Acute Pancreatitis
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini kasus yang dihadapi pada saat berada di klinik hewan sebagian
besar adalah kasus sistem digesti. Pada dasarnya sistem pencernaan makanan
dalam tubuh manusia dibagi menjadi tiga bagian, yaitu proses penghancuran
makanan yang terjadi dalam mulut hingga lambung. Selanjutnya adalah proses
penyerapan sari-sari makanan yang terjadi di dalam usus. Kemudian proses
pengeluaran sisa sisa makanan melalui anus. Penyakit sistem digesti dapat
meliputi berbagai organ pencernaan, dari mulut, faring, esofagus, lambung,
duodenum, usus halus, usus besar kolon, rektum, anus dll. Pada kasus ini akan
dibahas lebih lanjut tentang gangguan metabolisme pencernaan akibat pankreatitis
akut.
Pankreatitis adalah kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pankreas,
yang menyebabkan kerusakan kelenjar yang menetap. Pankreas adalah suatu
kelenjar yang terlatak di belakang lambung. Pankreatitis terjadi sebagai hasil dari
kebocoran enzim pencernaan ke dalam pankreas. Enzim pencernaan membantu
memecahkan makromolekul menjadi molekul-molekul kecil untuk memfasilitasi
penyerapan makanan oleh tubuh. Ketika terjadi kebocoran enzim-enzim ini ke
dalam pankreas, hal ini menyebabkan mencerna pankreas itu sendiri bukan
membantu pencernaan makanan, sehingga menyebabkan peradangan pankreas.
Ketika kondisi ini berlangsung lama, pankreas gagal menghasilkan cukup enzim
pencernaan untuk pencernaan makanan secara adekuat. Terdapat 2 tipe
pankreatitis: akut dan kronis. Pankreatitis akut terjadi secara mendadak dan
membaik dalam beberapa hari.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Acute Pancreatitis
Pankreatitis adalah reaksi peradangan pankreas. Pankreatitis (inflamasi
pankreas) merupakan penyakit yang serius pada pankreas dengan intensitas yang
dapat berkisar dari kelainan yang relatif ringan dan sembuh sendiri hingga
penyakit yang berjalan denan cepat dan fatal yang tidak bereaksi dengan
pengobatan.
Terdapat beberapa teori tentang penyebab atau mekanisme terjadinya
pankreatitis yang pada umumnya dapat dikatakan sebagai otodigesti pankreas.
Umumnya semua teori ini menyatakan bahwa duktus pankaretis tersumbat disertai
oleh hipersekresi enzim-enzim eksotrin dari pankreas. Enzim-enzim ini memasuki
saluran empedu serta diaktifkan disana dan kemudian bersama-sama getah
empedu mengalir balik (refluksi) ke dalam duktus pankreatis, sehingga terjadi
pankreatitis.
Dalam keadaan normal pankreas terlindung dari efek enzimatik enzim
digestinya sendiri. Enzim ini disintesis sebagai zimogen yang inaktif dan
diaktivasi dengan pemecahan rantai peptid secara enzimatik. Enzim proteoloitik
(tripsin, kemotripsin, karboksipeptidase, elastase) dan fospolipase, termasuk
dalam kelompok ini. Enzim digestif yang lain seperti amilase dan lipase disintesis
dalam bentuk inaktif, disimpan dalam bentuk in aktif dan disimpan dalam butir
zimogen sehingga terisolasi oleh membran fosfolipid didalam sel asinin.
Selain itu terdapat inhibitor didalam jaringan pankreas. Cairan pankreas dan
serum sehinggga dapat mengaktifasi protoase yang diaktifasi terlalu dini. Dalam
proses aktifasi enzim didalam pankreas peran penting terletak pada tripsin yang
mengaktifasi semu zimogen pankreas yang terlihat dalam yang terlihat dalam
proses auto digesti (kemotripzinogen, proelastase, fosfolipase).
Hanya lipase yang aktif yang tidak tergantung pada tripsin. Aktifasi zimogen
secara normal dimulai dari enterokinase di duodenum. Ini mengakibatkan
mulanya aktivasi tripsin yang kemudian mengaktivasi zimogen yang lain. Jadi
diduga bahwa aktifasi dini tripsinogen menjadi tripsin adalah pemicu bagi
kaskade auto digestif pankreas.
3. STUDI KASUS
Signalment
Jenis
: Anjing
gerakan enzim pankreas melalui sistem portal melibatkan portal atau saluran
empedu dan menyebabkan kolestasis (Williams dan Steiner 2005).
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pankreatitis akut pada anjing merupakan autodigesti di dalam kelenjar akibat
aktivasi prematur zimogen (prekursor dari enzim digestif) dalam sel-sel sekretor
pankreas (asinar), sistem saluran atau ruang interstisial, yang menyebabkan
komplikasi sistemik meliputi gangguan kardiovaskular, renal, pulmonary,
metabolik, hemoragik, abnormalitas sistem saraf pusat.
DAFTAR PUSTAKA
Brockus CW, Andreasen CB (2005): Erythrocytes. In: Latimer KS, Mahaffey EA,
Prasse KW (eds.): Duncan and Prasses Veterinary Laboratory Medicine:
Clinical Pathology. 4th ed. Blackwell Publishing, Ames. 3644.
Center SA (2009): Diseases of the gallbladder and biliary tree. Veterinary Clinics
of North America Small Animal Practice 39, 543598.
Chan AK (2006): Intermittent pancreatitis in a 2-year-old Chihuahua mixed breed
dog. Canadian Veterinary Journal 47, 475478.
Chantrey J, Chapman PS, Patterson-Kane JC (2002): Haemolytic uraemic
syndrome in a dog. Journal of the American Veterinary Medical Association
48, 470472.
DellOrco M, Bertazzolo W, Pagilaro L, Roccablanca P, Comazzi S (2005):
Haemolytic uraemic syndrome in a dog. Veterinary Clinical Pathology
Journal 34, 264269.
Hess RS, Saunders MH, Van Winkle TJ, Shofer FS, Washabau RJ (1998):
Clinical, clinicopathologic, radiographic and ultrasound abnormalities in
dogs with fatal acute pancreatitis. Journal of American Veterinary Medical
Association 213, 665670.
Williams DA, Steiner JM (2005): Exocrine pancreatic disease. In: Ettinger SJ,
Feldman EC (eds.): Textbook of Veterinary Internal Medicine, Diseases of
Dog and Cat. 6th ed. Elsevier Saunders, Philadelphia. 14821487.
Xenolius PG, Suchodolski JS; Steiner JM (2008): Chronic pancreatitis in dogs and
cats. Compendium on Continuing Education for the Practicing Veterinarian
30, 166180.
Zhang XP, Li ZJ (2009): Inflammatory mediators and microcirculatory
disturbance in pancreatitis. Hepatobiliary Pancreatic Disease International 8,
351357. Received: 20110704