ABSTRAK
Air baku PDAM Surabaya yang berasal dari Kali Surabaya telah tercemar
limbah dari kawasan industri Driyorejo (Kali Tengah). Penurunan kualitas air
Kali Tengah (anak Kali Surabaya) berpengaruh pada kualitas air PDAM
Surabaya sehingga dapat mengancam konsumen PDAM. Hal ini menyebabkan
diperlukannya teknologi untuk menghasilkan kualitas air PDAM yang dapat
langsung diminum. Teknologi yang digunakan adalah teknologi membran dengan
variasi jenis membran Mikrofiltrasi, Ultrafiltrasi dan rangkaian membran
Mikrofiltrasi dan Ultrafiltrasi. Jenis membran yang menghasilkan persen rejeksi
kontaminan terbaik adalah rangkaian KFS-MF-UF untuk parameter pH, suhu,
TDS, TSS, dan E. coli. Sementara untuk parameter warna dan kekeruhan, yang
terbaik dihasilkan oleh rangkaian KFS-MF. Pengolahan air dengan teknologi
membran telah menghasilkan air olahan dengan kualitas air minum yang
disyaratkan KEPMENKES RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002 (untuk 7 parameter
penting, yaitu pH, suhu, warna, kekeruhan, TSS, TDS, dan kandungan bakteri E.
coli), bukan hanya sekedar menghasilkan air bersih, sehingga air olahan
teknologi membran dapat dikonsumsi manusia secara aman.
Kata kunci: air baku, air minum, teknologi membran, mikrofiltras, ultrafilrasi
PENDAHULUAN
Kali Surabaya merupakan sumber air baku air minum bagi kota Surabaya.
Air minum sangat penting dalam kehidupan manusia. Produsen air bersih yang
ada di Surabaya saat ini, PDAM, hanya mampu menghasilkan air bersih tetapi
bukan air yang dapat langsung di minum. Hal ini, salah satunya, disebabkan oleh
air baku PDAM yang berasal dari Kali Surabaya, telah tercemar limbah dari
kawasan industri Driyorejo (Kali Tengah). Sehingga penurunan kualitas air Kali
Tengah (anak Kali Surabaya) berpengaruh pada kualitas air PDAM Surabaya
sehingga dapat mengancam konsumen PDAM.
Dalam proses pengolahan air baku menjadi air minum, diperlukan
pengolahan yang memenuhi standar kualitas yang ada, agar produk yang
dihasilkan berkualitas tinggi dan tidak membahayakan kesehatan manusia.
Pengolahan air minum yang sudah diterapkan di Indonesia berupa pengolahan
konvensional yang terdiri dari Koagulasi-Flokulasi, Sedimentasi dan Filtrasi.
Akan tetapi pengolahan konvensional ini memiliki keterbatasan seperti
membutuhkan luas lahan besar, operasional dan perawatan yang rumit hingga
kualitas air yang masih dibawah standar. Hal ini menimbulkan pemikiran untuk
mengembangkan lebih jauh bahkan hingga memodifikasinya dengan teknologi
baru.
Akhir-akhir ini, salah satu teknologi yang banyak digunakan di negaranegara maju adalah Teknologi Membran. Teknologi ini merupakan teknologi
PKMP-1-10-2
bersih yang ramah lingkungan karena tidak menimbulkan dampak yang buruk
bagi lingkungan Teknologi membran ini dapat mengurangi senyawa organik dan
anorganik yang berada dalam air tanpa adanya penggunaan bahan kimia dalam
pengoperasiannya. (Wenten 1999).
Inovasi baru yang akan dilakukan yaitu memodifikasi pengolahan secara
konvensional (Koagulasi-Flokulasi-Sedimentasi) dengan membran Mikrofiltrasi
dan Ultrafiltrasi untuk mendapatkan air dengan kualitas yang jauh lebih baik
bahkan dapat langsung di minum.
Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Seberapa besarkah efektifitas antara variabel jenis membran yaitu membran
mikrofiltrasi, membran ultrafiltrasi dan gabungan antara membran
ultrafiltrasi dan mikrofiltrasi?
2. Bagaimanakah korelasi masing-masing parameter air minum dikaitkan
dengan jenis membran yang berbeda yaitu membran mikrofiltrasi, membran
ultrafiltrasi dan gabungan antara membran ultrafiltrasi dan mikrofiltrasi?
3. Dapatkah menghasilkan air dengan kualitas lebih baik yaitu tidak hanya air
yang bersih melainkan juga air minum yang sesuai dengan Keputusan
Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002?
