PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK
TUGAS
MATA KULIAH : Kebijakan Pendidikan
DOSEN : Dr. Edi Harapan, M.Pd
Disusun Oleh :
Nama Mahasiswa : SIGIT NUGROHO
NIM : 15150112
Email : sigit.wfr@gmail.com
BAB I
PENDAHULUAN
1.
3.
Rumusan Masalah :
1.
2.
3.
Tujuan
1.
2.
3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebijakan Pemerintah Daerah sebagai Pelaksana Otonomi Daerah
Pasca Reformasi tahun 1998, membawa perubahan fundamental dalam
sistem pendidikan nasional. Suryanto mengatakan perubahan sistem pendidikan
dan
sarana
manusia
memperoleh
pengetahuan
secara
berkesinambungan. Pada dasarnya, bahwa kebijakan pemerintah Indonesia 20092014 yang memiliki orientasi basis ekonomi sesuai dengan rancangan strategis
pendidikan nasional 20092014 yang mengacu pada amanat UndangUndang Dasar
Tahun 1945, amandemen ke empat pasal 31 tentang pendidikan,Ketetapan MPR
Nomor VII/ MPR/ 2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan, Undangundang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), Undangundang Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara, UndangUndang Nomor
25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangun nasional, uu nomor 32
tahun 2004 tentang pemerintah daerah, uu nomor 33 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah, UU Nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, UndangUndang Nomor 14 tahun
2005 tentang guru dan dosen, PP Nomor 20 tahun 2004 tentang rencana kerja dan
anggaran kementerian/lembaga, PP Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional
pendidikan dan PP Nomor 66 Tahun 2010 tentang pengelolaan dan
penyelenggaraan pendidikan
Setiap kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan akan berdampak
pada pengambilan keputusan oleh para pembuat kebijakan dalam bidang
pendidikan, baik di tingkat nasional maupun daerah dan tingkat satuan
pendidikan. Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
sebagai sebuah lembaga negara yang memiliki kewenangan untuk membuat
sebuah kebijakan paling tinggi di Indonesia tentunya sangat mempengaruhi
eksistensi dan prosesi pendidikan yang diharapkan memiliki standar mutu yang
layak di dalam lingkungan masyarakat dalam negeri maupun luar negeri.
Kemudian keberadaan dewan perwakilan rakyat, dewan perwakilan daerah dan
pemerintah pusat yang dipimpin oleh presiden dan seorang wakil presiden, jajaran
kementerian, dan jajaran badan/ lembaga kelengkapan eksekutif negara adalah
para pembuat kebijakan yang bisa mempengaruhi dunia pendidikan nasional.
Namun, khususnya pada tingkat nasional, para pengambil keputusan
khusus masalah pendidikan di tingkat DPR RI adalah Komisi X DPR RI Presiden
RI, dan Menteri Pendidikan Nasional RI (pemimpin Departemen Pendidikan
Nasional).Sehingga, segala bentuk kebijakan pendidikan nasional yang dihasilkan
oleh ketiga elemen ini akan mempengaruhi kebijakan pendidikan di seluruh
daerah dan seluruh satuan pendidikan di Indonesia
Adapun, dengan peran pengambil kebijakan yang bisa mempengaruhi
masalah pendidikan di tingkat daerah ialah DPRD dan Pemerintah Daerah
(Pemda).Khususnya dalam masalah pendidikan, posisi Komisi E di DPRD dan
Dinas Pendidikan di Pemda sangatlah berperan untuk memfasilitasi adanya
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
menjadikan kebijakan itu sebagai kebijakan yang adil dan seimbang dalam
mendorong kemajuan kehidupan bersama.
BAB III
PEMBAHASAN
Pemberian otonomi yang luas dan bertanggung jawab dilaksanakan
dengan berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi,
keseimbangan,
yaitu
antara
pelimpahan
kewenangan
dan
yang diarahkan untuk meningkatkan input dan proses pembelajaran. Upaya untuk
membuat kebijakan yang akurat dalam bidang pendidikan, salah satunya akan
sangat tergantung kepada tersedianya informasi yang valid tentang berbagai
persoalan pendidikan yang dihadapi oleh Kabupaten/Kota. Berdasarkan PP
Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi
sebagai daerah otonom, pada kelompok bidang pendidikan dan kebudayaan
disebutkan bahwa kewenangan pemerintah meliputi;
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Penetapan
persyaratan
peningkatan/zoning,
pencarian,
pemanfaatan,
8.
Penetapan kalender pendidikan dan jumlah jam belajar efektif setiap tahun
bagi pendidikan dasar, menengah dan luar sekolah.
9.
dalam
penyelenggaraan
pendidikan
yang
meliputi
tenaga
Pemikir
Dalam posisi ini, peran yang dilaksanakan PGRI adalah melakukan
kajian-kajian
akademis,
empirik-kontekstual
mengenai
pengelolaan
kabupaten/kota
dalam
mengawal
dan
mengembangkan
Penekan
Maksud penekan di sini bukan menekan tanpa rasional yang jelas,
akan tetapi PGRI berperan sebagai pihak yang menjembatani aktualisasi
permasalahan, potensi, dan harapan para guru di lapangan untuk
direalisasikan oleh kabupaten/kota.
Sebagai organisasi profesi, peran yang harus dikembangkan PGRI ke
2.
3.
4.
hak-hak guru sebagai pekerja profesional. Wujud dari upaya tersebut, PGRI
Pusat telah melakukan kerja sama dengan lembaga internasional di bidang
ketenagakerjaan, terlibat aktif dalam perumusan Undang-Undang Guru, dll. PGRI
juga menyoroti manajemen guru yang masih penuh persoalan. Dalam penerapan
otonomi daerah, posisi guru juga bukannya tambah baik malah dipolitisasi. Guru,
khususnya guru pegawai negeri sipil, diperlakukan sebagai perangkat birokrasi,
bukan jabatan profesi. PGRI juga Menyoroti distribusi guru yang tidak merata
sehingga sejumlah daerah kekurangan guru dan terpaksa mengangkat guru
honorer. Selain itu, pembinaan guru juga tidak dilakukan secara benar sehingga
kualitas guru tidak membaik.
10
2.
Mempercepat kenaikan pangkat atau golongan bagi guru-guru yang aktif dan
mempunyai kemampuan yang tinggi, melalui sistem angka kredit. Hal ini
dapat memacu guru lebih aktif dalam menjalankan tugasnya dengan penuh
rasa tanggung jawab.
3.
4.
Memilih guru yang ulet, loyal dan mampu untuk dijadikan sebagai pengawas
dan instruktur, yang salah satu tujuannya agar guru terus aktif bersaing dan
bersanding dalam membenahi diri dengan ilmu pengetahuan yang
ditekuninya.
11
5.
Dibentuk suatu organisasi (PGRI) untuk dijadikan wahana bagi guru dalam
menuangkan aspirasi atau untuk menyalurkan visi dan misinya melalui suatu
musyawarah dalam hal peningkatan baik mutu pendidikan maupun
profesional guru.
6.
7.
profesional guru dalam menghadapi kemajuan teknologi yang semakin maju, agar
guru lebih mampu membina sikap muridnya yang menyimpang akibat dari
pengaruh teknologi dan informasi yang disalahgunakan oleh murid.
Secara umum setiap dinas mengalami hambatan dalam menjalankan
tugas dan usahanya. Demikian juga halnya dengan dinas pendidikan dalam
mengelola pendidikan mengalami berbagai kendala diantaranya :
1.
2.
3.
12
4.
5.
6.
itu
partisipasi
masyarakat
sangat
menentukan
keberhasilan
dan kebijakan antara lain mengadakan pelatihan, penataran guru, pengadaan guru
kontrak, merenovasi, membangun sarana dan prasarana pendidikan, meningkatkan
kesejahteraan guru,
13
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Otonomi Daerah adalah penyerahan kekuasaan dari Pemerintah Pusat
kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pemerintahan
sesuai apa yang diamanatkan oleh UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah Otonomi, maka Pemerintah Pusat harus sungguh-sungguh menyerahkan
kekuasaan yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota untuk
melaksanakan tanggung jawabnya menjadi daerah otonom. Pemerintah Pusat
tidak boleh mencampuri lagi urusan Pemerintahan Kabupaten/Kota.
Desentralisasi pendidikan menempatkan sekolah sebagai garis depan
dalam berperilaku untuk mengelola pendidikan. Desentralisasi juga memberikan
apresiasi terhadap perbedaan kemampuan dan keanekaragaman kondisi daerah
rakyatnya. Perubahan paradigma sistem pendidikan membutuhkan masa transisi.
Reformasi pendidikan merupakan realitas yang harus dilaksanakan, sehingga
diharapkan para pelaku maupun penyelenggara pendidikan harus proaktif, kritis
dan mau berubah. Belajar dari pengalaman sebelumnya yang sentralistik dan
kurang demokrasi membuat bangsa ini menjadi terpuruk. Marilah kita melihat
kepentingan bangsa dalam arti luas dari pada kepentingan pribadi atau golongan
atau kepentingan pemerintah pusat semata dengan menyelenggarakan otonom
pendidikan sepenuh hati dan konsisten dalam rangka mengangkat harkat dan
martabat bangsa dan masyarakat yang berbudaya dan berdaya saing tinggi
sehingga bangsa ini duduk sejajar dengan bangsa-bangsa maju di dunia.
B. SARAN
Keberhasilan pendidikan tidak hanya tanggung jawab Dinas
Pendidikan saja, tetapi merupakan tanggung jawab kita semua. Oleh karena itu
diharapkan kepada semua pihak untuk berpartisipasi aktif dalam menyukseskan
pembangunan dibidang pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber
daya manusia yang merupakan sasaran utama pembangunan jangka panjang
kedua.
14
DAFTAR PUSTAKA
UU No.20/2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang-Undang tentang Otonomi Daerah), ( UU RI No,22 Tahun 1999)
PP No. 19/2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
Permendiknas No. 45/2006 Tentang UN Tahun Ajaran 2006/2007.
Blog: http://blog.appidi.or.id/?p=430. Makalah pendidikan tahun 2007
Blog: http://dzarmono.wordpress.com/2007/06/11/. Makalah pendidikan tahun
2008
Muhamad Shidiq Al-Jawi. Pendidikan Di Indonesia, Masalah dan Solusinya.
Artikel.www.khilafah1924.org
Widjaja, H.A.W. 2002. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta: PT. Raja
Grafindo.
Adiwikarta, S (1988) Sosiologi Pendidikan Isu dan Hipotesa tentang hubungan :
Pendidikan dengan Masyarakat,Jakarta , Depdikbud.
Burhanudin, (1994) Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan
Pendidikan, Jakarta Bumi Aksara
Depdikbud (1999) , Keputusan Materi Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia No. 0173/O/1983 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi
Vertikal Departemen Pendidikan dan Kebudayaan beserta Petunjuk
Pelaksanaannya, Bandung
Undang-undang tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah, (UU
No, 25 tahun 1999)
15