Luluk 2
Luluk 2
[PSAK yang mengatur tentang Akuntansi Syariah (bagi praktek ekonomi yang
menggunakan prinsip-prinsip syariah)].
1.5. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan basic atau fundamental research karena terutama
bertujuan untuk memperoleh lebih banyak pengetahuan dan pemahaman
mengenai fenomena-fenomena yang terjadi, secara umum diarahkan kepada
usaha untuk mengembangkan dan penemuan teori sebagai dasar pengembangan
ilmu pengetahuan (Teguh, 1999:17).
Penelitian ini dimaksudkan untuk menemukan rasionalitas dan kebenaran
hakikat, pengetahuan dan praktik akuntansi, maka penelitian ini menggunakan
kajian teori kritis, dan filosofis (Adnan, 1996:7; Muhammad, 2002:23)
1.5.1. Metode Penelitian yang Digunakan
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode penelitian
deskriptif, data yang dikumpulkan disusun, dijelaskan, dan selanjutnya dilakukan
analisa (Surakhmad, 1985:140) dengan pendekatan analisis perbandingan
(komparatif) yang berusaha mencari pemecahan melalui penelitian pada faktorfaktor tertentu yang berhubungan dengan fenomena yang sedang diteliti dan
membandingkan satu faktor dengan faktor lainnya (Surakhmad, 1985:141) juga
dimaksudkan untuk mengetahui hakikat sesuatu, dengan pendekatan analisis
proposisi yang mengungkap pernyataan tentang sifat dari realitas (Nazir,
1999:20). Menggunakan data ex post facto. Ex post facto artinya data yang
dikumpulkan setelah semua kejadian berlangsung (Nazir, 1999:69)
1.5.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang
berbentuk rumusan-rumusan normatif tentang prinsip-prinsip syariah, prinsipprinsip ekonomi syariah dan prinsip-prinsip akuntansi syariah, aturan atau
ketentuan-ketentuan penyajian laporan keuangan yang tidak dapat dinyatakan
dalam angka-angka kuantitatif.
Sumber data diperoleh melalui: Standar Akuntansi Keuangan yang disusun
oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) sebagai acuan dalam praktik menjalankan
akuntansi, literatur atau buku-buku akuntansi keuangan yang beraliran
konvensional, dan format laporan keuangan yang dipergunakan oleh institusi
ekonomi non syariah (konvensional); Accounting and Auditing for Islamic
Financial Institution yang disusun oleh AAOIFI (Accounting and Auditing
Organization for Islamic Financial Institution) sebagai acuan dalam praktik
akuntansi lembaga-lembaga keuangan syariah, Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No. 59 tentang Perbankan Syariah, literatur atau buku-buku
akuntansi keuangan yang berdasarkan ketentuan-ketentuan syariah, dan format
laporan keuangan yang dipergunkan oleh institusi ekonomi syariah.
1.5.3. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini, data yang
digunakan adalah berupa pernyataan-pernyataan para ahli yang relevan. Pengumpulan data dengan teknik purposif sampling/data, yang selanjutnya didukung
tahun, karena hal tersebut juga berhubungan dengan nisab zakat yang
menggunakan bilangan tahun.
4. Pembukuan langsung dan lengkap secara detail. Kaidah ini menghendaki
pembukuan secara rinci dalam mencatat transaksi, dimuali dari tanggal, bulan,
tahun, dan aktivitas-aktivitas yang dilakukan, hal ini disarkan perintah dalam
Al-Quran (2:282) uktubuhu perintah mencatat kemudian ila ajalin
musamma menunjukkan suatu tanggal kejadian tertentu.
5. Pembukuan disertai dengan penjelasan atau penyaksian obyek. Kaidah ini
menghendaki pembukuan semua aktivitas ekonomi keangan berdasarkan
dokumen-dokumen yang mencakup segia bentuk dan isi secara keseluruhan.
