Anda di halaman 1dari 22

1

ABRASIVE MATERIALS
MAKALAH

disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ITMKG

Disusun Oleh :





FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2014
2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul Abrasive Materials tepat
pada waktunya.
Makalah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Teknologi Material Kedokteran Gigi (ITMKG) di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Padjadjaran.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf dosen
ITMKG serta seluruh pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan makalah ini, baik
langsung maupun tidak langsung.
Penulis sudah berusaha mewujudkan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Apabila
masih terdapat kesalahan, penulis bersedia menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis, khususnya dan bagi
para pembaca pada umumnya.






Bandung, September 2014


Penulis

3

Daftar Isi

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 2
Daftar Isi........................................................................................................................................................ 3
BAB I ............................................................................................................................................................ 5
PENDAHULUAN ......................................................................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................................... 5
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................................................. 5
BAB II ........................................................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 7
2.1 Finishing dan Polishing ....................................................................................................................... 7
2.1.1 Definisi ......................................................................................................................................... 7
2.1.2 Manfaat ........................................................................................................................................ 7
2.2 Prinsip Cutting, Grinding, Finishing, Polishing .................................................................................. 8
2.3 Abrasi dan Erosi .................................................................................................................................. 9
2.3.1 Abrasi ........................................................................................................................................... 9
2.3.2 Erosi ........................................................................................................................................... 10
2.3.3 Kekerasan Abrasif ...................................................................................................................... 10
2.4 Tipe Abrasif ...................................................................................................................................... 10
2.5 Abrasive Instrument Design .............................................................................................................. 13
2.6 Finishing and Polishing Procedures .................................................................................................. 15
BAB III........................................................................................................................................................ 21
PENUTUP ................................................................................................................................................... 21
3.1 Simpulan ........................................................................................................................................... 21
Daftar Pustaka ............................................................................................................................................. 22


4


5

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Finishing dan polishing merupakan tahap yang penting dalam restorasi. Finishing dan
polishing ini bertujuan untuk mempertahankan anatomi yang diinginkan, oklusi yang benar,
pengurangan kekasaran, lubang, dan goresan yang akan dilakukan oleh instrumen contouring dan
finishing. Proses ini memerlukan beberapa tahap untuk mencapai kehalusan permukaan yang
diinginkan. Oleh sebab itu, finishing dan polishing ini perlu dipelajari mengenai definisi, manfaat,
serta hal-hal yang berkaitan dengan finishing dan polishing itu sendiri, seperti prinsip cutting,
grinding, finishing, polishing, abrasi dan erosi, jenis abrasif, design instrumen abrasif, serta
prosedur finishing dan polishing.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi serta manfaat finishing dan polishing?
2. Apakah prinsip cutting, grinding, finishing, dan polishing?
3. Apa yang dimaksud dengan abrasi dan erosi?
4. Apa saja tipe-tipe abrasif?
5. Apa saja abrasive instrument design?
6. Bagaimana prosedur finishing dan polishing?

1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahuidefinisi serta manfaat finishing dan polishing
2. Untuk mengetahuiprinsip cutting, grinding, finishing, dan polishing
3. Untuk mengetahuiabrasi dan erosi
4. Untuk mengetahuitipe-tipe abrasif
5. Untuk mengetahuiabrasive instrument design
6. Untuk mengetahuiprosedur finishing dan polishing
6



7

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Finishing dan Polishing
2.1.1 Definisi
Finishing adalah prosedur mengurangi kelebihan material restorative, membentuk
kontur yang tepat, menghasilkan permukaan restorasi yang rata.
Polishing adalah rangkaian prosedur yang berfungsi untuk mengurangi atau
menghilangkan goresan-goresan yang terjadi dari proses pekerjaan sebelumnya.
Pekerjaan ini dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan permukaan
restoratif yang mengkilat.

