Jbptunpaspp GDL Redimaulan 2679 1 Redimau 4
Jbptunpaspp GDL Redimaulan 2679 1 Redimau 4
SKRIPSI
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
ABSTRAKSI
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr.Wb.
Alhamdulillahi rabbilalamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, dengan segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul PENGARUH INVESTASI, TENAGA KERJA DAN
TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
JAWA BARAT. Tidak lupa shalawat serta salam kepada Nabi akhir zaman
Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Skripsi ini merupakan salah satu kegiatan yang harus dipenuhi oleh
mahasiswa yang telah memenuhi kurikulum akademis pada Jurusan Ekonomi
Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universita Pasundan, Bandung.
Skripsi ini adalah sebagai sebuah karya tulis ilmiah, penulis menyadari
bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi
penulisan, maupun dari segi pembahasan. Oleh Karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun agar pada penelitian selanjutnya dapat
lebih baik lagi. Besar harapan penulis mudah-mudahan skripsi ini dapat
bermanfaat bagi mereka yang membutuhkannya.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih yang tak
terhingga teruntuk kedua orang tuaku Bapa dan Mamah serta Teteh, atas doa
yang tak henti-hentinya, kasih sayang, kesabaran, dan pengorbanan yang tak
terhingga yang telah diberikan kepada penulis baik moril maupun materil.
Karya tulis ini tidak mungkin terselesaikan pula tanpa adanya arahan dari
Ibu Hj. Lella N Irwan, SE., MSi. selaku dosen pembimbing, dan dengan segala
kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
beliau yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya untuk penyusunan
skripsi ini.
Pada kesempatan ini pula, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dikdik Kusdiana, SE., MT. selaku Dosen Wali.
2. Bapak Dr. H. R. Abdul Maqin, SE., MSi. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pasundan Bandung beserta jajarannya.
3. Bapak Dr. H. Tete Saepudin, SE., MSi. selaku Ketua Program Studi
Ekonomi
Pembangunan
Fakultas
Ekonomi
Universitas
Pasundan
Bandung.
4.
Bapak Dr. Heri Hermawan, SE., MP. selaku Sekretaris Program Studi
Ekonomi
Pembangunan
Fakultas
Ekonomi
Universitas
Pasundan
Bandung.
5. Bapak H. Subarna Tirtakusumah, SE., MM. Sebagai Dosen Penguji pada
Sidang Akhir.
6. Bapak DRS. H. Anwar Jusuf, Dipl., RID. Terima kasih atas begitu
banyaknya saran dan masukan yang telah penulis dapatkan, juga kisahkisah hidup yang sangat menginspirasi.
7.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi pembaca pada umumnya, aamiin yaa robalalamiin.
Wassaalamualaikum Wr.Wb
Bandung, Juni 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO
ABSTRAKSI
KATA PENGANTAR .............................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................
DAFTAR TABEL ...................................................................................
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
i
iv
vi
vii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah .............................................................
1.2. Identifikasi Masalah ....................................................................
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................
1.4. Kegunaan Penelitian ...................................................................
1
10
11
11
12
12
12
14
16
16
18
19
19
21
22
22
28
29
31
33
35
36
37
38
38
39
40
Halaman
BAB III : OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian ..........................................................................
3.1.1. Provinsi Jawa Barat .........................................................
3.1.2. Investasi di Jawa Barat ....................................................
3.1.3. Penyerapan Tenaga Kerja di Jawa Barat .........................
3.1.4. Tingkat Pendidikan di Jawa Barat...................................
3.1.5. Laju Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Barat .....................
3.2. Metode Penelitian .......................................................................
3.2.1. Jenis dan Sumber Data ....................................................
3.2.2. Definisi Operasionalisasi Variabel ..................................
3.2.2.1. Pertumbuhan Ekonomi ...................................
3.2.2.2. Investasi ..........................................................
3.2.2.3. Tenaga Kerja...................................................
3.2.2.4. Tingkat Pendidikan .........................................
3.2.3. Model Penelitian .............................................................
3.2.4. Metode Estimasi Data Panel ...........................................
3.2.5. Uji Metode Estimasi Data Panel .....................................
3.2.6. Uji Statistik .....................................................................
3.2.6.1. Uji Koefisien Determinasi ( ) ......................
3.2.6.2. Uji Parsial (t-stat)............................................
3.2.6.3. Uji Simultan (F-stat) .......................................
3.2.6.4. Uji Autokolerasi .............................................
3.2.7. Analisis Tipologi Klassen ...............................................
45
45
46
48
50
58
60
61
61
62
62
63
63
64
65
66
67
67
68
69
70
71
73
74
75
77
77
77
78
79
80
80
85
86
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Enam Provinsi di Pulau Jawa
Tahun 2007-2011 (dalam persen) ...............................................
1.2. Peringkat Rata-rata Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten
dan Kota di Provinsi Jawa Barat Periode Tahun 2007-2011 ......
1.3. Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) dan
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Provinsi Jawa
Barat Periode 2007-2011 ............................................................
1.4. Jumlah Angkatan Kerja Menurut Jenis Kegiatan Utama
Seminggu yang Lalu di Jawa Barat Tahun 2007-2011 ..............
3.1. Realisasi Investasi di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat
Tahun 2007-2011 ........................................................................
3.2. Jumlah Tenaga Kerja menurut Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa Barat Tahun 2007-2011 .....................................................
3.3. Rata-rata Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Barat Tahun 2007-2011 .......................................
3.4. Angka Melek Huruf Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa Barat Tahun 2007-2011 .....................................................
3.5. Indeks Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah ..........
3.6. Indeks Pendidikan .......................................................................
3.7. Laju Perumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Barat Tahun 2007-2011 .......................................
3.8. Matrik Klasifikasi Pertumbuhan Ekonomi Menurut Tipologi
Klassen ........................................................................................
4.1. Hasil Uji Chow ...........................................................................
4.2. Hasil Uji Hausman ......................................................................
4.3. Nilai Intersep Setiap individu Kabupaten dan Kota di
Provinsi Jawa Barat.....................................................................
4.4. Uji Signifikansi t ( = 0,05) ........................................................
4.5. Daerah Batas Autokolerasi .........................................................
4.6. Klasifikasi Pertumbuhan Ekonomi Menurut Tipologi Klassen ..
3
5
7
8
47
49
51
53
56
57
59
72
73
74
76
78
79
80
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.1. Perkembangan Rata-rata Laju Pertumbuhan
Ekonomi Menurut Kabupaten dan Kota Provinsi
Jawa Barat Periode 2007-2011 ...................................................
1.2. Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Jawa Barat
Tahun 2009-2011 ........................................................................
3.1. Daerah kritis dan penerimaan suatu hipotesis .............................
4
9
68
BAB I
PENDAHULUAN
Tabel 1.1.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Enam Provinsi
di Pulau Jawa Tahun 2007-2011 (dalam persen)
No
Provinsi
2007
2008
2009
2010
2011
1
2
3
4
5
6
7
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Nasional
6,44
6,48
5,59
4,31
6,11
6,04
5,67
6,23
6,21
5,61
5,03
5,94
5,77
5,74
5,02
4,19
5,14
4,43
5,01
4,71
4,77
6,5
6,2
5,84
4,88
6,68
6,08
6,13
6,71
6,48
6,01
5,16
7,22
6,43
6,32
Ratarata
6,18
5,912
5,638
4,762
6,192
5,806
5,726
persen
Kab. Bogor
Kab. Sukabumi
Kab. Cianjur
Kab. Bandung
Kab. Garut
Kab. Tasikmalaya
Kab. Ciamis
Kab. Kuningan
Kab. Cirebon
Kab. Majalengka
Kab. Sumedang
Kab. Indramayu
Kab. Subang
Kab.Purwakarta
Kab. Karawang
Kab. Bekasi
Kab. Bandung Barat
Kota Bogor
Kota Sukabumi
Kota Bandung
Kota Cirebon
Kota Bekasi
Kota Depok
Kota Cimahi
Kota Tasikmalaya
Kota Banjar
5,36
3,97
4,28
5,48
5,17
4,22
5,01
4,66
5,07
4,69
4,60
3,60
4,52
5,27
8,33
5,94
5,60
6,08
6,24
8,39
5,32
5,89
6,52
5,06
5,79
5,10
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
8,00
9,00
kota Provinsi Jawa Barat memberi efek peningkatan pertumbuhan ekonomi yang
signifikan, yaitu dengan rata-rata laju pertumbuhan
ekonomi masing-masing
kabupaten dan kota antara 3,60 persen sampai 8,39 persen. Adapun peringkat
daerah yang memiliki rata-rata laju pertumbuhan ekonomi dari yang terbesar
sampai daerah dengan laju pertumbuhan ekonomi terkecil di jabarkan di tabel di
bawah ini:
Tabel 1.2.
