Anda di halaman 1dari 13

MUHAMMAD SAUNG PENGGALIH

12014005
Setiap negara pasti mempunyai pondasi/pilar/dasar-dasar negara,
begitu

halnya

juga

dengan

negara

Indonesia,

negara

Indonesia

mempunyai pilar-pilar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tidak


hanya satu tetapi 4 pilar. Konsep ini digagas oleh alm Taufik Kiemas,
beliau menggagas konsep ini mengingat empat pilar ini adalah mutlak
dan tidak bisa dipisahkan dalam menjaga dan membangun keutuhan
bangsa. Seperti halnya sebuah bangunan dimana untuk membuat
bangunan tersebut menjadi kokoh dan kuat, dibutuhkan pilar-pilar atau
penyangga agar bangunan tersebut dapat berdiri dengan kokoh dan kuat,
begitu halnya juga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini.
Lalu apa saja macam-macam 4 pilar dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara:
1. pancasila, Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia.
Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta:paca berarti lima
dan la berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan
dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh
rakyat Indonesia.
2. Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang
Republik

Indonesia

1945 atau UUD

'45,

Tahun

1945,

adalah hukum

Dasar Negara

atau

disingkat UUD

dasar

tertulis (basic

law),konstitusi pemerintahan negara Republik Indonesia saat ini.


3. Bhinneka Tunggal Ika, Bhinneka Tunggal Ika adalah motoatau
semboyan Indonesia.

Frasa

ini

berasal

dari bahasa

Jawa

Kuna dan seringkali diterjemahkan dengan kalimatBerbeda-beda


tetapi tetap satu
4. NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), adalah bentuk dari
negara Indonesia, dimana negara Indonesia yang merupakan

negara kepulauan, selain itu juga bentuk negaranya adalah republik,


kenapa NKRI, karena walaupun negara Indonesia terdiri dari banyak
pulau, tetapi tetap merupakan suatu kesatuan dalam sebuah negara
dan bangsa yang bernama Indonesia.

Setelah membahas apa saja 4 pilar berbangsa dan bernegara, lalu


akan mencoba membahas kenapa 4 pilar tersebut penting untuk
kehidupan berbangsa dan bernegara. Kalau kita hanya berpikir bahwa
Pancasila sebagai dasar dan pandangan hidup bangsa Indonesia, juga
sebagai alat pemersatu bangsa, UUD 1945 adalah merupakan konstitusi
dalam bernegara. Dua hal ini saja sudah menjadi sesuatu yang sangat
fundamental bagi bangsa Indonesia dalam menyelenggarakan negara,
tetapi bagi Almarhum Taufik Kiemas, dua pilar ini belumlah cukup, beliau
mengeluarkan gagasan Empat Pilar Berbangsa yakni, Pancasila, UUD
1945, Bhineka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Dalam pemikiran almarhum Empat Pilar ini adalah mutlak dan
tidak bisa dipisahkan dalam menjaga dan membangun keutuhan bangsa.

Lalu apakah implementasi empat pilar ini sudah terlaksana dengan


baik, rasanya seperti jauh panggang dari api. Dua pilar Pancasila dan UUD
1945 saja masih belum terasa penerapannya. Pancasila baru saja masuk
kedalam kurikulum pendidikan, sementara amanat UUD 1945 masih
banyak yang diabaikan. Semangat persatuan dan kesatuan bangsa saat
ini sudah mulai tercabik-cabik, dan itu pada akhirnya akan mengancam
Negara

Kesatuan

Republik

Indonesia

(NKRI).

Keprihatinan terhadap hancurnya persatuan dan kesatuan bangsa


inilah agaknya yang menginspirasi Taufik Kiemas mengeluarkan gagasan
Empat Pilar Kebangsaan. Memang kalau dicermati empat pilar ini
memanglah penyanggah persatuan dan kesatuan bangsa, dan empat pilar
inilah yang menjadi inspirasi kekuatan para pejuang kemerdekaan

Republik

Indonesia,

yang

terus

digelorakan

sebagai

penyemangat

perjuangan mereka, lantas bagaimanakah dengan saat ini? Kita sudah


kehilangan Roh ke empat pilar tersebut, melihat segala realita yang
sedang

terjadi

di

negara

Indonesia

ini.

Bangsa ini terutama para pemimpinnya sudah mengalami degradasi


moral secara signifikan, melakukan tindak kejahatan korupsi bukan lagi
dianggap sesuatu yang memalukan, kejahatan korupsi sudah dianggap
prestasi dalam mengumpulkan pundi-pundi kekayaan, mengumpulkan
kekayaan menjadi tugas utama mereka saat menjadi pejabat negara,
sehingga tugas negara terabaikan begitu saja. Sungguh suatu hal yang
sangat memilukan, melihat kondisi saat ini yang sudah tidak sesuai lagi
dengan

pilar

kehidupan

berbangsa

dan

bernegara.

Mungkin sudah saatnya gagasan empat pilar oleh Taufik Kiemas


tersebut

sudah selayaknya dilanjutkan dan diimplementasikan secara

benar, agar negara ini tidak melupakan bahwa negara ini mempunyai 4
pilar penting yang harus selalu dijaga dan juga harus dijalankan dalam
setiap kehidupan berbangsa dan bernegara.
http://www.kompasiana.com/dillah48cules/empat-pilar-berbangsa-danbernegara_55294d116ea83417498b45a7

QUESIONER PANDANGAN CIVITAS ITB TERHADAP KEHIDUPAN BERNEGARA


MENGENAI
4 PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

Negara Indonesia mempunyai pilar-pilar dalam kehidupan


berbangsa dan bernegara, tidak hanya satu tetapi 4 pilar menurut alm.
Taufik Kiemas. Empat pilar ini adalah mutlak dan tidak bisa dipisahkan
dalam menjaga dan membangun keutuhan bangsa. Keempat pilar
tersebut adalah
1.
2.
3.
4.

Pancasila
UUD 1945
Bhinneka Tunggal Ika
NKRI

Pertanyaan
1. Apa pandangan Saudara terhadap kedudukan Pancasila sebagai
salah satu dari 4 pilar kehidupan berbangsa dan bernegara?
2. Apa pandangan Saudara terhadap kedudukan UUD 1945 sebagai
salah satu dari 4 pilar kehidupan berbangsa dan bernegara?
3. Apa pandangan Saudara terhadap kedudukan Bhinneka Tunggal Ika
sebagai salah satu dari 4 pilar kehidupan berbangsa dan bernegara?
4. Apa pandangan Saudara terhadap kedudukan NKRI sebagai salah
satu dari 4 pilar kehidupan berbangsa dan bernegara?
5. Menurut Saudara, apakah keempat pilar tersebut sudah
terimplementasikan dengan baik di negara ini? Berikan alasan serta
contoh nyata
6. Menurut Saudara, apakah perlu ditambah pilar-pilar lain untuk
menjaga dan membangun keutuhan bangsa? Mengapa?
7. Menurut Saudara, bagaimana sumbangsih atau peran warga negara
saat ini terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara? Bisa
dihubungkan dengan profesi Saudara.
8. Apa harapan Saudara kepada warga negara Indonesia agar
keutuhan negara dapat terbangun dan terjaga dengan baik?

HASIL WAWANCARA
Sholahudin Al Ayyubi Mahasiswa Prodi Seni Murni FSRD ITB
1. kurang cocok. Dominasi muslim di Indonesia tidak terlalu
diuntungkan, Misalkan dalam kebebasan bersyariat, padahal peran
2.
3.
4.
5.
6.

umat Muslim sangat besar dalam kemerdekaan Indonesia.


Mendekati sempurna.
Sikap pluralis itu baik tapi ada batasnya.
Negara maritim kurang cocok menjadi negara kesatuan.
Belum, karena belum ada bukti nyata dari tujuan 4 pilar itu sendiri.
Perlu, pembaharuan diperlukan dengan pertimbangan keadaan
masyarakat/keputusan mayoritas masyarakat, efektifitas, ideologi
yang telah terbukti telah berhasil dalam membangun peradaban

tanpa adanya kerugian pada pihak tertentu, dll.


