Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari


sumsum tulang yang ditandai oleh proliforasi sel-sel darah putih dengan
manifestasi adanya sel-sel abnormal dalam darah tepi. Pada leukemia ada
gangguan dalam pengaturan sel leukosit. Leukosit dalam darah berproliferasi
secara tidak teratur dan tidak terkendali dan fungsinyapun menjadi tidak normal.
Oleh karena proses tersebut fungsi-fungsi lain dari sel darah merah normal
terganggu hingga menimbulkan gejala leukemia yang dikenal dalam klinik.
Leukemia akut dibagi atas leukemia limfoblastik akut (LLA) dan Leukemia
mweloblastik akut (LMA). (IDAI, 2010).
Leukemia Limfosit Akut (LLA) adalah keganasan klonal dari sel- sel
precursor limfoid. Lebih dari 80% kasus, sel- sel ganas berasl dari limfosit B, dan
sisanya merupakan leukemia sel T. Leukemia ini merupakan bentuk leukemia
yang paling banyak pada anak- anak (Fianza, 2007).
Leukemia akut pada masa anak- anak merupakan 30-40% dari keganasan.
Insiden rata- rata 4- 4,5 kasus/ tahun/ 100.000 anak dibawah15 tahun. Di negara
berkembang 83% LLA, 17% AML, lebih tinggi pada anak kulit putih
dibandingkan kulit hitam. Di Jepang mencapai 4/100.000 anak, dan diperkirakan
tiap tahun mencapai 1000 kasus baru. Sedangkan di Jakarta insiden mencapai
2.76/100.000 anak usia 1-4 tahun (IDAI,2010).

Data

dari

Hematologi/Onkologi

Departemen
Rumah

Ilmu

Sakit

Kesehatan

Umum

Pusat

Anak
Nasional

sub
Dr.

divisi
Cipto

Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, leukemia menempati urutan terbanyak penyakit


anak tahun 2010 sebanyak 664 kasus (27,3%) setelah DBD 231 kasus (9,5%).
LLA juga merupakan penyebab kematian tertinggi tahun 2010 sebanyak 54 orang
anak (38,3%) setelah Meningitis/Encepalitis sebanyak 22 orang anak (15,6%).
Tahun 2005 terdapat 95 kasus LLA pada anak, tahun 2006 sebanyak 75 kasus,
tahun 2007 sebanyak 88 kasus, tahun 2008 sebanyak 105 kasus, tahun 2009
meningkat menjadi 135 kasus dan Januari Oktober 2010 tercatat 98 kasus.
Penelitian morfologi dan kinetika sel menunjukkan bahwa pada leukemia
akut ( apakah limfoblastik atau mieloblastik) terjadi hambatan pada diferensiasi
dan sel blas neoplastic memperlihatkan waktu generasi yang memanjang. Oleh
karena itu akumulasi sel blas terjadi akibat ekspansi klonal dan kegagalan
pematangan progeni menjadi sel matur fungsional. Akibat penumpukan sel blas di
sumsum tulang sel bakal hematopoietic mengalami tekanan. Hal ini menimbulkan
dua dampak klinis yang penting (1) menifestasi utama leukemia akut terjadi
akibat kurangnya SDM, sel darah putih,dan trombosit normal dan (2) tujuan
pengobatan adalah mengurangi populasi klina leukemia sedemikian sehingga
terjadi rekonstitusi progeni sel bakal normal yang masih tersisa. (Robbins, 2007)
Tanda gejala leukemia yang paling sering ditemukan merupakan akibat
dari infiltrasi pada sumsum tulang. Tiga akibat yang utama adalah adalah (1)
anemia akibat penurunan jumlah SDM; (2) infeksi akibat neutropenia; dan (3)
tendensi perdarahan akibat penurunan produksi trombosit. Invasi sel-sel leukemia
ke dalam sum-sum tulang secara perlahanlahan akan melemahkan tulang dan