Dalam fikih Islam, bentuk ini disesbut pencatatan dengan kesaksian.
6. Pertambahan laba dalam produksi, serta keberadaannya dalam perdagangan.
Dalam fikih islam, laba dianggap sebagai perkembangan pada harta pokok
yang terjadi dalam masa haul (periode akuntansi), baik setelah harta itu diubah
dari barang menjadi uang meupun belum berubah. Kaidah inilah yang dipakai
dalam menghitung zakat mal.
7. Penilaian uang berdasarkan emas dan perak. Al-Quran telah mengisyaratkan
bahwa emas dan perak adalah sebagai wadah sentral dalam penetapan harga
(QS, 12:20, 3:75, 9:34)
8. Prinsip penilaian harga berdasarkan nilai tukar yang sedang berlaku.
Implementasi kaidah ini untuk memelihara keselamatan dan keutuhan modal
pokok untuk perusahaan dari segia tingginya volume proses penukaran barang
dan kemampuan barang itu untuk berkembang dan menghasilkan laba.
9. Prinsip perbandingan dalam menentukan laba. Prinsip ini ditujukan untuk
menghitung dan mengukur laba atau rugi pada perusahaan mudharabah yang
kontinu, serta menentukan aktivitas-aktivitas ekonomi lainnya yang menghendaki perbandingan antara beban-beban dan uang masuk selama periode
tertentu.
10. Prinsip muwaamah (keserasian) antara pernyataan dan kemaslahatan.
Catatan akuntansi harus menjelaskan keterangan-keterangan yang telah
dipublikasikan secara wajar, yaitu sesuai dengan kesanggupan dan situasi
serta metode yang digunakan yang dapat melindungi kemaslahatan serta tidak
menimbulkan kemudharatan.
2.2. Tujuan Laporan Keuangan Akuntansi Syariah
Sesuai dengan tujuan syariah yang berusaha untuk menciptakan
maslahah terhadap seluruh aktivitas manusia tidak terkecuali dalam aktivitas
ekonomi yang didalamnya juga melingkupi aktivitas akuntansi, maka akuntansi
yang direfleksikan dalam laporan keuangan memiliki tujuan yang tidak
bertentangan dengan tujuan syariah. Untuk merealisasikan tujuan tersebut
Harahap (1999:120) menyebutkan bahwa pemberian informasi akuntansi melalui
laporan keuangan harus dapat menjamin kebenaran, kepastian, keterbukaan,
keadilan diantara pihak-pihak yang mempunyai hubungan ekonomi hal ini sejalan
dengan pernyataan Harahap (2001:120) inti prinsip ekonomi syariah menurut AlQuran adalah: keadilan, kerjasama, keseimbangan larangan melakukan transaksi
apapun yang bertentangan dengan syariah, eksploitasi dan segala bentuk
kedhaliman (penganiayaan). Secara tegas Triyuwono (2000:25) menyampaikan
bahwa tujuan akhir akuntansi syariah [laporan keuangan] adalah untuk mengikat
6
para individu pada suatu jaringan etika dalam rangka menciptakan realitas sosial
(menjalankan bisnis) yang mengandung nilai tauhid dan ketundukan kepada
ketentuan Tuhan, yang merupakan rangkaian dari tujuan syariah yaitu mencapai
maslahah (Hidayat, 2002b:431).
