PSORIASIS VULGARIS
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Program Pendidikan Profesi
Kedokteraan Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Di Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Tegal
Pembimbing :
Disusun oleh:
Nama : Ayu Nabila K. Pradana
Nim : 030.10.046
LAPORAN KASUS
PSORIASIS VULGARIS
Pembimbing : dr. Dody Suhartono, Sp.KK, MH
Oleh : Ayu Nabila Kusuma Pradana (030.10.046)
I.
PENDAHULUAN
Psoriasis adalah penyakit kulit autoimun yang besifat kronik dan residif,
dan berwarna putih seperti mika, serta transparan. Besar kelainan bervariasi
mulai dari lentikular, numular atau plakat, dan dapat berkonfluensi. Tempat
prediksi pada scalp, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas bagian
ekstensor terutama siku serta lutut dan daerah lumbosakral.5
Diagnosis psoriasis vulgaris didasarkan gambaran klinis, dan pemeriksaan
yang khas pada psoriasis diantaranya fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner
(isomorfik), psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan pada kuku yang disebut
pitting nail atau nail pit berupa lekukan lekukan miliar.
Penatalaksaan secara umum perlu diberikan pengobatan sistemik seperti
Kortikosteroid, obat sitostatik, levodopa, DDS, Etretinat dan Siklosporin.
Pengobatan topikal biasa diberikan preparat tar, kortikosteroid topikal, ditranol,
pengobatan dengan penyinaran, calcipotriol, tazaroten, dan emolien.1,2
II.
KASUS
Seorang wanita berusia 25 tahun, pendidikan SMP, pekerjaan ibu rumah
menyangkal adanya gatal dan putih-putih pada rambut. Tidak ada anggota
keluarga yang tinggal satu rumah yang memiliki keluhan seperti pasien.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit darah tinggi, kencing manis dan
asma. Pasien tidak mempunyai alergi obat. Pasien memiliki riwayat alergi
makanan seperti ikan, telur, dan udang. Tidak ada riwayat darah tinggi dan
kencing manis pada keluarga pasien. Ayah pasien memiliki riwayat asma.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda Vital
Tekanan darah
: 120/80 mmHG
Nadi
: 88x/menit
Suhu
: 36,8o C
Pernafasan
: 18x/menit
Berat badan
: 55 kg
Tinggi
: 158 cm
Status gizi
Kepala
: Bentuk normocephali
Kulit kepala
Mata
Hidung
Mulut
Telinga
Leher
Thorax
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: Datar
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
Ekstremitas
-
Superior
kelainan kulit (-), kelainan kuku : pitting nail (-), onikolisis (-),
diskolorasi (-)
-
Inferior
kelainan kulit (-), kelainan kuku : pitting nail (-), onikolisis (-),
diskolorasi (-)
2. Status Dermatologikus
Distrbusi
: Regional
Ad Regio
Lesi
Efloresensi
Makula
hiperpigmentasi,
eritema,
plak,
skuama
D. Resume
Seorang wanita datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Kardinah
Tegal pada tanggal 23 Oktober 2015 pukul 11.45 WIB dengan keluhan utama
bercak-bercak kehitaman yang bersisik dan terasa gatal pada punggung, dada,
dan perut. Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis.
Pasien mengeluh timbul bercak-bercak kecoklatan yang bersisik dan terasa
gatal pada punggung, dada, dan perut sejak 3 tahun yang lalu. Bercak-bercak
tersebut awalnya berwarna kemerahan dan terasa gatal. Keluhan bercak-bercak
dan gatal dirasakan hilang timbul dan terkadang muncul di bagian kaki dan
tangan juga. Bercak kecoklatan tampak bersisik dan apabila digaruk oleh pasien,
tampak bagian yang digaruk menjadi terkelupas. Keluhan gatal dirasakan
semakin parah saat berkeringat. Pasien mengaku sering menggaruk daerah yang
gatal, terkadang sampai luka. Pasien mengaku baru pertama kali ini ke dokter
untuk mengatasi keluhannya. Sebelumnya pasien berobat ke mantri dan diberi
salep anti jamur atau beli obat sendiri ke apotek, namun tidak terdapat
perubahan. Tidak ada anggota keluarga yang tinggal satu rumah yang memiliki
keluhan seperti pasien.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan status generalis dalam batas normal.
