Anda di halaman 1dari 8

Masyarakat Mandiri,

Lingkungan Lestari

desaku hijau

www.desakuhijau.org

wahana wacana dan warta lingkungan hidup

vol. 1 no. 4 | 2011

Kebun Bibit Desa :


Solusi Perbaikan Lahan Kritis
Bibit pohon di demplot Kebun Bibit Desa, Kabupaten Kaur
Foto : Dok. CSO Bengkulu

Oleh: Vivin Susantie


Asisten CSO Provinsi Bengkulu

Masih terdapatnya lahan kritis


yang dapat menyebabkan terjadinya
kemerosotan kesuburan tanah,
berpotensi untuk direhabilitasi kembali
dengan tanaman tahunan yang sesuai
dengan kondisi lokal setempat
serta dapat memberikan
keuntungan ekonomi bagi masyarakat.

ecara administratif, Desa Padang Manis terletak


di dalam wilayah Kecamatan Kaur Utara
Kabupaten Kaur, di sebelah Utara berbatasan
dengan sungai Bandu Agung, sebelah Timur
berbatasan dengan Desa Perugaian, sebelah Selatan
berbatasan Desa Tanjung Ganti II Kecamatan Kelam
Tengah dan di sebelah Barat berbatasan dengan Suka
Nanti Kecamatan Lungkang Kule. Luas wilayah Desa
Padang Manis adalah 1500 Ha, yang terdiri dari 70%
berupa daratan yang bertofografi berbukit-bukit, dan
sisanya 30% berupa daratan yang dimanfaatkan
sebagai lahan pemukiman, pertanian dan
persawahan.
bersambung ke hal. 5

Newsletter desakuhijau merupakan satu alat komunikasi dalam


memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kegiatan
yang sedang berlangsung di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera
Barat, Bengkulu dan Sulawesi Utara. Cerita dan foto dari berbagai
lokasi diharapkan dapat memberikan motivasi agar masyarakat
semakin terpacu dalam mnumbuhkembangkan pembangunan desa
yang berbasis lingkungan.

DAFTAR ISI
Kebun Bibit Desa :
Solusi Perbaikan Lahan Kritis
Profil Tokoh :
Irsan Simanjuntak
Pelita Untuk Kluet Timur
Rapat Koordinasi PNPM LMP
Sulawesi Utara

Tema Foto:
Workshop RPJM Hijau
Kabupaten Solok Selatan
Provinsi Sumatera Barat

Profil Tokoh

Irsan Simanjuntak :
Menerangi Kampung
dengan Pikohidro

Kecintaanya dengan aktifitas pemberdayaan


masyarakat kini semakin bertambah mana kala ia
berkesempatan berkarya dalam program PNPM
LMP di Provinsi Sumatera Utara. Ia bergabung
dengan Yayasan PETRA dan bertanggungjawab
sebagai CSO di Kabupaten Tapanuli Selatan. Ia
mendampingi tahapan-tahapan kegiatan di dalam
siklus PNPM LMP, di luar siklus, ia mengembangkan
ide dan pengetahuannya bersama dengan
masyarakat untuk membuat demplot Biogas di
Kecamatan Batang Toru dan Demplot Pikohidro di
Kecamatan Aek Bila. Ia berharap, bahwa demplot
biogas dan pikohidro tidak hanya menjadi
pengetahuan sesaat saja, namun berkeinginan kuat
agar masyarakat dapat mereplikasi biogas dan
pikohidro dan kini telah menunjukkan hasilnya.
Di pertengahan tahun 2010, demplot pikohidro
telah dibuat di Desa Tapus Godang, desa yang
terletak di Kecamatan Aek Billa ini merupakan salah
satu desa yang kesulitan listrik dan tidak terjangkau
oleh jaringan PLTMH. Saat ini pikohidro yang
dibuat baru berkapasitas 600 Watt dan terfokus
untuk penerangan fasilitas umum seperti jalan
desa, musholla, pemandian umum, penerang
jembatan, balai desa.

Godang. Kerlip lampu yang menyala di Tapus


Godang menarik perhatian dan minat masyarakat
dari desa lainnya. Pikohidro oleh masyarakat Desa
Tapus Godang dinilai sederhana, mudah dioperasikan
dan murah sehingga menginspirasi mereka
membuat pikohidro untuk kebutuhan penerangan di
rumahnya. Tak kurang dari 101 KK yang ada di Desa
Tapus Godang merasakan manfaat penerangan dari
pikohidro terutama untuk aktifitas di desa. Mudah,
murah dan sederhana itulah pikohidro dalam
anggapan masyarakat di sekitar Desa Tapus Godang.
Di awal tahun 2011 telah terpasang satu pikohidro di
Desa Aek Tangga dengan pemanfaat 21 KK.
Pikohidro di desa ini dipasang untuk kebutuhan
individu, namun dalam implementasinya juga
dipasang untuk fasilitas umum seperti jalan dan
pemandian umum, jarak Desa Aek Tangga ke Desa
Tapus Godang sekitar 8 km.
Tidak hanya Desa Aek Tangga yang terinspirasi oleh
upaya pemanfaatan SDA sebagai energi terbarukan
yang dilakukan oleh Irsan Simanjuntak, namun kini
telah terdata 3 desa lainnya yang dalam proses
pembuatan pikohidro yaitu Desa Sipiongot 200 KK
dimana terdapat, 10 orang anggota kelompok
masyarakat desa yang bahu-membahu secara
swadaya untuk pengadaan pikohidro berkapasitas
3000 watt, Desa Gunung Maria 11 KK dan Desa SibioBio 60 KK. Desa-desa tersebut berada di Kecamatan
Dolok, kecamatan di luar wilayah program PNPM
LMP, dengan pembiayaan seluruhnya dari swadaya
masyarakat. Untuk bantuan teknis dan pelatihan
serta narasumber, masyarakat meminta bantuan
kepada tim CSO di Tapanuli Selatan.

Biodata
Nama Lengkap
Pekerjaan
Nama Istri
Lembaga
Alamat

Kab. Tapanuli Selatan, Sumatera Utara


Pendidikan

Selama proses perencanaan hingga pemeliharaan,


kegiatan ini mengundang banyak perhatian
masyarakat yang tinggal di sekitar Desa Tapus

: Irsan Simanjuntak
: Faskab. PNPM LMP Kab. Tapanuli Selatan
: Belum Nikah
: Yayasan PETRA
: Ds. Batangmihajulu, Kec. Sipirok
: Institut Pertanian Bogor
Jurusan Manajemen Sumber Daya Hutan
Fakultas Kehutanan

Pelita Untuk Kluet Timur


Oleh: Indra Kurnia/YOSL OIC
Praktek pembuatan kompos
Foto : Dok. WCS

Yang dimaksud dengan Pelita disini


bukanlah alat atau benda untuk
menerangi dalam kondisi gelap. Tetapi
Pelita disini adalah Pelestarian
Lingkungan Kita, sebuah nama kelompok
masyarakat yang terbentuk di Kecamatan
Kluet Timur, Kabupaten Aceh Selatan.
Pelita terbentuk dari adanya kegiatan demplot
(demonstration plot) Kebun Belajar yang
dilakukan oleh Civil Society Organization (CSO)
dalam Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Lingkungan Mandiri Perdesaan
(PNPM LMP). Peserta yang terlibat dalam
kelompok Pelita ini adalah masyarakat yang
berasal dari 7 (tujuh) desa yang terdapat di
Kecamatan Kluet Timur. Pelita terbentuk pada
bulan Maret tahun 2011 dari hasil kegiatan
Lokakarya Merancang Demplot Kebun Belajar.
Jumlah peserta yang terlibat dalam kelompok
ini sebanyak 30 orang.

Terbentuknya kelompok Pelita adalah untuk


merespon kondisi lingkungan khususnya
aktivitas pertanian di Kecamatan Kluet Timur
yang cukup banyak menggunakan bahanbahan kimia dalam memproduksi hasil-hasil
pertanian dan banyaknya lahan kebun di
daerah ini yang belum dimanfaatkan secara
optimal. Sehingga melalui kelompok Pelita
yang melakukan kegiatan di Kebun Belajar
dapat merubah pola pertanian di daerah ini
agar lebih ramah lingkungan dan dapat
mengoptimalkan sumber daya yang tersedia
dalam mendukung bidang pertanian.
Melalui kegiatan di demplot Kebun Belajar,
peserta di kelompok ini telah mengikuti
beberapa pelatihan yang terkait dengan
pertanian ramah lingkungan, antara lain :
pelatihan pembuatan Mikroorganisme Lokal
(MOL), pembuatan kompos, pembuatan
pestisida alami, pengelolaan kebun dan
3

perawatan tanaman kakao, serta teknik


peremajaan tanaman kakao.

Dari Redaksi

Anggota kelompok juga belajar membudidayakan


tanaman muda dan tanaman keras. Tanaman
keras yang dibudidayakan adalah kakao dan ingul,
sedangkan untuk tanaman muda seperti sawi,
timun, cabai, dan lain-lain.

Kebun Bibit Desa (KBD) merupakan bagian isu


yang dikuatkan kepada masyarakat demi
terciptanya kemandirian masyarakat desa dalam
pengelolaan lingkungan. Dengan KBD diharapkan
masyarakat secara mandiri dapat memproduksi
bibit tanaman yang sesuai dengan kebutuhan dan
cocok dengan kondisi lingkungan setempat.

Peserta Kebun Belajar secara rutin berkumpul


seminggu sekali di demplot untuk melakukan
aktivitas budidaya tanaman sekaligus berdiskusi
tentang berbagai hal yang berkaitan dengan
pelestarian lingkungan. Tahun 2011, seluruh desa
di Kecamatan Kluet Timur akan terdanai melalui
Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) untuk
usulan pelatihan pembuatan kompos dan
pestisida organik. Menyikapi hal tersebut, seluruh
peserta Kebun Belajar yang tergabung dalam
kelompok Pelita bersiap diri untuk menjadi
narasumber lokal dalam pelatihan tersebut.

Profil kali ini, Irsan Simanjuntak adalah fasilitator


Kabupaten Tapanuli Selatan dari Lembaga
PETRA, yang mendampingi masyarakat untuk
mewujudkan kebutuhan akan listrik.

Peserta Kebun Belajar yang berasal dari desadesa di Kecamatan Kluet Timur dapat menjadi
tokoh kunci dalam penyebaran informasi yang
berkaitan dengan PNPM LMP sekaligus dapat
mempengaruhi masyarakat di desanya untuk
dapat terlibat secara aktif dalam upaya
pelestarian lingkungan. Pengetahuan yang telah
diperoleh selama melakukan kegiatan di demplot
dapat diadopsi dan disebarluaskan kepada
masyarakat di sekitarnya sehingga diharapkan
dapat merubah pola pertanian yang dilakukan
oleh masyarakat di Kecamatan Kluet Timur yang
bergantung kepada bahan-bahan kimia mengarah
kepada pertanian ramah lingkungan.

Dari Sulawesi Utara, CSO akan lebih


memfokuskan pendampingan pada kelestarian
kegiatan BLM yang sudah dan sedang
dilaksanakan oleh masyarakat. Komposisi tim
pendamping pun berubah menjadi spesialis di

Sesuai dengan namanya, semoga kelompok


Kebun Belajar Pelita dapat memberikan cahaya
yang menerangi masyarakat Kluet Timur untuk
mengarah kepada langkah-langkah yang lebih
peduli dan berpihak kepada lingkungan. Sehingga
kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam PNPM
LMP tepat sasaran dan berdampak positif
terhadap masyarakat. ***

LASP yang menjadi mitra dalam PNPM LMP


bersama-sama pemerintah kabupaten Solok
Selatan sudah mencoba membuat kerangka
penyusunan RPJM Desa dengan melibatkan
seluruh pelaku pembangunan di tingkat desa dan
kecamatan, juga tidak lupa isu lingkungan harus
menjadi bagian penting dalam rencana
pembangnan. Prosesnya bisa kita sama-sama lihat
dalam berita foto pada terbitan newsletter edisi
kali ini.

masing-masing kegiatan.
Selamat membaca!

Penanggung Jawab
Akbar A. Digdo

Grafis & Tata Letak


Tim Kreatif CSO

Redaktur
Ian M Hilman

Kredit Foto
Edyson Maneasa
Vivin Susantie
Nano Sudarno
Marde Syahni

Editor
Akbar A. Digdo
Agustinus Wijayanto
Ian M Hilman
Kontributor
Edyson Maneasa
Indra Kurnia
Vivin Susantie
Nano Sudarno
Marde Syahni

Alamat Redaksi
Jl. Burangrang No.18
Bogor 16151
Telp. 0251-8306029

Wildlife Conservation Society (WCS) adalah organisasi nirlaba yang peduli pada pelestarian alam dan satwaliar
yang berpusat di New York, Amerika Serikat.
WCS beroperasi di Indonesia berdasarkan MoU (Memorandum of Understanding)
dengan Departemen Kehutanan Republik Indonesia.

sambungan dari hal. 1

Kelompok pengelola demplot KBD yang didominasi kaum perempuan


Foto : Dok. CSO Bengkulu

Masih terdapatnya lahan kritis yang dapat


menyebabkan terjadinya kemerosotan kesuburan tanah,
berpotensi untuk direhabilitasi kembali dengan
tanaman tahunan yang sesuai dengan kondisi lokal
setempat serta dapat memberikan keuntungan ekonomi
bagi masyarakat. Upaya yang akan dilakukan oleh
masyarakat dalam usaha meningkatkan kesuburan lahan
kritis adalah dengan melakukan penanaman lahan
tersebut dengan jenis tanaman hutan dan jenis
tanaman serbaguna, namun sebelum melakukan
kegiatan penanaman, terlebih dahulu masyarakat
menciptakan bibit-bibit pohon lokal (kehutanan dan
buah-buahan) yang sesuai dengan kondisi alam dan
kebutuhan masyarakat setempat.
Dalam usahanya, untuk menciptakan bibit tanaman
hutan dan jenis tanaman serbaguna masih dibatasi oleh
ketidak mampuan untuk memperoleh bibit yang
berkualitas. Bertolak dari pengalaman tersebut Ulayat
sebagai CSO pendamping di propinsi Bengkulu dalam
PNPM LMP, membangun sebuah konsep kegiatan dalam
bentuk demonstrasi plot (demplot) kegiatan yaitu
pembuatan bibit berkualitas berbasis pemberdayaan
masyarakat dengan nama Demplot Kebun Bibit Desa
(KBD). KBD merupakan penyediaan bibit tanaman hutan
dan jenis nanaman serbaguna Multi Purpose Tree
Species (MPTS) yang prosesnya dibuat secara swakelola
dan swadaya oleh kelompok tani, Bibit hasil KBD
digunakan untuk merehabilitasi dan menanam di lahan
kritis, lahan kosong dan lahan tidak produktif di
wilayahnya. Di samping itu, KBD dipakai sarana untuk
memperbaiki lingkugan dan mengurangi terjadinya
resiko sosial berupa kemiskinan akibat degradasi hutan
dan lahan serta sebagai tempat pemberian
pengetahuan dan ketrampilan pembuatan persemaian,
penanaman dengan menggunakan benih/bibit yang
berkualitas bagi kelompok pengelola demplot dan
masyarakat umumnya.

Pembuatan demplot KBD mulai dilakukan pada bulan


Mei 2011, dengan tahapankegiatan berupa melakukan
pendampingan penyadaran kepada masyarakat bahwa
pentingnya untuk membuat dan mengelola KBD
kemudian mendirikan wahana pembelajaran segabai
tempat untuk belajar dan saling berbagi informasi
seputar kegiatan pembibitan. Untuk mendukung
kelancaraaan dalam melakukan kegaitan, masyarakat
kemudian menyepakati untuk membentuk kelompok
pengelola demplot dengan nama Kelompok Petani
Ramah Lingkungan, dimana kelompok pengelola KBD
ini didominasi oleh para ibu rumah tangga.
Ketika dimulainya kegiatan, banyak tantangan yang
dihadapi oleh kelompok, mulai dari kurangnya
pastisipasi dari anggota, gangguan binatang ternak
yang menyebabkan banyak bibit tanaman yang rusak,
juga terlambatnya proses pengadaan benih
menyebabkan bibit tidak tumbuh optimal dan
memperlambat proses kegiatan. Hambatan tersebut
dengan sendirinya dapat teratasi berkat semangat
masyarakat yang tinggi, dengan modal swadaya
masyarakat perlahan berbagai permasalahan yang
dihadapi mulai dapat diatasi. Sekarang sudah tercipta
10.000 bibit tanaman hutan dan buah-buahan yang
siap untuk ditanam pada lahan kritis.
Dalam perkembangannya kedepan masih banyak
pengetahuan yang harus diberikan kepada kelompok
dalam mengelola demplot, salah satunya adalah
kemampuan dalam memproduksi bibit dengan cara
generatif maupun vegetatif. Sehingga harapan
kelompok masyarakat untuk mewujudkan daerahnya
sebagai sentra bibit lokal yang unggul dan berkualitas
juga menjadi salah satu solusi untuk membantu usaha
perbaikan lingkungan serta meningkatkan ekomoni
masyarakat dapat terujud. ***
5

Paparan narasumber dalam acara rapat koordinasi


Foto : Edyson Maneasa

Rapat Koordinasi PNPM LMP


Sulawesi Utara
Itulah beberapa himbauan yang disampaikan Kepala
Oleh: Edyson Maneasa
Koordinator CSO Provinsi Sulawesi Utara

Untuk mendukung keberhasilan


implementasi PNPM LMP, diharapkan
Satker Kabupaten dapat mengalokasikan
dana Pembinaan Administrasi Program
(PAP) melalui APBD, sebagai wujud
kebersamaan untuk bersama-sama
mengentaskan kemiskinan.
Peningkatan kinerja dari semua pelaku terutama
konsultan di tingkat kecamatan, kabupaten dan provinsi
menjadi wajib dalam melakukan pendampingan
terhadap masyarakat miskin, sebab itu forum
koordinasi yang digelar hari ini dapat memberikan
gambaran tentang potret terkini terhadap progres,
mekanisme dan tahapan kegiatan program yang
meliputi: pencapaian target kegiatan, realisasi
pembiayaan kegiatan sampai pada tahapan serah terima
hasil kegiatan, serta permasalahan dan upaya
pemecahan yang dilakukan.

BPMPD Propinsi Sulawesi Utara kepada peserta rakor


yang dilaksanakan di Hotel Sintesa Peninsula Manado.
Pada tanggal 26 Agustus 2011 dilaksanakan Rapat
Koordinasi PNPM LMP tingkat Provinsi Sulawesi Utara.
Rakor ini dilaksanakan oleh Satker PNPM Provinsi
dengan mengundang seluruh pelaku dari tingkat
Provinsi hingga kecamatan dengan fokus pada konsultan
dan PJO Kabupaten (atau Kepala BPMPD) serta PJO
Kecamatan. Tujuan rakor provinsi ini adalah Pembinaan
dan pengendalian seluruh tahapan PNPM LMP di
Provinsi Sulawesi Utara.
CSO menyampaikan beberapa perubahan bentuk
pendampingan terhadap implementasi program pada
rakor tersebut. Jika pada siklus 2008-2010 bentuk
pendampingan banyak dilakukan pada tahapan
perencanaan dan pelaksanaan, pada siklus 2011 dan
2012 ini CSO akan menfokuskan pendampingan lebih
intensif pada tahapan pelestarian. Komposisi struktur
personil juga mengalami perubahan, jika sebelumnya
terdapat fasilitator ditingkat kabupaten saat ini lebih
mengarah pada spesialisasi masing-masing, yang
meliputi Spesialis Pengelolaan Sumber Daya Alam,
Spesialis Energi Terbarukan, Spesialis Pembangunan
Berkelanjutan, Spesialis Penyadartahuan, serta Spesialis
GIS, Monitoring dan Evaluasi.
6

Pada bagian akhir rakor tersebut menghasilkan sejumlah


rekomendasi kepada pihak-pihak yang terlibat dalam
implementasi PNPM LMP di Sulawesi Utara, yang
meliputi:
Rekomendasi kepada Satker:
1. Mendorong pembentukan Peraturan Daerah tentang
Rencana Pembangunan Jangkah Menengah Desa
(RPJM-Desa) sebagai payung hukum dan acuan bagi
pemerintah dan masyarakat desa dalam menyusun,
merencanakan dan melaksanakan pembangunan di
desa.
2. Mendorong pemberdayaan setrawan sebagai salah
satu pelaku PNPM LMP di kabupaten dan kecamatan
dalam mendukung pencapaian tujuan PNPM LMP.
3. Mendorong Pemerintah Daerah dan DPRD agar
mengalokasikan anggaran dalam APBD kabupaten
untuk mendukung pelaksanaan kegiatan
pendampingan program PNPM LMP.
4. Mendorong pemerintah kabupaten/kecamatan
untuk melestarikan hasil-hasil kegiatan PNPM LMP
melalui integrasinya dengan program/rencana kerja
SKPD terkait.