Tujuan akuntansi syariah sangat luas, namun demikian penekanannya
adalah pada upaya untuk merealisasikan tegaknya syariah dalam kegiatan
ekonomi yang dijalankan oleh manusia (Adnan, 1997, Triyowono, 2000 dalam
Harahap, 2001:120). Selanjutnya Adnan (1996) untuk menspesifikkan tujuan
akuntansi syariah membagi menjadi dua tingkatan yaitu 1) tingkatan ideal, dan 2)
tingkatan pragmatis. Pada tataran ideal tujuan akuntansi syariah adalah sesuai
dengan peran manusia dimuka bumi dan hakekat pemilik segalanya (QS, 2:30,
3:109, 5:17, 6:165), maka sudah semestinya yang menjadi tujuan ideal dari
laporan keuangan adalah pertang-gungjawaban muamalah kepada Tuhan Sang
Pemilik Hakiki, Allah swt. Namun karena sifat Allah Yang Maha Tahu segalanya,
tujuan ini bisa dipahami dan ditransformasikan dalam bentuk pengamalan apa
yang menjadi perintah syariah. Dengan kata lain, akuntansi [laporan keuangan]
terutama harus berfungsi sebagai media penghitungan zakat, karena zakat
merupakan bentuk manifestasi kepatuhan seseorang hamba atas perintah Tuhan.
Tujuan pragmatis dari Akuntansi Syariah [laporan keuangan] diarahkan pada
upaya menyediakan informasi kepada stakeholder dalam mengambil keputusan
(Adnan, 1999:4 dalam Asudi dan Triyuwono, 2001:87).
Khan (1992) mengidentifikasi tujuan laporan keuangan akuntansi syariah,
sebagai berikut:
1. Penentuan laba-rugi yang tepat. Kehati-hatian harus dilaksanakan dalam
menyiapkan laporan keuangan agar dapat mencapai hasil yang sesuai dengan
syariah, dan konsisten dalam pemilihan metode yang digunakan sehingga
dapat menjamin kepentingan semua pihak (pengguna laporan keuangan).
Penentuan laba rugi yang tepat juga sangat urgen dalam rangka menghitung
kewajiban zakat, bagi hasil, dan pembagian laba kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
2. Meningkatkan dan menilai efisiensi kepemimpinan. Sistem akuntansi harus
mampu memberikan standar untuk menjamin bahwa manajemen mengikuti
kebijakan-kebijakan yang sehat.
3. Ketaatan pada hukum syariah. Setiap aktivitas yang dijalankan oleh entitas
usaha harus dapat dinilai hukum halal-haramnya.
4. Keterikatan pada keadilan. Dalam rangka mewujudkan tujuan utama dari
syariah adalah menciptakan maslahah, dan keadilan adalah bagian yang
terpenting dalam mencapai maslahah, maka penegakan keadilan adalah
mutlak adanya.
5. Melaporkan dengan benar. Entitas usaha selain bertanggung jawab terhadap
pemilik juga harus bertanggung jawab kepada masyarakat secara keseluruhan.
Dengan demikian berarti pula bahwa entitas usaha memiliki tanggung jawab
sosial yang melekat. Informasi harus berada dalam posisi yang terbaik untuk
melaporkan hal ini.
6. Adaptable terhadap perubahan. Peranan akuntansi yang sangat luas menuntut
akuntansi agar peka terhadap tuntutan kebutuhan, agar akuntansi senantiasa
dapat difungsikan oleh masyarakat sesuai tuntutan kebutuhannya.
Secara prinsip terjadi beberapa perbedaan yang mendasar, akuntansi konvensional lebih memberi kelonggaran penilaian laporan keuangan dengan menilai
hanya terbatas pada kewajaran (kebenaran relatif) yang merujuk pada standar
yang berlaku, sedangkan akuntansi syariah tuntutannya adalah kebenaran hakiki
(al-haq) atau kebenaran moral yang harus dipertanggungjawabkan dihadapan
Allah, walaupun di satu sisi akuntansi syariah juga harus merujuk pada standar
tetapi standar tidak dimaksudkan sebagai pembenaran, artinya laporan yang
dibuat sesuai dengan standar tidak selalu benar menurut syariah, bila secara
substansi laporan menyimpang dari prinsip-prinsip syariah (Hidayat, 2002a:8889).
Akuntansi konvensional lebih pada pemenuhan ketentuan standar-standar
yang dibuat oleh manusia, sedangkan akuntansi syariah, mencoba menemukan
apa yang seharusnya dibuat sesuai dengan anjuran Tuhan (wahyu), dalam tataran
ini akuntansi syariah tidak hanya diikat agar berada pada koridor standar akuntansi tetapi diikat pula dengan pertanggungjawaban dihadapan Tuhan (normatif
religius).
Dari segi tujuan, antara akuntansi konvensioanal dengan akuntansi syariah
memiliki kemiripan yang hampir sepadan, karena beberapa poin tujuan memang
sama, seperti dalam hal laporan keuangan sebagai pemasok informasi, hanya
pada titik tekan tertentu akuntansi konvensional memberikan laporan kinerja
historis yang memberikan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan sebagai
alat dalam pengambilan keputusan bisnis, sedangkan akuntansi syariah bukanlah
merupakan tujuan, tetapi sarana untuk mencapai tujuan yakni pemenuhan
kewajiban zakat secara benar, hal ini menjadikan akuntansi syariah memiliki titik
tekan tujuan pada pertanggungjawaban (akuntabilitas) dihadapan Tuhan. Dengan
kata lain laporan keuangan akuntansi konvensional titik tekan tujuan pada
pemberian informasi, sedangkan laporan keuangan akuntansi syariah titik
tekannya pada pertanggungjawaban (akuntabilitas).
Laporan keuangan pokok akuntansi konvensional yang terdiri dari neraca,
laporan laba-rugi, dan laporan arus kas, sedangkan pada akuntansi syariah
masih ditambah lagi laporan keuangan lainnya yang harus disampaikan yaitu
laporan zakat. Bahkan ada beberapa laporan keuangan yang dibutuhkan oleh
bank syariah antara lain laporan investasi tidak bebas penggunaan, laporan
sumber dan penggunaan dana qardh (Media Akuntansi, 2000:21).
Perbedaan secara umum antara Akuntansi Konvensional dan Akuntansi
Syariah dapat dilihat dalam gambar 3.1.
Gambar 3.1
Perbedaan Akuntansi Konvensional dengan Akuntansi Syariah
(Laporan Keuangan)
10
LAPORAN
KEUANGAN
AKUNTANSI
KONVENSIONAL
AKUNTANSI
SYARI'AH
PRINSIP-PRINSIP
DASAR
Kebenaran Relatif
(Wajar)
Pemenuhan
Standar yang
Dibuat/
Dirumuskan oleh
Manusia
Kebenaran Hakiki
( al-Haq
)
Mencoba Menemukan yang
Seharusnya/Dibuat Didasarkan
pada Ketentuan
Tuhan (Wahyu)
TUJUAN
Laporan Keuangan
Bukan Tujuan, Tetapi
Sarana untuk
Mencapai Tujuan,
yakni: Pertanggungjawaban Dihadapan
Tuhan
Menekankan pada
Informasi sebagai Alat
dalam Pengambilan
Keputusan Bisnis
JENIS
LAPORAN
Laporan Keuangan
Tambahan Disajikan
Sesuai dengan
Kebutuhan,
misalnya:Pengungk
apan Tingkat Inflasi,
Catatan Atas
Laporan Keuangan,
dan Koreksi Fiskal
Laporan Keuangan
Tambahan Meliputi:
Laporan Dana ZIS,
Pengungkapan
Aspek-aspek
Syari'ah, dan
Perhitungan Zakat
11
Postulat
1 Entitas
Akuntansi Konvensional
Pemisahan antara entitas bisnis
dan pemilik
Akuntansi Syari'ah
Entitas didasarkan pembagian laba
Entitas tidak memiliki kewajiban
terpisah dari pemilik.
Kelangsungan usaha tergantung pada kontrak persetujuan anatar pihak
yang terlibat dalam kegaiatan bagi
hasil.