7. Belum, perlu adanya pencerdasan dan perubahan mental besarbesaran. Mahasiswa sebagai civitas academia, sedang berusaha
membuat inovasi dan gerakan-gerakan untuk melaksanakan fungsi
perannya sebagai solusi pemecah masalah di masyarakat.
8. Kesadaran lebih untuk membangun mentalitas baru.
Muhammad Al-Hawari 13214144
Mahasiswa Teknik Elektro 2014
1. Ya sah-sah saja. Pancasila sudah dirumuskan jauh lebih dahulu
daripada perumusan yang ke-3 pilar lainnya. Ia sendiri sudah
merupakan hasil perumusan beberapa tokoh-tokoh bangsa yang
sudah sangat gigih memperjuangkan kemerdekaan. Jadi, memang
sudah seharusnya pikiran-pikiran pejuang-pejuang kenamaan
tersebut dituangkan menjadi dasar berdirinya negara Indonesia.
Karena baik secara langsung ataupun tidak langsung, mereka
jugalah yang mendirikan negara Indonesia dahulunya.
2. Sangat setuju. UUD 1945 mirip dengan Anggaran Dasar-Anggaran
Rumah Tangga(AD ART) tempat dikembalikannya semua aturan
dalam berkewarganegaraan. Ia merupakan pengembangan dari
Pancasila dan merupakan dasar dari pembuatan undang undang
setelah UUD seperti misal UU dan Perpu. UUD 1945 sendiri juga

merupakan hasil diskusi panjang dari para pejuang-pejuang


kemerdekaan, bahkan lebih banyak dari saat diskusi penentuan
dasar Indonesia, yakni Pancasila.
3. Secara isi dan maksud saya setuju. Tapi, secara asal muasal
penentuan kata tersebut sendiri, saya kurang tahu. Maksud saya,
sampai sekarang pun saya masih belum pernah mendengar baik
dari kelas sejarah dan PKn(Pendidikan Kewarganegaraan) di SMA
dan SMP ataupun di media-media pembelajaran lainnya pencetus
kata-kata "Bhinneka Tunggal Ika". Jadi menurut saya, kevalidannya
kurang sah untuk dijadikan sebuah dasar negara karena
pencetusnya yang belum jelas tersebut. Tetapi secara isi, ia
memang merupakan sebuah dorongan besar untuk saling
bertoleransi dan saling mendukung satu sama lain sebagai sebuah
kesatuan bangsa dan negara.
4. NKRI tercantum dalam bagian awal pasal-pasal UUD 1945. Seingat
saya teks nya, Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk
republik. Jadi, tentunya pernyataan bentuk negara sebagai NKRI
sudah tentu valid dan sah. Walaupun sempat terjadi penyimpangan
dari dasar negara yang ini di masa-masa setelah kemerdekaan
dimana Indonesia pernah menjadi sebuah negara serikat.
5. Saya tidak hafal UUD 1945 jadi saya tidak tahu apakah sudah
terimplementasikan dengan baik, beberapa sudah
terimplementasikan seperti kebebasan berbicara dan beragama tapi
beberapa yang lain saya tidak tahu. Untuk NKRI sendiri, bentuk
negara Indonesia ini sudah jelas kesatuan, artinya bukan serikat jadi
sudah terimplementasikan. Bhinneka Tunggal Ika sendiri masih
kurang terimplementasikan. Bisa dilihat dari banyaknya kubu-kubu
di Indonesia yang satu mendukung A, yang lain menolak B. Sistem
oposisi yang muncul di dunia perpolitikan Indonesia seringkali
tidaklah mau diajak kompromi dan terkadang cenderung tidak
mendukung keputusan-keputusan Pemerintah, seperti pada kasus
naiknya harga BBM.
Sedangkan yang terakhir untuk Pancasila, menurut saya
penerapannya masih cukup jauh dari ideal.

