
sumber daya secara ekonomis, efektif, dan efisien. Ketiga aspek tersebut pada dasarnya
berhubungan erat dengan pengertian input, output, dan outcome.
b. Tujuan pemeriksaan kinerja.
Tujuan pemeriksaan kinerja adalah untuk menilai apakah entitas atau
organisasi menggunakan sumber daya secara ekonomis, efektif, dan efisien. Tujuan
lebih lanjut dari pemeriksaan kinerja ini adalah untuk mendorong ke arah perbaikan
sesuai dengan pernyataan yang dibuat oleh INTOSAI karena pemeriksaan jenis ini
menghasilkan temuan, simpulan, dan rekomendasi. Pemeriksaan kiner ja menghasilkan
informasi yang berguna untuk meningkatkan kinerja suatu program dan memudahkan
9

pengambilan keputusan bagi pihak yang bertanggung jawab untuk mengawasi dan
mengambil tindakan koreksi serta meningkatkan pertanggungjawaban publik. Contoh
tujuan pemeriksaan atas hasil dan efektivitas program serta pemeriksaan atas ekonomi
dan efisiensi adalah penilaian atas:
1) Sejauh mana tujuan peraturan perundang-undangan dan organisasi dapat dicapai.
2) Perbandingan antara biaya dan manfaat atau efektivitas biaya suatu program.
3) Sejauh mana entitas yang diperiksa telah mengikuti ketentuan pengadaan yang sehat.
c. Jenis-jenis Audit Kinerja
1. Audit Program (Audit Efektivitas)
Audit program mencakup penentuan atas :
Tingkat pencapaian hasil program yang diinginkan atau manfaat yang telah

ditetapkan oleh undang-undang atau badan lain yang berwenang.


Efektivitas kegiatan entitas, pelaksanaan program, kegiatan, atau fungsi instansi

yang bersangkutan
Tingkat kepatuhan entitas yang diaudit terhadap peraturan perundang-undangan
yang berkaitan dengan pelaksanaan program/kegiatannya.

Contoh pelaksanaan audit program antara lain :


o Menilai tujuan program, baik yang baru maupun yang sudah berjalan, untuk

menentukan apakah tujuan tersebut sudah memadai dan tepat/relevan


Menentukan tingkat pencapaian hasil program yang diinginkan.
Menilai efektivitas program dan/atau unsur program secara sendiri - sendiri
Mengidentifikasi faktor yang menghambat pelaksanaan kinerja yang baik dan

memuaskan
Menentukan apakah manajemen telah mempertimbangkan alternatif - alternatif
lain untuk melaksanakan program tersebut yang mungkin dapat memberikan

hasil yang lebih baik dengan biaya rendah.


2. Audit Ekonomi dan Efisiensi (Management and Operational Audit)
Audit ekonomi dan efisiensi berfungsi untuk:
o Apakah entitas telah memperoleh, melindungi, dan menggunakan sumber
dayanya (seperti karyawan, gedung, ruang, dan peralatan kantor) secara hemat

dan efisien.
Apa yang menjadi penyebab timbulnya pemborosan dan efisiensi.
Apakah entitas tersebut telah mematuhi peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan penghematan dan efisiensi.

Audit ekonomi dan efisiensi dapat mempertimbangkan apakah entitas yang diaudit
telah:
10

o Mengikuti ketentuan pelaksanaan pengadaan yang sehat.


Melakukan pengadaan sumber daya (jenis, mutu, dan jumlah) sesuai dengan

kebutuhan dan dengan biaya yang wajar


Melindungi dan memelihara semua sumber daya negara yang ada secara

memadai.
Menghindari duplikasi pekerjaan atau kegiatan yang tanpa tujuan atau yang

kurang jelas tujuannya.


Menghindari adanya pengangguran atau jumlah pegawai yang berlebihan.

