Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb,


Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang
diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus Asma Bronkial
Stase Interna sebagai proses belajar di Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura.
Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan
juga banyak menemui berbagai macam hambatan dan kesulitan karena masih terbatasnya ilmu
pengethuan yang penulis miliki, namun berkat adanya bimbingan, bantuan serta pengarahan dari
berbagai pihak, maka penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Oleh karena
itu dengan terselesaikannya penyusunan laporan ini penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan laporan ini terutama kepada yang terhormat:
Dr. Risky Akaputra, Sp. P, selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan,
bantuan, serta pengarahan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak guna menyempurnakan laporan dan semoga
laporan ini berguna bagi pembaca pada umumnya dan mahasiswa kedokteran pada khususnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, Oktober 2015


Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan perubahan pola
hidup masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zat yang ada di dalam makanan.
Salah satu penyakit alergi yang banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit asma. Asma
merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai dengan mengi episodik, batuk,
dan sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas. Dalam 30 tahun terakhir prevalensi asma
terus meningkat terutama di negara maju. Peningkatan terjadi juga di negara-negara Asia Pasifik
seperti Indonesia. Studi di Asia Pasifik baru-baru ini menunjukkan bahwa tingkat tidak masuk
kerja akibat asma jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di Amerika Serikat dan Eropa. Hampir
separuh dari seluruh pasien asma pernah dirawat di rumah sakit dan melakukan kunjungan ke
bagian gawat darurat setiap tahunnya. Hal tersebut disebabkan manajemen dan pengobatan asma
yang masih jauh dari pedoman yang direkomendasikan Global Initiative for Asthma (GINA).
Kasus asma meningkat insidennya secara dramatis selama lebih dari lima belas tahun,
baik di negara berkembang maupun di negara maju. Beban global untuk penyakit ini semakin
meningkat. Dampak buruk asma meliputi penurunan kualitas hidup, produktivitas yang menurun,
ketidakhadiran di sekolah, peningkatan biaya kesehatan, risiko perawatan di rumah sakit dan
bahkan kematian. Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di
Indonesia, hal ini tergambar dari data Studi Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di berbagai
propinsi di Indonesia. Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986 menunjukkan asma
menduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab kesakitan (morbiditas) bersama-sama dengan bronkitis
kronik dan emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan emfisema sebagai penyebab
kematian ke- 4 di Indonesia atau sebesar 5,6 %. Tahun 1995, prevalensi asma di seluruh
Indonesia sebesar 13/1000, dibandingkan bronkitis kronik 11/1000 dan obstruksi paru 2/1000.
Studi pada anak usia SLTP di Semarang dengan menggunakan kuesioner International Study of
Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC), didapatkan prevalensi asma (gejala asma 12 bulan
terakhir/recent asthma) 6,2 % yang 64 % diantaranya mempunyai gejala klasik.
Peran dokter dalam mengatasi penyakit asma sangatlah penting. Dokter sebagai pintu
pertama yang akan diketuk oleh penderita dalam menolong penderita asma, harus selalu
meningkatkan pelayanan, salah satunya yang sering diabaikan adalah memberikan edukasi atau

pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan kepada penderita dan keluarganya akan sangat
berarti bagi penderita, terutama bagaimana sikap dan tindakan yang bisa dikerjakan pada waktu
menghadapi serangan, dan bagaimana caranya mencegah terjadinya serangan asma.

BAB II

STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN

Nama

Jenis kelamin

Umur

: 20 tahun

Alamat

: Raya Tugu Semper, Jakarta Utara

Status

: menikah

Agama

: Protestan

Tanggal Masuk

: Tn. C
: LK

: 08 Oktober 2015

ANAMNESIS

Keluhan utama :
Sesak nafas sejak siang ini SMRS

Keluhan Tambahan :
Batuk berdahak, pilek

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke RS Islam Jakarta Sukapura dengan keluhan sesak nafas sejak siang ini
SMRS. Sesak disertai suara ngik dan sesak semakin terasa berat saat beraktivitas
berlebih dan berkurang dengan posisi duduk. Pasien bicara sepenggal kalimat. Keluhan
sesak disertai dengan rasa dada seperti ditekan benda berat saat malam hari, kambuh di
malam hari > 2x/ bulan. Keluhan sesak yang dirasakan menggangu aktivitas dan tidur.
Pasien juga mengeluh batuk berdahak dan pilek. Batuk berdahak berwarna berwarna
putih kental sejak 3 hari yang lalu. Batuk muncul pada pagi hari. Pasien juga mengaku
nafsu makan menurun semenjak sakit.
Keluhan tidak disertai nyeri dada, jantung tidak terasa berdebar-debar, tidak ada demam,
tidak ada mual dan muntah, BAB dan BAK tidak ada keluhan.

Riwayat penyakit dahulu :

Pasien pernah mengalami gejala sesak sebelumnya. Memiliki riwayat asma sejak usia 4
tahun. Riwayat hipertensi, DM, dan TB disangkal.

Riwayat penyakit keluarga :


Tidak terdapat riwayat penyakit seperti ini pada keluarga. Riwayat Hipertensi, DM, dan
Asma pada keluarga disangkal.

Riwayat pengobatan
Pasien sudah pernah di obati keluhan sesak ini dengan minum obat metilxantin dan efedrin.

Riwayat Alergi
Pasien memiliki riwayat alergi debu reaksinya sesak napas. Riwayat alergi obat, bulu
binatang, dan makanan disangkal.

Riwayat psikososial

Konsumsi minuman beralkohol, merokok disangkal

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Composmentis

Tanda Vital

Nadi

: 120 x/menit,

Pernapasan

: 30 x/menit, reguler

Suhu

: 36,2 0C

TD

: 130 / 90 mmHg

Status Generalis
Kepala

: Normocephal

Mata

: Konjungtiva Anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Hidung

: sekret (+), Epistaksis (-), septum deviasi (-)

Telinga

: Sekret (-), Normotia, Nyeri tekan (-).

Mulut

: mukosa bibir lembab, sianosis (-).

Leher

: Pembesaran KGB (-), Pembesaran Kel. Tiroid (-)

Thoraks

Paru-Paru

Inspeksi : Simetris, retraksi dinding dada (-).

Palpasi : vokal fremitus dalam batas normal

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : vesikuler (+/+), wheezing (+/+), ronkhi (+/+)

Jantung

Inspeksi

: Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi

: Ictus cordis teraba

Perkusi

: Batas jantung atas : ICS II linea midclavicula sinistra


Batas jantung bawah : ICS IV linea parasternalis sinistra
ICS V linea midclavicula sinistra

Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi

: Datar, Scar (-), distensi (-)

Auskultasi : Bising usus dalam batas normal

Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen

Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-).

Ekstremitas

Ekstremitas atas :
Akral hangat (+), CRT < 2 detik (+/+), Edema (-/-), turgor kulit baik

Ekstremitas bawah :
Akral hangat (+), CRT < 2 detik (+/+), Edema (-/-), turgor kulit baik.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

08-10-2015
PEMERIKSAAN
HEMATOLOGI
Laju endap darah
Hemoglobin

HASIL

SATUAN

NILAI NORMAL

10
17,7

mm/1jam
g/dl

L = 0-15; P = 0-20
L = 13,8 17,0; P= 11,3-

Leukosit

12.600

/l

15,5
L = 4,5 10,8; P = 4,3
10,4

Differential:
0
0
3
87
6
4

%
%
%
%
%
%

0 0,3 %
24
15
51 67
20 30
26

- Monosit
Hematokrit

52,1

L = 40,0 54.0

Trombosit

263.000

/ l

P = 38,0 47,0
L = 185.000 402.000

Basofil

Eosinofil

Batang

N. Segmen

Limfosit

P = 132.000

Expertasi :
Cor, sinuses dan diafragma normal
Aorta dan mediastinum superior tidak melebar
Skeletal dan jaringan lunak normal
Pulmo : hili curam, corakan paru normal
Kedua perihiler dan pericardial kanan agak curam
Kesan : Bronkopneumonia dupleks ringan.
RESUME:

Pasien laki-laki, 20 tahun, datang ke UGD RSIJ Sukapura dengan keluhan sesak nafas
sejak tadi siang SMRS. Sesak disertai suara ngik dan sesak semakin terasa berat saat
beraktivitas berlebih dan berkurang dengan posisi duduk. Pasien bicara sepenggal
kalimat. Keluhan sesak disertai dengan rasa dada seperti ditekan benda berat saat malam
hari, kambuh di malam hari > 2x/ bulan. Keluhan sesak yang dirasakan menggangu
aktivitas dan tidur. Pasien juga mengeluh batuk berdahak dan pilek. Batuk berdahak
berwarna berwarna putih kental sejak 3 hari yang lalu. Batuk muncul pada pagi hari.
Pasien juga mengaku nafsu makan menurun semenjak sakit. Pasien sebelumnya sudah
meminum obat metilxantin dan efedrin. Pasien memiliki riwayat asma bronkial sejak usia
4 tahun. Pasien memiliki alergi debu.

Pemeriksaan fisik :
- Nadi

: 120 x/menit,

- Pernapasan : 30 x/menit, reguler


- Suhu

: 36,2 0C

- TD

: 130 / 90 mmHg

Ronkhi (+/+), wheezing (+/+).


Pemeriksaan penunjang:
Leukosit dan limfosit , eosinophil dan monosit , LED normal; Rontgen : Bronkopneumonia
dupleks
DAFTAR MASALAH

Asma Bronkial

Pneumonia di dapat dari masyarakat

ASSESMENT
Asma Bronkial
S : Sesak nafas sejak tadi siang SMRS. Sesak disertai suara ngik dan sesak semakin
terasa berat saat beraktivitas berlebih dan berkurang dengan posisi duduk. Pasien bicara
sepenggal kalimat. Keluhan sesak disertai dengan rasa dada seperti ditekan benda berat
saat malam hari, kambuh di malam hari > 2x/ bulan. Keluhan sesak yang dirasakan
menggangu aktivitas dan tidur. Pasien juga mengeluh batuk berdahak dan pilek. Batuk
berdahak berwarna berwarna putih kental sejak 3 hari yang lalu. Batuk muncul pada pagi
hari. Pasien memiliki riwayat asma bronkial sejak usia 4 tahun. Pasien memiliki alergi
debu. Pasien sebelumnya sudah meminum obat metilxantin dan efedrin.
O : Nadi: 120 x/menit, Pernapasan : 30 x/menit, regular, Suhu : 36,2 0C, TD: 130 / 90
mmHg. wheezing (+/+).
Pemeriksaan penunjang:
Eosinophil dan monosit , LED (normal);
A : Asma Bronkhial persisten ringan serangan sedang
P: Rencana Penunjang : Spirometri.
Terapi:
-

Pemberian O2 3-4 l/menit

IVFD Rl/12 jam

Pulmicort (budesonide ) 2 x 0,5 mg/2ml

Salbutamol 3 x 100 mcg

Metilprednosolon 3 x (500 mg)

Pneumonia di dapat dari masyarakat


S: Pasien juga mengeluh batuk berdahak dan pilek. Batuk berdahak berwarna berwarna
putih kental sejak 3 hari yang lalu. Batuk muncul pada pagi hari. Pasien juga mengaku
nafsu makan menurun semenjak sakit. Pasien menyangkal ada keluhan demam. Pasien
sebelumnya sudah meminum obat metilxantin dan efedrin.
O: Nadi: 120 x/menit, Pernapasan : 30 x/menit, regular, Suhu : 36,2 0C, TD: 130 / 90
mmHg. Ronkhi (+/+).
Pemeriksaan penunjang:
Leukosit .Rontgen :

Bronkopneumonia dupleks.