2.1.2 Manfaat
Restorasi dengan kontur dan pemolesan yang baik akan meningkatkan kesehatan mulut
dengan jalan mencegah akumulasi sisa makanan dan bakteri patogen. Diperoleh
melalui reduksi daerah permukaan dan mengurangi kekasaran permukaan restorasi.
Permukaan yang lebih halus akan lebih mudah dijaga kebersihannya dengan tindakan
pembersihan preventif yang biasa dilakukan sehari-hari karena dental flos dan sikat
gigi akan mendapat jalan masuk yang lebih baik ke semua permukaan dan daerah tepi.
Fungsi rongga mulut akan meningkat jika restorasi dipoles dengan baik sisa makanan
tidak mudah melekat pada permukaan restorasi selama proses mastikasi. Daerah
kontak restorasi yang halus akan mengurangi tingkat keausan (susut krn tergosok) pada
gigi tetangga maupun antagonisnya maka terjadi pada restorasi porselen yang
mempunyai kekerasan yang lebih dibanding email dan dentin.permukaan yang kasar
menyebabkan terjadinya tekanan yang tinggi pada gigi sehingga dapat menimbulkan
hilangnya kontak fungsional dan stabilitas antar gigi.
8

Terakhir yaitu estetika oral. Dokter gigi perlu menangani permukaan restorasi yang
terlihat dengan baik. Pemolesan mirror-like harus memperhatikan gigi di sebelahnya,
terutama untuk gigi anterior. Fitur-fitur dan tekstur anatomis dapat ditambahkan pada
area restorasi tanpa mengganggu kesehatan dan fungsi mulut.

2.2 Prinsip Cutting, Grinding, Finishing, Polishing
Walaupun ada perbedaan fungsi antara cutting, grinding, finishing, dan polishing,
terkadang semuanya itu berjalan bersamaan tergantung hardness, bentuk, ukuran dari
partikel abrasif yang digunakan serta speed dari handpiece. Kecepatan dan tekanan yang
semakin tinggi akan meningkatkan laju pembuangan material. Variasi sistem grinding,
finishing, dan polishing yaitu abrasive-coated paper / plastic disks, abrasive impregnated
rubbertipped mandrels, diamond-bonded burs, dan abrasive pastes. Konsentrasi, ukuran,
dan tipe dari partikel abrasif mempengaruhi kecepatan dari pembuangan material
(efesiensi dari cutting) dan kekasaran relatif dari cut surfaces.
Tujuan prosedur finishing dan polishing yaitu untuk mempertahankan anatomi yang
diinginkan, oklusi yang benar, pengurangan kekasaran, lubang, dan goresan yang akan
dilakukan oleh instrumen contouring dan finishing. Instrumen untuk finishing dan
polishing yaitu fluted carbide burs, diamond burs, stones, coated abrasive disks and strips,
polishing pastes, soft and hard polymeric cusps, points, wheel impragnated dengan tipe
dan ukuran spesifik dari partikel abrasif. Permukaan yang di polishing harus cukup halus
supaya dapat ditoleransi oleh jaringan lunak mulut, mencegah adhesi mikroba dan
akumulasi plak berlebih. Ketika plak muncul, dapat dengan mudah dihilangkan dengan
sikat gigi atau dental floss.
Proses penyelesaian (finishing) mengubah bahan dari bentuk kasar ke bentuk yang
lebih rapi. Hasil penyelesaian dapat berarti diperolehnya permukaan akhir atau
diaplikasikannya permukaan tersebut pada bahan. Pemotongan (cutting), pengasahan
(grinding) dan pemolesan (polishing) merupakan serangkaian tahapan yang dilakukan
dalam proses merapikan suatu restorasi.
9

Proses penyelesaian biasanya menghilangkan bahan-bahan seperti :
1. Noda permukaan danketidaksempurnaan.
2. Pembentukan ke bentuk ideal.
3. Permukaan paling luar dari restorasi dibentuk sesuai yang diinginkan.
Pemotongan (cutting) biasanya mengacu pada permukaan instrument yang berbentuk
bilah. Contoh : roda pengasah. Roda ini tidak mempunyai bilah-bilah individual tetapi
bentuknya memungkinkan alat ini digunakan dalam bentuk bilah berputar untuk mengasah
sprue dan bahan stone gigi.
Pengasahan (grinding) adalah menghilangkan partikel-partikel dari substrat melalui
aksi instrument abrasif. Instrumen pengasah mengandung partikel abrasif yang tersusun
acak. Setiap partikel memiliki beberapa ujung tajam yang berjalan sepanjang permukaan
substrat. Karena partikel tersusun secara acak maka akan menyebabkan suatu goresan
.contoh : bur intan.
Pemolesan (polishing) bertujuan untuk menghasilkan permukaan partikel yang paling
halus dan bekerja pada region permukaan yang sangat tipis. Contoh : abrasif karet, amplas,
pasta poles dengan partikel halus (Anusavice, 2004)