Audit Operasional
Audit operasional merupakan penelahaan secara sistematik aktivitas operasi
organisasi dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Dalam audit operasional,
auditor diharapkan melakukan pengamatan yang obyektif dan analisis yang
komprehensif terhadap operasional-operasional tertentu.
Tujuan audit operasional adalah untuk :
Menilai kinerja, kinerja dibandingkan dengan kebijakan-kebijakan, standar

standar, dan sasaran-sasaran yang ditetapkan oleh manajemen


Mengidentifikasikan peluang dan
Memberikan rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut. Pihakpihak yang mungkin meminta dilakukannya audit operasional adalah manajemen
dan pihak ketiga. Hasil audit operasional diserahkan kepada pihak yang meminta
dilaksanakannya audit tersebut.

Audit Manajemen
Pengertian manajemen audit tersirat dalam definisi kalangan akademisi. Berikut
beberapa definisi menurut Holmes dan Overmyer (1975):
Manajemen audit mencakup penelitian dan evaluasi atas semua fungsi dari
Manajemen, untuk memastikan bahwa pelaksanaan operasi perusahaan telah
dijalankan dengan cara yang efektif dan efisien.
Sedangkan American Institute of Certified Public Accountant /AICPA :
"Pemeriksaan manajemen adalah suatu penelaahan yang sistematis terhadap aktivitas
suatu organisasi, atau suatu segmen tertentu daripadanya, dalam hubungannya
dengan tujuan tertentu, dengan maksud untuk :
o Menilai kegiatan
o Mengidentifikasikan berbagai kesempatan untuk perbaikan
o Mengembangkan rekomendasi bagi perbaikan atau tindakan lebih lanjut."
11

Dari definisi yang dikumpulkan maka diperoleh beberapa karakteristik pemeriksaan


manajemen yaitu:

Memberikan informasi tentang efektifitas , efisiensi dan ekonomisasi operasional

perusahaan kepada manajemen.


Penilaian efektivitas, efisiensi dan ekonomisasi didasarkan pada standar-standar

tertentu.
Audit diarahkan kepada operasional sebagian atau seluruh struktur organisasi.
Audit ini dapat dilakukan oleh akuntan maupun bukan akuntan.
Hasil audit manajemen berupa rekomendasi perbaikan kepada manajemen.
d. Lingkup pemeriksaan kinerja.
Pemeriksaan kinerja ini dapat dilaksanakan sebagai tahapan selanjutnya
setelah pemeriksaan
pemeriksaan

atas

keuangan
fungsi

efektivitas. Implementasi

dilaksanakan. Pemeriksaan

instansi

pemerintah

dari pemeriksaan

aspek

kiner ja

kinerja

ekonomi,

ini misalnya

merupakan

efisiensi,

dan

adalah

audit

lingkungan, audit kinerja lembaga misalnya pemeriksaan kinerja rumah sakit, dan
pemer iksaan kinerja atas pelayanan kesehatan. Lingkup pemeriksaan kinerja ini akan
ditentukan lebih lanjut di dalam proses perencanaan pemeriksaan.
3. Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu
a. Pengertian pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004, pemeriksaan dengan tujuan
tertentu adalah pemeriksaan di luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja.
Laporan hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu memuat kesimpulan. Pemeriksaan
ini dapat bersifat eksaminasi, reviu, atau prosedur yang disepakati. Pemeriksaan
dengan tujuan tertentu ini antara lain meliputi pemeriksaan atas hal-hal lain yang
berkaitan dengan keuangan, pemeriksaan investigatif dan pemeriksaan atas sistem
pengendalian internal.
Standar yang digunakan untuk setiap pekerjaan lapangan dan pelaporan adalah
standar atestasi yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia kecuali ditentukan lain.
Jasa atestasi diberikan untuk memberikan pernyataan atau pertimbangan sebagai
pihak yang independen dan kompeten tentang sesuatu pernyataan (asersi) suatu
satuan usaha telah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan..
b. Tujuan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Tujuan pelaksanaan pemeriksaan dengan tujuan

tertentu menurut Standar

Pemeriksaan Keuangan Negara adalah untuk memberikan simpulan atas suatu hal
yang diperiksa. Misalnya, pemeriksaan atas hasil belanja daerah. Salah satu tujuan
12