Tujuan yang ingin dicapai melalui Penelitian ini adalah:
1. Menguji efektifitas antara variabel jenis membran yaitu membran
mikrofiltrasi, membran ultrafiltrasi dan gabungan antara membran
ultrafiltrasi dan mikrofiltrasi.
2. Mengetahui korelasi masing-masing parameter air minum dikaitkan dengan
jenis membran yang berbeda yaitu membran mikrofiltrasi, membran
ultrafiltrasi dan gabungan antara membran ultrafiltrasi dan mikrofiltrasi .
3. Mendapatkan air dengan kualitas lebih baik yaitu tidak hanya air yang bersih
melainkan juga air minum.
Luaran yang diharapkan dari penelitian ini dapat menghasilkan air minum
dari teknologi membran yang sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.
907/ MENKES/SK/VII/2002.
Pengolahan pendahuluan berupa proses koagulasi dan flokulasi secara
umum merupakan suatu proses penambahan bahan kimia pembentuk flok pada air
minum atau air buangan, untuk bergabung dengan padatan koloid yang sulit
mengendap, sehingga dapat dihasilkan flok-flok yang mudah mengendap serta
proses pengendapan secara perlahan dari suspended solid (Reynolds 1996).
Kata membran berasal dari bahasa Latin Membrana yang berarti potongan kain.
Saat ini istilah membran didefinisikan sebagai lapisan tipis (film) yang fleksibel,
pembatas antara dua fasa yang bersifat semipermiabel. Membran dapat berupa
padatan atau cairan dan berfungsi sebagai media pemisahan yang selektif
berdasarkan perbedaan koefisien difusifitas, muatan listrik atau perbedaan
kelarutan (Wenten 1999). Secara definitif menurut Wenten (1999), membran
memiliki arti sebagai lapisan tipis yang berada diantara dua fasa dan berfungsi
sebagai pemisah selektif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1
berikut ini.
PKMP-1-10-3
PKMP-1-10-4
UF
Perbedaan
tekanan
hidrostatik
Saringan,
difusi
Mikropori
(< 2 nm)
0,001-0,01
Konstituen
Yang
Direduksi
Air +
TSS,Kekeruha
Senyawa n, Protozoa,
terlarut
Oocysts,
Cysts,
Beberapa
Bakteri dan
virus
Air +
Molekulmolekul molekul kecil,
sangat kesadahan dan
kecil,
virus
cairan
ionik
Deskripsi
Permeat
PKMP-1-10-5
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini akan dibandingkan efektifitas antara variabel jenis
membran yaitu membran mikrofiltrasi, membran ultrafiltrasi dan gabungan antara
membran ultrafiltrasi dan mikrofiltrasi. Skema rangkaian alat proses membran
untuk variabel jenis membran mikro filtrasi dapat dilihat pada Gambar 3.
Digunakan jenis pengolahan pendahuluan yaitu KFS. Sedangkan membran yang
digunakan adalah mikrofiltrasi.
Feeding Tank
Flash Mix
Speed Controller
Suction Pump
Air baku
Valve
Reaktor Membran MF
Air Pump
Wadah
Permeat
PKMP-1-10-6
Feeding Tank
Kran air
Slow Mix dan Sedimentasi
Resirkulasi Retentat
Flash Mixing
By Pass
Reaktor
Membran UF
pembuangan
Resirkulasi pendingin
Wadah Efluen KFS
Pressure Gauge
Valve
Air baku
Air buangan
Pompa
Resirkulasi
Wadah
Permeat
Skema rangkaian alat proses membran untuk variabel jenis membran mikro
filtrasi dan ultra filtrasi dapat dilihat pada Gambar 5. Digunakan jenis pengolahan
pendahuluan yaitu KFS. Sedangkan membran yang digunakan adalah mikrofiltrasi
dan ultra filtrasi. Rangkaian sistem adalah sebagai berikut:
PKMP-1-10-7
Feeding Tank
Speed Controller
Flash Mix
Membran MF
pembuangan
Resirkulasi pendingin
Suction Pump
Reaktor Membran MF
By Pass
Wadah
Permeat
MF
Air Pump
Reaktor Membran UF
Pressure Gauge
Valve
Air baku
Pompa
Air buangan
Resirkulasi
Wadah
Permeat
Kran air
Prosedur penelitian yang dilakukan yaitu air baku yang digunakan diambil
dari intake PDAM Ngagel Surabaya. Air baku tersebut dianalisa di laboratorium
untuk mengetahui kualitasnya. Parameter yang dianalisa adalah pH, suhu, warna,
kekeruhan, TSS, TDS, dan E. coli. Kemudian air baku tersebut dimasukkan dalam
feeding tank yang dialirkan menuju wadah flash mix (koagulasi) secara gravitasi
dengan kecepatan pengadukan 60 rpm selama 30 detik. Pada wadah tersebut akan
dibubuhkan koagulan tawas (alum) sesuai dengan dosis optimum yang telah
dihasilkan pada analisa jartest. Dari koagulasi, air mengalir secara gravitasi ke
slow mix (flokulasi) dan secara perlahan-lahan mulai terbentuk flok-flok halus
dengan kecepatan pengadukan 20 rpm selama 5 menit (Jahn, 1979) . Proses ini
berlangsung terus-menerus hingga air mengalir menuju bak sedimentasi. Pada bak
sedimentasi ini, flok-flok berukuran semakin besar sehingga dapat cepat
mengendap. Di sini, air olahan diendapkan selama 1 jam lamanya. Supernatan
dari sedimentasi ini akan ditampung pada bak penampung efluen koagulasiflokulasi-sedimentasi (KFS).