Peringkat Rata-rata Laju Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Barat Periode Tahun 2007-2011
Kabupaten/Kota
Kota Bandung
Kab. Karawang
Kota Depok
Kota Sukabumi
Kota Bogor
Kab. Bekasi
Kota Bekasi
Kota Tasikmalaya
Kab. Bandung Barat
Kab. Bandung
Kab. Bogor
Kota Cirebon
Kab. Purwakarta
Kab. Garut
Kota Banjar
Kab. Cirebon
Kota Cimahi
Kab.Ciamis
Kab. Majalengka
Kab. Kuningan
Kab. Sumedang
Kab. Subang
Kab. Cianjur
Kab. Tasikmalaya
Kab. Sukabumi
RataRangking
rata8,39
1
8,33
2
6,52
3
6,24
4
6,08
5
5,94
6
5,89
7
5,79
8
5,6
9
5,48
10
5,36
11
5,32
12
5,27
13
5,17
14
5,1
15
5,07
16
5,06
17
5,01
18
4,69
19
4,66
20
4,6
21
4,57
22
4,28
23
4,22
24
3,97
25
Kab. Indramayu
3,6
26
Provinsi Jawa Barat selama periode 2007-2011 dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 1.3.
Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) dan
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Provinsi Jawa Barat
Periode 2007-2011
Tahun
2007
12.197.398
11.347.889
2008
25.526.575
4.075.170
2009
26.045.415
4.167.417
2010
27.942.072
18.660.542
41.445.630
2011
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat
7.305.546
Namun disisi lain, akibat buruk dari penambahan penduduk yang tidak diimbangi
oleh kesempatan kerja akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi tidak sejalan
dengan peningkatan kesejahteraan. Tabel 1.3 berikut menunjukan jumlah
angkatan kerja menurut kabupaten/kota di Jawa Barat :
Tabel 1.4.
Jumlah Angkatan Kerja Menurut Jenis Kegiatan Utama
Seminggu Yang Lalu di Jawa Barat Tahun 2007-2011
Jenis Kegiatan
Bekerja
Peng.Terbka
Jumlah
2007
15.853.822
2.386.214
18.240.036
2008
16.480.395
2.263.584
18.743.979
2009
16.901.430
2.079.830
18.981.260
2010
16.942.444
1.951.391
18.893.835
2011
17.454.781
1.901.843
19.356.624
Dalam tabel 1.4 ditunjukan bahwa jumlah orang yang bekerja mengalami
kenaikan dari tahun ke tahun, tahun 2007 menunjukan jumlah orang yang bekerja
sebanyak 15.853.822 orang dan tertinggi di tahun 2011 sebanyak 17.454.781
orang. Sedangkan pengangguran terbuka berlaku sebaliknya mengalami
penurunan dari tahun ke tahun, di tahun 2007 jumlah pengangguran terbuka
mencapai 2.386.214 orang terus menurun sampai dengan tahun 2011 berjumlah
1.901.843 orang. Hal ini menunjukan ketersediaan lapangan pekerjaan baru tiap
tahunnya sehingga terjadi penyerapan tenaga kerja baru.
Indikator penting lainnya dalam pertumbuhan ekonomi adalah tingkat
pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu modal dasar manusia yang harus
dipenuhi, untuk mencapai pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Sektor
pendidikan memainkan peran utama untuk membentuk kemampuan sebuah
negara untuk menyerap teknologi modern dan mengembangkan kapasitas
Gambar 1.2.
Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Jawa Barat Tahun 2009-2010
8,05
8,02
8
7,95
7,9
7,85
7,8
7,75
7,7
7,65
7,6
7,55
2009
2010
berkisar 8,02 tahun atau setingkat kelas tiga SMP. Dari data di atas dapat
disimpulkan bahwa penyerapan siswa di bawah tingkat SMA masih lemah. Hal ini
bisa disebabkan oleh banyak hal bisa berupa kemampuan ekonomi siswa yang
lemah, fasilitas pendidikan yang masih belum memadai, dan tidak meratanya
infrastruktur bidang pendidikan yang ada di wilayah Provinsi Jawa Barat.
Di lihat dari perkembangan indikator-indikator ekonomi tersebut selama
pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah, masih harus diteliti dampak
pertumbuhan investasi, tenaga kerja dan tingkat pendidikan dalam pengaruhnya
terhadap perkembangan kondisi perekonomian di daerah Jawa Barat yaitu,
pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi, sehingga proses pembangunan daerah
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai dan dirasakan oleh
seluruh rakyat Jawa Barat. Oleh karena itu, penelitian ini diberi judul Pengaruh
Investasi, Tenaga Kerja dan Tingkat Pendidikan Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Jawa Barat.
praktis,
diharapkan
dapat
membantu
pihak
terkait
yang
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1.1. Investasi
2.1.1.1. Definisi Investasi
Dalam perekonomian dikenal istilah investasi dan setiap pelaku usaha akan
mencari peluang-peluang untuk mendapatkan keuntungan, investasi merupakan
bagian dari suatu usaha.
Investasi merupakan faktor yang paling penting untuk mencapai target
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara atau wilayah. Investasi itu
sendiri tidak lain dari sumber-sumber uang yang semula untuk tujuan konsumtif
diarahkan untuk tujuan produktif. Selain itu penanaman modal merupakan
langkah
awal
pembangunan
ekonomi.
Dinamika
penanaman
modal
1. Tenaga kerja kasar, yaitu tenaga kerja yang tidak berpendidikan atau
berpendidikan rendah dan tidak mempunyai keahlian dalam suatu bidang
pekerjaan;
2. Tenaga kerja terampil, yaitu tenaga kerja yang mempunyai keahlian dari
pendidikan atau pengalaman kerja;
3. Tenaga kerja terdidik, yaitu tenaga kerja yang mempunyai pendidikan
yang tinggi dan ahli dalam bidang-bidang tertentu.
Menurut Payaman J. Simanjuntak (1995:75) faktor produksi tenaga kerja
merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses
produksi, bukan hanya dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi kualitas dan
macam tenaga kerja. Spesialisasi dan pembagian kerja menimbulkan peningkatan
produktivitas. Keduanya membawa kearah ekonomi produksi skala besar yang
selanjutnya membantu perkembangan industri, pembagian kerja menghasilkan
pembagian kemampuan produksi para pekerja, setiap pekerja menjadi lebih
efisien daripada sebelumnya. Akhirnya produksi meningkatkan berbagai hal, jika
produksi naik, pada akhirnya laju pertumbuhan ekonomi juga akan naik.
Menurut BPS penduduk berumur 10 tahun ke atas terbagi sebagai Angkatan
Kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja dikatakan bekerja bila mereka
melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh
pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit 1 (satu) jam
secara kontinu selama seminggu yang lalu. Sedangkan penduduk yang tidak
bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan disebut menganggur (Budi Santosa,
2001).
Efek limpahan ilmu pengetahuan dapat terjadi dalam bentuk efek limpahan
modal manusia. Karena itu ilmu pengetahuan dapat melimpah, baik melalui
interaksi formal maupun non-formal antar pekerja akibat kedekatan secara
geografis. Keberadaan akumulasi ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seluruh
modal manusia dalam suatu area mengakibatkan efek eksternal terhadap
peningkatan produktivitas.