dilakukannya pemeriksaan dengan tujuan tertentu atas hasil belanja daerah antara lain
menentukan sistem pengendalian intern yang berkaitan dengan pengelolaan belanja
daerah, baik terhadap laporan keuangan maupun terhadap pengamanan atas kekayaan..
c. Lingkup pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Pemeriksaan dengan tujuan tertentu meliputi pemeriksaan atas hal-hal lain
yang berkaitan dengan keuangan, pemer iksaan investigatif, dan pemeriksaan atas
sistem pengendalian intern.
Pemeriksaan dengan tujuan tertentu dapat berbentuk eksaminasi, reviu, dan
prosedur yang disepakati. Apa yang dimaksud dengan eksaminasi, reviu, dan prosedur
yang disepakati. Eksaminasi adalah pengujian yang memadai untuk menyimpulkan
dengan tingkat keyakinan positif bahwa suatu asersi telah disajikan secara wajar dalam
semua hal yang material sesuai dengan

kriteria.

Reviu

adalah

pengujian

yang

memadai untuk menyatakan simpulan dengan tingkat keyakinan negatif bahwa tidak
ada informasi yang diperoleh pemeriksa dar i pekerjaan yang dilaksanakan menunjukan
bahwa pokok masalah tidak didasari kriteria atau suatu asersi tidak disajikan dalam
semua hal yang material sesuai kriteria. Prosedur yang disetujui adalah pengujian yang
memadai untuk menyatakan kesimpulan atas hasil pelaksanaan prosedur tertentu
yang disepakati dengan pemberi tugas terhadap suatu pokok masalah.
d. Jenis-jenis Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu
1. Audit Keaatan
Audit ketaatan adalah audit yang dilakukan untuk menilai kesesuaian antara
kondisi/pelaksanaan kegiatan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kriteria yang digunakan dalam audit ketaatan adalah peraturan perundang-undangan
yang berlaku bagi auditi. Perundangundangan di sini diartikan dalam arti luas,
termasuk ketentuan yang dibuat oleh yang lebih tinggi dan dari luar auditi asal berlaku
bagi auditi dengan berbagai bentuk atau medianya, tertulis maupun tidak tertulis.
2. Audit Investigatif
Audit investigatif adalah audit yang dilakukan untuk membuktikan apakah suatu
indikasi penyimpangan/kecurangan apakah memang benar terjadi atau tidak terjadi.
Jadi fokus audit investigatif adalah membuktikan apakah benar kecurangan telah
terjadi. Dalam hal dugaan kecurangan terbukti, audit investigatif harus dapat
mengidentifikasi pihak yang harus bertanggung jawab atas penyimpangan/kecurangan
tersebut

13

BAB IV
KESIMPULAN
Pertanggungjawaban pemerintah dalam hal keuangan tercantum dalam Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat, yang akhirnya akan diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan.
Pertanggungjawaban tersebut yang akhirnya akan dilaporkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Dewan Perwakilan Daerah sesuai dengan wewenangnya.
Dalam menjalankan fungsi pemeriksaan tersebut, BPK memiliki wewenang untuk
memeriksa Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia,
Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan Lembaga
atau badan lain yang mengelola keuangan negara. Pemeriksaan keuangan negara saat ini
tidak hanya terbatas pada pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan saja tetapi juga
meliputi pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara.
Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah. Hasil
pemeriksaan keuangan adalah opini kewajaran pelaporan keuangan. Pemeriksaan kinerja
dapat

diartikan

sebagai pemeriksaan atas pelaksanaan kegiatan suatu program oleh suatu

organisasi yang mencakup tiga buah aspek pemeriksaan yakni, ekonomi, efisiensi, dan
efektivitas. Hasil pemeriksaan kinerja dapat berupa temuan, simpulan, dan rekomendasi
Sedangkan

pemeriksaan

dengan tujuan

tertentu adalah pemeriksaan yang dapat berupa

eksaminasi,

reviu, dan prosedur yang disepakati. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu ini

menghasilkan simpulan atas hal yang diperiksa.

14

Anda mungkin juga menyukai