Untuk sila pertama, masih banyak orang di Indonesia yang secara


sembunyi-sembunyi memegang sikap dan kepercayaan atheisme
atau agnostik. Di zaman sekarang ini banyak orang Indonesia yang
terpengaruh oleh kebudayaan Barat seperti kepercayaan yang
dipegang oleh salah satu artis Barat yang menuhankan ilmu dan
science. Yakni, segala sesuatu di dunia ini pasti bisa dipecahkan
oleh manusia dengan menggunakan science dan akhirnya malah
melupakan aspek ketuhanan dalam kehidupan.
Untuk sila kedua, bisa dibilang justru menurun. Akhir-akhir ini makin
banyak kasus dimana warga negara Indonesia semakin tidak
beradab dan bahkan cenderung biadab. Seperti kasus homoseksual
dan pelecehan seksual pada anak kecil, pembunuhan sadis
berkelompok dan direncanakan, dll. Untuk keadilannya pun
cenderung berat sebelah/pilih kasih. Sudah cukup sering warga
mengadakan demonstrasi dengan membawa poster bertuliskan
"Hukum tajam di bawah dan tumpul di atas". Yang menurut saya
sangat benar sekali seperti misal pada kasus korupsi dimana
seringkali sang koruptor masih bisa ngelencer dan berjalan-jalan ke
luar negeri, bahkan terkadang tidak diusut-usut dan divonis. Sangat
berkebalikan dengan kasus seorang nenek tua mencuri sandal
bahkan sampai dibawa ke pengadilan dan akhirnya divonis denda.
Untuk sila ketiga, sudah cukup terimplementasikan dengan baik.
Kekurangannya hanyalah setelah pemilu presiden kemarin Indonesia
seperti terbagi menjadi 3 kubu dalam memberikan dukungan
kepada Pemerintah. Ada yang pro-Jokowi, ada yang anti-Jokowi, dan
ada yang di tengah-tengah. Hal ini tentu sangat tidak membantu
keberjalanan Pemerintahan Jokowi, seharusnya Jokowi melakukan
sesuatu untuk menyatukan semua warga negara, setidaknya
menjadi pendengar yang baik untuk ke-3 kubu tersebut.
Untuk sila ke-4, sudah cukup berjalan. Tetapi terkadang masih ada
sandungan seperti pada kasus rapat DPR, saya agak lupa yang
mana. Tetapi ada suatu kasus dimana salah satu fraksi partai, yakni
Partai X walk-out dan malah tidak memberikan suaranya.

Seharusnya keputusan diambil dengan jalan musyawarah tidak


dengan walk-out.
Untuk sila ke-5, bila diberi rentang 1-5 maka menurut saya nilainya
antara 1-2. Mengapa? Karena semenjak Pemerintahan Jokowi naik,
ada banyak sekali kebijakan yang tidak menunjukkan keadilan pada
mereka-mereka yang lemah. Sebut saja dicabutnya kebijakan
raskin(beras miskin), kenaikan harga BBM, pembagian dana
pengganti BBM yang semrawut sehingga yang membutuhkan malah
tidak kedapatan uang, dan masih banyak hal yang lain. Seharusnya
pemerintah lebih peduli kepada mereka-mereka dari kalangan
bawah. Mengutip dari Maudy Ayunda, mahasiswa jurusan ekonomi
sekaligus artis, seharusnya Pemerintahan Jokowi ketika mengambil
sebuah kebijakan yang berdampak buruk pada masyarakat
kalangan bawah seharusnya memberikan sebuah perlindungan
kepada mereka. Seperti pada saat kenaikan BBM, permintaan dari
sopir-sopir angkot yang meminta untuk diberikan subsidi harga BBM
malah ditolak.
6. Tidak perlu. Yang diperlukan hanyalah kesadaran yang lebih tinggi
dari setiap warga negara terhadap dasar negaranya. Daripada
membuat pilar baru menurut saya lebih baik pengawasan terhadap
keberjalanan dasar negara seperti pancasila dan undang undang
ditingkatkan. Diperjelas dan diberi struktur.
7. Perannya ya sedikit sekali. Kalangan bawah masyarakat zaman
sekarang terlalu sibuk untuk berpikir besok harus makan apa dan
berusaha untuk tetap hidup daripada memikirkan tetek bengek
perundang-undangan dan dasar negara semenjak harga BBM naik.
Sedangkan dari kalangan atasnya banyak yang malah sibuk
mengeruk untung sebesar-besarnya, mengeksploitasi alam, dan
menindas mereka-mereka yang lemah. Saya sendiri hanyalah
seorang mahasiswa yang belajar untuk bisa berkarya sekarang dan
nantinya
8. Saya gak punya banyak harapan. Semoga besok semua warga
negara Indonesia bisa bangun, masih bisa beribadah, masih bisa
makan dan minum, masih punya tempat untuk istirahat dan tidur,

masih punya orang/tempat untuk menceritakan aspirasi dan


harapan-harapannya.
Aulia Rahmatika
Kadiv Komunikasi dan Protokoler Humas Salman ITB
1. Pilar itu harus sesuai dengan yang disangganya. Dalam hal ini,
Pancasila memiliki
konsep, prinsip, dan nilai yang merupakan kristalisasi dari sistem
kepercayaan yang terdapat di seluruh wilayah Indonesia sehingga
memberikan jaminan kokohnya pancasila sebagai pilar negara.
Walaupun di sisi lain, seperti yg pernah dipermasalahkan bahwa
pancasila lebih dijadikan sebagai dasar/fondasi bernegara, karena ia
dasar dari hukum yang lainnya.
2. UUD 45 yang merupakan hukum tertulis sebagai penjabaran dari
Pancasila juga merupakan penyangga yang memperkuat bangunan
berkebangsaan.
3. Semboyan yang merepresentasikan kondisi negara kita ini juga
sangat sesuai dijadikan pilar kebangsaan. Mengingat maknanya
untuk tidak mempermasalahakan keberagaman.
4. Kesatuan negara memang perlu dinyatakan sebagai pilar, sehingga
memungkinkan menghadirkan kesadaran komponen bangsa akan
kesatuan bangsa Indonesia.
5. Saya rasa belum. Misal, untuk Bhinneka Tunggal Ika. Belum adanya
kesadaran akan keberagaman sehingga belum menghadirkan
kesatuan bangsa. Contohnya, masih ada kasus kurangnya toleransi
yang terlihat dari tawuran/konflik antarsuku yang masih terjadi di
Indonesia bagian Timur
6. Saya rasa cukup, yang lebih dibutuhkan saat ini adalah kemampuan
mengimplelemntasikan.

7. Saya lihat belakangan ini, masyarakat banyak menuntut pihak


pemerintah, menagih realisasi dari janji-janji saat kampanye. Tidak
salah memang jika tujuan utamanya untuk mengingatkan, tapi akan
menjadi salah kaprah ketika dibumbui dengan emosi dan tidak
disertai dengan usaha masing-masing pribadi (setiap warga negara)
untuk membantu mewujudkan kesejahteraan bersama. Peran warga
negara menjadi kurang terlihat dengan kondisi seperti di atas.
Walaupun tidak dipungkiri, untuk bebrapa sektor memang terus
memperjuangkan dgn menjalankan misi sesuai perannya. Dikaitkan
dengan profesi saat ini yang lebih banyak mengusahakan untuk
terkolaborasinya komponen Majid Salman, saya rasa sebetulnya
setiap komponen memiliki peran untuk mewujudkan kesatuan,
hanya saja memang belum terintegrasi dengan baik. Mungkin
begitu pula halnya dengan negeri kita. Butuh konektor sehingga
peran setiap komponen dapat menghasilkan kesinergian yang
memberikan lebih banyak kebermanfaatan
8. Munculnya kesadaran pada warga negara untuk menjaga dan
memperjuangkan keutuhan negara itu sendiri, menghadirkan
toleransi sesuai dengan definisi yg sebenar-benarnya, tidak saling
menjatuhkan melainkan saling menghormati dan menghargai.

Gamma Andika Perdana, S.T.


Anggota tim adhoc Pengembangan Karakter Mahasiswa Bidik-Misi ITB
1. Pancasila adalah nilai-nilai dasar yang menjadi akar bagi seluruh
bentuk aktivitas yang terwujud diatas permukaan bangsa & negara
Indonesia.
Semua produk negara harus bermuara serta tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai dasar Pancasila ini.
2. UUD 1945 menjadi pedoman serta guidance dalam mewujudkan
nilai-nilai Pancasila di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

