Anda di halaman 1dari 7

PBL

SINUSITIS KRONIS

OLEH :
KELOMPOK 8 REGULER
1. Baiq Novi Satriani M
2. Putry Aprilla
3. Indar Indriana
4. Nursafa Soleman
5. Nur Fajrianti Amin
6. Hastri Adhe Randhany
7. Ajeng Dwi Riani
8. Maghfirah Ramadhani P
9. Nurfajrin Saputri
10.Ira Mukarramah
11.Noratu Sendana
12.Muh. Rahmatullah S
13.Dea Rizky Izzania
14.Ryan Rich Frans

C11113122
C11113323
C11113344
C11113367
C11113517
C11113539
C11113566
C11113030
C11113065
C11113099
C11113313
C11113358
C11113530
C11113577

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015

ANATOMI SINUS PARANASAL


Sinus anasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala sehingga terbentuk rongga di
dalam tulang.Semua sinus mempunyai muara (ostium) kedalam rongga hidung. Ada 4 pasang
sinus paranasalis yaitu :
1. Sinus Maxillaris
Sinus maxillaries berbentuk piramid. Dinding anterior sinus ialah permukaan
fasialos maxilla yang disebut fossa kanina, dinding posteriornya adalah permukaan infratemporal maxilla,dinding medialnya adalah dinding lateral rongga hidung, dinding
superior nya ialah dasar orbita dan dinding inferiornya adalah prosesus alveolaris dan
palatum. Ostium sinus maxilla bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum
etmoid.
2. Sinus Frontalis
Sinus frontalis kanan dan kiri biasanya tidak simetris, satu lebih besar dari pada
lainnya dan dipisahkan oleh sekat yang terletak di garis tengah.Ukuran sinus frontal
adalah 2,8 cm tingginya, lebarnya 2,4 cm dan dalamnya 2 cm.
3. Sinus Etmoidalis
Pada orang dewasa bentuk sinus etmoid seperti pyramid dengan dasarnya di
bidang posterior.Sinus etmoid dibagi menjadi sinus etmoid anterior yang bermuara di
meatus mediusdan sinus etmoid posterior bermuara di meatus superior.Di daerah etmoid
anterior terdapat suatu penyempitan yang disebut infundibulum, tempat bermuaranya
ostium sinus maksilla.Atap sinus etmoid yang disebut fovea etmoidalis berbatasan dengan
lamina kribrosa.Dinding lateral sinus adalah lamina papirasea yang sangat tipis dan
membatasi sinus etmoid dari rongga orbita. Di bagian belakang sinus etmoid posterior
berbatsan dengan sinus sfenoid.
4. Sinus Sphenoidalis
Sinus sphenoid terletak dalam ossfenoid di belakang sinus etmoid posterior.Sinus
sphenoid dibagi 2 olehsekat yang disebut septum intersfenoid.Bagian superior sinus
sphenoid terdapat fossa serebri media dan kelenjar hopofise, sebelah inferiornya atap
nasofaring, sebelah lateral berbatasan dengan sinus kavernosus dan arteri karotis interna
dan di posteriornya berbatasan dengan fossa serebri posterior di daerah pons.

FISIOLOGI HIDUNG
Fungsi fisiologi hidung dan sinus paranasal adalah
a. Fungsi respirasi
Udara masuk kehidung menuju system respirasi melalui nares anterior, lalu naik
keatas setinggi konka media dan kemudian turun kebawah kearah nasofaring.Partikel
debu, virus, bakteri akan disaring di hidung oleh rambut pada vestibulum nasi, silia dan
palut lendir. Debu dan bakteri yang melekat pada palut lendir dan partikel-partikel
besarakan dikeluarkan dengan reflex bersin.

b. Fungsi penghidu
Hidung bekerja sebagai indra penghidu dan pengecap dengan adanya mukosa
olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum.
c. Fungsifonetik
Resonansi oleh hidung penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan
menyanyi.Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang, sehingga terdengar
suara sengau.
d. Fungsi nasal
Mukosa hidung merupakan reseptor reflex yang berhubungan dengan saluran
cerna, kardiovaskuler dan pernapasan. Iritasi mukosa hidung akan menyebabkan reflex
bersin dan nafas berhenti. Rangsang bau tertentu akan menyebabkan sekresi kelenjar liur,
lambung dan pancreas.
Definisi
Sinuaitis kronis adalah inflamasi mukosa hidung dan sinus paranasal yang dapat ditegakkan
berdasarkan riwayat gejala yang diderita sudah lebih dari 12 minggu
Etiologi SINUSITIS
ISPA akibat virus
Rhinitis
Kelainan anatomi deviasi septum/hipertrofi concha
Obstruksi Kompleks Ostio-Meatal
Infeksi tonsil atau gigi
Kelainan imunologik
Diskinesia silia Sindrom Kartagener
Faktor lain Lingkungan berpolusi, udara dingin & kering, kebiasaan merokok
Patogenesis

PATOFISIOLOGI GEJALA
Post nasal drip, lendir yang berasal dari kelompok sinuss pot bergabung di
recessus sphenoethmoidalis dan dialirkan ke nasofaring di posterior-superior
muara tuba eustachi
Nyeri kepala, akibat kongesti dan udema di ostium sinus dan sekitarnya.
Biasanya unilateral dan meluas ke sekitarnya
Hiposmia, terjadi kongesti nasal dalam waktu lama (sumbatan pada fisura
olfactorius di concha media) sehingga ventilasi meatus superior terganggu
Kongesti nasal, proses inflamasi pada mukosa nasal mediator inflamasi
berperan dalam eksudasi dan vasodilatasi edema mukosa nasal
Mukus berbau, adanya aktivitas metabolise bakteri anaerob -> menghasilkan
zat-zat asam, gas,dsb -> mukus berbau
Gejala Sinusitis Kronik
Mayor:

nyeri pada wajah

obstruksi nasal

discharge purulent disertai post nasal drip

hiposmia/anosmia

Minor:

sakit kepala

demam

batuk

nyeri pada telinga

nyeri tekan/rasa penuh

Minor:

sakit kepala

demam

batuk

nyeri pada telinga

nyeri tekan/rasa penuh

Klasifikasi Sinusitis Kronik


1.Maxilla

: Nyeri tekan pipi

2.Frontal

: Nyeri kepala supraorbital atau dahi

3.Ethmoidal : nyeri atau rasa tertekan belakang mata


4.Sphenoidal: terkadang nyeri vertex,kadang sulit untuk di tentukan
tempatnya
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
1. Antibiotika
2. Dekongestan
3. Antihistamin
4. Kortikosteroid oral dan topikal
Tindakan Operasi
Bedah Sinus Endoskopi Fungsional (BSEF)
Komplikasi dan Prognosis
Komplikasi Sinusitis
1.Kelainan Orbita
2.Kelainan Intracranial

3.Osteomyelitis
4.Kelainan Paru
Prognosis
Baik jika penatalaksanannya dilakukan secara baik
DIAGNOSIS BANDING
Rhinitis Alergi
Yaitu suatu proses inflamasi dari mukosa hidung yang diperantari oleh
imunoglobulin E setelah terpapar alergen
Rhinitis non Alergi
Yaitu suatu peradangan pada selaput lendir hidung tanpa latar belakang alergi.
Disfungsi concha

Anda mungkin juga menyukai