Selanjutnya, dilakukan proses filtrasi dengan teknologi membran. Untuk
rangkaian KFS-MF, supernatan dialirkan ke reaktor membran MF dengan
menggunakan pompa hisap dengan tekanan sebesar 1,5 bar. Untuk rangkaian
KFS-UF, supernatan dialirkan ke membran UF dengan menggunakan pompa
tekan dengan variasi TMP sebesar 1,6 -3,6 bar. Sedangkan untuk rangkaian KFSMF-UF, digunakan pompa hisap dengan tekanan sebesar 1,5 bar untuk
PKMP-1-10-8
Satuan
0
Mg/LPtCo
NTU
mg/L
mg/L
MPN/100
mL
Uji I
6,98
28,4
28
18,27
112
157
283
7,08x108
Air Baku
Uji II Uji III
7,06
7,2
28,8
28,6
28
28
17,86
18,05
98
117
148
139
268
262
-
Rata-rata
7,08
28,6
28
18,06
109
148
271
7,08x108
KEPMENKES
907/2002
6,5-8,5
Suhu ruang 30C
Maks. 15
Maks. 5
Maks. 50
Maks. 1000
Maks. 0
Dari hasil analisa diatas menunjukkan bahwa kualitas air tidak memenuhi
standar kualitas air minum (Kepmenkes No. 907/MENKES/SK/VII/2002)
terutama untuk parameter warna, kekeruhan, TSS dan E.coli, maka dari itu perlu
dilakukan pengolahan sebelum dikonsumsi.
Kemudian dilakukan pengolahan pendahuluan dengan tujuan untuk
menurunkan kandungan kontaminan yang terkandung dalam air baku sebelum
menuju proses pengolahan lanjut menggunakan teknologi membran. Pengolahan
pendahuluan yang dilakukan menggunakan sistem KFS. Pengolahan pendahuluan
menggunakan KFS ini diawali dengan melakukan analisa jartest yang ditujukan
untuk menentukan dosis optimum dari koagulan.. Koagulan yang digunakan
adalah alum.. Hasil analisa jartest selengkapnya pada Tabel 3 dan Gambar 6.
PKMP-1-10-9
No.
Dosis
Alum
(mg/L)
pH
Suhu
(0C)
Warna
(mg/L
PtCo)
Kekeruhan
(NTU)
1
2
3
4
5
6
7
8
40
50
60
70
80
90
100
110
6,75
6,71
6,65
6,56
6,46
6,51
6,65
6,74
27,1
27,1
27,1
27,2
27,1
27,2
27,1
27,2
4, 00
2, 75
2,13
1,81
1,34
1,81
2,13
3,38
2,85
2,20
1,05
0,85
0,55
1,05
1,35
1,80
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
2.5
2
1.5
1
0.5
0
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
D O S I S KO A G U LA N ( mg / L)
PKMP-1-10-10
Satuan
Air Baku
7,08
30
29
18,06
109
148
271
7,08x108
mg/L PtCo
NTU
mg/L
mg/L
MPN/100 mL
Efluen
KFS
6,47
27,75
29
5,25
6,55
47
170
1550
% Rejeksi
70,93
93,99
68,24
37,24
99,9994
KEPMENKES
907/2002
6,5-8,5
Suhu ruang 30C
Maks. 15
Maks. 5
Maks. 50
Maks. 1000
Maks. 0
PKMP-1-10-11
20
40
60
80
W akt u ( me ni t )
Gambar 10. Uji Kompaksi Membran MF dengan Tekanan Hisap Pompa 1,5 bar.