3 Periode Akuntansi
4 Unit Pengukuran
12
6 Obyektivitas
7 Materialitas
8 Konsistensi
9 Konservatisme
Memilih teknik akuntansi yang paling Memilih teknik akuntansi yang paling
memberikan pengaruh kecil
menguntungkan (dampak posistif)
terhadap
Pemilik
bagi masyarakat.
No. Karakteristik
Akuntansi Konvensional
Akuntansi Syari'ah
Syari'ah
Kepentingan umat
Keuntungan yang wajar
Persamaan
Rahmatan li al-'alamin
3 Kriteria
Berdasarkan pada hukum perdaga- Berdasarkan pada etika yang berngan masyarakat kapitalis modern sumber pda hukum Al-Qur'an dan
Sunnah
Penyajian informasi yang sangat
Full disclosure untuk memenuhi
Terbatas
ketuhan informasi keuangan yang
sesuai dengan syari'ah dan
memenuhi kebutuhan Islamic
Financial Report User
Informasi yang ditujukan pada per- Pertanggungjawaban kepada umat/
tanggungjawaban kepada pemilik masyarakat luas (khususnya damodal
lam memanfaatkan sumberdaya).
14
laba usaha, laba dari modal pokok, dan lain sebagainya. Konsep akuntansi
syariah membedakan antara laba dari aktivitas pokok dan laba yang berasal dari
modal. Juga wajib memberikan penjelasan pendapatan-pendatan yang diperoleh
yang tidak sesuai dengan syariah laba dari aktivitas ini tidak boleh dibagikan
kepada mudharib dan musyarik (stakeholder) atau dicampurkan pada modal
pokok. (6) Konsep akuntansi konvensional menerapkan prinsip bahwa laba itu
hanya ada ketika adanya jual-beli (aktivitas usaha berjalan), sedangkan konsep
akuntansi syariah mengakui laba apabila nilai barang mengalami perkembangan
atau pertambahan, baik hal itu terjadi karena adanya proses jual-beli maupun
tidak. Akan tetapi, jual-beli adalah suatu keharusan untuk menyatakan laba dan
laba itu tidak boleh dibagi kecuali setelah nyata laba itu diperoleh.
Adanya perbedaan-perbedaan dalam kaidah dan prinsip-prinsip antara
akuntansi syariah dengan akuntansi konvensional sangat menyentuh pada
aspek-aspek pokok dan inti dari persoalan akuntansi, artinya meskipun perbedaan
tersebut dilihat dari luarnya hampir tidak tampak namun dari substansi perbedaan
ini jauh lebih berarti, karena menyangkut masalah-masalah pokok dan inti.
3.2.
aspek yang berkait dengan ketentuan syariah. Alam (1991 dalam Triyuwono,
2000:317) berpendapat bahwa dengan adanya perubahan dalam norma dan
keyakinan masyarakat, standar-standar dan konvensi-konvensi perlu disesuaikan
agar dapat memenuhi kebutuhan. Sebagai konsekuensi praktik Ekonomi Islam
yang mempunyai pengaruh langsung pada kebijakan dan prosedur akuntansi
seperti sistem bebas bunga, pelaksanaan zakat, ketaatan pada etika bisnis
tertentu, akantansi akan memainkan peranan tertentu untuk mendukung agar
praktik ini berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip dasar syariah yang dianut. Hal
ini dapat pula diartikan bahwa kebutuhan untuk merekonstruksi akuntansi agar
memenuhi aktivitas bisnis yang didasarkan oleh nilai-nilai syariah sangat
diperlukan (Triyuwono, 2000:317).