penyusunan dan pelaksanaan peraturan desa dan


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa.
5. Membantu Satker dalam melakukan penguatan
terhadap setrawan di tingkat kabupaten dan
kecamatan. ***
Foto : Edyson Maneasa

Rekomendasi kepada Konsultan:


1. Verifikasi kegiatan biogas perlu memperhatikan
ketersediaan bahan baku.
2. FKL perlu melakukan pendampingan kepada UPK
dalam penyaluran dana ke TPK.
3. Meningkatkan sosialisasi kegiatan PNPM LMP kepada
masyarakat sehingga prinsip, prosedur, dan teknis
kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan
program.
4. PTO terbaru harus segera didistribusikan kepada
semua pelaku sebagai pegangan dalam
melaksanakan kegiatan.
5. Melakukan penyesuaian biaya terhadap operasional
kegiatan yang tinggi.
Rekomendasi kepada CSO:
1. Melakukan pendampingan intensif terhadap
kegiatan-kegiatan spesifik seperti: solar cell,
ekowisata dan pemanfaatan asap cair.
2. Memperkuat Tim Pengelola Operasi dan Pemelihara
(TPOP) di tingkat kecamatan dan Kelompok
Pemanfaat dan Pemelihara (KPP) di tingkat desa
dalam melakukan pelestarian hasil kegiatan BLM
PNPM LMP.
3. Membantu memperbaiki proposal kegiatan yang
terpilih agar implemetasi keberpihakan kepada
lingkungan menjadi nampak.
4. Melakukan pendampingan terhadap desa-desa
dalam mewujudkan proses pembangun
berkelanjutan, seperti penguatan terhadap
Pemaparan CSO dalam Rakor Propinsi

Tema Foto

Workshop RPJM Hijau


di Solok Selatan, Sumatera Barat
Narasi : Marde Syahni, LASP
Foto : LASP Sumbar

ola integrasi antara rencana pembangunan di


tingkat desa dengan program pembangunan
pemerintah, harus tertuang dalam dokumen
Rencana Pembanguan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa). Hal ini untuk menciptakan keselarasan antara
program pembangunan pemerintah dengan misi
pembangunan desa, dan yang paling penting adalah
menimbulkan rasa memiliki dari pelaku pembangunan
itu sendiri terhadap program yang dijalankan.
Sebagai upaya CSO dalam rangka mendukung
peningkatan kapasitas pemerintah lokal dalam rangka
meningkatkan merencanakan pembangunan daerah
yang berbasis lingkungan, pada tanggal 26 - 27
September 2011 di Wisma Umy Kalsum Muara Labuh,
Kabupaten Solok Selatan bersama pemerintah
kabuoaten Solok Selatan mengadakan agenda
Workshop RPJM Green di tingkat kabupaten. Tujuan
utama diangkatkannya agenda berskala nasional ini,
agar setiap nagari/desa yang menjadi bagian wilayah
pilot projek PNPM LMP memiliki perencanaan yang
kuat dan matang terhadap pengelolaan lingkungan di
nagari/desanya masing - masing untuk 5 tahun
kedepan. Sehingga setiap nagari tersebut akan memilki
acuan yang jelas dalam mengajukan usulan - usulan
dalam PNPM LMP.

Sesi bedah RPJM oleh setiap nagari di tiap kecamatan.


Dua belas nagari yang hadir melakukan pengkajian
terhadap potensi dan permasalahan lingkungan yang
ada di lokasi masing masing.

Pemaparan maksud dan tujuan dilaksanakannya


Workshop RPJM Hijau dari CSO

Antusiasme peserta sangat tampak dari setiap diskusi


yang dilakukan. Bahkan FK pun menyatakan
kesiapannya untuk mulai membahas lebih tajam RPJM
Nagari sebagai tindak lanjut dari kegiatan Workshop
RPJM Green ini.
8

Anda mungkin juga menyukai