2.3 Abrasi dan Erosi
2.3.1 Abrasi
Wear adalah proses removal material yang terjadi saat permukaan saling bersentuhan,
digunakan untuk finishing restorasi dari partikel yang keras.Pada kedokteran gigi,
partikel terluar atau permukaan material dari instrumen yang mengalami pengikisan
menunjukkan abrasive. Material yang mengalami finishing disebut substrat. Arah rotasi
dari instrumen rotasi abrasive adalah faktor penting untuk mengontrol aksi dari intrumen
pada permukaan substrat.
10

Abrasi dibagi menjadi proses two body dan three body.Abrasi two-body terjadi saat
partikel abrasive terikat pada permukaan instrumen abrasive dan tidak ada partikel
abrasive lain yang digunakan. Abrasi three-body terjadi saat partikel abrasive dapat
bertranslasi dan berotasi secara bebas antara dua permukaan. Pelumas biasa digunakan
untuk meminimalisir resiko dari pergeseran yang tidak disengaja dari two-body ke three-
body wear dan sebaliknya. Efisiensi dari pemotongan dan penggerindaan dapat
ditingkatkan dengan pelumas. Air, glycerin, atau silicone dapat digunakan sebagai
pelumas. Untuk intraoral, lubricant yang water-soluble lebih baik digunakan. Jumlah
pelumas yang berlebihan dapat mengurangi efisiensi pemotongan dengan mengurangi
kontak antara substrat dan abrasive.
2.3.2 Erosi
Erosive wear terjadi karena partikel yang keras bertabrakan dengan permukaan
substansi, dibawa oleh aliran cairan atau aliran air.Kebanyakan dental laboratories
memiliki unit air-driven-grit-blasting yang menggunakan erosi hard-particle untuk
menghilangkan surface material.
2.3.3 Kekerasan Abrasif
Kekuatan dari pisau pemotong atau partikel abrasive pada dental instrumen harus
cukup baik untuk menghilangkan partikel pada substrat tanpa mengubahnya jadi tumpul
dan fraktur terlalu cepat. Durability dari abrasive berhubungan dengan hardness dari
sebuah partikel atau permukaan material. Hardness merupakan sebuah ukuran terhadap
resistansi sebuah material untuk dideformasi secara plastis dengan indentasi atau
scratching material lain.

2.4 Tipe Abrasif
1. Arkansas stone
Merupakan batu yang semi translucent dan merupakan jenis batuan sedimen yang
berada di Arkansas. Sifatnya dense, keras, dan terdiri dari tekstur mikrocrystaline
11

quartz yang seragam. Batu ini digunakan untuk fine grinding pada enamel gigi dan
metal alloys.
2. Chalk
Merupakan bahan abrasive yag berwarna putih yang mengandung CaCO3. chalk ini
berfungsi sebagai mild abrasive paste untuk polish enamel gigi, gold foil, amalgam dan
plastic material.
3. Corundum
Mineral putih yang mengandung Al2O3. biasanya bahan ini diganti dengan synthetic
Al2O3 in dental. Digunakan untuk grinding metal alloys.
4. Diamond
Transparan. Disebut juga super abrasive karena kemampuannya untuk abrade substansi
lain yang dikenal.
5. Synthetic diamond abrasive
Lebih banyak digunakan dibandingkan dengan diamond natural, karena ukuran dan
bentuknya konsisten dan lebih murah.
6. Emery
Fine-grain grayish black corundum. Digunakan untuk polishing metal alloy dan akrilik
resin material.
7. Garnet
Mineral yang penting dalam garbet ini yaitu Al, Co, Fe, Mg, dan Mn. Yang biasa di
gunakan dalam kedokteran gigi yaitu yang merah gelap. Berguna untuk grinding metal
alloy dan acrylic resin materials.
12