UUD 1945 juga menjadi pagar yang menjaga hal-hal yang harus
terlaksana dan hal-hal yang tidak boleh terlaksana demi
terwujudnya nilai-nilai serta cita-cita bangsa yang tertuang di dalam
Pancasila.
3. Bhineka Tunggal Ika adalah asas, prinsip, nilai rasa, yang menjaga
serta mengikat bangsa yang besar dan beranekaragam ini menjadi
satu kesatuan sehingga bangsa ini bisa menjadi padu serta
bergerak dalam satu kesatuan menuju tujuan dan cita-cita nya.
4. Jika Bhineka Tunggal Ika adalah asas, maka NKRI adalah wujud.
NKRI adalah rumah bagi asas kesatuan dan persatuan bangsa ini.
NKRI adalah pintu, jendela, halaman, serta pagar yang harus dijaga
keuuhannya, dirawat, serta ditumbuhkembangkan menjadi rumah
yang kita cita-citakan bersama.
5. Belum semua.
Ketidakmerataan kesejahteraan merupakan bentuk belum
terwujudnya sila kelima.
Masih banyak warga negara yg belum mendapatkan hak untuk
mengenyam pendidikan, padahal UUD 45 mengamanatkan bahwa
pendidikan adalah hak seluruh bangsa.
Terpisahnya Timor-Timur, serta tidak terurus & terperhatikannya
tapal-tapal batas negeri ini juga menjadi PR bagi
terimplementasikannya asas Bhineka Tunggal Ika serta terwujudnya
NKRI.
6. Belum perlu. Yang jauh lebih penting dari itu adalah memperbaiki
implementasi keempat pilar yang sudah ada.
7. Membina generasi muda. Karena ditangan mereka lah masa depan
bangsa & negara ini berada.
Mereka harus hidup dalam sadar; darimana mereka berasal dan
untuk apa mereka hidup. Ada suatu tujuan yang harua mereka raih,
serta ada nilai-nilai yang harus mereka pegang teguh dalam hidup.

Dan bahwa ada bangsa & negara yang harus mereka bangun &
perjuangkan.
8. Saya sangat berharap agar kita semua berpikir dan bertindak
positif. Boleh mengeluh, boleh menghujat, tapi secukupnya saja.
Keluarkan waku & tenaga kita jauh lebih banyak untuk bekerja &
berkarya bagi kebaikan bangsa & negara ini.
Dr. Eng. Sandro Mihradi 197770714200801 1012 Dosen FTMD, Wakil Ketua
Lembaga Kemahasiswaan ITB
Wawancara dengan Pak Sandro bukan wawancara dengan jawaban per
point pertanyaan. Beliau langsung menjawab untuk secara keseluruhan.
Intinya Beliau setuju semua dengan 4 pilar yang diutarakan oleh Taufik
Kiemas dan tidak perlu ada tambahan pilar-pilar lain. hal yang terpenting
adalah pengejawantahan 4 pilar tersebut dalam kehidupan sehari-hari itu
bagaimana. Karena tatarannya masih terlalu normatif

KESIMPULAN & SARAN

Kesimpulan
Untuk pertanyaan 1-4, semua berpandangan baik dengan keempat
pilar yang dicetuskan oleh Taufik Kiemas. Hanya saja menurut
saudara Sholahuddin, Beliau tidak setuju dengan pilar pertama
dengan alasan syariat Islam masih dibatasi untuk dijalani dan pilar
ke-empat yang menurut Beliau negara maritim tidak cocok untuk
menjadi negara kesatuan. Untuk jawaban nomor 5 semua sepakat
bahwa 4 pilar tersebut belum terimplementasikan dengan baik di
keghidupan berbangsa dan bernegara. Untuk jawaban nomor 6, 4
dari 5 narasumber sepakat untuk tidak perlu menambahkan pilar
baru. Meraka sependapat bahwa lebih penting
mengimplementasikan 4 pilar tersebut secara maksimal. Ke-empat

pilar tersebut sudah menjadi satu kesatuan. Untuk jawaban nomor 7


& 8, peran masyarakat masih sangat sedikit karena masih banyak
yang belum mengerti arti penting kehidupan berbangsa dan
bernegara. Kelima narasumber ini berharap masyarakat perlu
dicerdaskan lagi mengenai 4 pilar ini agar bisa melaksanakan
perannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan baik.

Saran
Masalah yang muncul berdasarkan hasil wawancara adalah
masyarakat masih banyak yang belum paham makna 4 pilar
kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini bisa disebabkan karena
kurang pedulinya masyarakat dengan keberlangsungan jalannya
pemerintahan sehingga tidak menimbulkan kepekaan dalam
bernegara. Untuk itu diperlukannya semacam diseminasi informasi
dan penyamarataan informasi ke seluruh pelosok negeri agar
terbentuklah masyarakat yang berkehidupan dengan dasar
berbangsa dan bernegara yang kuat

Anda mungkin juga menyukai