Anda di halaman 1dari 2

Sudirman Said Akui Investasi Migas di

Indonesia Kurang Menarik


Sudirman ingin menghapus sistem cost recovery dan mengubah skema kerjasama migas
Reporter: Arnold Sirait
21 Oktober 2015 | 16:28

Arief Kamaludin|KATADATA
Menteri ESDM, Sudirman Said
KATADATA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said
mengakui iklim investasi minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia kurang menarik.
Investor migas malas menanamkan modalnya di Indonesia, karena ada beberapa aturan
yang diterapkan pemerintah, tidak mendukung industri ini.
"Ada banyak regulasi investasi migas kita dianggap kurang menarik, terlebih dalam
suasana market seperti ini," kata dia di Gedung Ketenagalistrikan beberapa hari lalu.
Sudirman menyebutkan salah satu aturan ini adalah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 79
Tahun 2010 tentang biaya operasi yang dapat dikembalikan dan perlakuan pajak
penghasilan di bidang usaha hulu Minyak dan Gas Bumi. Aturan ini dianggap menyulitkan
kontraktor migas untuk mendapatkan biaya operasi yang telah dikeluarkan.

Saat ini pemerintah tengah mengkaji untuk menghapus aturan tersebut. Bahkan, kata
Sudirman, pemerintah juga akan menghapuskan sistem penggantian biaya operasi (cost
recovery) dan mengubah skema kerjasama migas. (Baca: Pemerintah Apresiasi Usulan
Pencabutan PP Cost Recovery)
Dia menyadari bahwa dengan mengubah sistem ini, maka akan berpengaruh pada
penerimaan negara dari sektor migas. Namun, pengaruhnya hanya terjadi dalam jangka
pendek. Dampak yang akan terjadi bagi perekonomian dan pendapatan negara akan jauh
lebih besar dalam jangka panjang.
Untuk usulan ini, Sudirman sudah membicarakannya dengan Menteri Keuangan dan
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. Pembicaraan ini akan dilakukan secara intensif
demi meyakinkan dampak positif yang akan didapat negara dalam jangka panjang.
Menteri Keuangan sangat mendukung untuk mencari pola kerjasama baru, jika memang PP
79/2010 dicabut. "Menteri Keuangan lontarkan gagasan out of the box. Cari saja polanya
kalau diperlukan, karena pola sekarang didesain pada waktu situasi berbeda," ujar dia.
(Baca: Harga Minyak Anjlok, Kadin Minta Revisi Draf RUU Migas)
Sementara itu Ketua Komite Eksplorasi Nasional (KEN) Andang Bachtiar mengatakan PP
79/2010 memang sebaiknya dicabut. Alasannya, sebagian besar ketentuan dalam aturan ini
sudah ada di kontrak bagi hasil atau production sharing contract (PSC). Yang tidak ada
hanyalah mengenai aturan perpajakannya.
Berbeda dengan usulan Sudirman, Andang mengatakan meski PP 79/2010 dicabut, skema
kerjasama migas masih menggunakan PSC dan menggunakan cost recovery. "Cost
recovery itu ada di PSC, ada di Undang-Undang (migas) juga," ujar dia.
Tidak menariknya investasi migas bisa terlihat dari keengganan kontraktor untuk
melakukan eksplorasi saat ini. Banyak potensi migas yang belum bisa tergarap, sehingga
pertumbuhan cadangan migas nasional sedikit, bahkan volumenya terus berkurang.
KEN telah mengidentifikasi adanya potensi cadangan migas nasional sebesar 5,2 miliar
barel setara minyak. Rinciannya terdiri dari 2,7 miliar barel minyak dan 14 triliun kaki
kubik gas. Potensi ini berasal dari 108 struktur sumur penemuan migas (discovery) yang
sudah terbukti, berdasarkan data awal tahun 2015. Ada juga temuan 120 struktur sumur
yang memiliki potensi kandungan migas hingga 16,6 miliar barel setara minyak.
Meski sudah ada potensi tersebut, kontraktor migas masih enggan meningkatkannya
menjadi cadangan migas nasional. Kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) menganggap
potensi ini bukan prioritas, makanya mereka enggan melakukan eksplorasi lebih lanjut.
- See more at: http://katadata.co.id/berita/2015/10/21/sudirman-said-akui-investasi-migas-diindonesia-kurang-menarik#sthash.Z5VNs93g.dpuf

Anda mungkin juga menyukai