8. Pumice
Light gray, batuan volcanic. Berguna untuk polishing anamel gigi, gold foil, dental
amalgam dan acrylic resin.
9. Quartz
Keras, tanpa warna, kebanyakan merupakan abundand mineral. Untuk finishing dental
alloy bisa juga untuk grinding dental enamel.
10. Sand
Gabungan dari beberapa partikel mineral, secara predominan oleh silika. Partikelnya
memperlihatkan warna yang beragam, sehingga tampilannya distinc. Sand ini dilapisi
oleh paper disk yang berguna untuk grinding metal alloy dan acrilic resin material.
11. Tripoli
Light weight, friable siliceous, batuan sedimen. Tripoli bisa berwarna putih, abu, pink,
merah atau kuning. Yang berwarna merah dan abu biasa digunakan dalam kedokteran
gigiuntuk polishing metal alloy dan acrilic resin materials.
12. Zirconium silicate
Off-white mineral. Biasa digunakan sebagai komponen pada prophylactic pastes.
13. Cuttle
Biasa disebut cuttlefish atau cuttle bone. Merupakan white calcareous powder yang
terbuat dari bagian dalam kerang yang ada di laut mediterannia. Digunakan sebagai
coated abrasive dan untuk polishing metal margins, dan dental amalgam restoration
14. Kiesselguhr
13

Mengandung aquatic plants yang dikenal sebagai diatoms. Diguankan sebagai filler
atau pengisi pada beberapa dental material, seperti hidrocoloid impression material
15. Silicon Carbid
Meruapakan sintetik abrasive yang pertama di produksi, biasanya berwarna hujau dan
biru kehitaman memiliki equivalent physical properties. Silikon carbid sangat keras,
dan brittle, menghasilkan efisiensi pada saat cutting material termasuk metal alloy,
ceramic dan acrylic resin.
16. Alumunium oxide (alumina)
Jenis sinthetic kedua yang di produksi, Lebih keras dari corundum (natural alumina),
sering menggantikan emery dalam hal abrasive. Untuk adjusting dental enamel,
finishing metal alloy, resin based composites, dan ceramic material.
17. Rouge
Merupakan Fe2O3, berwarna merah. Berguna untuk polish high noble metal alloys
18. Tin Oxide
Mengandung SnO. Berguna untuk piloshing gigi dan matalik restoration. Dapat di
campur dengan air, alcohol, atau glycerin untuk menjadi abrasive pasta.

2.5 Abrasive Instrument Design
1. Abrasive Grits
Abrasive Grits berasal dari bahan-bahan yang telah hancur dan telah melewati
serangkaian mesh screens untuk mendapatkan berbagai ukuran partikel.
Dental Abrasive Grits diklasifikasikan menjadi
14

Coarse ( Kasar )
Medium coarse
Medium ( Sedang )
Fine (Halus)
Superfine
Pada umumnya, tipe dari abrasive grits menentukan hasil pekerjaan bahan
2. Bonded Abrasives
Bonded abrasives terbentuk melalui empat metode umum:
1. sintering
2. ikatan vitreous (kaca atau keramik),
3. resinoid ikatan (biasanya resin fenolik), dan
4. ikatan karet (lateks-based atau karet silikon berbasis )
Disk abrasif digunakan untuk gross reduction, contouring, finishing, dan polishing
permukaan restorasi. Alumunium oxide abrasive merupakan jenis yang sering
digunakan.
3. Coated Abrasive Disks and Strips
Coated abrasive dibuat dengan mengamankan partikel abrasif untuk dasar yang
fleksibel, bahan (heavy weight paper, logam, atau Mylar) dengan bahan perekat yang
cocok. Abrasive biasanya tersedia dalam disk dan strip finishing. Disks tersedia dalam
diameter yang berbeda dan ketebalan yang berbeda
4. Nonbonded Abrasives
15

Polishing pastes merupakan nonbonded abrasive digunakan untuk polishing akhir.
Polishing pastes harus digunakan bersama dengan nonabrasive seperti busa sintetis,
karet, atau kain chamois merasa. Alumunium oksida adalah nonbonded abrasive paling
populer.
5. Abrasive Motion
Abrasive Motion diklasifikasikan sebagai rotary, planar atau reciproral. Pada
umumnya burs dianggap rotary, disk merupakan planar, dan reciprocating handpieces
bergerak siklik. Perbedaan ukuran abrasive mempengaruhi setiap pergerakan.
Reciprocating handpieces bermanfaatuntuk menjangkau daerah interproksimal dan
subgingiva untuk menghilangkan overhang, untuk menyelesaikan margin subgingiva
tanpa membuat parit dan menciptakan embracures.

