Anda di halaman 1dari 14

Pendahuluan

Bernafas adalah salah satu kebutuhan manusia yang sangat penting. Karenanya,
sistem pernapasan yang ada pada manusia sangat penting. Jika salah satu bagian dari
sistem pernapasan tersebut ada yang terganggu, maka aktifitas manusia dapat terganggu
bahkan, dapat menyebabkan kematian. Pada makalah ini, akan dibahas beberapa sudut
pandang sistem pernapasan terutama paru. Mulai dari struktur makroskopis, mikroskopis,
mekanisme dan fungsi, dan sistem pemeriksaan.

1. Sistem Pernapasan
Pada dasarnya, sistem pernapasan tersusun dari: Cavum Nasalis, Faring, trakea,
bronkus

primer,

bronkus

kecil,

bronkiolus,

bronkiolus

terminalis,

bronkiolus

respiratorius, duktus alveolaris, sakus alveolaris, alveoli.


2. Struktur
2.1 Makroskopis
Masing-masing paru terletak bebas di dalam cavum pleura. Keduanya dipisahkan
oleh jantung dan isi mediastinum lainnya. Paru berupa spons, mengapung dalam air,
sangat elastik, dan berkresipitasi bila diraba, karena udara dalam alveoli. Paru memiliki
apex, basis, tiga tepi, dan dua permukaan. Bentuk paru menyerupai sebuah kerucut.
Normal paru kanan sedikit lebih besar dari paru kiri, karena mediastinum medius yang
berisi jantung, menonjol lebih kearah kiri daripada kanan. Apex berkontak dengan pleura
cervicalis, basis berbentuk semilunar dan konkaf, berbaring pada permukaan superior
diafragma.
Paru kiri dibagi menjadi lobus-lobus superior dan inferior oleh fissura obliqua.
Lobus superior berada di sebelah anterosuperior fissura obliqua. Labus inferior yang
lebih besar, berada postero-inferior terhadap fissura obliqua. Paru kanan terbagi menjadi
lobus superior, medius dan inferior. Fissura obliqus kanan memisahkan lobus inferior dan
medius, sedangkan fissura horizontal memisahkan lobus superior dan medius.
Puncak paru berada kira-kira 2.5cm di sebelah cranial sepertiga bagian tengah
clavicula karena apex berada pada fossa supraclavicularis pangkal leher. Dari puncak
paru, kearah medial dan bawah, tepi masing-masing paru menuju angulus sterni, sedikit
disebelah lateral garis tengah.
Setiap paru dilapisi oleh suatu membran tipis, yaitu pleura viseralis, yang
bersambungan dengan pleura parietalis, yang melapisi dinding dada, diafragma,
perikardium, dan mediastinum. Ruang diantara lapisan parietal dan viseral sangat tipis
pada keadaan sehat dan dilubrikasi oleh cairan pleura.
Diafragma yang berbentuk kubah memisahkan toraks dan abdomen dan terdiri
dari otot-otot di bagian perifer dan suatu tendin sentral, yang sebagian bersatu dengan
perikardium. Diafragma muskular berorigo dengan vertebrae dan ligamentum arkuatum,
rongga toraks, dan sternum.

2.2 Mikroskopis
Bagian respirasi terdiri atas bronkioli respiratorius, duktus alveolaris, sakus
alveolaris, dan alveoli. Semua tulang rawan dalam paru adalah hialin. Histologi bronki
ekstrapulmonal serupa dengan trakea. Pada bronki intrapulmonal, cincin tulang rawan
berbentuk C deganti dengan lempang-lempeng tulang rawan yang mengelilingi bronki.
Otot polos menyebar dari muskulus trakealisdan mengelilingi lumen bronki.
Bronkus intrapulmonal biasanya dikenali oleh adanya beberapa lempeng tulang
rawan yang letaknya berdekatan. Epitelnya adalah epitel bertingkat semu silindris bersilia
bersel goblet. Sisa dindingnya terdiri atas lamina propia tipis, selapis tipis otot polos,
submukosa dengan kelenjar bronkial, lempeng tulang rawan hialin, dan adventisia.
Setelah bronki intrapulmonal bercabang menjadi bronki lebih kecil, ketebalan
epitel dan jumlah tulang rawannya berkurang sampai hanya ditemukan lempeng-lempeng
kecil tulang rawan. Bronki dengan diameter kira-kira 1mm tidak memiliki tulang rawan
lagi.
Bronkiolus mempunyai epitel yang rendah yaitu epitel bertingkat semu silindris
bersilia dangan kadang-kadang terdapat sel goblet. Mukosanya berlipat dan otot polos
yang melapisi lumennya relatif banyak. Tidak ada tulang rawan dan kelenjar lagi, dan
adventisia mengelilingi struktur ini.
Bronkiolus terminalis menampakkan mukosa yang berombak dengan epitel
silindris bersilia. Tidak ada sel goblet pada bronkiolus terminalis. Lamina propia tipis,
selapis otot polos, dan masih ada adventisia pada bronkiolus terminalis.
Bronkiolus respiratorius langsung berhubungan duktus alveolaris dan alveoli.
Epitel pada bronkiolus ini adalah selapis silindris rendah atau kuboid dan dapat bersilia di
bagian proksimal saluran ini. Sedikit jaringan ikat menunjang lapisan otot polos, serat
elastin lamina propia, dan pembuluh darah yang menyertainya. Setiap alveolus terdapat
pada dinding bronkus respiratorius, berupa kantong-kantong kecil. Jumlah alveoli
bertambah kearah distal. Epitel dan otot polos pada bronkiolus respiratorius tampak
sebagai daerah terputus-putus dan kecil diantara muara alveoli. Beberapa alveoli menjadi
astu membentuk duktus alveolaris dengan salurannya yaitu sakus alveolaris. Alveoli akan
membentuk parenkim paru dan memperlihatkan gambaran renda halus.

3. mekanisme dan fungsi


Paru-paru dapat dikembangkempiskan melalui dua cara: (1) diafragma bergerak
turun naik untuk memperbesar atau memperkecil rongga dada, dan (2) depresi dan
elevasi tulang iga untuk memperbesar atau memperkecil diameter anteroposterior rongga
dada.
Pernapasan normal dan tenang dapat dicapai dengan hampir sempurna melalui
metode pertama dari kedua metode tersebut, yaitu melalui gerakan diafragma. Selama
inspirasi,kontraksi diafragma menarik permukaan bawah paru kearah bawah. Kemudian,
selama ekspirasi, diafragma mengadakan relaksasi, dan sifat elastis daya lenting paru,
dinding dada, dan struktur abdominal akan menekan paru-paru. Namun, selama bernapas
kuat, daya elastis tidak cukup untuk menghasilkan ekspirasi kuat yang diperlukan,
sehingga diperlukan tenaga ekstra yang terutama diperoleh dari kontraksi oto-otot
abdominal, yang mendorong isi abdomen keatas melawan dasar diafragma.
Metode kedua untuk mengembangkan paru adalah dengan mengangkat iga.
Pengembangan paru, ini dapat terjadi karena pada posisi istirahat, iga miring kebawah,
dengan demikian sternum turun ke belakang kearah kolumna vertebralis. Titapi, bila
rangka iga dielevasikan, tulang iga langsung maju sehingga sternum sekarang bergerak
kedepan menjauhi spinal, membentuk jarak anteroposterior dada kira-kira 20% lebih
besar selama inspirasi maksimum dibandingkan selama ekspirasi.
Paru-paru merupakan struktur elastis yang akan mengempis seperti balon dan
mengeluarkan semua udaranya melalui trakea bila tidak ada kekuatan untuk
mempertahankan perkembangannya. Juga, tidak terdapat perlekatan antara paru-paru
dean dinding rangka kecuali pada bagian di mana paru-paru tergantung pada hilum dan
mediastinumnya. Bahkan, paru-paru sebetulnya mengapung dalam rongga toraks,
dikelilingi oleh suatu lapisan tipis cairan pleura yang menjadi pelumas bagi gerakan paruparu dalam rongga.
Volume dan napas (tidal) adalah volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi
setiap kali bernapas normal, besarnya kira-kira 500 ml pada rata-rata orang dewasa muda.
Volume cadangan inspirasi adalah volume udara ekstra yang dapat diinspirasi setelah dan
di

atas

volume

alur

napas

normal

dan

biasanya

mencapai

3000

ml.

Volume cadangan ekspirasi adalah jumlah udara ekstra yang dapat diekspirasi oleh

ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi alun napas normal, jumlah normalnya adalah sekitar
1100 ml. Volume residu yaitu volume udara yang masih tetap berada pada atau dalam
paru setelah ekspirasi paling kuat. Volume ini besarnya kira-kira 1200 ml.
Kapasitas inspirasi sama dengan volume alun napas ditambah volume cadangan
inspirasi. Ini adalah jumlah udara kira-kira 3500 ml yang dapat dihirup oleh seseorang,
dimulai pada tingkatan ekspirasi normal dan pengembangan paru sampai jumlah
maksimum.Kapasitas residu fungsional sama dengan volume cadangan ekspirasi
ditambah volume residu. Ini adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru pada akhir
ekspirasi normal kira-kira 2300 ml. Kapasitas vital sama dengan volume cadangan
inspirasi ditambah volume alun napas dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah
udara maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu
mengisi paru secara maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya kirakira 4600 ml. Kapasitas paru total adalah volume maksimum dimana paru dapat
dikembangkan sebesar mungkin dengan inspirasi paksa kira-kira 5800 ml, jumlah ini
sama dengan kapasitas vital ditambah volume residu. Volume dan kapasitas seluruh paru
pada wanita kira-kira 20 sampai 25% lebih kecil daripada pria.
Gas dapat bergerak ari suatu tempat ke tempat lain dengan cara difusi, dan
pergerakan ini disebabkan oleh perbedaan tekanan dari tempat pertama ke tempat lain.
Dengan demikian, oksigen berdifusi dari alveoli ke dalam darah kapiler paru karena
tekanan oksigen dalam alveoli lebih besar daripada tekanan oksigen darah paru.
Kemudian, dalam jaringan, tekanan oksigen yang sangat tinggi dalam darah kapiler
menyebabkan ksigen berdifusi kedalam sel.
Sebaliknya, bila oksigen dimetabolisme dalam sel untuk membentuk karbon
dioksida, tekanan karbon dioksida meningkat ke nilai yang tinggi, sehingga karbon
dioksida berdifusi kedalam kapiler jaringan. Demikian pula, karbon dioksida berdifusi
keluar dari darah masuk kedalam alveoli karena tekanan karbon dioksida dalam darah
kapiler paru lebih besar daripada dalam alveoli.
PH arteri sistemik dipertahankan antara 7,35 7,45 oleh buffer kimia
intra/ekstraseluler, bersama dengan mekanisme regulasi respirasi dan renal. Stabilisasi pH
arteri dengan cara ekskresi/retensi asam/basa, berjalan dengan kontrol PaCO 2 oleh SSP
dan sistem respirasi; serta kontrol bikarbonat plasma oleh ginjal.

Produksi dan ekskresi CO2 disesuaikan sedemikian rupa untuk mempertahankan


PaCO2 pada 40 mmHg. Berkurangnya ekskresi CO2 menyebabkan terjadinya hiperkapnia
dan ekskresi berlebih mengakibatkan terjadinya hipokapnia. Namun produksi dan
ekskresi disesuaikan lagi pada kadar tetap (steady-state) PaCO2 yang baru. PaCO2 diatur
secara primer oleh faktor-faktor respirasi neural dan tidak diatur oleh kecepatan produksi
CO2. Hiperkapnia biasanya akibat dari hipoventilasi daripada akibat meningkatnya
produksi CO2. Naik/turunnya PaCO2 menggambarkan kekacauan kontrol respirasi neural
atau sebagai respon kompensasi dari perubahan primer kadar bikarbonat plasma.
Perubahan primer PaCO2 dapat menyebabkan asidosis atau alkalosis respiratorik,
tergantung dari apakah PaCO2 > atau <nilai normalnya (40 mmHg). Perubahan primer
PaCO2 menimbulkan buffer seluler dan adaptasi renal, suatu proses lambat yang efisien.
Perubahan primer bikarbonat plasma sabagai akibat yang timbul dari faktorfaktor metabolic/renal menyebabkan perubahan kompensasi ventilasi yang hampir tidak
merubah pH darah. Jadi perubahan respirasi merupakan perubahan sekunder/kompensasi
sebagai respon adanya perubahan metabolik primer.
Ginjal mengatur kadar bikarbonat plasma melalui 3 proses utama :
1. reabsorpsi bikarbonat yang telah difiltrasi
2. pembentukan asam yang dapat dititrasi
3. ekskresi NH4+ melalui urine
Ginjal memfiltrasi hampir 4000 mmol bikarbonat per hari. Untuk mereabsorsi
bikarbonat yang telah difiltrasi, tubulus ginjal harus mensekresi 4000 mmol ion
hydrogen. 80-90% reabsorsi bikarbonat terjadi di tubulus proksimal. Nefron di distal
mereabsorpsi sisanya dan proton yang disekresi sebagai hasil metabolisme, untuk
mempertahankan pH sistemik. Ketika jumlah proton, 40-60 mmol perhari, sedikit, ia
harus disekresikan untuk mencegah balans positif H+ kronik dan asidosis metabolik.
Jumlah proton yang disekresi terlihat dalam urin sebagai asam yang dapat dititrasi dan
NH4+. Asidosis metabolik yang terjadi pada fungsi ginjal normal, meningkatkan produksi
dan ekskresi NH4+.

4. Pemeriksaan
4.1 Pemeriksaan radiologi
X - ray
X-ray (sinar rontgen) adalah tes noninvasive medis yang membantu dokter
mendiagnosa dan mengobati penyakit. pengambaran dengan foto sinar-x melibatkan
salah satu bagian tubuh dengan dosis kecil radiasi ionisasi untuk menghasilkan gambar
dari bagian dalam tubuh.
Sinar X adalah bentuk radiasi seperti cahaya atau gelombang radio. X-rays
melewati sebagian besar benda, termasuk tubuh. Tulang yang padat lebih dapat menyerap
sinar ini, sedangkan tulang lunak, lemak, dan organ lainnya lebih banyak dilewati oleh
sinar x sehingga tidak diserap. Akibatnya, tulang muncul putih di x-ray dan jarngan
lainnya menjadi warna yang gelap.
x-ray digunakan untuk:
-

diagnose broken bones or joint dislocation. mendiagnosis patah tulang


atau dislokasi.

Menunjukkan susunan tulang yang normal saat pengobatan terhadap


fraktur.

panduan operasi pembedahan tulang.

membantu dalam deteksi dan diagnosa tulang dari kanker.

Tetapi, x ray sudah terbukti dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi


terhadap tubuh. Antara lain adalah kanker.

CT Scan
CT scan adalah teknik khusus dengan menggunakan sinar x ray yang akan
mengirimkan beberapa sinar secara berkala kearah yang berbeda beda. Cara kerja CT
scan adalah dengan mengukur kekuatan yang di hasilkan dari cahaya sinar x yang sudah
melalui tubuh. Cahaya yang melalui jaringan yang kurang padat akan lebih kuat.
Sdangkan, cahaya yang melalui jaringan padat seperti tulang akan lebih lemah. CT scan
yang jauh lebih rinci daripada biasa X-rays. CT scan jauh lebih rinci daripada biasa Xrays. Informasi dari dua dimensi gambar komputer dapat kembali digunakan untuk
menghasilkan gambar tiga dimensi oleh beberapa CT Scanner modern.
CT scan yang pada awalnya dirancang untuk mengambil gambar otak. Sekarang
ini jauh lebih maju dan digunakan untuk mengambil gambar hampir setiap bagian dari
tubuh. Scanner sangat baik untuk tes darah di dalam otak, untuk aneurysms, tumor otak,
dan kerusakan otak.

MRI
MRI adalah prosedur diagnostik yang menggunakan kombinasi magnet yang
besar, frekuensi radio, dan komputer untuk menghasilkan gambar organ rinci dan struktur
di dalam tubuh. MRI yang sering digunakan:
-

untuk memeriksa jantung, otak, hati, pankreas, organ reproduksi laki-laki


dan perempuan dan jaringan lunak lainnya.

untuk menilai aliran darah.

untuk mendeteksi dan mendiagnosa tumor dan kanker.

untuk mengevaluasi infeksi.

untuk menilai cedera ke tulang dan sendi.

MRI adalah mesin yang besar, silinder yang menghasilkan energi magnetik yang
besar. Medan magnet dan frekuensi radio ini akan mengatur kandungan hidrigen dalam
tubuh. Lalu komputer akan membuat gambaran dua dimensi berdasarkan susunan
hidrogen ini. MRI tidak menggunakan sinar radiasi sehingga lebih aman dari x ray dan
CT scan.

Nuclear Medicine
Nuclear medicine adalah bagian dari radiologi yang menggunakan bahan
radioaktif yang sangat kecil untuk memeriksa struktur dan fungsi organ. Nuclear
medicine mempunyai tiga tahap mencari, mengambil dan menginterpretasikan gambar.

USG
Ultrasound imaging, juga disebut ultrasound scan atau sonography, melibatkan
bagian tubuh tinggi frekuensi gelombang suara untuk menghasilkan gambar dari bagian
dalam tubuh. Ultrasound imaging adalah noninvasive tes medis yang membantu dokter
mendiagnosa dan mengobati penyakit. Karena ultrasound di ambil pada waktu yang
cepat, mesin ini dapat memperlihatkan gambaran aliran darah.

Ultrasound imaging didasarkan pada prinsip-prinsip yang sama yang terlibat


dalam sonar yang digunakan oleh kelelawar, kapal dan nelayan. Ketika suara gelombang
menyentuh objek ia kembali memantul atau Gema. Pengukuran gelombang ini yang
digunakan untuk menentukan seberapa jauh objek dan ukurannya, bentuk, dan
konsistensi (apakah objek yang kuat, penuh dengan cairan, atau keduanya).

4.2 Pemeriksaan fisik paru


Pemeriksaan dada adalah untuk mendapatkan kesan dari bentuk dan fungsi dari
dada dan organ di dalamnya. Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi.
Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh
yang diperiksa melalui pengamatan. Cahaya yang adekuat diperlukan agar perawat dapat
membedakan warna, bentuk dan kebersihan tubuh klien. Fokus inspeksi pada setiap
bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris. Dan perlu
dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya.
Langkah dalam inspeksi paru adalah:
1. Posisi pasien duduk sama tinggi dengan pemeriksa atau berbaring
2. Bila pasien duduk, pemeriksaan pada dada depan, kedua tangan pasien
diletakkan di paha atau pinggang. Untuk pemeriksaan bagian belakang dada,
kedua lengan disilangkan didepan dada atau tangan kanan dibahu kiri dan tangan
kiri dibahu kanan.
3. Bila pasien berbaring posisi lengan pada masing- masing sisi tubuh
4. Secara keseluruhan perhatikan bentuk dan ukuran dinding dada, deviasi, tulang
iga, ruang antar iga, retraksi, pulsasi, bendungan vena dan penonjolan

epigastrium.
5. Pemeriksaan dari depan perhatikan klavikula, fossa supra/infraklavikula, lokasi
iga pada kedua sisi
6. Pemeriksaan dari belakang perhatikan vertebra servikalis 7, bentuk skapula,
ujung bawah skapula setinggi v. torakalis 8 dan bentuk atau jalannya kolumna
vertebralis
Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan jari-jari
adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya tentang :
temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, ukuran. Langkah dalam palpasi adalah:
1. Posisi pasien duduk dengan kedua tangan dipaha atau dipinggang berhadapan
dengan pemeriksa
2. Letakkan kedua telapak tangan pemeriksa pada dinding dada pasien sesuai
posisi yaitu telapak tangan kanan pemeriksa ke dinding dada kiri pasien,
sedangkan

telapak

kiri

pemeriksa

pada

dinding

dada

kanan

pasien

3. Letakkan jari telunjuk dibawah tulang klavikula dan jari- jari lainnya disebar
sedemikian rupa sehingga masing- masing berada di tulang iga berikutnya
4. Pasien diminta bernapas dalam dan kuat dan perhatikan gerakan jari- jari
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh
tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan) dengan tujuan
menghasilkan suara. Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan
konsistensi jaringan. Perawat menggunakan kedua tangannya sebagai alat untuk
menghasilkan suara. Langkah dalam perkusi adalah:
1. Posisi pasien duduk dengan kedua tangan dipaha atau dipinggang dan
berhadapan dengan pemeriksa
2. Lakukan perkusi secara dalam pada fossa supraklavikula kanan, kemudian
lanjutkan kebagian dada kiri .
3. selanjutnya lokasi perkusi bergeser kebawah sekitar 2- 3 cm, Begitulah
seterusnya kebawah sampai batas atas abdomen
4. Mintalah pasien untuk mengangkat kedua lengan untuk melakukan perkusi
aksila dari atas kebawah di kanan dan kiri

5.

Bandingkan

getaran

suara

yang

dihasilkan

oleh

perkusi

normal suara dada/ paru adalah sonor. Bila redup kemungkinan adanya tumor,
cairan, sekret. Suara hipersonor akibat adanya udara dalam pleura.
Auskultasi dalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan
suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan
stetoskop.
4.3 Pemeriksaan cairan pleura
Efusi pleura adalah akumulasi cairan yang berlebihan pada rongga pleura, cairan
tersebut mengisi ruangan yang mengelilingi paru. Cairan dalam jumlah yang berlebihan
dapat mengganggu pernapasan dengan membatasi peregangan paru selama inhalasi
Terdapat empat tipe cairan yang dapat ditemukan pada efusi pleura
1. Cairan serus (hidrothorax)
2. Darah (hemothotaks)
3. Chyle (chylothoraks)
4. Nanah (pyothoraks atau empyema)
Efusi pleura didiagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan di
konfirmasi dengan foto thoraks. Dengan foto thoraks posisi lateral decubitus dapat
diketahui adanya cairan dalam rongga pleura sebanyak paling sedikit 50 ml, sedangkan
dengan posisi AP atau PA paling tidak cairan dalam rongga pleura sebanya 300 ml. Pada
foto thoraks posisi AP atau PA ditemukan adanya sudut costophreicus yang tidak tajam.
Apabila cairan yang terakumulasi lebih dari 500 ml, biasanya akan menunjukkan gejala
klinis seperti penurunan pergerakan dada yang terkena efusi pada saat inspirasi, pada
pemeriksaan perkusi didapatkan dullness/pekak, auskultasi didapatkan suara pernapasan
menurun, dan vocal fremitus yang menurun.
Bila efusi pleura telah didiagnosis, penyebabnya harus diketahui, kemudian cairan
pleura diambil dengan jarum, tindakan ini disebut thorakosentesis. Setelah didapatkan
cairan efusi dilakukan pemeriksaan seperti:
1. Komposisi kimia seperti protein, laktat dehidrogenase (LDH), albumin, amylase,
pH, dan glucose

2. Dilakukan pemeriksaan gram, kultur, sensitifitas untuk mengetahui kemungkinan


terjadi infeksi bakteri
3. Pemeriksaan hitung sel
4. Sitologi untuk mengidentifikasi adanya keganasan
Langkah selanjutnya dalam evaluasi cairan pleura adalah untuk membedakan
apakan cairan tersebut merupakan cairan transudat atau eksudat. Efusi pleura transudatif
disebabkan oleh faktor sistemik yang mengubah keseimbangan antara pembentukan dan
penyerapan cairan pleura. Misalnya pada keadaan gagal jantung kiri, emboli paru, sirosis
hepatis. Sedangkan efusi pleura eksudatif disebabkan oleh faktor local yang
mempengaruhi pembentukan dan penyerapan cairan pleura. Efusi pleura eksudatif
biasanya ditemukan pada Tuberkulosis paru, pneumonia bakteri, infeksi virus, dan
keganasan

Daftar Pustaka
1. Gangguan

asam

basa.

2008.

Diunduh

dari

http://jihannuraliya.multiply.com/journal/item/10. 19 mei 2009.


2. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008.h.495-559.
3. Gunardi S. Anatomi sistem pernapasan. Edisi ke-1. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.h.1-94.
4. Eroschenko VP. Atlas histologi di fiore. Edisi ke-9. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2003.h.231-45.
5. Ward JPT. At a glance sistem respirasi. Edisi ke-2. Jakarta: penerbit Erlangga;
2007.h.1-45.
6. Alat pernafasan. 2005. Diunduh dari http://bebas.vlsm.org/v12/sponsor/SponsorPendamping/Praweda/Biologi/0076%20Bio%202-8c.htm. 19 Mei 2009.
7. Pemeriksaan

dada.

2009.

diunduh

http://anam56.blogspot.com/2009/01/pemeriksaan-dada-toraks.html.

dari
19

Mei

2009.
8. efusi pleura. 2008. Diunduh dari http://dewabenny.com/2008/06/22/efusi-pleura/.
19 Mei 2009.
9. Radiologi.

2008.

Diunduh

http://www.radiologyinfo.org/en/sitemap/system.cfm?
sistem=chest&modal=DIAG. 19 mei 2009.

dari

Anda mungkin juga menyukai