Anda di halaman 1dari 2

Konsep IJARAH

Ijarah berasal dari kata al-ajr berarti penggantian atau upah. Dalam ilmu fikih
ijarah berarti pemberian hak pemanfaatan yang disertai syarat imbalan.
Ijarah merupakan penjualan manfaat atau kegunaan.
Dalam ilmu fikih sering diartikan dengan suatu akad untuk mendapatkan manfaat
dengan pembayaran sedangkan barang yang diambil manfaatnya itu tetap utuh.
Dari kalangan Hanafiah berpendapat ijarah ialah akad untuk membolehkan
pemilikan manfaat yang diketahui dan disengaja dari suatu zat yang disewa dengan
imbalan.
Contoh ijarah antara lain mengambil manfaat yang berasal dari aset seperti
apartemen untuk dihuni atau mobil untuk dikendarai. Apartemen dan mobil
bendanya tetap utuh, tidak habis, walaupun wujud benda tersebut tentu
mengalami penyusutan yang sudah diperkirakan.
Yang tidak termasuk ijarah antara lain, menyewakan pohon untuk dimanfaatkan
buahnya atau menyewakan makanan untuk dimakan. Keduanya tidak termasuk
ijarah karena barang-barang tersebut tidak bisa dimanfaatkan kecuali barangbarang tersebut akan habis.
Rukun Ijarah dalam ilmu fikih mencakup mujar (orang/barang yang diupah/disewa),
mustajir (orang yang menyewa/mengupah), shigat (ijab dan qabul), dan upah dan
atau manfaat.
Dalam praktek perbankan syari'ah pihak bank disebut mu'jir dan pihak nasabah
disebut musta'jir sebagai penyewa suatu barang milik bank, dan bank mendapatkan
imbalan jasa atas barang yang disewakannya.
Ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam praktek Ijarah, antara lain,
sesuatu itu boleh disewakan untuk memperoleh keuntungan sepanjang tidak
melanggar ketentuan syariat. Syarat yang harus dipenuhi dalam transaksi ijarah ini
ialah sesuatu yang disewakan itu harus jelas dan upahnya pun harus jelas,
demikian pula jangka waktunya dan jenis pekerjaannya.
Adapun syarat Ijarah meliputi, mujar atau mustajir harus akil balig, mustajir harus
benar-benar memiliki barang yang disewakan itu, para pihak harus sama-sama
ridha dalam menjalankan akad, manfaat yang disewakan harus jelas keadaannya

maupun lama penyewaannya, manfaat sewa harus dapat dipenuhi secara nyata
sesuai ketentuan syari'ah, dan tidak dibenarkan menyewakan barang curian.
Manfaat sewa harus halal dan barang yang disewakan tidak cacat yang dapat
merugikan pihak penyewa.
Berakhirnya ijarah disebabkan beberapa hal, antara lain salah satu pihak
meninggal dunia. Jika barang yang disewakan itu berupa hewan maka kematiannya
bisa mengakhiri akad ijaroh, para pihak membatalkan akad dengan sukarela,
barang yang disewakan hancur, dan tentu saja jika masa berlakunya akad telah
selesai.
Dasar hukumnya juga jelas sebagaimana firman Allah Swt: "Kemudian jika mereka
menyusukan (anak-anak)mu untukmu, maka berikanlah kepada mereka upahnya." (Q.S
al-Thalaq:6). Dalam ayat lain juga dijelaskan: "Salah seorang dari kedua perempuan
itu berkata, Wahai Bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena
sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah
orang yang kuat lagi dapat dipercaya." (Q.S al-Qashash: 26). [*]

Anda mungkin juga menyukai