2.6 Finishing and Polishing Procedures
1. Akrilik
Sebelumnya,finishing seharusnya tidak diselesaikan sebelum 24 jam setelah hasil
restorasi dimasukkan,hingga reaksi polymerisasi selesai.
Selama melakukan finishing, operator harus melepaskan pelapis dengan
menggunting atau mengelupasnya dari sisi tepinya,hal itu akan membuatnya
terkelupas dan akan meninggalkan pembuka untuk kebocoran berikutnya.
Untuk pengetriman akan efektif jika menggunakan:
- pisau tipis,
- disk abrasive,
- atau bor
Lalu, dikibaskan dengan halus diatas permukaan.
16

Permukaan dapat diperhalus menggunakan bor yang tumpul atau disk yang telah
dibasahi dan amplas.
Untuk finishing akhir dapat dilakukan dengan penggunaan :
kapur basah pada buff wheel,
atau dengan pumice basah pada rubber cup.
Pemolesan yang berlebihan harus dihindari untuk mencegah kualitas estetika dari
resin.
2. Amalgam
Saat sebuah restorasi amalgam sudah termanipulasi secukupnya, amalgam ini
akan mengeras dalam beberapa menit sehingga bisa diukir dengan alat yang tajam.
Pengukuran tepi amalgam harus dilakukan untuk menghilangkan semua ekses
amalgam. Memburnish dengan instrument metal yang memiliki permukaan luas
juga bisa diterapkan untuk menghaluskan permukaan.
Setelah proses awal pengukiran ini, restorasi harus dibiarkan untuk
beberapa saat sebelum finishing dan polishing dengan instrumen rotasi.
Kebanyakan amalgam bisa dipoles sehari setelah pemasangan. Penundaan
waktu akan membuat amalgam makin kuat. Polishing amalgam dilakukan
melalui aplikasi tahapan yang mencakup penggunaan batu yang baik dan
disk abrasif.
Pemolesan akhir dikembangkan dengan pengaplikasian silex yang sangat
baik (extra fine silex), diikuti dengan selapis tipis oksida timah dengansikat
halus berputar (rotating soft brush). Selama proses pemolesan akhir ini,
restorasi harus dijaga kelembabannya untuk mencegah suhu yang terlalu
tinggi (Craig, OBrien, dan Powers, 2006)
17

3. Metal Inlay
Untuk inlay atau onlay digunakan alloy emas
Kekerasan sebesa 3-4 Moh.
Beberapa metal yang sangat keras, digunakan untuk partial dentures dan fusi
porcelain (5-6 Moh)
Finisihing alloy kebanyakan menggunakan kombinasi dari :
Stones
Diks
wheels
Prosedur
Cetakan dibersihkan dari sisa pencetakan (oleh air, sikat gigi)
Cetakan direndam atau diawetkan dalam hidrochloric acid (HCl) untuk
menghilangkan lapisan oxida.
Kelebihan hasil cetakan dihilangkan dgn batu carburundum
Cetakan dipisahkan dari sprue dengan menggunakan separating disk
hasil ditempatkan pada die batu carburundum digunakkan dengan kecepatan
rendah, karena untuk menciptakan daerah yang sesuai untuk permukaan
occlusalnya .
Kemudian, dengan batu hijau dapat digunakkan untuk menyelesaikan garis tepinya
dengan memutarkannya dari permukaan inlaynya menuju garis tepinya. Tujuannya
untuk membentuk metal sedemikian rupa ,dengan membentuknya kearah garis tepi
dan membentuk adaptasi yang menyerupai gigi.
18

Untuk inlay kelas II ,
finishing garis tepi proximalnya dilakukan dengan cuttle disk medium.
Perawatan dilakukan untuk menghindari ganguan pada gusi dilakukan
dengan pemolesan.
Permukannya memiliki kekasaran 0.3-0.5 m setelah dilakukan pemolesan.
Jadi guratan-guratan masih dapat terlihat pada hasil.