A: Pneumonia di dapat dari masyarakat


P: Rencana Penunjang : Spirometri.
Terapi:
-

Pemberian O2 3-4 l/menit


-

IVFD Rl/12 jam

Ceftriaxone 1x 2 g

Pulmicort (budesonide ) 2 x 0,5 mg/2ml

Salbutamol 3 x 100 mcg

Metilprednosolon 3 x (500 mg)

FOLLOW UP
Tanggal 8 Oktober 2015 (hari ke 1)
S : Sesak nafas, batuk berdahak
O : TD = 130/90 mmHg
Nadi = 128 x/ menit
RR = 24 x/ menit
S = 37 C
wheezing (+/+)

A : Asma Bronkhial persisten ringan serangan sedang


P : Terapi: lanjutkan
Aminophilin 1 amp (24 mg/ml) dalam drip / 12 jam
Tanggal 9 Oktober 2015 (hari ke 2)
S : batuk, sesak, dada terasa tertekan.
O : TD = 120/80 mmHg
Nadi = 120 x/ menit
RR = 32 x/ menit
S = 36,7 C
wheezing (+/+), ronkhi (+/+)
A : Asma Bronkhial persisten ringan serangan sedang
P : Rencana Penunjang : Foto rontgen thoraks
Terapi : lanjutkan
Tanggal 10 Oktober 2015 (hari ke 3)
S : batuk, sesak berkurang
O : TD = 130/80 mmHg
Nadi = 84 x/ menit
RR = 20 x/ menit
S = 36,7 C
wheezing (+/-)
A : Asma Bronkhial persisten ringan serangan sedang
P : terapi : lanjutkan
Tanggal 11 Oktober 2015 (hari ke 4)
S

: batuk , sesak berkurang

: TD = 120/80 mmHg
Nadi = 86 x/ menit
RR = 18 x/ menit
S = 36,8 C
wheezing (+/-)

A : Asma Bronkhial persisten ringan serangan sedang

CAP
P:

terapi lanjutkan

Tanggal 12 Oktober 2015 (hari ke 5)


S

: batuk , sesak

: TD = 130/80 mmHg
Nadi = 86 x/ menit
RR = 18 x/ menit
S = 36,8 C

A : Asma Bronkhial persisten ringan serangan sedang


CAP
P:

Terapi: lanjutkan

Pasien boleh pulang

BAB III
DISKUSI
Asma Bronkial

Definisi
Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang
menyebabkan hiper reaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai dengan
gejala episodik berulang mengi (wheezing), batuk, sesak napas, dan rasa berat di dada terutama
saat malam/dini hari yang umumnya bersifat reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan.
Pada kasus ini pasien sesak nafas sejak siang ini SMRS. Sesak disertai suara ngik dan
sesak semakin terasa berat saat beraktivitas berlebih dan berkurang dengan posisi duduk.
Pasien bicara sepenggal kalimat. Keluhan sesak disertai dengan rasa dada seperti ditekan
benda berat saat malam hari, kambuh di malam hari > 2x/ bulan. Keluhan sesak yang
dirasakan menggangu aktivitas dan tidur. Pasien juga mengeluh batuk berdahak dan
pilek. Batuk berdahak berwarna berwarna putih kental sejak 3 hari yang lalu. Batuk
muncul pada pagi hari.
Epidemiologi
Asma dapat ditemukan pada laki laki dan perempuan di segala usia, terutama pada usia
dini. Perbandingan laki laki dan perempuan pada usia dini adalah 2:1 dan pada usia remaja
menjadi 1:1. Prevalensi asma lebih besar pada wanita usia dewasa. Laki-laki lebih
memungkinkan mengalami penurunan gejala di akhir usia remaja dibandingkan dengan
perempuan. Pada kasus ini pasien laki laki berusia 20 tahun.
Faktor Resiko Asma
Secara umum faktor resiko asma dipengaruhi atas faktor genetik dan faktor lingkungan.
1

Faktor genetik
a

Atopi/alergi
Hal yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara
penurunannya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat
yang juga alergi. Dengan adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena
penyakit asma bronkial jika terpajan dengan faktor pencetus.

Hipereaktivitas bronkus
Saluran napas sensitif terhadap berbagai rangsangan alergen maupun iritan.

Jenis kelamin
Pria merupakan resiko untuk asma pada anak. Sebelum usia 14 tahun, prevalensi asma
pada anak laki-laki adalah 1,5-2 kali dibanding anak perempuan. Tetapi menjelang
dewasa perbandingan tersebut lebih kurang sama dan pada masa menopause perempuan
lebih banyak.

Ras/etnik

Obesitas
Obesitas atau peningkatan body mass index (BMI), merupakan faktor resiko asma.
Mediator tertentu seperti leptin dapat mempengaruhi fungsi saluran napas dan
meningkatkan kemungkinan terjadinya asma. Meskipun mekanismenya belum jelas,
penurunan berat badan penderita obesitas dengan asma, dapat memperbaiki gejala fungsi
paru, morbiditas dan status kesehatan.

Faktor lingkungan
a

Alergen dalam rumah (tungau, debu rumah, spora jamur, kecoa, serpihan kulit binatang
seperti anjing, kucing, dan lain-lain).

b
3

Alergen luar rumah (serbuk sari, dan spora jamur)

Faktor lain
a

Alergen makanan
Contoh: susu, telur, udang, kepiting, ikan laut, kacang tanah, coklat, kiwi, jeruk, bahan
penyedap, pengawet dan pewarna makanan.

Alergen obat-obatan tertentu


Contoh: penisilin, sefalosporin, golongan beta laktam lainnya, eritosin, tetrasiklin,
analgesik, antipiretik, dan lain-lain.

Bahan yang mengiritasi


Contoh:parfum, household spray, dan lain-lain.

Ekspresi emosi berlebih


Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu dapat
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus
segera diobati, penderita asma yang mengalami stress/gangguan emosi perlu diberi

nasihat untuk menyelsaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diobati
maka gejala asmanya lebih sulit diobati.
e

Asap rokok bagi perokok aktif maupun pasif


Asap rokok berhubungan dengan penurunan fungsi paru. Pajanan asap rokok, sebelum
dan sesudah kelahiran berhubungan dengan efek berbahaya yang dapat diukur seperti
meningkatkan resiko terjadinya gejala serupa asma pada usia dini.

Polusi udara dari luar dan dalam ruangan

Exercise-induced asthma
Pada penderita yang kambuh asmanya ketika melakukan aktivitas/olahraga tertentu.
Sebagaian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktiviatas
jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.
Serangan asma karena aktivitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktivitas tersebut.

Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfer
yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Serangan
kadang-kadang berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musin kemarau,
musim bunga (serbuk sari beterbangan)

Status ekonomi

Pada kasus ini pasien memiliki alergi terhadap debu. Sebelumnya pasien juga memiliki
riwayat asma pada usia 4 tahun.
Klasifikasi
Tabel 1. Klasifikasi derajat asma berdasarkan gejala pada orang dewasa
Derajat Asma
Intermitten

Gejala
Bulanan
Gejala <1x/minggu,
tanpa gejala di luar
serangan
Serangan singkat

Gejala Malam
Faal Paru
2 kali sebulan APE 80%
VEP1 80% nilai
prediksi APE
80% nilai
terbaik
Variabilitas APE
<20%

Persisten
ringan

Mingguan
Gejala
>1x/minggu, tetapi
<1x/hari
Serangan dapat
menggangu
aktivitas dan tidur

Persisten
sedang

Harian
>2
Gejala setiap hari
sebulan
Serangan
menggangu aktivitas
dan tidur
Bronkodilator setiap
hari

Persisten berat

Kontinyu
Gejala terus
menerus
Sering kambuh
aktivitas fisik
terbatas

>2
sebulan

Sering

kali APE >80%


VEP1 80%
nilai prediksi
APE 80% nilai
terbaik
Variabilitas APE
20-30%
kali APE 60-80%
-VEP1 60-80%
nilai prediksi
APE 60-80%
nilai terbaik
-Variabilitas APE
>30%
APE 60%
VEP1 60% nilai
prediksi APE
60% nilai
terbaik
Variabilitas APE
>30%

Pada kasus ini pasien mengeluh sesak nafas kambuh di malam hari > 2x/ bulan. Keluhan
sesak yang dirasakan menggangu aktivitas dan tidur. Jadi pasien termasuk persisten
ringan.
Tabel 2. Klasifikasi Derajat Beratnya Serangan Asma
Aktivitas

Bicara
Kesadaran
Frekuensi
napas
Retraksi
otot-otot
bantu napas

Ringan
Dapat berjalan
Dapat berbaring

Sedang
Jalan terbatas
Lebih suka
duduk

Beberapa kalimat
Mungkin
terganggu
Meningkat

Kalimat terbatas
Biasanya
terganggu
Meningkat

Umumnya tidak
ada

Kadang kala ada

Berat
Sukar berjalan
Duduk
membungkuk ke
depan
Kata demi kata
Biasanya
terganggu
Sering >30
kali/menit
Ada

Mengi
Frekuensi
nadi
Pulsus
paradoksus
APE sesudah
bronkodilato
r (%
prediksi)
PaCO2
SaCO2

Lemah sampai
sedang
<100

Keras

Keras

100-120

>120

Tidak ada
(<10mmHg)
>80%

Mungkin ada (1025mmHg)


60-80%

Sering ada (>25


mmHg)
<60%

<45mmHg
>95%

<45mmHg
91-95%

<45mmHg
<90%

Pada kasus ini pasien mengeluh sesak disertai suara ngik dan sesak semakin terasa berat
saat beraktivitas berlebih dan berkurang dengan posisi duduk. Pasien bicara sepenggal
kalimat. Jadi pada kasus ini pasien termasuk serangan sedang.

Pada kasus ini pasien termasuk serangan asma sedang pemberiannya:


-

Pemberian O2 3-4 l/menit


-

IVFD Rl/12 jam

Pulmicort (budesonide ) 2 x 200 mcg

Salbutamol 3 x 3 mg

Metilprednosolon 3 x (2 mg)

Pemeriksaan Penunjang
a

Spirometer
Alat pengukur faal paru, selain penting untuk menegakkan diagnosis juga untuk menilai
beratnya obstruksi dan efek pengobatan.

Peak flow meter/PFM

Peak flow meter merupakan alat pengukur faal paru sederhana, alat tersebut digunakan
untuk mengukur jumlah udara yang berasal dari paru. Oleh karena pemeriksaan jasmani
dapat normal, dalam menegakkan diagnosis asma diperlukan pemeriksaan objektif
(spirometer/FEV1 atau PFM). Spirometer lebih diutamakan dibanding PFM oleh karena
PFM tidak begitu sensitif dibanding FEV, untuk diagnosis obstruksi saluran napas, PFM
mengukur terutama saluran napas besar, PFM dibuat untuk pemantauan dan bukan alat
diagnostik, APE dapat digunakan dalam diagnosis untuk penderita yang tidak dapat
melakukan pemeriksaan FEV1.
c

X-ray toraks.
Dilakukan untuk menyingkirkan penyakit yang tidak disebabkan asma

CAP
Definisi
CAP adalah suatu infeksi yang menyerang alveoli, jalan nafas distal dan jaringan
intersisial dari paru-paru yang terjadi di luar lingkup rumah sakit. Karakteristik secara klinis dari
penyakit ini ialah demam, menggigil, batuk, nyeri dada pleuritik, produksi sputum dan
ditemukannya minimal 1 opasitas dari foto rontgen thorax. Terdapat empat bentuk umum dari
pneumonia, yaitu pneumonia lobaris, bronkopneumonia, pneumonia interstitial, dan pneumonia
miliar. Pneumonia lobaris terjadi di satu lobus paru secara menyeluruh, bronkopneumonia
merupakan konsolidasi yang bersifat tidak menyeluruh pada satu atau beberapa lobus yang
biasanya terdapat di bagian posterior sekitar bronkus dan bronkiolus. Pneumonia intersisial
merupakan inflamasi dari intersisial, termasuk dinding alveolus dan jaringan ikat di sekitar
cabang dari bronkovaskular. Pneumonia miliar merupakan lesi pada paru yang disebabkan oleh
penyebaran hematogen.
Pada kasus ini pasien mengeluh sesak nafas sejak tadi siang SMRS. Sesak berkurang
dengan posisi duduk. Keluhan sesak yang dirasakan menggangu aktivitas dan tidur. Pasien
juga mengeluh batuk berdahak dan pilek. Batuk berdahak berwarna berwarna putih
kental sejak 3 hari yang lalu. Batuk muncul pada pagi hari. Pasien juga mengaku nafsu
makan menurun semenjak sakit.
Faktor Risiko

Faktor resiko untuk CAP adalah konsumsi alkohol, asma, imunosupresi, institusionalisasi, usia
lebih dari 70 tahun dan 60 69 tahun. Faktor resiko untuk pneumococcal pneumonia adalah
demensia, kejang, gagal jantung, penyakit cerebrovaskular, konsumsi alkohol, rokok, PPOK, dan
infeksi HIV. Faktor resiko untuk CA-MRSA adalah ras native Amerika, anak jalanan,
homoseksual, tahanan penjara, tentara militer, panti asuhan, atlit seperti pegulat.
Pada kasus ini pasien usia 20 tahun da nada riwayat asma sejak 4 tahun.
Diagnosis
Manisfestasi klinis berupa batuk, demam, produksi sputum, dan nyeri dada pleuritik.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan suara nafas bronkial dan ronkhi (rales) pada paru
paru, namun kurang sensitif dan tidak spesifik sehingga diperlukan pemeriksaan penunjang yaitu
dengan radiografi paru (chest x-ray). Pemeriksaan radiologi ini penting untuk menegakkan
diagnosis, serta membedakan CAP dari penyakit paru lain yang juga memberikan gambaran
batuk dan demam seperti bronkitis akut. Selain itu dari pemeriksaan radiologi kita dapat
menduga agen penyebab infeksi, prognosis, diagnosis banding, dan kondisi lain yang
berhubungan. Pada pasien yang dirawat inap dengan kecurigaan pneumonia namun dengan hasil
radiologi negatif, boleh diberikan terapi secara presumptif dengan antibiotik, lalu dilakukan
pemeriksaan ulang radiologi 24 48 jam kemudian.
Pada kasus ini pasien mengeluh batuk berdahak dan pilek. Batuk berdahak berwarna
berwarna putih kental sejak 3 hari yang lalu. Batuk muncul pada pagi hari. Pasien juga
mengaku nafsu makan menurun semenjak sakit. Pasien menyangkal ada keluhan demam.
Pada pemeriksaan fisik didapat adanya ronki dan wheezing. Pada foto rontgen didapatkan
kesan bronkopneumonia duplex.
Tatalaksana
Terapi antimikrobial empiris
I

Pasien rawat jalan


a

Untuk pasien yang sebelumnya sehat dan tidak terdapat resiko resisten dengan
obat S.pneumonia dapat diberikan makrolide (azithromycin, clarithromycin,
erythromycin) atau Doxycycline

Pasien dengan komorbid penyakit jantung, paru-paru, hati, atau ginjal kronis;
diabetes melitus, kecanduan alkohol, keganasan, asplenia, kondisi atau
penggunaan obat immunosupresif, penggunaan antimikroba dalam 3 bulan
sebelumnya atau bila terdapat faktor resiko terjadinya resistensi obat dapat

diberikan obat golongan uoroquinolone (moxioxacin, gemioxacin, or


levooxacin (750 mg) atau dengan gabungan -lactam dan macrolide
(amoxicillin,

amoxicillin-clavulanate)

dengan

alternatif

ceftriaxone,

cefpodoxime, and cefuroxime


II

Pasien rawat inap bangsal


a

uoroquinolone

-lactam (cefotaxime, ceftriaxone, dan ampicillin; ertapenem) dan macrolide


(doxycycline)

III

Pasien rawat inap ICU


a

-lactam(cefotaxime,

ceftriaxone,

atau

ampicillin-sulbactam)

ditambah

azithromycin atau fluoroquinolon (untuk pasien yang alergi penisilin,


fluoroquinolon dan aztreonam dapat direkomendasikan)
b

Untuk

infeksi

oleh

Pseudomonas,

digunakan

antipneumococcal,

antipseudomonal -lactam (piperacillin-tazobactam,cefepime, imipenem, atau


meropenem) ditambah dengan ciprooxacin or levooxacin (750mg)
Pada kasus ini pasien diberikan antibotik dengan ceftriaxone karena pasien dirawat di
bangsal.

BAB III
KESIMPULAN

Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang
menyebabkan hiper reaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai
dengan gejala episodik berulang mengi (wheezing), batuk, sesak napas, dan rasa berat
di dada terutama saat malam/dini hari yang umumnya bersifat reversibel baik dengan
atau tanpa pengobatan.

Faktor Resiko Asma : lingkungan

Klasifikasi asma berdasarkan etiologi, derajat berat asma, kontrol asma dan gejala.

Diagnosis banding: Pneumonia, bronkitis kronik.

DAFTAR PUSTAKA
1

Rengganis, I. 2008. Diagnosis Dan Tatalaksana Asma Bronkhiale. Departemen Ilmu


Penyakit Dalam FK UI: Jakarta, Majalah Kedokteran Indonesia, Volume: 58;
No.11;Nopember 2008.

Baratawidjaja KG, Soebaryo RW, Kartasasmita CB, Suprihati, Sundaru H, Siregar SP,
et al. Allergy And Asthma, The Scenario In Indonesia. In: Shaikh WA. Editor.
Principles And Practice Of Tropical Allergy And Asthma. Mumbai: Vicas Medical
Publisher; 2006.707-36

Anonim. 2009. Patofisiologi Asma. http://ayosz.wordpress.com//patofisiologi-asma/.


di unduh pada tanggal 10 Agustus 2015

Ohrui T, Yasuda H, Yamaya M, Matsui T, Sasaki H. Transient Relief Of Asthma


Symptoms During Jaundice: A Possible Beneficial Role Of Bilirubin. Department of
Geriatric and Respiratory Medicine, Tohoku University School of Medicine

Tanjung, D. 2008. Asma Bronhkiale. http://forbetterhealth.wordpress.com/author/ di


unduh pada tanggal 10 Agustus 2015

Depkes RI. 2009. Pedoman Pengendalian Asma. Jakarta; Depkes RI. hal 7-20

PDPI. 2003. Pneumonia Komuniti. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Di


Indonesia. Jakarta ; FKUI. hal 5-14

Fauci, Anthony S, Dennis L. Kasper, et al. Harrisons Principles of Internal Medicine.


17th edition. 2008. United States of America : The McGraw-Hill Companies, Inc

Anda mungkin juga menyukai