Menurut Dr. Nazili Shaleh Ahmad (1982:4), Pendidikan itu merupakan
kegiatan proses belajar mengajar yang sistem pendidikannya senantiasa berbeda
dan berubah-ubah, dari masyarakat yang satu kepada masyarakat yang lain.
Pendapat lain tentang pengertian pendidikan dikemukakan oleh John S.
Brubacher yang dikutip Sumitro (1998:17) menyatakan bahwa; Pendidikan
adalah proses potensi-potensi, kemampuan-kemampuan, kapasitas-kapasitas
manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan, disempurnakan
dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, dengan alat (media) yang disusun
sedemikian rupa, dan digunakan oleh manusia untuk menolong orang lain atau
dirinya sendiri dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Pengertian
pendidikan bila dikaitkan dengan penyiapan tenaga kerja menurut Umar
Tirtarahardja dan La Sulo (1994:37), Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja
diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal
dasar untuk bekerja. Sebagaimana dikemukakan oleh Soedarmayanti (2001:32)
bahwa melalui pendidikan, seseorang dipersiapkan untuk memiliki bekal agar siap
tahu, mengenal dan mengembangkan metode berpikir secara sistematik agar dapat
memecahkan masalah yang akan dihadapi dalam kehidupan dikemudian hari.
2.1.3.2. Pendidikan
Keberhasilan pembangunan dilihat dari indikator kinerja sektor pendidikan
adalah adanya kesempatan bagi masyarakat usia didik untuk mendapatkan
pendidikan yang layak secara kualitas dan kuantitas. Dari sisi kualitas, indikator
ini secara operasional dapat dilihat dari rasio masyarakat usia didik yang
mendapatkan pendidikan dan masyarakat usia didik yang tidak mendapatkan
pendidikan. Rasio ini secara teoritis berkorelasi positif dengan daya serap murid
terhadap meteri ajaran yang diberikan. Artinya, makin tinggi rasio guru terhadap
murid, makin baik daya serap murid terhadap materi yang diajarkan, sehingga
makin tinggi kualitas pendidikan yang didapat (BPS IPM Kabupaten Bandung
Barat Tahun 2008).
Pengertian PDB adalah suatu indeks harga yang mengukur tingkat harga
dari sejumlah barang yang dihasilkan di dalam sebuah perekonomian yang dibeli
oleh rumah tangga, perusahaan, pemerintah, dan luar negeri (Muana Nanga,
2005:28).
PDB juga merupakan nilai barang dan jasa yang diproduksi dalam negara
dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk negara
tersebut dan penduduk/perusahaan negara lain (Sadono Sukirno, 2000:35).
Pegertian PDB menurut BPS, yaitu penjumlahan nilai tambah bruto (gross
value added) dari seluruh sektor perekonomian di dalam suatu daerah/wilayah
dalam periode tertentu, biasanya satu tahun. Yang dimaksud dengan nilai tambah
adalah selisih nilai produksi (output) dengan biaya antara (intermediate input).
Nilai tambah yang dihasilkan akan sama dengan balas jasa faktor produksi yang
ikut serta dalam proses produksi.
PDB dapat dihitung dengan dua cara, yaitu atas harga dasar berlaku
menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga
pada
tahun
yang
bersangkutan,
sedangkan
PDB
atas
harga
konstan
menggambarkan nilai tambah barang dan jasa tersebut berdasarkan harga pada
suatu tahun tertentu (tahun dasar) (BPS, 2001).
Lebih lanjut pertumbuhan ekonomi merupakan perubahan tingkat kegiatan
ekonomi yang berlaku dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu, untuk mengetahui
tingkat pertumbuhan ekonomi harus diperbandingkan pendapatan nasional yang
merujuk pada PDB dari tahun ke tahun. Dalam membandingkannya, perlu
disadari bahwa perubahan nilai pendapatan nasional PDB dipengaruhi oleh faktor
Dimana:
PDB
PDB atas dasar harga berlaku nominal menunjukan kemampuan sumber daya
ekonomi yang dihasilkan oleh suatu wilayah. Nilai PDB yang besar
menunjukan sumber daya ekonomi yang besar;
2.
3.
PDB atas dasar harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukan laju
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan maupun sektoral dari tahun ke
tahun;
4.
Distribusi PDB atas dasar harga berlaku menurut sektor menunjukan struktur
perekonomian yang menggambarkan peranan sektor ekonomi dalam suatu
wilayah. Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai peran yang besar
menunjukan basis perekonomian yang mendominasi wilayah tersebut;
5.
PDRB adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh aktivitas
produksi di dalam perekonomian dalam suatu daerah/provinsi. Hal ini
PDRB dihitung atas dasar konsep aliran (flow concept), artinya perhitungan
PDRB hanya mencakup nilai produk yang dihasilkan pada satu periode
tertentu. Perhitungan ini tidak mencakup nilai produk yang dihasilkan pada
periode sebelumnya. Pemanfaatan konsep aliran guna menghitung PDRB,
memungkinkan kita untuk membandingkan jumlah output yang dihasilkan
pada tahun ini dengan tahun sebelunnya.
3.
2.
3.
Pengelolaan
sistem
perekonomian
hendaknya
diserahkan
2. David Ricardo
Menurut Ricardo masyarakat ekonomi dibagi menjadi tiga golongan, yaitu
golongan kapitalis, dan golongan buruh, dan golongan tuan tanah. Sesuai dengan
penggolongan di atas maka pendapatan nasional dibagi menjadi tiga, yaitu: upah,
sewa dan keuntungan.
maka
ICOR
adalah
(K/Y),
penambahan
kapital
dibagi
save, yakni rasio dari pertumbuhan tabungan (S) terhadap peningkatan pendapatan
(Y), dan ICOR keduanya konstan.
Teori Harrod-Domar memperlihatkan kedua fungsi dari pembentukan modal
dalam kegiatan ekonomi. Dalam teorinya pembentukan modal dipandang sebagai
pengeluaran yang akan menambah kesanggupan suatu perekonomian untuk
menghasilkan barang, maupun sebagai pengeluaran yang akan menambah
permintaan efektif seluruh masyarakat. Artinya apabila pada suatu masa tertentu
dilakukan sejumlah pembentukan modal,
Dalam teori ini, teknologi dianggap sebagai faktor eksogen yang tersedia
untuk dimanfaatkan oleh semua negara di dunia. Dalam perekonomian yang
terbuka, semua faktor produksi dapat berpindah secara leluasa dan teknologi dapat
dimanfaatkan oleh setiap negara, maka pertumbuhan ekonomi semua negara di
dunia akan konvergen, yang berarti kesenjangan akan berkurang (Kartasasmita,
1997:12).
Robert Solow dan Trevor Swan secara sendiri-sendiri mengembangkan
model pertumbuhan ekonomi yang sekarang dikenal dengan model pertumbuhan
Neo-Klasik. Asumsi yang melandasi model Neo-Klasik adalah:
1. Tenaga kerja tumbuh dengan laju pertumbuhan tertentu, misal P per
tahun;
2. Adanya fungsi produksi yang berlaku pada setiap periode;
3. Ada kecenderungan menabung oleh masyarakat yang dinyatakan sebagai
proporsi (S) tertentu dari Output (Q). Tabungan masyarakat (S=SQ) bila
Q naik S juga naik, S turun bila Q turun;
4. Semua tabungan masyarakat diinvestasikan, sehingga S=I=K. Dengan
demikian proses pertumbuhan dalam model Neo-Klasik memenuhi syarat
Waranted rate of Growth, adanya keseimbangan di pasar barang.
Proses pertumbuhan ekonomi akan tergantung dalam pertambahan penyedia
faktor produksi (penduduk, tenaga kerja dan akumulasi modal serta tingkat
kemajuan teknologi). Pandangan ini didasari oleh anggapan klasik, bahwa
perekonomian akan tetap mengalami tingkat pekerjaan penuh (full employment),
dan kapasitas peralatan modal akan tetap sepenuhnya digunakan sepanjang waktu.
2.1.5.
= Perubahan Investasi
(2000)
menyebutkan
bahwa
pertumbuhan
penduduk
dan
pertumbuhan tenaga kerja secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor
positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar
berarti akan menambah tingkat produksi, sedangkan pertumbuhan penduduk yang
lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar. Meski demikian hal
tersebut masih dipertanyakan apakah benar laju pertumbuhan penduduk yang
cepat benar-benar akan memberikan dampak positif atau negatif dari
pembangunan ekonominya. Selanjutnya dikatakan bahwa pengaruh positif atau
negatif dari pertumbuhan penduduk tergantung pada kemampuan sistem
perekonomian
daerah
tersebut
dalam
menyerap
dan
secara
produktif
dalam
pendidikan
memberi
beberapa
manfaat
dalam
yang
menghasilkan
35
observasi.
Penelitian
ini
menggunakan salah satu asumsi FEM yaitu koefisien slope konstan tetapi
intersepnya bervariasi antar individu, sehingga bentuk modelnya fixed effect.
Model fixed effect harus memasukan variabel dummy, hai ini untuk menyatakan
perbedaan intersep.
Hasil penelitian ini adalah variabel tenaga kerja, tingkat pendidikan dan
pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi di kawasan Subosukawonosraten.
Oleh karena itu investasi merupakan faktor yang paling penting untuk
mencapai target pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara
atau wilayah.
Tenaga kerja terserap berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Hal ini didukung oleh Todaro (2000) menyebutkan
bahwa tenaga kerja terserap secara tradisional dianggap sebagai salah satu
faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Tenaga kerja terserap
berarti
akan
menambah
tingkat
produksi.
Kemampuan
tersebut
dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal dan tersedianya input
dan faktor penunjang seperti kecakapan manajerial dan administrasi.
Menurut Lewis (1945) dalam Todaro (2004) angkatan kerja yang
homogen dan tidak terampil dianggap bisa bergerak dan beralih dari sektor
tradisional ke sektor modern secara lancar dan dalam jumlah terbatas.
Meningkatnya permintaan atas tenaga kerja (dari sektor tradisional)
bersumber pada ekspansi kegiatan modern. Dengan demikian salah satu
faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi adalah tenaga
kerja.
Tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan dalam pendidikan memberikan beberapa manfaat dalam
mempercepat pertumbuhan ekonomi. Pentingnya peranan pendidikan
dalam menciptakan modal manusia (human capital) dalam mendorong dan
meningkatkan produktifitas yang selanjutnya menjadi motor penggerak
pertumbuhan.
BAB III
OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN
Kab.
Sumedang,
Kab.
Indramayu,
Kab.
Subang,
Kab.
Purwakarta,
Kab. Karawang, Kab. Bekasi, Kab. Bandung Barat ) dan 9 Kota ( Bogor,
Sukabumi, Bandung, Cirebon, Bekasi, Depok, Cimahi, Tasikmalaya, Banjar ).
investasi
Tabel 3.1.
Realisasi Investasi di
Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat Tahun 2007-2011
No
Kabupaten/
2007
2008
2009
2010
2011
1.378.573.235.650
1.745.878.980.827
4.347.831.681.596
2.791.253.129.336
4.113.606.919.002
108.502.571.560
898.748.687.408
627.438.332.500
128.948.617.709
372.232.787.078
Kota
Kabupaten
1
Bogor
Sukabumi
Cianjur
Bandung
36.101.500.000
12.769.040.274
54.418.000
150.400.000.000
333.436.598.404
774.634.367.862
299.998.888.870
1.019.064.394.148
544.196.570.929
Garut
27.209.000
200.000.000
Tasikmalaya
750.000.000
1.500.000.000
Ciamis
3.000.000.000
Kuningan
54.418.000
3.069.000.000
Cirebon
495.440.437.011
13.000.000.000
2.293.887.280.000
4.109.877.471.753
7.000.878.242.381
10
Majalengka
69.699.386.810
20.026.928.000
259.225.631.753
16.308.598.805
11
Sumedang
77.095.500.000
1.534.409.819.904
95.524.750.000
47.916.000.000
6.400.941.456
12
Indramayu
190.312.000.000
259.225.631.753
21.062.469.759
13
Subang
138.397.644.000
36.995.855.223
340.349.802.335
405.171.188.182
103.416.014.914
14
Purwakarta
1.267.366.180.661
15
Karawang
16
Bekasi
17
Bdg. Barat
467.986.978.000
333.556.450.000
7.035.800.596.397
2.385.161.331.241
12.437.686.191.081
4.995.736.715.163
3.685.156.904.739
4.540.232.920.889
5.332.612.866.941
7.206.998.702.266
11.300.600.246.017
9.369.096.198.030
13.598.905.976.748
13.205.148.021.251
16.500.000.000
1.636.935.466.229
544.887.808.600
7.730.250.000
215.036.939.185
25.008.167.200
167.375.209.000
304.318.852.400
Kota
18
Bogor
19
Sukabumi
20
Bandung
21
Cirebon
22
Bekasi
83.844.920.185
2.100.507.996.338
23
Depok
304.829.321.653
2.625.853.698.724
24
Cimahi
46.303.922.432
25
Tasikmalaya
26
Banjar
Jawa Barat
5.626.920.000
352.660.986.723
2.692.183.118.446
428.562.248.330
14.160.098.771.952
9.531.387.066.057
62.500.000.000
283.253.920.691
546.634.487.500
133.627.104.208
869.554.864.102
388.198.459.865
844.332.007.600
4.647.097.146.960
117.995.430.108
692.818.172.569
45.501.345.658
426.570.530.188
9.776.001.514
7.207.807.525
23.545.288.145.775
29.601.745.346.993
30.212.832.897.931
46.602.615.163.159
48.751.176.609.700
Dari Tabel 3.1 terlihat bahwa investasi di Provinsi Jawa Barat mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Angka peningkatan jumlah investasi berturut-turut
dari
tahun
2007
sampai
2011
yaitu
Rp.23.545.288.145.775
Tabel 3.2.
Jumlah Tenaga Kerja
menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2007-2011
No
Kabupaten/Kota
2007
2008
2009
2010
2011
Rata
rata
Kabupaten
1
Bogor
1.392.910
1.470.487
1.534.379
1.722.345
1.852.165
1.594.457,20
Sukabumi
897.200
900.258
896.379
858.133
925.205
895.435,00
Cianjur
860.828
847.542
865.097
833.036
863.044
853.909,40
Bandung
1.544.241
1.182.854
1.235.760
1.278.933
1.248.267
1.298.011,00
Garut
784.859
806.044
810.019
829.818
904.607
827.069,40
Tasikmalaya
808.334
763.367
799.912
756.064
677.453
761.026,00
Ciamis
783.173
757.136
727.984
723.004
648.480
727.955,40
Kuningan
454.770
465.539
468.620
417.310
425.718
446.391,40
Cirebon
783.498
811.856
804.514
747.544
828.506
795.183,60
10
Majalengka
576.147
516.818
565.427
537.671
489.817
537.176,00
11
Sumedang
507.674
494.095
470.557
483.406
457.222
482.590,80
12
Indramayu
700.973
661.242
710.363
678.476
702.670
690.744,80
13
Subang
647.108
649.879
636.612
618.117
623.501
635.043,40
14
Purwakarta
320.090
321.647
339.394
346.526
340.411
333.613,60
15
Karawang
732.948
795.700
815.854
808.590
880.087
806.635,80
16
Bekasi
774.633
854.404
911.715
1.143.817
1.074.899
951.893,60
17
Bandung Barat
527.311
561.020
509.565
597.633
548.882,25
346.727
391.221
361.820,20
Kota
18
Bogor
308.277
377.388
385.488
19
Sukabumi
109.367
118.349
125.173
90.771
119.803
112.692,60
20
Bandung
915.047
952.752
998.227
948.124
1.012.946
965.419,20
21
Cirebon
113.531
127.531
131.133
113.750
120.967
121.382,40
22
Bekasi
768.520
901.041
911.122
892.876
990.630
892.837,80
23
Depok
570.303
657.050
653.171
714.891
728.675
664.818,00
24
Cimahi
207.748
219.634
233.255
213.970
225.801
220.081,60
25
Tasikmalaya
225.757
234.054
243.345
261.023
253.713
243.578,40
26
Banjar
64.886
66.417
66.910
67.957
71.340
67.502,00
367,013
338.965
350.419
383.791
400.613
Standar Deviasi
Barat mengalami penurunan jumlah tenaga kerja (dapat dilihat dari standar deviasi
tahun 2007-2008, yaitu 367,013 338.965), tetapi pada tahun 2008 jumlah tenaga
kerja mengalami kenaikan yang terus berlanjut sampai tahun 2011 (dapat dilihat
dari standar deviasi tahun 2008 berturut-turut sampai tahun 2011 yaitu 338.965 350.965 383.791 400.613). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan tenaga kerja di masing-masing kabupaten dan kota cukup stabil.
Dari Tabel 3.2 juga dideskripsikan bahwa daerah yang memiliki jumlah
tenaga kerja tertinggi adalah Kabupaten Bogor dengan rata-rata jumlah tenaga
kerja sebanyak 1.594.457 orang, yang kedua adalah Kabupaten Bandung dengan
rata-rata jumlah tenaga kerja sebanyak 1.298.011 orang, dan yang ketiga adalah
Kota Bandung dengan rata-rata jumlah tenaga kerja sebanyak 965.419 orang,
sedangkan daerah yang memiliki jumlah tenaga kerja tersedikit adalah Kota
Banjar dengan rata-rata jumlah tenaga kerja sebanyak 67.502 orang.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Kabupaten
Bogor
Sukabumi
Cianjur
Bandung
Garut
Tasikmalaya
Ciamis
Kuningan
Cirebon
Majalengka
Sumedang
Indramayu
Subang
Purwakarta
Karawang
Bekasi
Bandung Barat
Kota
Bogor
Sukabumi
Bandung
Cirebon
Bekasi
Depok
Cimahi
Tasikmalaya
Banjar
Standar Deviasi
Rata
2007
2008
2009
2010
2011
7,20
6,39
6,40
8,20
7,10
6,80
6,90
6,80
6,42
6,70
7,65
5,50
6,60
7,00
6,68
8,10
8,00
7,20
6,39
6,42
8,20
7,10
6,80
6,90
6,80
6,42
6,70
7,65
5,50
6,60
7,00
6,68
8,10
8,00
7,54
6,54
6,63
8,37
7,29
6,98
7,09
6,87
6,87
6,83
7,91
5,64
6,91
7,24
6,83
8,21
8,04
7,98
6,88
6,82
8,37
7,34
6,99
7,19
6,95
6,85
6,84
7,93
5,73
6,92
7,42
6,95
8,33
8,07
7,99
6,90
6,85
8,46
7,37
7,33
7,47
7,22
6,87
7,17
7,94
5,95
6,94
7,44
7,02
8,60
8,11
7,58
6,62
6,62
8,32
7,24
6,98
7,11
6,93
6,69
6,85
7,82
5,66
6,79
7,22
6,83
8,27
8,04
9,60
9,00
10,10
9,20
10,19
10,50
10,26
8,40
7,80
1,43
9,60
9,00
10,10
9,20
10,19
10,50
10,26
8,40
7,80
1,43
9,77
9,21
10,22
9,46
10,52
10,77
10,42
8,59
7,97
1,43
9,79
9,32
10,44
9,47
10,53
10,94
10,50
8,83
8,01
1,43
9,80
9,35
10,45
9,75
10,58
10,97
10,61
8,85
8,12
1,40
9,71
9,18
10,26
9,42
10,40
10,74
10,41
8,61
7,94
rata
Dari Tabel 3.3 dapat dijelaskan bahwa rata-rata lama sekolah penduduk
kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat mengalami fluktuasi dalam tahun tertentu.
Pada tahun 2007-2010 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat tidak mengalami
peningkatan ataupun penurunan rata-rata lama sekolah (dapat dilihat dari standar
deviasi tahun 2007-2010 yang tetap di angka 1,43), tetapi pada tahun 2010-2011
ratarata lama sekolah penduduk mengalami penurunan (dapat dilihat dari standar
deviasi tahun 2010-2011 dari 1,43 ke 1,40).
Pada Tabel 3.3 juga dideskripsikan bahwa daerah yang memiliki rata-rata
lama sekolah tertinggi adalah Kota Depok yaitu sebesar 10,74 tahun, yang kedua
adalah Kota Cimahi dengan jumlah rata-rata sebesar 10,41 tahun, dan yang ketiga
adalah Kota Bekasi dengan jumlah rata-rata sebesar 10,40 tahun. Sedangkan
daerah yang memiliki rata-rata lama sekolah terendah adalah Kabupaten
Indramayu dengan jumlah rata-rata sebesar 5,66 tahun.
Selain rata-rata lama sekolah masih ada komponen lain yang dipakai untuk
mengukur tingkat pendidikan, komponen itu adalah angka melek huruf. Berikut
adalah angka melek huruf menurut kabupaten kota di Jawa Barat:
Tabel 3.4.
Angka Melek Huruf
menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2007-2011
No Kabupaten/Kota
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Kabupaten
Bogor
Sukabumi
Cianjur
Bandung
Garut
Tasikmalaya
Ciamis
Kuningan
Cirebon
Majalengka
Sumedang
Indramayu
Subang
Purwakarta
Karawang
Bekasi
Bandung Barat
Kota
Bogor
Sukabumi
Bandung
Cirebon
Bekasi
Depok
Cimahi
Tasikmalaya
Banjar
Standar deviasi
Rata
2007
2008
2009
2010
2011
93,95
96,59
97,09
98,37
98,89
98,81
96,68
93,64
90,66
94,81
97,51
85,58
92,38
95,59
93,06
93,67
98,00
93,95
96,59
97,21
98,59
98,89
98,81
96,68
93,86
90,66
94,81
97,51
85,58
92,38
95,59
93,06
93,67
98,00
94,29
97,33
97,45
98,72
98,93
98,88
97,01
94,28
91,55
95,03
97,58
85,60
92,40
95,65
93,09
93,69
98,04
95,02
97,33
97,55
98,72
98,94
98,80
97,59
95,45
92,33
95,09
97,73
85,65
92,45
95,71
93,21
94,03
98,51
95,09
97,35
97,64
98,75
98,96
98,92
97,93
96,99
92,41
95,11
97,75
85,66
92,47
96,07
93,22
94,14
99,11
94,46
97,04
97,39
98,63
98,92
98,84
97,18
94,84
91,52
94,97
97,62
85,61
92,42
95,72
93,13
93,84
98,33
98,70
99,64
99,58
97,00
98,46
98,90
99,63
99,20
96,43
3,33
98,70
99,64
99,64
97,00
98,46
98,90
99,63
99,42
96,65
3,34
98,75
99,66
99,60
97,02
98,49
98,93
99,64
99,45
97,16
3,27
98,77
99,66
99,67
97,05
98,51
98,94
99,65
99,55
97,26
3,19
98,79
99,67
99,70
97,06
98,56
98,96
99,74
99,57
97,30
3,19
98,74
99,65
99,64
97,03
98,50
98,93
99,66
99,44
96,96
rata
Dari tabel 3.4 diatas dapat dijelaskan bahwa angka melek huruf di Provinsi
Jawa Barat mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 2007-2008 angka
melek huruf di Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan (dapat dilihat dari
standar deviasi tahun 2007-2008, yaitu 3,33 menjadi 3,34), tetapi pada tahun
2008-2010 angka melek huruf yang dicapai mengalami penurunan setiap
tahunnya (dapat dilihat dari standar deviasi yang bergerak berturut-turut dari
tahun 2008-2010 yaitu 3,34-3,27-3,19), sedangkan untuk tahun 2010-2011 tingkat
angka melek huruf tidak mengalami perubahan (dapat dilihat dari standar deviasi
yang tetap di angka 3,19).
Pada tabel 3.4 juga dideskripsikan bahwa daerah yang memiliki rata-rata
angka melek huruf terbesar adalah Kota Cimahi dengan jumlah angka melek
huruf sebesar 99,66 persen, diikuti oleh Kota Sukabumi sebesar 99,65 persen dan
Kota Bandung menduduki peringkat tiga terbesar dengan rata-rata angka melek
husuf sebesar 99,64 persen. Sedangkan daerah yang memiliki jumlah angka melek
huruf terkecil adalah Kabupaten Indramayu dengan rata-rata angka melek huruf
sebesar 85,61 persen.
Pada proses perhitungannya, kedua komponen tersebut (Rata-rata lama
sekolah dan Angka Melek Huruf) digabung setelah masing-masing diberikan
bobot sesuai dengan standar yang telah ditetapkan UNDP pada perhitungan
komponen pendidikan dalam penyusunan IPM. Rata-rata lama sekolah diberi
bobot sepertiga dan angka melek huruf diberi bobot dua pertiga. Sebelum
perhitungan tersebut, harus dihitung indeks dari masing-masing komponen
pembentuk tersebut sebelum penggabungan kedua komponen tersebut untuk
mendapatkan indeks pendidikan. Formula yang digunakan adalah sebagai berikut:
(
( )
(
(
(
( )
))
(
)
))
)
)
Tabel 3.5.
Indeks Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah
Kabupaten/Kota
2007
2008
2009
2010
2011
AMH
RLS
AMH
RLS
AMH
RLS
AMH
RLS
AMH
RLS
Bogor
93,59
48,00
93,59
48,00
94,29
50,27
95,02
53,20
95,09
53,27
Sukabumi
96,59
42,60
96,59
42,60
97,33
43,60
97,33
45,87
97,35
46,00
Cianjur
97,09
42,67
97,21
42,80
97,45
44,20
97,55
45,47
97,64
45,67
Bandung
98,37
54,67
98,59
54,67
98,72
55,80
98,72
55,80
98,75
56,40
Garut
98,89
47,33
98,89
47,33
98,93
48,60
98,94
48,93
98,96
49,13
Tasikmalaya
98,81
45,33
98,81
45,33
98,88
46,53
98,80
46,60
98,92
48,87
Ciamis
96,68
46,00
96,68
46,00
97,01
47,27
97,59
47,93
97,93
49,80
Kuningan
93,64
45,33
93,86
45,33
94,28
45,80
95,45
46,33
96,99
48,13
Cirebon
90,66
42,80
90,66
42,80
91,55
45,80
92,33
45,67
92,41
45,80
Majalengka
94,81
44,67
94,81
44,67
95,03
45,53
95,09
45,60
95,11
47,80
Sumedang
97,51
51,00
97,51
51,00
97,58
52,73
97,73
52,87
97,75
52,93
Indramayu
85,58
36,67
85,58
36,67
85,60
37,60
85,65
38,20
85,66
39,67
Subang
92,38
44,00
92,38
44,00
92,40
46,07
92,45
46,13
92,47
46,27
Purwakarta
95,59
46,67
95,59
46,67
95,65
48,27
95,71
49,47
96,07
49,60
Karawang
93,06
44,53
93,06
44,53
93,09
45,53
93,21
46,33
93,22
46,80
Bekasi
93,67
54,00
93,67
54,00
93,69
54,73
94,03
55,53
94,14
57,33
Bandung Barat
98,00
53,33
98,00
53,33
98,04
53,60
98,51
53,80
99,11
54,07
Bogor
98,70
64,00
98,70
64,00
98,75
65,13
98,77
65,27
98,79
65,33
Sukabumi
99,64
60,00
99,64
60,00
99,66
61,40
99,66
62,13
99,67
62,33
Bandung
99,58
67,33
99,64
67,33
99,60
68,13
99,67
69,60
99,70
69,67
Cirebon
97,00
61,33
97,00
61,33
97,02
63,07
97,05
63,13
97,06
65,00
Bekasi
98,46
67,93
98,46
67,93
98,49
70,13
98,51
70,20
98,56
70,53
Depok
98,90
70,00
98,90
70,00
98,93
71,80
98,94
72,93
98,96
73,13
Cimahi
99,63
68,40
99,63
68,40
99,64
69,47
99,65
70,00
99,74
70,73
Tasikmalaya
99,20
56,00
99,42
56,00
99,45
57,27
99,55
58,87
99,57
59,00
Banjar
96,43
52,00
96,65
52,00
97,16
53,13
97,26
53,40
97,30
54,13
Kabupaten
Kota
masing masing diberikan bobot. Rata-rata Lama Sekolah diberi bobot sepertiga
dan angka melek huruf diberi bobot dua pertiga. Hasil dari perhitungan
penggabungan dua komponen pembentuk indeks pendidikan itu dapat dilihat
dalam tabel 3.6 berikut ini:
Tabel 3.6.
Indeks Pendidikan
Kabupaten/Kota
Rata
2007
2008
2009
2010
2011
Kab.Bogor
78,39
63,20
78,39
63,43
79,62
72,61
Kab.Sukabumi
78,59
60,60
78,59
60,84
79,42
71,61
Kab.Cianjur
78,95
60,85
79,07
61,02
79,70
71,92
Kab.Bandung
83,80
69,31
83,95
69,35
84,41
78,16
Kab.Garut
81,70
64,52
81,70
64,53
82,15
74,92
Kab.Tasikmalaya
80,98
63,16
80,98
63,18
81,43
73,95
Kab.Ciamis
79,79
62,89
79,79
63,00
80,43
73,18
Kab.Kuningan
77,54
61,51
77,68
61,65
78,12
71,30
Kab.Cirebon
74,71
58,75
74,71
59,05
76,30
68,70
Kab.Majalengka
78,10
61,38
78,10
61,45
78,53
71,51
Kab.Sumedang
82,01
66,50
82,01
66,53
82,63
75,93
Kab.Indramayu
69,28
52,97
69,28
52,98
69,60
62,82
Kab.Subang
76,25
60,13
76,25
60,13
76,96
69,94
Kab.Purwakarta
79,28
62,97
79,28
62,99
79,86
72,88
Kab.Karawang
76,88
60,71
76,88
60,72
77,24
70,49
Kab.Bekasi
80,45
67,22
80,45
67,23
80,70
75,21
Kab.Bandung Barat
83,11
68,22
83,11
68,24
83,23
77,18
Kota Bogor
87,13
75,57
87,13
75,58
87,54
82,59
Kota Sukabumi
86,43
73,21
86,43
73,22
86,91
81,24
Kota Bandung
88,83
78,10
88,87
78,09
89,11
84,60
Kota Cirebon
85,11
73,22
85,11
73,23
85,70
80,48
Kota Bekasi
88,28
78,11
88,28
78,12
89,04
84,37
Kota Depok
89,27
79,63
89,27
79,64
89,89
85,54
Kota Cimahi
89,22
78,81
89,22
78,81
89,58
85,13
Kota Tasikmalaya
84,80
70,47
84,95
70,48
85,39
79,22
Kota Banjar
81,62
66,88
81,77
67,05
82,48
75,96
4,95
7,14
4,95
7,10
4,88
Standar Deviasi
Data olahan
rata
Tabel 3.7.
Laju Pertumbuhan Ekonomi
menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2007-2011
No Kabupaten/Kota
2007
2008
2009
2010
2011
Rata
rata
Kabupaten
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Bogor
Sukabumi
Cianjur
Bandung
Garut
Tasikmalaya
Ciamis
Kuningan
Cirebon
Majalengka
Sumedang
Indramayu
Subang
Purwakarta
Karawang
Bekasi
Bandung Barat
Kota
Bogor
Sukabumi
Bandung
Cirebon
Bekasi
Depok
Cimahi
Tasikmalaya
Banjar
Jawa Barat
Standar Deviasi
6,05
4,19
4,18
5,92
4,76
4,33
5,01
4,22
5,35
4,87
4,64
2,65
4,85
4,02
6,36
6,14
5,17
5,58
3,90
4,04
5,30
4,69
4,02
4,95
4,28
4,91
4,57
4,58
4,55
4,33
4,87
10,84
6,07
6,95
4,14
3,65
3,93
4,34
5,57
4,15
4,92
4,39
5,08
4,73
4,76
1,87
4,63
5,28
7,40
5,04
4,64
5,09
4,02
4,53
5,88
5,34
4,27
5,07
4,99
4,96
4,59
4,22
4,03
4,34
5,77
9,65
6,18
5,47
5,96
4,07
4,74
5,94
5,48
4,32
5,11
5,43
5,03
4,67
4,82
4,89
4,45
6,40
7,39
6,26
5,75
5,36
3,97
4,28
5,48
5,17
4,22
5,01
4,66
5,07
4,69
4,60
3,60
4,52
5,27
8,33
5,94
5,60
6,09
6,51
8,24
6,17
6,44
7,04
5,03
5,98
4,93
5,57
1,16
5,98
6,11
8,17
5,64
5,94
6,42
4,77
5,70
4,82
5,93
1,48
6,02
6,14
8,34
5,05
4,13
6,22
4,63
5,72
5,13
5,06
1,23
6,14
6,11
8,45
3,81
5,84
6,36
5,30
5,73
5,28
5,53
1,31
6,19
6,31
8,73
5,93
7,08
6,58
5,56
5,81
5,35
6,48
1,04
6,08
6,24
8,39
5,32
5,89
6,52
5,06
5,79
5,10
5,71
1,24
ekonomi
yang
sebenarnya
(aktual)
yang
didasarkan
pada
Ekonomi,
berarti
perkembangan
kegiatan
dalam
3.2.2.2. Investasi
Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang
dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan
keuntungan di masa-masa yang akan datang. Investasi dalam penelitian ini adalah
investasi yang berasal dari sektor swasta yaitu penjumlahan dari Penanaman
Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Satuan dari
variabel investasi ini adalah satuan mata uang indonesia atau biasa disebut Rupiah
(Rp).
Keterangan:
LPE = Laju Pertumbuhan Ekonomi
I
= Investasi
TK
= Tenaga Kerja
TP
= Tingkat Pendidikan
= Intercept
= Error term
Effect
menghadapi
ini
memperhitungkan
masalah
kemungkinan
omitted-variabels,
bahwa
yang mungkin
peneliti
membawa
perubahan pada intercept runtun waktu atau antar ruang. Model dengan
Fixed Effect menambahkan variabel dummy untuk mengizinkan adanya
perubahan intercept ini.
1. Uji Chow
Uji Chow dapat digunakan untuk memilih teknik dengan metode
pendekatan Pooled Least Square (PLS) atau metode Fixed Effet (FE). Prosedur
Uji Chow adalah sebagai berikut:
ditolak yang
diterima yang
2. Uji Hausman
Uji Hausman digunakan untuk memilih antara metode pendekatan Fixed
Effect (FE) atau Random Effect (RE). Prosedur Uji Hausman adalah sebagai
berikut:
a. Buat hipotesis dari Uji Hausman:
=fixed effect.
lebih tepat untuk digunakan. Dan apabila Chi-square statistik < Chisquare tabel dan p-value signifikan, maka hipotesis
diterima, sehingga
ketetapan suatu garis regresi yang diterapkan terhadap suatu kelompok data hasil
observasi (a measure of the goodness of fit). Makin besar nilai
tepat atau cocok garis regresi, sebaliknya apabila nilai
, maka semakin
semakin tidak tepat garis regresi tersebut untuk mewakili data hasil observasi.
Nilai
antara 0 dan 1.
Jika
>
, maka
ditolak dan
Jika
<
, maka
diterima dan
ada pengaruh parsial tiap variabel bebas terhadap variabel tidak bebas.
Gambar 3.1.
Daerah kritis dan penerimaan suatu hipotesis
f(t)
H0 ditolak
-t/2,df
Daerah
penerimaan
0
H0 ditolak
t/2,df
<
<
berada
mempunyai
pengaruh
secara
bersama-sama
terhadap
variabel
Jika
>
maka
ditolak dan
Jika
<
, maka
diterima dan
) < D < 4,
yang menyatakan
< D (4 -
),
yang menyatakan
) D (4 -
).
posisi
perekonomian
suatu
daerah
dengan
Tabel. 3.8.
Matrik Klasifikasi Pertumbuhan Ekonomi Menurut Tipologi Klassen
PDRB per kapita (y)
laju pertumbuhan ( r )
yi y
ri r
ri r
Keterangan : ri
r
yi
y
=
=
=
=
yi y
Daerah cepat maju dan
cepat berkembang
Daerah maju tapi tertekan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1.
Hasil Uji Chow
Effects Test
Cross-section F
Statistic
59.316215
d.f.
Prob.
(25,101)
0.0000
ditolak dan
0.0000 (kurang dari 5%), sehingga metode yang digunakan adalah metode Fixed
Effect. Oleh karena itu, harus dilakukan uji lanjutan untuk menentukan metode
mana yang paling tepat digunakan, apakah metode Fixed Effect atau metode
Random Effect, yaitu dengan melakukan Uji Hausman.
Tabel 4.2.
Hasil Uji Hausman
Test Summary
Cross-section random
Chi-Sq. Statistic
Chi-Sq. d.f.
Prob.
9.157379
0.0273
ditolak dan
diterima, serta
p-value signifikan, yaitu 0.0273 (kurang dari 5%), sehingga metode yang akan
digunakan adalah metode Fixed Effect.
+ 1,6334
(2,1121)
+ 1,2164
(0,8256)
+ 0,07429
(2,8061)
= 0,952400
F-stat = 72,17317
DW stat = 2,121291
Karawang, Bekasi dan Bandung Barat, serta Kota Bogor, Sukabumi, Bandung,
Tabel 4.3.
Nilai Intersep Setiap Individu
Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Barat
Koefisien Intersep Positif
Daerah
Kabupaten Bandung
Nilai
6,177528
Kabupaten Bogor
Nilai
-1,457244
Kabupaten Karawang
298,6925
Kabupaten Sukabumi
-140,0615
Kabupaten Bekasi
56,01795
Kabupaten Cianjur
-108,8530
23,73865
Kabupaten Garut
-24,25574
Kota Bogor
61,25650
Kabupaten Tasikmalaya
-117,9839
Kota Sukabumi
80,66681
Kabupaten Ciamis
-36,33258
Kota Bandung
293,7747
Kabupaten Kuningan
-72,36289
Kota Bekasi
43,74515
Kabupaten Cirebon
-26,64334
Kota Depok
109,2942
Kabupaten Majalengka
-67,25126
Kota Tasikmalaya
38,71629
Kabupaten Sumedang
-81,93197
Kabupaten Indramayu
-166,8603
Kabupaten Subang
-82,21869
Kabupate Purwakarta
-9,194438
Kota Cirebon
-7,924417
Kota Cimahi
-40,11629
Kota Banjar
-28,63636
Daerah
)
) menggambarkan kemampuan model
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) dalam model sebesar 95,2400 persen dapat
dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang ada dalam model yaitu Investasi
(INV), Tenaga Kerja (TK), dan Tingkat Pendidikan (TP). Sementara 4,76 persen
sisanya dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak terdapat dalam model ini
dan faktor-faktor lainnya. Sehingga dapat disimpulkan model ini baik dan dapat
menjelaskan permasalahan dari penelitian ini.
Tabel 4.4.
Uji Signifikansi t ( = 0,05)
variabel
INV
TK
TP
t-stat
2,112154
0,825675
2,806149
t-tabel
1,65704
1,65704
1,65704
kesimpulan
Signifikan
Tidak Signifikan
Signifikan
Artinya nilai F-stat F-tabel atau 72,17317 2,68. Maka, variabel Investasi
(INV), Tenaga Kerja (TK), Tingkat Pendidikan (TP) secara bersama-sama
mempengaruhi Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE).
Tabel 4.5.
Daerah Batas Autokolerasi
D
DL
DU
4-DU
4-DL
Keterangan
2,121291
1,6667
1,7610
2,239
2,3333
Tabel 4.5 menunjukan bahwa nilai DW-stat adalah 2,121291 dan berada
diantara
D4-
maupun
, maka
4.5.
tipologi klassen dengan pendekatan wilayah, maka dalam tabel berikut ini dapat
diketahui pola pertumbuhan ekonomi dari masing-masing kabupaten dan kota di
Provinsi Jawa Barat.
Tabel 4.6.
Klasifikasi Pertumbuhan Ekonomi Menurut Tipologi Klassen
Daerah Berkembang Cepat
4.6.
Analisis Ekonomi
Berdasarkan hasil estimasi pengaruh investasi terhadap laju pertumbuhan
ekonomi di Provinsi Jawa Barat, diketahui selama periode 2007 hingga 2011 nilai
t-statistik untuk investasi yaitu 2,112154 dan t-tabel 1,65704, sehingga t-statistik
t-tabel serta memiliki probabilitas 0,0371 di bawah 5% , artinya variabel
investasi signifikan mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi. Setelah diestimasi
variabel investasi memiliki koefisien 1,6334, yang berarti jika jumlah investasi
naik sebesar satu persen maka laju pertumbuhan ekonomi akan mengalami
kenaikan 1,6334 persen dengan asumsi variabel lainnya tetap atau konstan
Berdasarkan hasil estimasi menunjukan bahwa investasi berpengaruh
positif terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Hasil ini sejalan dengan pendapat
para ekonom pada umumnya yang menyatakan bahwa investasi berkolerasi positif
dengan pertumbuhan ekonomi. Terlebih untuk negara berkembang seperti
Indonesia, salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi yang sangat
dominan adalah faktor investasi, di samping faktor konsumsi. Kontribusi investasi
terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi permintaan
dan penawaran. Dari sisi permintaan, peningkatan investasi akan menjadi stimulus
pertumbuhan ekonomi dengan menciptakan pertumbuhan yang efektif. Sedangkan
dari sisi penawaran, pertumbuhan investasi akan merangsang pertumbuhan
ekonomi dengan menciptakan lebih banyak cadangan modal yang kemudian
berkembang dalam peningkatan kapasitan produksi. Sehubungan dengan hal itu,
maka sudah sewajarnya pemerintah melakukan kebijakan yang bertujuan untuk
meningkatkan masuknya investasi, baik investasi asing maupun domestik.
Berdasarkan hasil estimasi pengaruh tenaga kerja terhadap laju
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Barat, diketahui bahwa selama periode
2007 hingga 2011 nilai t-statistik untuk tenaga kerja yaitu 0,825675 dan t-tabel
1,65704, sehingga t-statistik t-tabel serta probabilitas 0,4109 diatas 5%, artinya
variabel tenaga kerja tidak signifikan mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi.
Setelah diestimasi variabel tenaga kerja berpengaruh positif terhadap laju
pertumbuhan ekonomi dengan nilai koefisien regresi sebesar 1,2164, yang berarti
jika jumlah tenaga kerja naik sebesar satu persen maka akan mengakibatkan laju
pertumbuhan ekonomi naik sebesar 1,2164 persen dengan asumsi variabel lainnya
konstan atau tetap.
Pengaruh tingkat tenaga kerja yang tidak signifikan terhadap laju
pertumbuhan ekonomi salah satu sebabnya bisa di sebabkan oleh kualitas dari
tenaga kerja yang dimiliki, walaupun jumlah tenaga kerja berlimpah tidak
memungkiri akan berdampak pada berkurangnya kualitas dan kuantitas barang
atau jasa yang nantinya akan dihasilkan jika kualitas tenaga kerja yang digunakan
tidak memadai. Tenaga kerja tidak saja penting dari segi kuantitas, tetapi yang
tidak kalah penting adalah kualitasnya. Peningkatan kualitas tenaga kerja dapat
dilakukan melalui pendidikan formal maupun non formal, dan dapat saja
diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh swasta. Hasil regresi yang
menunjukan koefisien elastisitas yang positif dari tenaga kerja dalam
mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat seyogyanya tidak diinterprestasikan secara matematis, karena mskipun ada peningkatan jumlah tenaga
kerja dari tahun ke tahun tetapi tenaga kerja tersebut kualitasnya masih belum
memadai untuk memberikan kontribusi dalam peningkatan laju pertumbuhan
ekonomi.
Berdasarkan hasil estimasi pengaruh tingkat pendidikan terhadap laju
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Barat, diketahui bahwa selama periode
2007 hingga 2011 nilai t-statistik untuk tingkat pendidikan yaitu 2,806149 dan ttabel yaitu 1,65704, sehingga t-statistik t-tabel serta probabilitas 0,0060 di
Terdapat dua kabupaten dan satu kota yang termasuk ke dalam daerah cepat
maju dan cepat berkembang, antara lain: Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi
dan Kota Bandung.
Terdapat lima kota yang termasuk ke dalam daerah berkembang cepat,
antara lain: Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kota Bekasi, Kota Depok dan Kota
Tasikmalaya.
Terdapat dua kabupaten dan dua kota yang termasu ke dalam daerah maju
tapi tertekan, antara lain: Kabupaten Indramayu, Kabupaten Purwakarta,Kota
Cirebon dan Kota Cimahi.
Terdapat tiga belas kabupaten dan satu kota yang termasuk ke dalam daerah
relatif tertinggal, antara lain: Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten
Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya,
Kabupaten Ciamis, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon, Kabupaten
Majalengka, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Subang, Kabupaten Bandung
Barat dan Kota Banjar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis studi dan pembahasan tentang Pengaruh
Investasi, Tenaga Kerja dan Tingkat Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Jawa Barat, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Barat dipengaruhi positif secara
signifikan oleh investasi dan tingkat pendidikan. Semakin tinggi jumlah
investasi dan indeks pendidikan yang ada di Provinsi Jawa Barat maka akan
semakin mendorong pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Barat. Sedangkan
jumlah tenaga kerja berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat. Kenaikan jumlah tenaga kerja di Jawa
Barat tidak begitu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat. Hal ini
bisa disebabkan penyerapan tenaga kerja yang terjadi tidak diimbangi dengan
kualitas dari tenaga kerja tersebut. Jumlah tenaga kerja yang tercatat lebih
banyak terdapat pada industri yang memperkerjakan pekerja di sektor
nonformal, sehingga kualitas barang atau jasa yang diproduksi kalah bersaing
dengan produk dari daerah atau negara lain. Maka dari hasil penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari
investasi dan tingkat pendidikan, dan pengaruh positif dari tenaga kerja
terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Barat.
2. Pengklasifikasian kabupaten dan kota berdasarkan laju pertumbuhan ekonomi
dan PDRB perkapita di Provinsi Jawa Barat dengan memakai alat analisis
Tipologi Klassen dengan pendekatan wilayah ternyata menunjukan banyak
kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat selama tahun 2007-2011 yang termasuk
ke dalam daerah relatif tertinggal. Dari 26 kabupaten dan kota yang ada di
Provinsi Jawa Barat sebanyak 13 kabupaten dan satu kota masuk ke dalam
klasifikasi daerah relatif tertinggal dan hanya tiga daerah yang masuk
klasifikasi daerah cepat maju dan cepat berkembang.
5.2. Saran
Adapun saran yang akan diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1.
2.
kondusif
berinvestasi,
pembuatan
peta
potensi
daerah
dan
kualitas
pendidikan
oleh
pemerintah
daerah,
dengan
mengalokasikan dana yang cukup untuk seluruh kabupaten dan kota yang ada
di Provinsi Jawa Barat.
4. Pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan ekonomi hendaknya
lebih memperhatikan aspek pemerataan distribusi pendapatan. Tingginya
disparitas pendapatan antar wilayah cenderung disebabkan penumpukan
distribusi pendapatan di daerah cepat maju dan cepat tumbuh. Maka dari itu
pemerintah daerah harus lebih serius untuk menangani disparitas pendapatan
dengan kebijakan pembangunan yang memprioritaskan pada daerah yang
relatif tertinggal tanpa mengabaikan daerah yang sudah maju sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA