Tetrasiklin adalah antibiotik dengan spectrum luas dan bersifat bakteriostatik yang banyak digunakan untuk kelainan infeksi. Tetrasiklin yang pertama dinamakan klortetrasiklin yang diisolasi dari Streptomyces aureofaciens. Kemudian Oksitetrasiklin diisolasi dari Streptomyces rimosus, tetrasiklin sendiri dibentuk dari dehalogenasi katalis dari klortetrasiklin. Tetrasiklin memiliki spectrum yang luas terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. Resistensi silang dapat terjadi akibat penggunaan golongan ini. (Yagiela et al, 2011) 1. Klasifikasi dan dosis penggunaan tetrasiklin a. Tetrasiklin Dosis penggunaannya yaitu 250-500 mg/hari, 1-3% topical (tetes mata, ointment untuk kulit) b. Oksitetrasiklin Dosis penggunaannya yaitu 250-500 mg/hari, 1-3% topical (kulit dan mata dalam sediaan ointment) c. Klortetrasiklin Dosis penggunaannya yaitu 250-500 mg/hari, 1-3% topical (kulit dan mata dalam sediaan ointment) d. Demeklosiklin Dosis penggunaannya yaitu 300 mg BD, 0,5% topical (kulit dalam sediaan ointment) e. Doksisiklin Dosis penggunaannya yaitu 200 mg OD 2. Farmakokinetik Tetrasiklin diabsorbsi di gastrointestinal dengan bioavaibility yang berbeda dari setiap jenisnya. Klortetrasilin memiliki bioavaibilitas 30%; demeklosiklin, tetrasiklin, dan oklsitetrasiklin bioavaibilitasnya 60-80 %; sedangkan minosiklin dan doksisiklin 95-100%. (Yagiela et al, 2011)
Absorbsinya dipengaruhi oleh makanan yang mengandung kalsium, magnesium,
alumunium, dan natrium bikarbonat. Ikatan dengan protein serum oksitetrasiklin 20%-40% dan doksisiklin sebesar 80%-95%. Tetrasiklin secara luas didistribusi ke seluruh tubuh melalui cairan tubuh dan dimetabolisme dihati, dengan konsentrasi tinggi (3-5 kali serum level) di metabolism di empedu. (Yagiela et al, 2011) 3. Farmakodinamik Tetrasiklin menghaambat sintesis protein bakteri dengan mencegah ikatan aminoasil t-RNA dengan ribosomal bakteri. Tetrasilin ini dalam mekanismenya akan berikatan dengan ribosomal 30S subunit dan protein 7 pada16S rRNA. (Yagiela et al, 2011) 4. Penggunaan di Kedokteran Gigi Tetrasiklin banyak digunakan pada infeksi rongga mulut yang disebabkan oleh bakteri campuran bakteri aerob dan bakteri anaerob. Tetrasiklin juga memiliki efek yang baik terhadap terapi infeksi jaringan periodontal. Sistemik tetrasiklin dapat digunakan untuk terapi periodontitis kronis pada dewasa, selain itu efektif untuk terapi localized juvenile periodontitis (LJP). Tetrasiklin local dapat digunakan untuk teraspi subgingival. (Yagiela et al, 2011) 5. Kontra Indikasi Tetrasiklin tidak boleh digunakan untuk wanita hamil dan menyusui, serta anakanak dalam proses pertumbuhan tulang dan gigi serta pasien yang memiliki riwayat hipersensitivitas terhapa tetrasiklin. (Yagiela et al, 2011) 6. Efek Samping Efek samping yang mungkin terjadi adalah gangguan gastrointestinal seperti diare, mual, muntah, dan anoreksia. Efek lain yang mungkin terjadi adalah glositis, disfagia, makulapapular, eritematous, dan fotosensitif. Reaksi hipersensitif seperti urtikaria, angineurotic edema, nafilaksis. Bila diberikan pada anak-anak dibawah usia 8 tahun dapat menimbulkan terjadinya diskolorisasi gigi. (Yagiela et al, 2011) 7. Interaksi Obat
Penggunaan tidak boleh digunakan dengan antibakteri yang memiliki mekanisme
kerja menghambat sintesis dinding sel bakteri karena dapat menyebabkan terjadinya penurunan efek insulin dan mempengaruhi level litium dalam darah. Level serum digoksin dapat meningkat dengan penggunaan tetrasiklin. Peningkatan metabolisme hati yang diinduksi oleh barbiturate, karbamazepin dan hidantoin dapat menurunkan serum level tetrasiklin. Sebaiknya jangan digunakan bersamaan dengan obat antikoagula (warfarin) karena dapat menimbulkan terjadinya pendarahan. (Yagiela et al, 2011)
Source : Yagiela, J.A., Dowd, F.J., Neidle, E.A. 2011. Pharmacology and Therapeutics for Dentistry. 6th ed.New Delhi: Mosby Elsevier.