Setelah inlay dipasangkan ke gigi, Finishing terakhir dilakukan dengan :
prophylaxis cup atau bristle brush
penggunaan XXX Silex ,
tepung , atau pumice.
4. Composite
Untuk mengurangi kekasaran digunakan :
diamond,
bor carbide,
finishing disk, atau lembaran alumina.
Untuk Finishing akhir, baik untuk microhybrid atau microfilled composite,
digunakan :
rubber rag yang berlapiskan bahan abrasive,
atau rubber cup dengan pasta untuk polishing..
19

Finishing akan diselesaikan pada area yang basah oleh air.
Finishing akhir untuk light-cured composite dapat dimulai segera setelah light-
curing.
Polishing adalah proses terakhir dari finishing dan biasanya dilakukan dengan
aluminium oxide abrasive dengan kenaikan tingkat ukuran bahan abrasivenya.
Polishing untuk composite penting,karena permukaan yang halus dibutuhkan
untuk mencegah retensi dari plak dan itu diperlukan untuk menjaga kebersihan
mulut.
Ukuran dari kualitas polishing adalah kekasaran permukaannya .
Perbandingan kekasaran permukaan dari composite dicantumkan pada table
dibawah ini.
Tingkat kehalusan dipengaruhi oleh mylar matriksnya.
Bor carbide menghasilkan permukaan yang lebih halus dari bor diamond,tetapi
setelah polishing hasil kekasarannya serupa.
5. Ceramic
Permukaan ideal ceramic resoration yakni halus dan permukaan mengkilap
(glaze). Lapisan kilap/ glaze tidak akan diperoleh pada permukaan halus, jika
permukaan inisial pada ceramic memiliki kekasaran. Permukaan paling halus dpt
diperoleh secara ekstraoral sebelum protesa di semen
Polishing dapat meng-improve kekuatan yang ada pada permukaan protesa
ceramic karena akan menutup porus dan microcracks. Cooling/ pendinginan yang
adekuat, penting dalam in vivo, ketika mem finishing dan polishing restorasi ceramic.
Kontak secara kontiny antara restorasi an instrumen rotary, harus di hindari
20

Silicone carbida (heatless stone) menyediakan reduksi panas dan dapat
digunakan sebagai alternative. Beberapa peralatan tersedia untuk finishing dan
polishing dari restorasi ceramic. Instruksi pabrik harus diikuti ketika mengggunakan
sistem yang berbeda. Berdasarkan preferensi dari doker gigi, teknnik generalmya,
yakni:
Kontur dengan flexible diamond disks, diamod burs, polymer stone atau dengan
green stone (silicone carbida)
Finishing dengan white stones atay abrasive-impregnated rubber disk, cusp dan
point. Atau jika dibutuhkan, gunakan diamond paste dengan sikat atau felt
wheel
Gunakan overglaze layer, atau natural glaze.
Untuk polishing pada intraoral, gunakan aplikasi intermitten untuk memutar
instrumen dengan jumlah air yang banyak sebagai pendingin.
.
6. Glass Ionomer
Roughness restorasi glass ionomer yang dipoles lebih tinggi daripada
composite dan hybrid ionomer, terutama karena ukuran filler yang lebih besar.Teknik
finishing restorasi glass ionomer seperti composite, kecuali beberapa produk harus
ditunda selama 24 jam sebelum polishing untuk setting lebih lama.
21


BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Abrasive material adalah material restorasi yang berfungsi sebagai bahan poles dan
penyelesaian. Pemolesan dan penyelesaian bisa meningkatkan kekuatan dari bahan restorasi.
Namun dalam tahap pemolesan ataupun penyelesaian tersebut, haruslah memperhatikan faktor
seperti kesehatan oral, fungsi oral dan estetika oral.
Demi menghasilkan pola restorasi yang baik, jenis dan desain dari bahan abrasif dan
instrumen abrasive juga perlu diperhatikan, selain itu kecepatan dari high speed serta hasil
akhir dari abrasive material merupakan faktor penting yang mempengaruhi kesuksesan
restorasi.


22

Daftar Pustaka

Anusavice, J.K. 2003. Phillipss Science of Dental Materials, 12
th
Ed. Philadelphia: WB
Saunders.
Powers, John M. 2006. Dental Materials Properties and Manipulation

Anda mungkin juga menyukai