Secara normatif Al-Quran telah berpesan dalam surat (2:282) yang mewajibkan adanya pembukuan dalam muamalah [transaksi ekonomi] hal ini merupakan benang merah yang menguhubungkan perlunya informasi baik dalam
ekonomi konvensional maupun dalam praktik ekonomi yang dijalankan dengan
menggunakan prinsip-prinsip syariah. Kalau Al-Quran berbicara akuntansi
bukanlah hal yang aneh karena Allah telah menyatakan beberapa kali bahwa AlQuran merupakan petunjuk bagi manusia, diantaranya terdapat dalam Al-Quran
(2:2) dan dalam surat lain Allah menegaskan diturunkannya Al-Quran adalah
untuk menjelaskan segala urusan [permasalahan] (QS, 16:89). Implementasi
dalam praktiknya untuk menjalankan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh
Tuhan. Ternyata Nabi Muhammad saw. telah menaruh perhatian [terhadap
akuntansi], perhatian tersebut didasari dengan keinginan membersihkan
muamalah maliah (keuangan) dari unsur-unsur riba dan dari segala bentuk
penipuan (ketidakjujuran), pembodohan, pemerasan, dan segala usaha untuk
mengambil harta orang lain secara batil. Perhatian tersebut diwujudkan dengan
mendidik secara khusus beberapa orang sahabat untuk menangani profesi
(akuntansi) dan diberi sebutan khusus hafazhul al-amwal (Syahatah, 2001:20).
Menurut Mannan (1992:21) individu [termasuk perusahaan, karena di
dalam perusahaan melibatkan para individu] harus memperhitungkan perintah
[syariah] kitab suci (Al-Quran dan Sunnah) dalam melaksanakan aktivitasnya
[termasuk aktivitas ekonomi]. Apa yang dikatakan oleh Mannan di atas sangat
relevan dengan pernyataan Allah dalam Al-Quran (3:109) hanya kepada Allahlah
dikembalikan segala urusan [termasuk urusan ekonomi/akuntansi]. Maka individu
[Muslim] sudah sepatutnya menaati perintah membayar zakat (lihat, QS, 2:43)
atas harta (kekayaan) yang dimiliki oleh seorang Muslim. Hal ini kemudian berkait
dengan bagaimana menghitung dan memberikan informasi tentang harta, utang,
modal, perhitungan laba-rugi dan perhitungan kewajiban zakat, yang kesemuanya
ini menuntut adanya akuntansi.
Perkembangan bisnis yang menggunakan prinsip-prinsip syariah merupakan fenomena baru dalam kancah perekonomian Indonesia, pada awal
paradigma ekonomi Islam ditawarkan di Timur Tengah sekitar tahun 1970-an oleh
beberapa cendikia Muslim yang konsen terhadap ekonomi semisal MA. Mannan,
Yusuf al-Qardhawi, dan yang lainnya, di Indonesia boleh dicatat adanya nama
yang cukup populer dalam perkembangan ekonomi Islam antara lain, Syafii
Antonio dan Dawam Rahardjo, langkah berikutnya berdiri beberapa entitas bisnis
bank dan nonbank perkembangan ini menuntut adanya piranti-piranti dan sistemsistem yang dapat mendukungnya, akuntansi sebagai bagian yang tak
16
17
Akuntansi
Konvensional
Akuntansi Syari'ah
Prinsip-prinsip Syari'ah,
Prinsip-prinsip Ekonomi
Syari'ah, dan Prinsip-prinsip
Akuntansi Syari'ah
Laporan
Keuangan
Laporan
Keuangan
Perbedaan
Persamaan
Perbedaan
STANDAR/KONVENSI AKUNTANSI
MASA AKAN DATANG
18
IV. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan, sebagai berikut:
1. Akuntansi syariah tuntutannya adalah kebenaran hakiki (al-haq) atau
kebenaran moral yang harus dipertanggungjawabkan dihadapan Allah,
walaupun di satu sisi akuntansi syariah juga harus merujuk pada standar
tetapi standar tidak dimaksudkan sebagai pembenaran, artinya laporan yang
dibuat sesuai dengan standar tidak selalu benar menurut syariah, bila secara
substansi laporan menyimpang dari prinsip-prinsip syariah. Akuntansi syariah,
mencoba menemukan apa yang seharusnya dibuat sesuai dengan anjuran
Tuhan (wahyu), dalam tataran ini akuntansi syariah tidak hanya diikat agar
berada pada koridor standar akun-tansi tetapi diikat pula dengan
pertanggungjawaban dihadapan Tuhan (normatif religius).
2. Tujuan mulia syariah menciptakan kemaslahatan adalah rujukan utama dalam
perumusan prinsip-prinsip akuntansi syariah, dan buah dari akuntansi syariah
adalah laporan keuangannya. Bila kemudian laporan ini dijadikan dasar dalam
transaksi bisnis akan sangat terjaga akuntabilitasnya. Apabila prinsip-prinsip
akuntansi syariah dapat diadopsi dalam menyajikan laporan keuangan, tentu
saja harapannya adalah menjaga eksistensi laporan keuangan agar tetap
dapat dijadikan rujukan utama dalam pengambilan keputusan bisnis.
Daftar Pustaka
Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution,
(1998),
Accounting and Auditing Standard for Islamic Financial Institutions,
Bahrain
Adnan, Muhammad Akhyar, (1996). An Investigation of Accounting
Concepts
and Practices in Islamic Bank, Disertasi Doktor, (tidak dipublikasikan)
________, (1997) The Shariah, Islamic Bank and Accounting Concept,
Jurnal
Akuntansi dan Auditing Indonesia [JAAI], vol. 1 No. 1 Mei hal. 47-80,
Yogyakarta: UII
Alam, K.Firoz, (1991). Shariah Financial Dealing and Accounting Practice: South
East Asia University Accounting Teacher Conference
Al-Quran
Antonio, Muhammad Syafii, (2002). Bank Syariah dari Teori sampai
Praktek,
Jakarta: GIP
Baydoun, N dan Willet, Roger, (1994). Islamic Accounting Theory, The AAANZ
Annual Conference, 3-4 Juli 1994, Australia: University of Wollongong
Belkauoi, Ahmed, (1981). Accounting Theory , New York: Harcourt Jovanovich,
20
Haniffa, Ross, dan Hudaib, (2001). A Conceptual Framework for Islamic Accountting: The Syariah Paradigme, The Accounting, Commerce, and Finance:
The Islamic Perspective, International conference IV, 12-14 Pebruari
2001, New Zealand: Massey University
Harahap, Sofyan Syafri, (1999). Akuntansi Islam, Jakarta: Bumi Aksara
________, (2001). Menuju Suatu Teori Akuntansi Islam, Jakarta: Pustaka
Quantum
Hidayat, Nur, (2002a). Urgensi Laporan Keuangan (Akuntansi Syariah) dalam
Praktek Ekonomi Islam, Simposium Nasional I Sistem Ekonomi Islami,
13-14 Maret 2002, Yogyakarta: P3EI FE UII
________, (2002b). Analisis Antara Akuntansi Konvesnional dengan
Akuntansi Syariah dalam Penyajian Laporan Keuangan, Tesis Magister,
Bandung: IAIN Sunan Gunung Djati
________, (2003). Laporan Keuangan Akuntansi Syariah: Solusi Manipulasi
Laporan Pajak Jurnal Perpajakan Indonesia, Vol. 2 No.6 Januari 2003, hal. 1824 Jakarta: Salemba Empat
IAI, (1994). Standar Akuntansi Keuangan, Buku Satu-Buku Dua, Jakarta:
Salemba Empat
________, (2002). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.59
Perbankan Syariah
Karim, Rifaat A.A, (1990). Standard Setting for the Financial Reporting or Religious Business Organization: The Case of Islamic Banks, Accounting and
Business Research, 20(80) hal. 299-305
Khan, Muhammad Akaram, (1992). An Introduction to Islamic Economics,
Islamabad: International Institute of Islamic Thought and Institute of Policy
Studies
21
Syariah:
Ditunggu
22
23