Status dermatologikus didapatkan distrbusi regional pada regio dada, perut, dan
punggung. Lesinya multiple, discrete, sebagian konfluens, bentuk irreguler,
ukuran lentikular sampai numular, berbatas tegas, menimbul dari permukaan
kulit dan kering. Efloresensinya makula hiperpigmentasi, eritema, plak, dan
skuama
E. Diagnosis Banding
1. Psoriasis vulgaris
2. Pitiriasis rosea
F. Diagnosis Kerja
Psoriasis vulgaris
G. Usulan Pemeriksaan
1. Pemeriksaan histopatologi Hasil yang diharapkan adanya parakeratosis
dan akantosis pada stratum spinosum, infiltrasi leukosit (abses Munro),
papilomatosis, dan vasodilatasi di subepidermis.
H. Penatalaksanaan
1. Umum
2. Khusus
Sistemik
-
Anti histamine
Topikal
-
Keratolitik
Kortikosteroid
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad functionam
: ad bonam
Quo ad sanationam
: dubia ad bonam
I. Prognosis
III.
PEMBAHASAN
Psoriasis Vulgaris merupakan penyakit autoimun, bersifat kronik dan
90% pasien menderita psoriasis sebelum usia 40 tahun, sedangkan 10% pada
masa anak-anak. Faktor-faktor lain yang diduga menimbulkan penyakit ini antara
lain genetik, imunologik, dan beberapa faktor pencetus lainnya seperti stres
psikik, infeksi lokal, truma, gangguan metabolik, obat, juga alkohol dan
merokok.2,3,4 Pada kasus ini usia Ny. K 25 tahun, termasuk dalam rentang usia
insiden tertinggi. Dalam keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan yang
sama seperti yang dialami oleh pasien, berdasarkan teori faktor genetik dan
imunologik turut berperan dalam etipatogenesis psoriasis. Bila orang tua tidak
menderita psoriasis risiko menderita 12%, sedangkan jika salah satu menderita
psoriasis resiko mencapai 34 39%. Defek genetik pada psoriasis dapat
diekspresikan pada salah satu dari tiga jenis sel yaitu limfosit T, sel penyaji
antigen (dermal) atau keratinosit.
Pasien mengaku pernah berobat ke mantri dan diberi obat antijamur lalu
kemudian pasien sering membeli obat sendiri ke apotek, tapi keluhan tidak juga
berkurang, hal ini terjadi karena etiologi penyakit psoriasis bukanlah jamur.
Penderita psoriasis vulgaris mengeluh adanya bercak kemerahan yang
menonjol pada kulit dengan pinggiran merah, tertutup dengan sisik keperakan,
dengan ukuran yang bervariasi, makin melebar, bisa pecah dan menimbulkan
nyeri, bisa juga timbul gatal-gatal. 3 Pada stadium penyembuhannya sering eritema
yang di tengah menghilang dan hanya terdapat di pingir.2,6 Skuama berlapis-lapis,
kasar dan berwarna putih seperti mika (mica-like scale), serta transparan. Plak
eritematous yang tebal menandakan adanya hiperkeratosis, parakeratosis,
akantosis, pelebaran pembuluh darah dan inflamasi.2,6 Besar kelainan bervariasi
dari milier, lentikular, numular, sampai plakat, dan berkonfluensi. Pada kasus ini
didapatkan dari pemeriksaan ditemukan makula dan plak eritematosa multiple
dengan ukuran lentikular sampai numular disertai dengan skuama yang berlapis
lapis (psoriaformis) jadi pada kasus ini sesuai.
Tempat predileksi pada ekstremitas bagian ekstensor terutama (siku, lutut,
lumbosakral), daerah intertigo (lipat paha, perineum, aksila), skalp, perbatasan
skalp dengan muka, telapak kaki dan tangan, tungkai atas dan bawah, umbilikus,
serta kuku.1,2 Pada pasien ini hanya terdapat di dada, perut dan punggung,
terkadang muncul pada tangan dan kaki juga sesuai dengan tempat predileksi
psoriasis.
Kaki ( 40% = 0. 4 )
Badan ( 30% = 0.3 )
Lengan ( 20% = 0.2 )
Kepala ( 10% = 0.1 )
AREA :
Setiap Area tubuh, dihitung persentasi daerah yg terkena , skor 0 6
Persentase Cakupan Area yang Terkena = Skor / Nilai ( A )
0%=0
< 10 % = 1
10 29 % = 2
30 % 49 % = 3
50 % 69 % = 4
70 % 89 % = 5
90 % 100 % = 6
10
PASI< 7
= Ringan
PASI 7 12 = Sedang
PASI > 12
= Berat
Jadi total PASI pada Ny. K adalah 2,7 ringan
Penilaian beradasarkan PASI bersifat subjektif, karena tidak ada standar
pengukuran yg pasti, jenis plaque atau eritema bisa berubah, sehingga sulit
menginterpretasikannya.
Pasien mengaku merasa gatal dan mengaruk sampai mengakibatkan
terkelupas. Gatal dalam psoriasis ini adalah sifatnya kronik, mekanisme yang
mendasari berbagai jenis pruritus kronis yang kompleks.6
Diagnosa banding pada kasus ini yaitu psoariasis vulgaris adalah tinea
coporis, ptiriasis rosea, liken simplek kronis, parapsoriasis.
Tinea Coporis
Tinea coporis adalah infeksi dermatofita superfisial yang ditandai oleh baik lesi
inflamsi maupun non inflamasi pada glabrous skin ( kulit tubuh yang tidak
berambut) seperti muka, leher, badan, lengan, tungkai dan gluteal. Kelainan klinis
merupakan lesi bulat atau lonjong, terpisah satu dengan yang lain, berbatas tegas
terdiri atas eritema, skuama, kadangkadang dengan vesikel dan papul di tepi,
dapat pula terlihat sebagai lesi dengan pinggir yang polisiklik. Daerah tengahnya
biasanya lebih tenang, kadangkadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan.
Pada permulaan penderita merasa sangat gatal, akan tetapi kelainan yang menahun
tidak menimbulkan keluhan pada penderita. Pemeriksaan sediaan langsung KOH
diperoleh positif.2 Pada kasus ini tempat predileksi dari tinea coporis sama dengan
psoriasis, pada psoriasis didapatkan plak eritema dengan skuama yang tebal, kasar
dan berlapislapis sedangkan pada tinea coporis hanya terdapat eritema dengan
skuama yang halus untuk menyikirkan diagnosis banding dilakukan pada psoriasis
fenomena tetesan lilin, auspitz, kobner sedangkan untuk tinea coporis di lakukan
11
tertutup seperti daerah dada, punggung, lengan atas dan paha. Penderita mengeluh
kan gatal ringan dan lesi nya umumnya eritema yang berbentuk oval dan anular
dengan skuama halus dipinggir, gambaran yang khas yang membedkan dengan
psoriasis vulgaris adalah lesi yang tersusun sejajar dengan kosta, sehingga
menyerupai pohon cemara terbalik.2,3 pada kasus ini ruam nya sama eritema
dengan skuama yang halus dan bisa tebal jika sering terjadi gesekan atau tekanan,
tempat predileksi nya hampir sama dengan psoriasis vulgaris, hanya yang
mebedakan nya adalah pada psoriasis skuama yang berlapis lapis dan tedapat
fenomena tetesan lilin dan auspitz dan kobner sedang kan pada ptriasis rosea ruam
nya skuama nya halus dan biasanya menyerupai seperti pohon cemara terbalik dan
Parapsoriasis
Parapsoriasis merupakan penyakit kulit yang blum diketahui penyebabnya, tempat
predikleksi nya badan, lengan atas dan paha, tidak terdapat pada kulit kepala,
muka dan tangan. Biasanya pasien mengeluhkan eritema dan skuama dapat
hemoragik sedangkan pada pasien psoriasis didapatkan skuama yang berlapis
lapis dan tebal, kadang kadang berkonfluensi dan umumnya simetrik.1,2
Penatalaksanaan dari psoriasis vulgaris secara primer adalah menghindari
pasien dari kebiasaan menggaruk dan menggosok secara terus-menerus. Ini dapat
dilakukan dengan berbagai cara, seperti memotong kuku pasien, memberikan
antipruritus, glukokortikoid topical atau intralesional, obat sitostatik, levodopa, DDS,
Etretinat, Siklosporin, dan pemberian obat topikal seperti preparat tar, kortikosteroid,
ditranol, pengobatan dengan penyinaran, calcipotriol, tazaroten, emolien.1,2
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A. Dermatosis Eritroskuamosa. Dalam: Djuanda A, et al, editor. Ilmu
Penyakit
Kulit
dan
Kelamin.
Edisi
6.
Jakarta:
Balai
Penerbit
FKUI;2010.p.189-203
13
2. Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP. Fitzpatrick Color Atlas and Synopsis of
Clinical
Dermatology.
7th
edition.
New
York:McGraw-Hill
Education;2013.p.287-321
3. Mirmirani P, Rogers M. Fitzpatrick Dermatology In General Medicine. 8th
edition. McGraw-Hill Medical Publishing Division, New York. 2012.p.197231
4. Sinaga D. Pengaruh Stres Psikologis Terhadap Pasien Psoriasis. J WIDYA
2013;1(2);129-34
5. Cantika AS. Hubungan Derajat Keparahan Psoriasis Vulgaris Terhadap
Kualitas Hidup Penderita. JMMM 2012;1(2);1-12
6. Budiastuti A. Korelasi Kadar TNF- dan Skor Psoriasis Area and Severity
Index (PASI) pada Pasien Psoriasis. M Med Indones 2011;45(2);123-37
14