cenderung

mengakibatkan

fraktur. Karena

sel-sel

leukemia

menginvasi

periosteum, peningkatan tekanan menyebabkan rasa nyeri yang hebat. ( Wong,


2009).
Infeksi yang sering ditemukan dalam terapi kanker masa anak-anak
adalah infeksi berat sebagai akibat sekunder karena neutropenia. Anak paling
rentan terhadap infeksi berat selama tiga fase penyakit berikut: (1) pada saat
diagnosis ditegakkan dan saat relaps (kambuh) ketika proses leukemia telah
menggantikan leukosit normal, (2) selama terapi imunosupresi, dan (3) sesudah
pelaksanaan terapi antibiotic yang lama sehingga mempredisposisi pertumbuhan
mikroorganisme yang resisten. Walau demikian , penggunaan faktor yang
menstimulasi-koloni granulosit telah mengurangi insidensi dan durasi infeksi
pada anak-anak yang mendapat terapi kanker.(Wong, 2009)
Penanganan leukemia meliputi suportif dan kuratif. Penanganan suportif
meliputi pengobatan penyakit lain yang menyertai leukemia dan pengobatan
komplikasi. Terapi kuratif bertujuan untuk menyembuhkan leukemia itu sendiri
yaitu berupa perawatan dengan kemoterapi (Permono, 2006). Pengobatan pasien
dengan LLA biasanya mendapatkan tiga atau empat agen induksi kemoterapi
berdasarkan penunjuk resiko awalnya. (Nelson, 2010)
Asuhan keperawatan anak yang menderita leukemia secara langsung
terkait dengan regimen terapinya. Proses leukemia dan sebagian besar agens
kemoterapi menyebabkan supresi sumsum tulang (mielosupresi). Jumlah sel darah
yang

menurun

menimbulkan

permasalahan

sekunder

berupa

infeksi

kecenderungan perdarahan dan anemia. Pertahanan pertama melawan infeksi


adalah pencegahan. Apabila anak dirawat di rumah sakit, perawat harus

menggunakan segala cara untuk mengendalikan penularan infeksi. (Wong, 2009).


Prognosis LLA akan membaik apabila mendapat pengobatan dan penanganan
yang tepat. Mengingat penularan infeksi pada penderita LLA sangat rentan maka
peran perawat sangat penting dalam penatalaksanaan pengobatan LLA.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dipandang perlu melakukan
studi kasus mengenai Asuhan Keperawatan Anak Leukemia Limfoblastik Akut
dengan Resiko terhadap infeksi di Ruang Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Keperawatan Anak Leukemia Limfoblastik Akut


dengan Resiko terhadap infeksi di Ruang Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui Asuhan Keperawatan Anak Leukemia Limfoblastik Akut


dengan Resiko terhadap infeksi di Ruang Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian keperawatan klien anak dengan Leukemia

Limfoblastik Akut di Ruang Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya.


2. Merumuskan diagnosis keperawatan klien anak dengan Leukemia

Limfoblastik Akut di Ruang Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya.


3. Menyusun rencana asuhan keperawatan klien anak dengan Leukemia

Limfoblastik Akut di Ruang Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya.


4. Melakukan

tindakan

keperawatan

klien

anak

dengan

Limfoblastik Akut di Ruang Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Leukemia

5. Melakukan

evaluasi

keperawatan

klien

anak

dengan

Leukemia

Limfoblastik Akut di Ruang Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya.


1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti

Bagi peneliti untuk menambah pengalaman dan pengetahuan


khususnya tentang Asuhan Keperawatan pada Anak Leukemia Limfoblastik
Akut dengan Resiko terhadap infeksi di Ruang Anak RSUD Dr. Soetomo
Surabaya.
Bagi peneliti lain sebagai bahan bagi penelitian selanjutnya dan dapat
mendorong untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

1.4.2 Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan bahan


masukan bagi tenaga khususnya keperawatan di ruang anak RSUD Dr.
Soetomo Surabaya, dan untuk meningkatkan asuhan keperawatan pada klien
dengan Leukemia Limfoblastik Akut.
1.4.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat memberikan informasi


baru dan sebagai bahan perbandingan serta referensi bagi perkembangan ilmu
keperawatan berkaitan dengan asuhan keperawatan anak dengan Leukemia
Limfoblastik Akut.

1.4.4 Bagi Institusi Lain


Sebagai bahan masukan untuk perkembangan ilmu pengetahuan mata
ajar kulia dan dapat menambah referensi perpustakaan institusi pendidikan
sehingga dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai