Anda di halaman 1dari 3

2.

1 Antibiotik
2.1.1

Antibiotik Golongan Tetrasiklinan


Tetrasiklin adalah antibiotik dengan spectrum luas dan bersifat bakteriostatik yang
banyak digunakan untuk kelainan infeksi. Tetrasiklin yang pertama dinamakan
klortetrasiklin yang diisolasi dari Streptomyces aureofaciens. Kemudian Oksitetrasiklin
diisolasi dari Streptomyces rimosus, tetrasiklin sendiri dibentuk dari dehalogenasi
katalis dari klortetrasiklin. Tetrasiklin memiliki spectrum yang luas terhadap bakteri
gram positif dan gram negatif. Resistensi silang dapat terjadi akibat penggunaan
golongan ini. (Yagiela et al, 2011)
1. Klasifikasi dan dosis penggunaan tetrasiklin
a. Tetrasiklin
Dosis penggunaannya yaitu 250-500 mg/hari, 1-3% topical (tetes mata,
ointment untuk kulit)
b. Oksitetrasiklin
Dosis penggunaannya yaitu 250-500 mg/hari, 1-3% topical (kulit dan mata
dalam sediaan ointment)
c. Klortetrasiklin
Dosis penggunaannya yaitu 250-500 mg/hari, 1-3% topical (kulit dan mata
dalam sediaan ointment)
d. Demeklosiklin
Dosis penggunaannya yaitu 300 mg BD, 0,5% topical (kulit dalam sediaan
ointment)
e. Doksisiklin
Dosis penggunaannya yaitu 200 mg OD
2. Farmakokinetik
Tetrasiklin diabsorbsi di gastrointestinal dengan bioavaibility yang berbeda dari
setiap jenisnya. Klortetrasilin memiliki bioavaibilitas 30%; demeklosiklin,
tetrasiklin, dan oklsitetrasiklin bioavaibilitasnya 60-80 %; sedangkan minosiklin
dan doksisiklin 95-100%. (Yagiela et al, 2011)

Absorbsinya dipengaruhi oleh makanan yang mengandung kalsium, magnesium,


alumunium, dan natrium bikarbonat. Ikatan dengan protein serum oksitetrasiklin
20%-40% dan doksisiklin sebesar 80%-95%. Tetrasiklin secara luas didistribusi ke
seluruh tubuh melalui cairan tubuh dan dimetabolisme dihati, dengan konsentrasi
tinggi (3-5 kali serum level) di metabolism di empedu. (Yagiela et al, 2011)
3. Farmakodinamik
Tetrasiklin menghaambat sintesis protein bakteri dengan mencegah ikatan aminoasil
t-RNA dengan ribosomal bakteri. Tetrasilin ini dalam mekanismenya akan berikatan
dengan ribosomal 30S subunit dan protein 7 pada16S rRNA. (Yagiela et al, 2011)
4. Penggunaan di Kedokteran Gigi
Tetrasiklin banyak digunakan pada infeksi rongga mulut yang disebabkan oleh
bakteri campuran bakteri aerob dan bakteri anaerob. Tetrasiklin juga memiliki efek
yang baik terhadap terapi infeksi jaringan periodontal. Sistemik tetrasiklin dapat
digunakan untuk terapi periodontitis kronis pada dewasa, selain itu efektif untuk
terapi localized juvenile periodontitis (LJP). Tetrasiklin local dapat digunakan untuk
teraspi subgingival. (Yagiela et al, 2011)
5. Kontra Indikasi
Tetrasiklin tidak boleh digunakan untuk wanita hamil dan menyusui, serta anakanak dalam proses pertumbuhan tulang dan gigi serta pasien yang memiliki riwayat
hipersensitivitas terhapa tetrasiklin. (Yagiela et al, 2011)
6. Efek Samping
Efek samping yang mungkin terjadi adalah gangguan gastrointestinal seperti diare,
mual, muntah, dan anoreksia. Efek lain yang mungkin terjadi adalah glositis,
disfagia, makulapapular, eritematous, dan fotosensitif. Reaksi hipersensitif seperti
urtikaria, angineurotic edema, nafilaksis. Bila diberikan pada anak-anak dibawah
usia 8 tahun dapat menimbulkan terjadinya diskolorisasi gigi. (Yagiela et al, 2011)
7. Interaksi Obat

Penggunaan tidak boleh digunakan dengan antibakteri yang memiliki mekanisme


kerja menghambat sintesis dinding sel bakteri karena dapat menyebabkan terjadinya
penurunan efek insulin dan mempengaruhi level litium dalam darah. Level serum
digoksin dapat meningkat dengan penggunaan tetrasiklin. Peningkatan metabolisme
hati yang diinduksi oleh barbiturate, karbamazepin dan hidantoin dapat menurunkan
serum level tetrasiklin. Sebaiknya jangan digunakan bersamaan dengan obat
antikoagula (warfarin) karena dapat menimbulkan terjadinya pendarahan. (Yagiela
et al, 2011)

Source : Yagiela, J.A., Dowd, F.J., Neidle, E.A. 2011. Pharmacology and Therapeutics for
Dentistry. 6th ed.New Delhi: Mosby Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai