Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH PBL MANDIRI

BLOK 10
UROGENITAL - 1

DISUSUN OLEH :
GILANG BHASKARA
NIM : 10-2008-095
KELOMPOK A1

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
TAHUN 2009

KATA PENGANTAR
Pernahkah anda membayangkan bahwa di dalam tubuh anda tersimpan organ-organ yang
berperan penting dalam kehidupan anda layaknya suatu harta yang harus dijaga dengan sangat
hati-hati ?
Salah satu organ yang vital adalah ginjal anda. Pernahkah anda berpikir bagaimana urin /
air kencing anda terbentuk ? Semua adalah kerja organ satu ini dengan berbagai tahap pembuatan
mulai dari filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi.
Makalah ini dilengkapi dengan struktur organ ginjal, mekanisme pembentukan urin,
pemeriksaan fisik, laboratorium , serta radiologis dari sistem urinarius tersebut . Dengan
membaca makalah ini diharapkan dapat memberi wawasan tambahan kepada pembaca mengenai
sistem uropoetika.
Akhir kata selamat membaca.

Jakarta, 3 Oktober 2009


Gilang Bhaskara

DAFTAR ISI
2

01. Skenario....................................................................................................................................4
02. STEP 1 IDENTIFIKASI ISTILAH YANG TAK DIKETAHUI............................................4
03. STEP 2 IDENTIFIKASI MASALAH.4
04. STEP 3 ANALISA MASALAH......4
05. STEP 4 HIPOTESIS.4
06. STEP 5 SASARAN PEMBELAJARAN.................................................................................5
07. STEP 6 HASIL BELAJAR MANDIRI5
08. Struktur Makroskopis / Anatomis .............................................................................................5
09. Struktur Mikroskopis.............8
10. Mekanisme Pembentukan Urin........11
11. Mekanisme Pengenceran .........................................................................................................16
12. Sifat dan Komposisi Urin ........................................................................................................16
13. Mekanisme Berkemih...............................................................................................................17
14. Anamnesis................................................................................................................................17
15. Pemeriksaan Fisik....................................................................................................................18
16. Pemeriksaan Laboratorium.......................................................................................................18
17. Pemeriksaan Radiografik.........................................................................................................25
18. Daftar Pustaka..........................................................................................................................29

SKENARIO
3

Ibu A 30 tahun bekerja di salah satu perusahaan swasta. Dalam pekerjaannya Ibu A sering sibuk
sehingga saat ia ingin buang air kecil sering ditahan. Sejak seminggu ini, ia merasa sakit setiap
hendak buang air kecil dan urine sedikit. Ibu A pergi ke dokter dan diberi obat, serta dianjurkan
minum banyak

STEP 1 IDENTIFIKASI ISTILAH YANG TAK DIKETAHUI


_

STEP 2 IDENTIFIKASI MASALAH


Rasa sakit ketika buang air kecil dengan urin sedikit

STEP 3 ANALISA MASALAH


Fisik

Anamnesis

Laboratoriu
m
Pemeriksaan

Mekanisme
Pembentukan
Urin

Sakit Ketika Buang Air Kecil


dengan Urine sedikit

Radiologi

Organ yang
Berperan

Makroskopi
k

Mikroskopik

STEP 4 HIPOTESIS
Rasa sakit ketika buang air kecil dengan urin sedikit disebabkan kelainan pada system uropoetika

STEP 5 SASARAN PEMBELAJARAN


1. Pemeriksaan : Anamnesis, Fisik, Laboratorium, Radiologi
2. Mekanisme Pembentukan Urin
3. Organ yang berperan : Ginjal, ureter, Vesika Urinaria, dan Urethra secara makroskopis dan
mikroskopis

STEP 6 HASIL BELAJAR MANDIRI


1. Struktur Makroskopis / Anatomis
1.1 Ren ( Ginjal )
Lokasi dan Deskripsi
Ren berwarna coklat kemerahan dan
terletak di belakang peritoneum / retro
peritoneum. Sebagian besar tertutup
oleh arcus costalis. Ren dextra terletak
lebih rendah dibandingkan ren sinistra
karena adanya lobus hepatis di sebelah
dextra. Pada kedua margo medial ren
yang cekung terdapat hilus renalis.
Hilus renalis meluas ke suatu ruangan
membentuk sinus renalis. Hilus renalis
dilalui oleh A.Renalis, V.Renalis, dan
Ureter.

Selubung
1. Capsula Fibrosa : Meliputi dan melekat dengan erat pada permukaan luar ren
2. Capsula Adiposa : Meliputi Capsula Fibrosa dan Glandula Suprarenalis
3. Fascia Renalis : Terletak lebih luar dari Capsula Adiposa dan meliputi Ren + Glandula
Suprarenalis

Struktur Ren
Masing-masing ren mempunyai cortex renalis di bagian luar dan medula renalis di bagian dalam.
Medula renalis terdiri dari kurang lebih selusin pyramis renalis yang masing-masing mempunyai
basis yang mengarah ke kortex dan papila renalis yang menonjol ke medial. Bagian cortex yang
5

menonjol ke medulla di antara pyramis renalis yang berdekatan disebut columna renalis. Sinus
renalis merupakan ruangan dalam hilus renalis, berisi pelebaran ke atas ureter yang disebut pelvis
renalis. Pelvis renalis terbagi menjadi 2 atau 3 calyx major dan masing masing akan bercabang
lagi menjadi calyx minor.

Topografi Ren
Anterior
Glandula suprarenalis, lien, gaster, pancreas, flexura coli sinistra, dan jejunum
Posterior
Diapraghma, costa XI utk ren sinistra, Costa XII utk ren dexter, M. Psoas, M. Quadratus
Lumborum, dan M.Transversus Abdominis.

Pendarahan Ren

Arteri
Arteri renalis yang merupakan cabang dari Aorta Abdominalis. Kemudian akan bercabang
menjadi A. Segmentalis yang mendarahi segmen dalam ren. Kemudian akan bercabang lagi
menjadi A. Lobaris yang masing-masing mendarahi 1 pyramis renalis. Kemudian bercabang lagi
menjadi A. Interlobaris yang berjalan menuju cortex di antara pyramis renalis. Kemudian di
perbatasan antara cortex dan medula A. Interlobaris bercabang menjadi A. Arcuata. A.Arcuata
6

akan diteruskan menjadi A. Interlobularis yang berjalan dalam cortex. Kemudian akan menjadi
Arteriola Afferen. Selengkapnya dapat dilihat di struktur histologis.
Vena
Mengikuti Arteri nya.

1.2. Ureter
Lokasi dan Deskripsi
3 tempat penyempitan ureter :
1. Tempat pelvis renalis berhubungan dengan ureter
2. Tempat ureter melengkung saat menyilang apertura pelvis superior
3. Tempat ureter menembus dinding Vesica Urinaria
Ureter keluar dari hilus renalis dan berjalan vertikal ke bawah di belakang peritoneum parietale
pada M.Psoas Major, kemudian masuk ke pelvis dengan menyilang bifucartio A. Iliaca
Communis. Kemudian berjalan ke bawah pada dinding lateral pelvis menuju daerah spina
ishiadica dan berbelok untuk masuk ke angulus lateralis vesica urinaria

Pendarahan Ureter
Arteri
a. Ujung atas oleh A. Renalis
b. Bagian tengah oleh A. Testicularis / A. Ovarica
c. Dalam pelvis oleh A. Vesicalis Superior
Vena
Sama dengan Arteri

1.3. Vesica Urinaria


Vesica Urinaria yang kosong pada orang dewasa terletak seluruhnya dalam pelvis dan bila terisi
penuh dinding atas dapat masuk sampai regio hypogastricum.
Vesica Urinaria yang kosong berbentuk piramid dan mempunyai apex, basis, dan collum
Apex mengarah ke depan dan terletak di pinggir atas symphisis pubis dan dihubungkan ke
umbilikus oleh Ligamentum Umbilicale Medium.
Basis menghadap ke posterior dan membentuk segitiga.
Collum terletak di sebelah inferior dan diikat oleh Ligamentum puboprostaticum pada pria dan
ligamentum pubovesicale pada wanita.
Kemudian pada area tunica mukosa yang meliputi bagian basis VU dinamakan Trigonum
Liutaudi. Sudut superior merupakan tempat muara ureter sedangkan sudut inferior merupakan
ostium urethra internum.
7

Pendarahan oleh A. Vesicalis superior dan inferior yang merupakan cabang A. Illiaca Interna

1.4. Urethra Masculina


Terbentang dari collum VU hingga ostium urethra externa pada glans penis. Dibagi menjadi 3
bagian :
1. Urethra pars prostatica : Berjalan melalui prostat dari basis hingga apex nya
2. Urethra pars membranacea : Dikelilingi oleh M. Sphincter Urethrae
3. Urthra pars Spongiosa : dibungkus dalam bulbus dan corpus spongiosum penis.
Ostium urethra externum merupakan bagian yang tersempit dari seluruh urethrae . Bagian
urethrae yang terletak dalam glans penis melebar membentuk fossa naviculare.

1.5. Urethra Femina


Terdapat M. Sphincter Urethrae yang mengelilingi uretra dalam spatium profundus perinei.
Urethra diperdarahi oleh A. Pudenda Interna dextra dan sinistra

2. Struktur Mikroskopis
2.1. Ren ( Ginjal )
Nefron: unit fungsional ginjal, tdr dr:
orpuskel malpighi : tempat filtrasi
plasma
ubulus kontortus proksimal
nsa Henle :
a. Segmen tebal desenden (STD) =
ulus rektus proksimal
b. Segmen tipis ansa henle (ST)
c. Segmen tebal asenden (STA) = Tub
rektus distal
ubulus kontortus distalis
Semua menuju Duktus koligens yang
menyalurkan urin ke pelvis ginjal

1. K
2. T
3. A
Tub

4. T

A. Korpuskel Renalis
Kutub vaskular : tempat masuknya arteriol afferen dan keluarnya arteriol efferen
Kutub urinarius : tempat mulainya tubulus kontortus proksimal
8

Lamina basal tebal bekerja sebagai barir filtrasi


Sel mesangial melekat ke kapiler dan mempunyai fungsi makrofag utk membersihkan
lamina basal

Kapsula glomerulus :
Terdiri dari 2 lapis epitel membran
Lapisan parietal luar membentuk dinding korpuskel luar
Lapisan parietal dalam melapisi kapiler-kapiler
Lapisan viseral terdiri dr podosit yaitu perluasan kaki-pedikel yg membentuk celah
filtrasi/filtration slits

Glomerulus
Merupakan jumbai kapiler. Darah masuk melalui arteriol afferen dan keluar melalui
arteriol efferen (diameter lebih kecil)
Kapiler mengandung pori-pori yang disebut fenestrata berfungsi sebagai ultrafiltrasi
sehingga lemak/protein yang BM nya besar tdk ada di urine

B. Aparatus Juxtaglomerular
Di atas badan
malpighi tdp
aparatus/ kompleks
juxtaglomerulus,
terdiri dari :
1. Sel-sel
juxtaglomerulus :
menghasilkan renin
2. Sel-sel mesangial
ekstraglomerular / sel
polkisen /sel lacis :
mungkin
menghasilkan
eritropoetin
3. Makula densa :
sebagai sensor
osmolaritas cairan di
dalam tub distal.

C. Tubulus Kontortus Proksimal


9

Ciri- ciri :
- epitel kuboid rendah, inti bulat
- bersifat asidofil
- inti sel dgn jarak berjauhan
- lumen tdk jelas krn tdp brush border
Fungsi: Absorpsi makromolekul dr filtrat glomerulus dan beberapa transport ion

D. Ansa Henle
1. Tub rektus proksimal/STD : serupa tubulus kontortus proksimal
2. Segmen tipis : mirip kapiler, tetapi tidak terdapat darah di lumennya
3. Tub rektus distal/STA : serupa tubulus kontortus distal
Fungsi: reabsorpsi air dan ion-ion

E. Tubulus Kontortus Distal


- epitel selapis kuboid rendah
- bersifat basofil
- inti sel dgn jarak berdekatan
- lumen jelas, tidak tdp brush border
- Lumen lebih lebar drpd Tubulus Kontortus Proksimal
- Makula densa menempel di Tubulus Kontortus Distal dekat glomerulus
Fungsi: reabsorpsi, sekresi/eskresi

F. Ductus Colligen
-

Epitel kuboid / torak, menjadi lebih torak pada tubulus pengumpul distal (sampai
diameter 200 um)
Sitoplasma pucat
Batas selnya jelas

G. Ductus Papilaris
Duktus koligens berjalan dlm berkas medula menuju ke medula. Di bagian medula yg ke
tengah beberapa duktus koligens bersatu utk membentuk duktus yg besar, bermuara ke apeks
papila disebut duktus papilaris (bellini)

H. Ureter
-

Epitel transisional dengan sel membulat pada kantung yang menyusut, sel gepeng
pada kantung yang melebar
Lamina propria terdiri dari jaringan ikat dan pembuluh
Otot polos: longitudinal (dalam), sirkular (tengah), longitudinal (luar)

I. Vesika Urinaria
1. Tunika mukosa terdiri dari epitel transisional dan lamina propria
2. T. muskular terdiri dari long-sirk-long
3. T. adventitia terdiri dari jaringan ikat fibroelastis
v.urinaria penuh ep.trans lebih gepeng
kosong sel payung tampak jelas
kontraksi otot polos di v.urinaria sangat penting untuk mendorong urine keluar

J. Urethra
Pada Laki-Laki
Regions: prostate, urogenital diaphragm, penis
P: ~20 cm
Terdiri dari :
Mukosa : Ep. Transitional sampai berlapis gepeng
Muskularis : Otot polos
Adventitia
Pada Perempuan
Tabung yang pendek dari V. urinaria sampai orificium external
P: ~3-4 cm

3. Mekanisme Pembentukan Urin


Filtrasi / Penyaringan
Di dalam kapiler glomeruler, darah disaring oleh dinding endotel kapiler glomeruler.
Penyaringan ini dimungkinkan terjadi di kapiler glomeruler karena:
-

Dinding kapiler glomeruler lebih permeabel daripada dinding kapiler di tempat lain.

Tekanan darah dalam


kapiler glomeruler lebih
tinggi dibanding di
tempat lain.

3 macam tekanan dalam mekanisme


filtrasi :
1. Tekanan hidrostatik di dalam
Kapiler Glomerulus yang
menyebabkan filtrasi
2. Tekanan hidrostatik dalam
Kapsula Bowman yang
melawan filtrasi
3. Tekanan osmotic koloid
protein dalam Kapiler
Glomerulus yang melawan
filtrasi
Walaupun ada perlawanan, tetapi
penyaringan tetap berjalan karena
Tekanan hidrostatik dalam kapiler
glomeruler lebih besar daripada
tekanan hidrostatik kapsul Bowman maupun tekanan osmotik koloid plasma kapiler glomeruler.
Selisih tekanan tersebut disebut Tekanan Filtrasi Efektif.
TFE = Tek Hid glomeruler (Tek Hid kapsul + Tek osm glomeruler)
Zat yang tersaring keluar disebut filtrat.Jumlah filtrat yang terbentuk dalam satu menit disebut
Laju Filtrasi Glomeruler (Glomeruler Filtration Rate) (GFR).
Bila terjadi perubahan tekanan darah, maka terjadi perobahan tonus arteriol afferent, tetapi
tekanan hidrostatik kapiler tetap normal. Pengaturan ini disebut autoregulasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi filtrasi :
- Tekanan darah.
-Peningkatan atau penurunan tekanan GFR dipertahankan tetap oleh autoregulasi.
- Obstruksi jalan arteri yang menuju ke glomerulus
1

- Peningkatan tekanan intratubuler oleh penyumbatan dalam ductus colligentes, ureter dan
urethra.
Mekanisme umpan balik macula densa untuk autoregulasi tekanan hidrostatik glomerulus dan
GFR ( laju filtrasi glomerulus ) selama penurunan tekanan arteri ginjal

Filtrat glomeruli mengandung :


- Zat-zat yang dibutuhkan tubuh misalnya : air, glukosa, asam amino, elektrolit
- Zat-zat yang harus dibuang, misalnya : urea, kreatinin, asam urat
Setelah filtrat masuk ke kapsul Bowman, kemudian masuk ke tubulus.

Reabsorpsi
Reabsorbsi ini melalui mekanisme difusi, osmose dan tranpor aktif.
Di dalam tubulus kontortus proksimal terjadi reabsorbsi 85 % Na, Cl, dan air. Sedangkan
glukosa, dan asam amino direabsorbsi 100 %. Sedangkan pada tubulus kontortus distal reabsorpsi
terjadi secara fakultatif.
Untuk reabsorpsi glukosa : terjadi di awal tubulus proximal dengan cara simport dengan
memanfaatkan reabsorpsi Na sebagai career atau pembawa. Kadar glukosa yang dapat dibawa Na
untuk direabsorpsi tiap menitnya disebut Transport Maksimum ( Tm ) kira-kira 375 mg / menit.
Glukosa akan terus direabsorpsi hingga mencapai titik yang dinamakan ambang ginjal ( 300 mg /
100 ml ).
Untuk reabsorpsi air dan NaCl : terjadi di tubulus proksimal sebanyak 65 % sedangkan di ansa
henle hanya 15 %. Sisanya direabsorpsi di Ductus Colligen dengan bantuan ADH. Sisa 1 % akan
diekskresi ke urin. Menggunakan system Counter Current Multiplier di Ansa Henle Desenden
1

dan Counter Curent Exchanger ( vasa recta ) di Ansa Henle Ascenden. Pada pars desenden
bersifat permeable terhadap air dan bersifat hiperosmotik sedangkan pada pars asenden
permeable terhadap ion Na dan Cl dan bersifat hipoosmotik.
Pada pars desenden air keluar ke jaringan intersisial sehingga kadar dalam pars desenden menjadi
hiperosmolar. Pada cabang asenden impermeable terhadap air tapi permeable terhadap ion-ion
seperti NaCl sehingga konsentrasi cairan yg semula pd cabang desenden naik akan turun.
Vasa Recta berperan dalam mempertahankan osmolaritas medulla dan mengangkut nutrient dan
O2 ke tubulus.
Pada ductus colligens yang berperan dalam reabsorpsi air adalah hormone ADH.
Pengaruh Sistem Renin- Angiotensin dalam reabsorpsi air

Urea juga mengalami reabsorbsi, tetapi hanya 50 % di Tubulus Proksimal. Bersifat pasif. Urea
berperan dalam meningkatkan reabsorpsi air dengan membantu ADH. Karena urea mempunyai
daya osmotic.

Sekresi
Di samping reabsorbsi, terjadi juga sekresi di tubulus kontortus distal dan tubulus pengumpul.
Merupakan proses aktif. Perlu energi dan zat pengemban (carier) suatu protein. Energi didapat
dari hasil oksidasi suksinat , siklus asam sitrat.
Kapasitas maksimal dalam sekresi disebut Tm sekresi (=secretory Tm). Penting untuk melihat
berapa bagian ginjal yang berfungsi.
H, K, Amonium, Kreatinin, obat-obatan, disekresi di tubulus kontortus distal dan tubulus
pengumpul.
Kreatinin : Disekresi bila kadar kreatinin darah > normal.
Asam Urat : Difiltrasi diglomeruli. Direabsorpsi seluruhnya dalam tubulus proximal (reabsorpsi
aktif). Disekresi oleh bagian distal tubulus proximal & Sebagian yang disekresi ini juga
direabsorpsi.Sehingga Asam urat dalam urin adalah hasil sekresi.
K+(Kalium) : Difiltrasi oleh glomeruli & direabsorbsi . Sekresi K+ dalam tubulus distal. Karena
K+ diekskresi dengan cara filtrasi dan sekresi, maka pada penyakit ginjal khronis kadarnya masih
normal , sedangkan kadar ureum meningkat, dan kreatinin juga meningkat.
Sekresi H+ (= Pengasaman urin)
Sekresi ion H+ ditukar dengan reabsorpsi Na+

menyebabkan reabsorpsi NaHCO3

Terjadi dalam :
- Tubuli proximaldiimbangi reabsorpsi 80 85% bikarbonat.
- Tubuli distal diimbangi reabsorpsi 15 20% bikarbonat,fosfat , dan
pembentukan NH4+
Sekresi ini penting untuk menjaga pH dan keseimbangan asam basa tubuh dan pengeluaran zatzat racun.

Mekanisme Pengenceran.
Dipengaruhi oleh ADH (Anti diuretik Hormon) dan aldosteron.
ADH dan aldosteron menyebabkan meningkatnya permeabilitas tubulus sehingga akan
meningkatkan reabsorbsi air. Hal ini akan menyebabkan volume urin menurun.Apabila ADH
jumlahnya menurun, maka reabsorbsi air juga menurun. Akibatnya jumlah urin meningkat.

Hal-hal yang menyebabkan ADH naik:


Peningkatan osmolalitas plasma.
Penurunan volume dan tekanan darah.
Hal-hal yang menyebabkan ADH turun:
Penurunan osmolalitas plasma.
Peningkatan volume dan tekanan darah.

Sifat dan komposisi urin.

Urin mempunyai komposisi:


Zat buangan protein mis Ureum, kreatinin dan asam urat.
Asam hipurat, zat sisa dari pencernaan sayur dan buah.
Badan keton, zat buang dari metabolisme lemak.
Elektrolit, Na, Cl, K, Amonium, sulfat, fosfat, Ca, Mg.
Metabolit hormon.
Zat toksin mis metabolit obat, vitamin, zat kimia asing.
Zat abnormal, mis protein, glukosa, sel darah, kristal kapur, dll.

Sifat Urin:
Urin encer berwarna kuning pucat, urin kental berwarna kuning pekat, urin baru
jernih, kalau didiamkan agak lama menjadi keruh.
Baunya khas, kalau didiamkan akan berbau amonia.
pH bervariasi 4,8 7,5. Biasanya sekitar 6,0. Bila banyak makan protein, urin
menjadi lebih asam, bila banyak makan sayur urin akan menjadi lebih basa.
Berat jenis urin 1,001 1,035.

Mekanisme berkemih.
Dipengaruhi oleh saraf simpatis dan parasimpatis serta impuls saraf volunter.
Otot pada kandung kemih yang mengelilingi jalan keluar ke uretra (sfingter uretra internal)
senantiasa berkontraksi menjaga supaya lubang ini tetap tertutup. Dipengaruhi oleh saraf
parasimpatis.
Otot sfingter uretra eksternal terdiri dari otot rangka yang kerjanya secara volunter.
Di dinding kandung kemih terdapat otot detrusor yang bila berkontraksi menyebabkan urin dalam
kandung kemih terdorong keluar.
Bila dalam kandung kemih terdapat urin 300 400 ml, maka terjadi rangsangan peregangan pada
dinding kandung kemih.
Kemudian impuls ini dikirim ke otak, sehingga menyebabkan adanya impuls parasimpatis yang
menyebabkan kontraksinya otot detrusor, relaksasi otot sfingter internal dan eksternal.
Ada juga mekanisme pencegahan berkemih. Hal ini dimungkinkan dengan adanya impuls
volunter yang menyebabkan bisa ditundanya kontraksi otot detrusor dan relaksasinya otot
sfingter.Sampai umur 18 bulan, impuls volunter ini belum bekerja dengan baik.

4. Pemeriksaan
4.1 Anamnesis
Pasien dapat datang dengan keluhan disuria atau ada sekret pada urethra
Tanyakan secara mendetail mengenai aliran urin ( frekuensi, pancaran urin, tetesan sehabis miksi,
semprotan, dan nokturia )
Riwayat penyakit terdahulu : Adakah riwayat penyakit hematuria, ISK ( infeksi saluran kemih ),
atau batu ginjal sebelumnya. Adakah riwayat penyakit neurologis atau jantung ?
Tanyakan juga pada pasien riwayat konsumsi alkohol / merokok

4.2 Pemeriksaan Fisik


Pastikan pasien merasa nyaman, ada pendamping bila perlu, privasi juga dibutuhkan, dan pasien
memahami sepenuhnya pemeriksaan apa saja yang akan dijalaninya. Ingat bahwa pasien
terkadang sering merasa cemas juga malu juga pemeriksaan fisik yang dilakukan juga mungkin
tidak nyaman dan harus dilakukan perlahan
Buka daerah genital seluruhnya
Lakukan inspeksi seperti inspeksi meatus urethra atau melihat adakah lesi, kutil, ruam. Lakukan
palpasi Balotemen ( meletakkan tangan kiri di atas tubuh pasien dan tangan kanan diletakkan di
belakang tubuh pasien kemudian mendorong ginjal ke arah anterior ). Tanyakan adakah rasa
sakit. Kemudian lakukan perkusi di daerah ginjal, tanyakan adakah sakit atau tidak.

4.3. Pemeriksaan Laboratorium


4.3.1 Pemeriksaan Faal Ginjal
1. Clearance (Penjernihan)
- Menyatakan secara kuantitatif kecepatan ekskresi suatu zat oleh ginjal
- Volume darah / plasma yang mengandung sejumlah zat yang diekskresi urin dalam 1 menit
atau Volume darah atau plasma yang dijernihkan dari sejumlah zat yang ditemukan dalam
ekskresi urin 1 menit.
Clearance inulin = GFR , karena, inulin difiltrasi, tidak direabsorpsi, tidak disekresi
C inulin = U x V
P
U = kadar inulin dalam urin
V = volume urin (ml/menit)
P = kadar inulin plasma
2. Clearance Creatinine
Bila kadar kreatinin darah normal kreatinin difiltrasi, tidak direabsorpsi, tidak disekresi,
Nilai C kreatinin mendekati GFR
- Untuk memperkirakan GFR
- Tidak usah menyuntikkan zat dari luar
- Normal 95 105 ml/menit.
3. Tubular Secretory Mass
Mis: Tm PAH (kapasitas maksimal sekresi PAH oleh
1

tubuli).
Caranya: diberikan PAH kadar PAH darah 50 mg%
sistem pengemban untuk sekresi bekerja maksimal
Hitung PAH dalam urin (filtrasi + sekresi) = PAH yang difiltrasi PAH yang disekresi
Tm PAH = n80 mg/menit/1,73 m2 LPB
Pengukuran Tm PAH dapat untuk melihat berapa bagian ginjal yang masih berfungsi
4. Tes Pemekatan (Concentration test)
- Fungsi ginjal baik : kekurangan air urin yang keluar pekat volumenya << , BJ besar.
- Ginjal tidak berfungsi/bekerja: kekurangan air osmolaritas urin sama dengan filtrat
(285 295 mOsm/L) atau BJ 1.010 dan
volume >> dehidrasi.
Ada dua macam test pemekatan yaitu :
A. Addist Test
Pada tes ini intake cairan sangat dibatasi
Dilakukan 24 jam (dari jam 08.00 pagi s/d jam 08.00 pagi keesokan harinya)
Tidak boleh dilakukan pada :
- Gangguan fungsi ginjal yang berat
- Keadaan udara yang panas
- DM dengan poliuria
- Adrenal insufisiensi
Caranya tes pemekatan
Urin jam 08.00 pagi s/d jam 20.00 malam dibuang.
Urin jam 20.00 malam s/d jam 08.00 pagi ditampung
Diukur BJ-nya Normal >1.025.
Bila < 1.025 berarti ada kerusakan ginjal kecuali pada:
- kehamilan, oedem , diet protein / garam.
B. Mosenthal Test
Percobaan mulai jam 08.00 pagi s/d jam 08.00 pagi keesokan harinya ( 24 jam).
Urin jam 08.00 pagi dibuang test dimulai dengan mengosongkan kandung kencing.
-Dari jam 08.00 pagi s/d jam 20.00 malam urin dikumpulkan tiap 2 jam ukur volume dan BJnya
-Urin jam 20.00 s/d jam 08.00 pagi dikumpulkan jadi satu ukur volume dan BJ-nya.
Hasil : - urin siang : BJ >=1.018. Beda BJ terkecil & terbesar = 0.009
- urin malam : BJ >=1.018 volume urin <=dengan 725 ml.

4.3.2 Pemeriksaan Makroskopis Urin


Yang diperiksa adalah volume. warna, kejernihan, berat jenis, bau dan pH urin.
- Pengukuran volume urin berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi
kuantitatif suatu zat dalam urin, dan untuk menentukan kelainan dalam keseimbangan cairan
badan. Pengukuran volume urin yang dikerjakan bersama dengan berat jenis urin bermanfaat
untuk menentukan gangguan faal ginjal.
Bila didapatkan volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri.
Poliuri ini mungkin terjadi pada keadaan fisiologik seperti pemasukan cairan yang berlebihan,
nervositas, minuman yang mempunyai efek diuretika. Selain itu poliuri dapat pula disebabkan
oleh perubahan patologik seperti diabetes mellitus, diabetes insipidus, hipertensi, pengeluaran
cairan dari edema.
Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri. Keadaan ini
mungkin didapat pada diarrhea, muntah-muntah, deman edema, nefritis menahun.
Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini
mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal.
- Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena kadang-kadang dapat
menunjukkan kelainan klinik. Warna urin dinyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda,
kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan sebagainya.
Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang dimakan maupun makanan. Pada
umumnya warna ditentukan oleh kepekatan urin, makin banyak diuresa makin muda warna urin
itu. Warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua yang disebabkan oleh
beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan porphyrin. Bila didapatkan perubahan
warna mungkin disebabkan oleh zat warna yang normal ada dalam jumlah besar, seperti
Urobilin menyebabkan warna coklat.
Disamping itu perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya zat warna abnormal, seperti
hemoglobin yang menyebabkan warna merah dan bilirubin yang menyebabkan warna coklat.
Warna urin yang dapat disebabkan oleh jenis makanan atau obat yang diberikan kepada orang
sakit seperti obat dirivat fenol yang memberikan warna coklat kehitaman pada urin.
- Kejernihan dinyatakan dengan salah satu pendapat seperti jernih, agak keruh, keruh atau sangat
keruh. Biasanya urin segar pada orang normal jernih. Kekeruhan ringan disebut nubecula yang
terdiri dari lendir, sel epitel dan leukosit yang lambat laun mengendap. Dapat pula disebabkan
oleh urat amorf, fosfat amorf yang mengendap dan bakteri dari botol penampung.
Urin yang telah keruh pada waktu dikeluarkan dapat disebabkan oleh chilus, bakteri, sedimen
seperti epitel, leukosit dan eritrosit dalam jumlah banyak.

- Pemeriksaan berat jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan dengan
berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop, gravimetri, menggunakan pikno meter,
refraktometer dan reagens pita'. Berat jenis urin sewaktu pada orang normal antara 1,003 -- 1,030.
Berat jenis urin herhubungan erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin rendah berat
jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin makin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian
dengan faal pemekat ginjal. Urin sewaktu yang mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih,
menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik. Keadaan ini dapat dijumpai pada penderita dengan
demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin kurang dari 1,009 dapat disebabkan oleh intake
cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal yang menahun
- Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan adalah bau yang abnormal.
Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat
disebabkan oleh makanan seperti jengkol, pate, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan
seperti pada ketonuria. Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya
terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urin yang berbau busuk dari semula
dapat berasal dari perombakan protein dalam saluran kemih umpamanya pada karsinoma saluran
kemih.
- Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat memberi
kesan tentang keadaan dalam badan. pH urin normal berkisar antar 4,5 -- 8,0.
Selain itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi.
Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi asam, sedangkan pada infeksi
dengan kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi amoniak akan menyebabkan urin
bersifat basa. Dalam pengobatan batu karbonat atau kalsium fosfat urin dipertahankan
asam, sedangkan untuk mencegah terbentuknya batu urat atau oksalat pH urin sebaiknya
dipertahankan basa.

4.3.3 Pemeriksaan Mikroskopis Urin


Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen urin. Ini
panting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat
ringannya penyakit. Urin yang dipakai ialah urin sewaktu yang segar atau urin yang dikumpulkan
dengan pengawet formalin.
Pemeriksaan sedimen dilakukan dengan memakai lensa objektif kecil (10X) yang dinamakan
lapangan penglihatan.kecil atau LPK. Selain itu dipakai lensa objektif besar (40X) yang
dinamakan lapangan penglihatan besar atau LPB. Jumlah unsur sedimen bermakna dilaporkan
secara semi kuantitatif, yaitu jumlah rata-rata per LPK untuk silinder dan per LPB untuk eritrosit
dan leukosit. Unsur sedimen yang kurang bermakna seperti epitel atau kristal cukup dilaporkan
dengan + (ada), ++ (banyak) dan +++ (banyak sekali).
Lazimnya unsure sedimen dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik dan takorganik.

Unsur organik berasal dari sesuatu organ atau jaringan antara lain epitel, eritrosit, leukosit,
silinder, potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit dan yang tak organik tidak berasal dari
sesuatu organ atau jaringan seperti urat amorf dan kristal
Eritrosit atau leukosit didalam sedimen urin mungkin terdapat dalam urin wanita yang haid atau
berasal dari saluran kemih. Dalam keadaan normal tidak dijumpai eritrosit dalam sedimen urin,
sedangkan leukosit hanya terdapat 0 -- 5/LPK dan pada wanita dapat pula karena kontaminasi
dari genitalia.
Adanya eritrosit dalam urin disebut hematuria. Hematuria dapat disebabkan oleh perdarahan
dalam saluran kemih, seperti infark ginjal, nephrolithiasis, infeksi saluran kemih dan pada
penyakit dengan diatesa hemoragik.
Terdapatnya leukosit dalam jumlah banyak di urin disebut piuria. Keadaan ini sering dijumpai
pada infeksi saluran kemih atau kontaminasi dengan sekret vagina pada penderita dengan fluor
albus
Silinder adalah endapan protein yang terbentuk didalam tubulus ginjal, mempunyai matrix
berupa glikoprotein (protein Tamm Horsfall) dan kadang-kadang dipermukaannya terdapat
leukosit, eritrosit dan epitel. Pembentukan silinder dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain
osmolalitas, volume, pH dan adanya glikoprotein yang disekresi oleh tubuli ginjal.
Dikenal bermacam-macam silinder yang berhubungan dengan berat ringannya penyakit ginjal.
Banyak peneliti setuju bahwa dalam keadaan normal bisa didapatkan sedikit eritrosit, lekosit
dan silinder hialin. Terdapatnya silinder seluler seperti silinder lekosit, silinder eritrosit, silinder
epitel dan silinder berbutir selalu menunjukkan penyakit yang serius. Pada pielonefritis dapat
dijumpai silinder lekosit dan pada glomerulonefritis akut dapat ditemukan silinder eritrosit.
Sedangkan pada penyakit ginjal yang berjalan lanjut didapat silinder berbutir dan silinder lilin.
Kristal dalam urin tidak ada hubungan langsung dengan batu didalam saluran kemih. Kristal
asam urat, kalsium oksalat, triple fosfat dan bahan amorf merupakan kristal yang
sering ditemukan dalam sedimen dan tidak mempunyai arti, karena kristal-kristal
itu merupakan hasil metabolisme yang normal.
Terdapatnya unsur tersebut tergantung dari jenis makanan, banyak makanan, kecepatan
metabolisme dan kepekatan urin. Disamping itu mungkin didapatkan kristal lain yang berasal dari
obat-obatan atau kristal-kristal lain seperti kristal tirosin, kristal leucin.
Epitel merupakan unsur sedimen organik yang dalam keadaan normal didapatkan dalam sedimen
urin. Dalam keadaan patologik jumlah epitel ini dapat meningkat, seperti pada infeksi, radang
dan batu dalam saluran kemih.
Pada sindroma nefrotik didalam sedimen urin mungkin didapatkan oval fat bodies. Ini merupakan
epitel tubuli ginjal yang telah mengalami degenerasi lemak, dapat dilihat dengan memakai zat
warna Sudan III/IV atau diperiksa dengan menggunakan mikroskop polarisasi
2

4.3.4 Pemeriksaan Kimia Urin


Disamping cara konvensional, pemeriksaan kimia urin dapat dilakukan dengan cara yang lebih
sederhana dengan hasil cepat, tepat, specifik dan sensitif yaitu memakai reagens pita.
Reagens pita (strip) dari berbagai pabrik telah banyak beredar di Indonesia. Reagens pita ini
dapat dipakai untuk pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen dan
nitrit.
Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang optimum, aktivitas reagens harus dipertahankan,
penggunaan haruslah mengikuti petunjuk dengan tepat; baik mengenai cara penyimpanan,
pemakaian reagnes pita dan bahan pemeriksaan.
Urin dikumpulkan dalam penampung yang bersih dan pemeriksaan baiknya segera dilakukan.
Bila pemeriksaan harus ditunda selama lebih dari satu jam, sebaiknya urin tersebut disimpan dulu
dalam lemari es, dan bila akan dilakukan pemeriksaan, suhu urin disesuaikan dulu dengan suhu
kamar.
Agar didapatkan hasil yang optimal pada tes nitrit, hendaknya dipakai urin pagi atau urin yang
telah berada dalam buli-buli minimal selama 4 jam. Untuk pemeriksaan bilirubin, urobilinogen
dipergunakan urin segar karena zat-zat ini bersifat labil, pada suhu kamar bila kena cahaya. Bila
urin dibiarkan pada suhu kamar, bakteri akan berkembang biak yang menyebabkan pH menjadi
alkali dan menyebabkan hasil positif palsu untuk protein. Pertumbuhan bakteri karena
kontaminasi dapat memberikan basil positif palsu untuk pemeriksaan darah samar dalam urin
karena terbentuknya peroksidase dari bakteri.
Reagens pita untuk pemeriksaan protein lebih peka terhadap albumin dibandingkan protein lain
seperti globulin, hemoglobin, protein Bence Jones dan mukoprotein. Oleh karena itu hasil
pemeriksaan proteinuri yang negatif tidak dapat menyingkirkan kemungkinan terdapatnya protein
tersebut didalam urin. Urin yang terlalu lindi, misalnya urin yang mengandung ammonium
kuartener dan urin yang terkontaminasi oleh kuman, dapat memberikan hasil positif palsu dengan
cara ini.
Proteinuria dapat terjadi karena kelainan prerenal, renal dan post-renal. Kelainan pre-renal
disebabkan karena penyakit sistemik seperti anemia hemolitik yang disertai hemoglobinuria,
mieloma, makroglobulinemia dan dapat timbul karena gangguan perfusi glomerulus seperti pada
hipertensi dan payah jantung.
Proteinuria karena kelainan ginjal dapat disebabkan karena kelainan glomerulus atau tubuli ginjal
seperti pada penyakit glomerulunofritis akut atau kronik, sindroma nefrotik,
pielonefritis akut atau kronik, nekrosis tubuler akut dan lain-lain
Pemeriksaan glukosa dalam urin dapat dilakukan dengan memakai reagens pita. Selain itu
penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro. Dengan
cara reduksi mungkin didapati hasil positip palsu pada urin yang mengandung bahan reduktor
selain glukosa seperti : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat2

obatan seperti streptomycin, salisilat, vitamin C. Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan
dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl,
sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl.
Juga cara ini lebih spesifik untuk glukosa, karena gula lain seperti galaktosa, laktosa, fruktosa dan
pentosa tidak bereaksi. Dengan cara enzimatik mungkin didapatkan hasil negatip palsu pada urin
yang mengandung kadar vitamin C melebihi 75 mg/dl atau benda keton melebihi 40 mg/dl.
Pada orang normal tidak didapati glukosa dalam urin. Glukosuria dapat terjadi karena
peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kapasitas maksimum tubulus untuk mereabsorpsi glukosa seperti pada diabetes mellitus, tirotoksikosis, sindroma Cushing,
phaeochromocytoma, peningkatan tekanan intrakranial atau karena ambang rangsang ginjal yang
menurun seperti pada renal glukosuria, kehamilan dan sindroma Fanconi.
Benda- benda keton dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan asam 13-hidroksi
butirat. Karena aseton mudah menguap, maka urin yang diperiksa harus segar. Pemeriksaan
benda keton dengan reagens pita ini dapat mendeteksi asam asetoasetat lebih dari 5--10 mg/dl,
tetapi cara ini kurang peka untuk aseton dan tidak bereaksi dengan asam beta hidroksi
butirat. Hasil positif palsu mungkin didapat bila urin mengandung bromsulphthalein, metabolit
levodopa dan pengawet 8-hidroksi-quinoline yang berlebihan.
Dalam keadaan normal pemeriksaan benda keton dalam urin negatif. Pada keadaan puasa yang
lama, kelainan metabolisme karbohidrat seperti pada diabetes mellitus, kelainan metabolisme
lemak didalam urin didapatkan benda keton dalam jumlah yang tinggi. Hal ini terjadi sebelum
kadar benda keton dalam serum meningkat.
Pemeriksaan bilirubin dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan bilirubin
dalam suasana asam, yang menimbulkan warna biru atau ungu tua. Garam diazonium terdiri
dari p-nitrobenzene diazonium dan p-toluene sulfonate, sedangkan asam yang dipakai adalah
asam sulfo salisilat.
Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan memberikan hasil positif dan keadaan ini menunjukkan
kelainan hati atau saluran empedu. Hasil positif palsu dapat terjadi bila dalam urin terdapat
mefenamic acid, chlorpromazine dengan kadar yang tinggi sedangkan negatif palsu dapat terjadi
bila urin mengandung metabolit pyridium atau serenium.
Pemeriksaan urobilinogen dengan reagens pita perlu urin segar. Dalam keadaan normal kadar
urobilinogen berkisar antara 0,1 -- 1,0 Ehrlich unit per dl urin.
Peningkatan ekskresi urobilinogen urin mungkin disebabkan oleh kelainan hati, saluran empedu
atau proses hemolisa yang berlebihan di dalam tubuh.

Dalam keadaan normal tidak terdapat darah dalam urin, adanya darah dalam urin mungkin
disebabkan oleh perdarahan saluran kemih atau pada wanita yang sedang haid. Dengan
pemeriksaan ini dapat dideteksi adanya 150--450 ug hemoglobin per liter urin. Tes ini lebih peka
terhadap hemoglobin daripada eritrosit yang utuh sehingga perlu dilakukan pula pemeriksaan
mikroskopik urin.
Hasil negatif palsu bila urin mengairdung vitamin C lebih dari 10 mg/dl. Hasil positif palsu
didapatkan bila urin mengandung oksidator seperti hipochlorid atau peroksidase dari bakteri yang
berasal dari Sedimen urin infeksi saluran kemih atau akibat pertumbuhan kuman yang
terkontaminasi.
Dalam keadaan normal urin bersifat steril. Adanya bakteriura dapat ditentukan dengan tes nitrit.
Dalam keadaan normal tidak terdapat nitrit dalam urin.
Tes akan berhasil positif bila terdapat lebih dari mikroorganisme per ml urin. Perlu diperhatikan
bahwa urin yang diperiksa hendaklah urin yang telah berada dalam buli-buli minimal 4 jam,
sehingga telah terjadi perubahan nitrat menjadi nitrit oleh bakteri. Urin yang terkumpul dalam
buli-buli kurang dari 4 jam akan memberikan hasil positif pada 40% kasus. Hasil positif akan
mencapai 80% kasus bila urin terkumpul dalam buli-buli lebih dari 4 jam. Hasil yang negatif
belum dapat menyingkirkan adanya bakteriurea, karena basil negative mungkin disebabkan
infeksi saluran kemih oleh kuman yang tidak mengandung reduktase, sehingga kuman tidak dapat
merubah nitrat menjadi nitrit. Bila urin yang akan diperiksa berada dalam buli-buli kurang dari 4
jam atau tidak terdapat nitrat dalam urin, basil tes akan negatif.
Kepekaan tes ini berkurang dengan peningkatan berat jenis urin. Hasil negatif palsu terjadi bila
urin mengandung vitamin C melebihi 25 mg/dl dan konsentrasi ion nitrat dalam urin kurang dari
0,03 mg/dl.

4.4 Pemeriksaan Radiografik


MSCT UROGRAPHY

MSCT Urography adalah pemeriksaan radiologi yang sangat informatif untuk menilai saluran
kemih. Pemeriksaan ini dapat menilai ginjal, ureter, dan kandung kemih sekaligus secara non
invasif dan saat ini merupakan pilihan utama untuk evaluasi kasus-kasus kolik ginjal/ureter,
hematuria (darah dalam urin), deteksi adanya batu ataupun tumor dalam saluran kemih.
Pemeriksaan ini juga berguna pada kasus-kasus sakit punggung bawah, infeksi saluran kemih
yang berulang, trauma dan evaluasi kelainan-kelainan bawaan pada saluran kemih serta persiapan
calon donor ginjal.
Keunggulan pemeriksaan MSCT Urography

Tidak diperlukan persiapan khusus, seperti minum obat pencahar/cuci perut. Hanya perlu
puasa 2-4 jam sebelum pemeriksaan.
Pemeriksaan hanya berlangsung selama 10-15 menit. Pada evaluasi pasca tindakan
pengeluaran atau pemecahan batu, pemeriksaan akan berlangsung kurang dari 5 menit.
Tidak diperlukan penekanan / kompresi perut.
Mampu memperlihatkan tumor-tumor saluran kemih secara detil; kompo-sisi jaringan
(padat atau cair/ kistik atau darah, mengandung lemak atau zat kapur), lokasi dan efek
penyebaran terhadap organ sekitarnya.
Berguna juga untuk menilai organ-organ dalam rongga perut dan panggul, di luar saluran
kemih.

Proses pemeriksaan MSCT Urography

Disarankan agar tidak makan atau minum 2-4 jam sebelum pemeriksaan.
Berkemih, mengenakan pakaian pemeriksaan, dan diberi minum air putih sebanyak 3-4
gelas.
Setelah itu, berbaring di atas meja pemeriksaan, dan kontras disuntikkan melalui
pembuluh darah di lengan .
Scanning akan dilakukan 4-5 kali, sesuai kebutuhan diagnostic.

PEMERIKSAAN-PEMERIKSAAN RADIOLOGI DALAM BIDANG UROLOGI

1. B N O
Pemeriksaan ini tanpa persiapan dan tanpa bahan kontras yang disuntikkan. Umumnya
pemeriksaan ini diperlukan untuk evaluasi kasus-kasus batu saluran kemih.
2. B N O / I V P
Sejak lama kita kenal pemeriksaan BNO-IVP sebagai salah satu pemeriksaan pencitraan utama
untuk evaluasi saluran kemih. Pemeriksaan ini memerlukan penyuntikan bahan kontras dan
persiapan saluran cerna, mencakup diet makanan lunak, puasa dan pemberian obat pecahar sehari
sebelumnya.
Melalui pemeriksaan ini, informasi yang dapat diperoleh, antara lain

Deteksi adanya batu saluran kemih dan derajat sumbatan yang diakibat-kan oleh batu
tersebut terhadap saluran kemih.
Menilai fungsi ginjal secara radiologis.
Deteksi kemungkinan adanya tumor pada saluran kemih.
Panduan anatomis saluran kemih bagi keperluan terapi, khususnya untuk tindakan bedah.
2

Evaluasi pasca tindakan atau pembedahan.

Proses pemeriksaan BNO/IVP ?

Perlu menjalani prosedur persiapan sebelum pemeriksaan


Berkemih, mengenakan pakaian pemeriksaan, berbaring di atas meja pemeriksaan, dan
kontras disuntikkan melalui pembuluh darah di lengan .
Pembuatan foto dilakukan secara serial, dimulai dengan foto BNO sebelum penyuntikan
kontras, dan foto-foto IVP setelah penyuntikan kontras.
Kompresi dipasang pada perut selama 10 menit dengan tujuan memperoleh pengisian
kontras yang adekuat dalam saluran-saluran ginjal.
Pemeriksaan akan berlangsung sekitar 1 jam.

Siapa yang tidak disarankan menjalani pemeriksaan ini ?

Bila mempunyai riwayat allergi terhadap bahan kontras iodium yang kami suntikkan.
Penderita gangguan fungsi ginjal menahun (chronic renal failure / insufficiency), kecuali
Anda sudah dalam program hemodialisis/cuci darah.
Wanita yang sedang hamil.

Informasi apakah yang perlu di sampaikan sebelum pemeriksaan ?

Keluhan-keluhan yang dirasakan, agar hasil pemeriksaan lebih akurat.


Hasil laboratorium, khususnya fungsi ginjal (ureum dan creatinin).
Penyakit-penyakit lain yang sudah diderita sebelumnya (mis. hiper-tensi, diabetes)
Adanya riwayat allergi terhadap makanan dan obat-obatan tertentu.
Tidak dapat melakukan pemeriksaan ini pada wanita yang sedang hamil.

USG

Pemeriksaan ini memanfaatkan gelombang suara frekuensi tertentu dan tidak mengandung resiko
radiasi sinar X.
Proses pemeriksaan USG cepat, tidak memerlukan persiapan khusus, dan non invasif. Sampai
saat ini USG masih merupakan pilihan pada keadaan gagal ginjal (renal failure), wanita hamil,
2

dan riwayat allergi kontras iodium.


Melalui pemeriksaan USG saluran kemih, informasi yang diperoleh antara lain;

Posisi, konfigurasi ginjal, adanya batu, tumor atau radang.


Deteksi adanya batu kandung kemih atau kemungkinan batu ureter karena visualisasi
bendungan ginjal yang ditimbulkannya.
Evaluasi pembuluh darah ginjal.
Evaluasi kandung kemih dan prostat (pemeriksaan dilakukan pada saat kandung kemih
penuh berisi urine)

Proses pemeriksaan USG ?

Tidak ada persiapan khusus sebelum pemeriksaan; untuk penilaian prostat dan kandung
kemih, hanya diminta minum 4 gelas dan menahan keinginan berkemih.
Berbaring di atas meja pemeriksaan
Pemeriksaan akan berlangsung sekitar 10-15 menit.

Siapa yang tidak disarankan menjalani pemeriksaan ini ?

Tidak ada; semua orang boleh menjalani pemeriksaan USG.

Informasi apakah yang perlu Anda sampaikan sebelum pemeriksaan ?

Keluhan-keluhan yang dirasakan serta hasil laboratorium tertentu, agar hasil pemeriksaan
lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA
1. Snell, Richard. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : EGC
2. Guyton, Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Guyton. Jakarta : EGC
3. Guyton, Arthur. 1995. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta : EGC
4. Gleadle, Jonathan. 2007. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta : Erlangga
5. Kamus Kedokteran Dorland ed.29. Jakarta : EGC
6. Sumber lain
- http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/12_PenilaianHasilPemeriksaanUrin.pdf /
12_PenilaianHasilPemeriksaanUrin.html
- http://www.ssmh.co.id/index.php?option=content&task=detail&id=22
- http://images.sukmasinta.multiply.com/attachment/0/R2B19woKCCwAAA@Nkzc1/F%20I
%20S%20I%20O%20L%20O%20G.ppt?nmid=72316571.

Anda mungkin juga menyukai