102
82
62
42
22
2
0
10
W ak tu (m e n i t)
PKMP-1-10-12
Rangkaian proses membran dan perbandingan hasil analisa permeat dapat dilihat
pada Gambar 12 dan Tabel 6.
Gambar 12.
Rangkaian Proses Membran dan Perbandingan Air Baku, Efluen KFS, Permeat
MF, UF, dan Gabungan MF-UF
Tabel 6. Hasil Analisa Permeat dan % Rejeksi Membran MF, UF dan MF-UF
Parameter
Satuan
Air Baku
pH
Suhu air
Suhu ruang
7,08
30
29
Warna
Kekeruhan
TSS
TDS
E.coli
mg/L
PtCo
NTU
mg/L
mg/L
MPN/100
mL
Permeat
%
Permeat
%
Permeat
%
KEPMENKES
MF
Rejeksi
UF
Rejeksi MF-UF Rejeksi No. 907/2002
7,81
6,40
7,68
6,5-8,5
26,5
28,60
29
deviasi 3
28
28
28
18,06
0,41
97,73
2,13
88,21
2,12
88,26
15
109
148
271
0,54
ND
150
99,5
100
44,65
1,00
ND
77,5
99,08
100
71,4
4,76
ND
75,3
95,63
100
72,21
5
50
1000
100
100
100
7,08x10
KESIMPULAN
Dari serangkaian penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
yaitu berdasarkan variabel jenis membran yang digunakan dalam penelitian ini,
maka dapat diketahui bahwa jenis membran yang menghasilkan persen rejeksi
kontaminan terbaik adalah rangkaian KFS-MF-UF untuk parameter pH, suhu,
TDS, TSS, dan E. coli. Sementara untuk parameter warna dan kekeruhan, yang
terbaik dihasilkan oleh rangkaian KFS-MF.
Berdasarkan KEPMENKES No. 907/MENKES/SK/VII/2002, maka dapat
diketahui bahwa permeat dari ketiga variasi sistem membran yaitu membran
mikrofiltrasi, membran ultrafiltrasi, dan rangkaian membran mikrofiltrasi dan
ultrafiltrasi, telah memenuhi persyaratan air minum untuk 7 parameter penting,
yaitu pH, suhu, warna, kekeruhan, TSS, TDS, dan kandungan bakteri E.coli.
Pengolahan air dengan teknologi membran telah menghasilkan air olahan
dengan kualitas air minum yang disyaratkan (untuk 7 parameter penting, yaitu pH,
suhu, warna, kekeruhan, TSS, TDS, dan kandungan bakteri E. coli), bukan hanya
sekedar menghasilkan air bersih, sehingga air olahan teknologi membran dapat
dikonsumsi manusia secara aman.
PKMP-1-10-13
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts G, Santika SS. 1987. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional.
Arfiantinosa N. 2004. Aplikasi Membran Ultrafiltrasi Untuk Pemurnian Air.
Tugas Akhir. Surabaya: Teknik Lingkungan ITS.
AWWA. 1998. Standard Methods for Examination of Water and Wastewater. 20th
edition. USA
Dipareza A. 2004. Studi Pengaruh Tans Membrane Pressure dan Sistem
Pengaliran Terhadap Fluks Pada Membran Ultrafiltrasi. Tugas Akhir..
Surabaya: Teknik Lingkungan ITS.
Jahn. 1979. Traditional Water Purification in Tropical Developing Countries :
Existing Methods and Potential Application. GTZ. Eschborn
Mulder M. 1996. Basic Principles of Membrane Technology . 2nd edition.
Dordrecht: Kluwer Academic Publisher.
Nasrul. 2002. Kemampuan Membran Selulose Asetat Sebagai Media Filter
Terhadap Penyisihan Kekeruhan dan Escheria Coli Pada Proses Pemurnian
Air. Thesis. Surabaya: Jurusan Teknik Lingkungan ITS.
Rautenbach RR, Albrecht. 1989. Membrane Process. Translated by Valerie
Cottrel. John Willey and Sons
Reynold, Richards. 1996. Unit Operations and Process in Environmental
Engineering. 2nd editon. PWS Publishing Company.
Susilowati. 2005. Studi Pengolahan Lindi LPA Benowo Dengan Menggunakan
Koagulan Biji Kelor (Moringa oleifera) dan Membran Mikrofiltrasi. Tugas
Akhir. Surabaya: Jurusan Teknik Lingkungan ITS.
Scott K. 1995. Handbook of Industrial Membrane. 1st edition. Elsevier Advanced
Tecnology.
Wenten IG. 1999. Teknologi Membran Industri. Bandung.