Anda di halaman 1dari 7

SISTEMA MATA/ OPHTHAMOLOGY

Uveal Hematocysts in a Golden Retriever Dog

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mata adalah organ yang memberi kita kemampuan mengenali cahaya, yang
memungkinkan kita untuk belajar lebih banyak tentang dunia sekitar
dibandingkan dengan salah satu dari panca indera lainnya. Kita menggunakan
mata kita hampir disetiap kesempatan, baik membaca, bekerja, menonton televisi,
menulis surat, mengendarai mobil, dan kegiatan lainnya yang tidak terhitung
jumlahnya.
Penglihatan adalah indera yang paling berharga dari panca indera, dan banyak
orang

lebih takut mengalami kebutaan

daripada

cacat

lainnya.

Mata

memungkinkan kita untuk melihat dan menafsirkan bentuk, warna, dan dimensi
benda-benda di dunia dengan mengolah cahaya yang direfleksikan oleh benda
yang melepaskan cahaya.
Mata

mengubah

sinar

cahaya

menjadi

sinyal

elektris,

kemudian

mengirimkannya ke otak, yang menafsirkan sinyal-sinyal elektris sebagai gambar


visual. Bola mata terdapat di dalam pelindung berbentuk kerucut berongga di
tengkorak yang disebut orbit atau soket dengan diameter berukuran satu inci.
Orbit dikelilingi oleh lapisan yang lembut, jaringan lemak yang melindungi mata
dan memungkinkan untuk berputar dengan mudah. Enam otot mengatur gerakan
mata. Diantara bagian-bagian yang lebih penting dari mata manusia adalah iris
atau selaput pelangi, kornea atau selaput bening, lensa, retina, konjungtiva,
makula, dan saraf optik.
Mata dengan fungsi yang sangat vital memiliki resiko kelainan yang
bervariasi. Tingkat kelainan mata dipengaruhi banyak hal seperti nutrisi, trauma,
genetik dan lingkungan. Salah satu kelainan mata yang terjadi adalah uveal
hematocysts atau adanya kista pada uveal disertai adanya pendarahan.

2. TINJAUAN PUSTAKA
Kista adalah tumor jinak di yang paling sering ditemui. Bentuknya kistik,
berisi cairan kental, dan ada pula yang berbentuk anggur. Kista juga ada yang
berisi udara, cairan, nanah, ataupun bahan-bahan lainnya.Kista termasuk tumor
jinak yang terbungkus selaput semacam jaringan.
Kumpulan sel-sel tumor ini terpisah dengan jaringan normal di sekitarnya dan
tidak dapat menyebar ke bagian tubuh lain. Itulah sebabnya tumor jinak relatif
mudah diangkat dengan jalan pembedahan, dan tidak membahayakan kesehatan
penderitanya. Berdasarkan tingkat keganasannya, kista terbagi dua, yaitu nonneoplastik dan neoplastik. Kista non-neoplastik sifatnya jinak dan biasanya akan
mengempis sendiri setelah 2 hingga 3 bulan. Sementara kista neoplastik umumnya
harus dioperasi, namun hal itu pun tergantung pada ukuran dan sifatnya.
Uvea terdiri dari iris, korpus siliaris dan koroid. Bagian ini adalah lapisan
vascular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sclera. Uvea mengandung
banyak pembuluh darah yang berperan dalam memberikan nutrisi ke mata.
Peradangan pada uvea dapat mempengaruhi kornea, retina, sklera dan bagian vital
mata lainnya.

Gambar 1. Uvea Mata


Iris adalah lanjutan dari badan siliar ke anterior dan merupakan diafragma
yang membagi bola mata menjadi 2 segmen, yaitu segmen anterior dan segmen
posterior, di tengah-tengahnya berlubang yang disebut pupil. Iris membagi bilik

mata depan (camera oculi anterior) dan bilik mata posterior (camera oculi
posterior). Iris mempunyai kemampuan mengatur secara otomatis masuknya sinar
ke dalam bola mata.
Secara histologis iris terdiri dari stroma yang jarang diantaranya terdapat
lekukan-lekukan dipermukaan anterior yang berjalan radier yang dinamakan
kripa. Didalam stroma terdapat sel-sel pigmen yang bercabang, banyak pembuluh
darah dan saraf.
Dipermukaan anterior ditutup oleh endotel terkecuali pada kripta, dimana
pembuluh darah dalam stroma, dapat berhubungan langsung dengan cairan di
camera oculi anterior, yang memungkinkan percepatan terjadinya pengaliran
nutrisi ke coa dan sebaliknya. Dibagian posterior dilapisi dengan 2 lapisan epitel,
yang merupakan lanjutan dari epitel pigmen retina, warna iris tergantung dari selsel pigmen yang bercabang yang terdapat di dalam stroma yang banyaknya dapat
berubah-ubah, sedangkan epitel pigmen jumlahnya tetap.
Didalam iris terdapat otot sfingter pupil (M.Sphincter pupillae), yang berjalan
sirkuler, letaknya didalam sroma dekat pupil dan dipersarafi oleh saaraf
parasimpatis, N III. Selain itu juga terdapat otot dilatator pupil (M. Dilatator
pupillae), yang berjalan radier dari akar iris ke pupil, letaknya di bagian posterior
stroma dan diurus saraf simpatis.
Pasokan darah ke iris adalah dari circulus major iris, kapiler-kapiler iris
mempunyai lapisan endotel yang tidak berlobang. Persarafan iris adalah melalui
serat-serat didalam nervi siliaris.
Badan Siliar (Corpus Ciliaris) berbentuk segitiga, terdiri dari 2 bagian yaitu:
pars korona, yang anterior bergerigi, panjangnya kira-kira 2mm dan pars plana,
yang postrior tidak bergerigi panjangnya kira-kira 4 mm. Badan siliaris berfungsi
sebagai pembentuk humor aquous. Badan siliar merupakan bagian terlemah dari
mata. Trauma, peradangan, neoplasma didaerah ini merupakan keadaan yang
gawat.

Pada bagian pars korona diliputi oleh 2 lapisan epitel sebagai kelanjutan dari
epitel iris. Bagian yang menonjol (processus ciliaris) berwarna putih oleh karena
tidak mengandung pigmen, sedangkan di lekukannya berwarna hitam, karena
mengandung pigmen. Didalam badan siliaris terdapat 3 macam otot silier yang
berjalan radier, sirkuler dan longitudinal. Dari processus siliar keluar serat-serat
zonula zinii yang merupakn penggantung lensa. Fungsi otot siliar untuk
akomodasi. kontraksi atau relaksasi otot-otot ini mengakibatkan kontraksi dan
relaksasi dari kapsula lentis, sehingga lensa menjadi lebih atau kurang cembung
yang berguna pada penglihatan dekat atau jauh. Badan siliar banyak mengandung
pembuluh darah dimana pembuluh darah baliknya mengalirkan darah ke
V.vortikosa. Pada bagian pars plana, terdiri dari satu lapisan tipis jaringan otot
dengan pembuluh darah diliputi epitel.
Peradangan uvea meneyebabkan terbentuknya kista biasanya unilateral, dapat
disebabkan oleh defek langsung suatu infeksi atau merupakan fenomena alergi.
Infeksi piogenik biasanya mengikuti suatu trauma tembus okuli; walaupun
kadang-kadang dapat juga terjadi sebagai reaksi terhadap zat toksik yang
diproduksi mikroba yang menginfeksi jaringan tubuh di luar mata. Uveitis yang
berhubungan dengan mekanisme alergi merupakan reaksi hipersensitifitas
terhadap antigen dari luar (antigen eksogen) atau antigen dari dalam badan
(antigen endogen).Dalam banyak hal antigen luar berasal dari mikroba yang
infeksius .Sehubungan dengan hal ini peradangan uvea terjadi lama setelah proses
infeksinya yaitu setelah munculnya mekanisme hipersensitivitas.
Radang iris dan badan siliar menyebabkan rusaknya Blood Aqueous Barrrier
sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin dan sel-sel radang dalam humor akuos
yang tampak pada slitlamp sebagai berkas sinar yang disebuit fler (aqueous flare).
Fibrin dimaksudkan untuk menghambat gerakan kuman, akan tetapi justru
mengakibatkan perlekatan-perlekatan, misalnya perlekatan iris pada permukaan
lensa (sinekia posterior).
Sel-sel radang yang terdiri dari limfosit, makrofag, sel plasma dapat
membentuk presipitat keratik yaitu sel-sel radang yang menempel pada

permukaan endotel kornea. Akumulasi sel-sel radang dapat pula terjadi pada tepi
pupil disebut koeppe nodules, bila dipermukaan iris disebut busacca nodules, yang
bisa ditemukan juga pada permukaan lensa dan sudut bilik mata depan. Pada
iridosiklitis yang berat sel radang dapat sedemikian banyak sehingga
menimbulkan hipopion.
Otot sfingter pupil mendapat rangsangan karena radang, dan pupil akan
miosis dan dengan adanya timbunan fibrin serta sel-sel radang dapat terjadi
seklusio maupun oklusio pupil, sehingga cairan di dalam kamera okuli posterior
tidak dapat mengalir sama sekali mengakibatkan tekanan dalam dalam camera
okuli posterior lebih besar dari tekanan dalam camera okuli anterior sehingga iris
tampak menggelembung kedepan yang disebut iris bombe (Bombans).
Gangguan pada humor akuos terjadi akibat hipofungsi badan siliar
menyebabkan tekanan bola mata turun. Adanya eksudat protein, fibrin dan sel-sel
radang dapat berkumpul di sudut camera okuli anterior sehingga terjadi penutupan
kanal schlemm sehingga terjadi glukoma sekunder.Pada fase akut terjadi
glaucoma sekunder karena gumpalan gumpalan pada sudut bilik depan,sedang
pada fase lanjut glaucoma sekunder terjadi karena adanya seklusio pupil. Naik
turunnya bola mata disebutkan pula sebagai peran asetilkolin dan prostaglandin.
3. STUDI KASUS
Signalment
Jenis : Anjing
Breed : Golden Retriver
Umur : 7 Tahun
Jenis Kelamin : Jantan
Anamnesa
Sebuah anjing jantan golden retrver umur 7 tahun. Dibawa ke Pusat
Medical Veterinary Iowa State University Lloyd, untuk pemeriksaan mata. Selama

1 bulan pada mata anjing terlihat struktur coklat multifokal di ruang anterior mata
kiri dan kanan, serta terlihat keluarnya darah pada mata kanan.
Diagnosa
Uveal Hematocysts
4. PEMBAHASAN
Hasil pemeriksaan mata terlihat palpebral normal dan refleks ada respon reflek
cahaya pada pupil kedua mata. Kedua mata terlihat hiperemia konjungtiva ringan,
iris menyebar hiperpigmentasi, deposisi pigmen pada kapsul lensa anterior, dan
banyak kista uveal di ruang anterior.Terdapat pendarahan pada bagian anterior
(Gambar 1). Terlihat katarak kortikal

di mata kanan. Pewarnaan fluorescein

negatif pada kedua mata. Tanda-tanda klinis pasien mengalami uveitis. Mata
anjing diteteskan prednisolon asetat 1% dan 1% tropikamid pada kedua mata
sekali sehari, setelah 2 minggu kemudian terjadi perubahan menjadi hiperemia
konjungtiva di kedua mata dan pecahnya satu kista serta pendarahan. Selanjutnya
dilakukan evaluasi setiap 3-6 bulan untuk memantau perkembangan uveitis dan
perubahan gejala selanjutnya.

Gambar 1: Foto dari mata kanan dengan beberapa hematocysts uveal. Iris
hiperpigmentasi, deposito pigmen pada kapsul lensa anterior, medial posterior
synechia (perlekatan antara iris dan lensa), dan katarak.

Discusion
Anjing golden retriever terkena uveitis dengan adanya iridociliary cysts
merupakan penyakit bersiifat kronis yang dimediasi rendahnya imun dan
dimungkinkan pengaruh genetik. Tanda-tanda klinis dari gangguan tersebut
meliputi iris hiperpigmentasi dan penebalan, pigmen dispersi di ruang anterior,
dan deposisi pigmen pada kapsul lensa anterior dan endothelium kornea. Flare
berair.
Uveal hematocysts dapat disebabkan oleh defek langsung peradangan pada
uveal (uveitis), dikarenakan suatu infeksi dan alergi. Infeksi piogenik biasanya
mengikuti suatu trauma tembus okuli; walaupun kadang-kadang dapat juga terjadi
sebagai reaksi terhadap zat toksik yang diproduksi mikroba yang menginfeksi
jaringan tubuh di luar mata. Uveitis yang berhubungan dengan mekanisme alergi
merupakan reaksi hipersensitifitas terhadap antigen dari luar (antigen eksogen)
atau antigen dari dalam badan (antigen endogen). Dalam banyak hal antigen luar
berasal dari mikroba yang infeksiu. Sehubungan dengan hal ini peradangan uvea
terjadi lama setelah proses infeksinya yaitu setelah munculnya mekanisme
hipersensitivitas.
Radang iris dan badan siliar menyebabkan rusaknya Blood Aqueous
Barrrier sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin dan sel-sel radang dalam
humor akuos yang tampak pada slitlamp sebagai berkas sinar yang disebuit fler
(aqueous flare). Fibrin dimaksudkan untuk menghambat gerakan kuman, akan
tetapi justru mengakibatkan perlekatan-perlekatan, misalnya perlekatan iris pada
permukaan lensa (sinekia posterior).

Anda mungkin juga menyukai