Anda di halaman 1dari 6

CHARGER PORTABLE SEBAGAI PENGISIAN BATERAI

HANDPHONE DARI SUMBER DAYA DC MENGGUNAKAN


METODE BUCK BOOST CONVERTER
Agus Setyawan1, Bambang Sumantri, ST.,M.Sc2, Agus Indra Gunawan, ST.,M.Sc2
1

Penulis, Mahasiswa Jurusan Teknik Elektronika PENS - ITS


Dosen Pembimbing, Staf Pengajar di Jurusan Teknik Elektronika PENS - ITS
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
Electronics Engineering Polytechnic Institute of Surabaya
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111, INDONESIA
Tel: +62 (31) 594 7280; Fax: +62 (31) 594 6114
email : aset.num1@gmail.com

Abstrak Charger merupakan piranti yang digunakan


dalam pengisian baterai. Charger portable dibuat untuk
mengimbangi fungsi piranti elektronika yang praktis yang
bisa dibawa kemana-mana, termasuk handphone. Charger
portable memanfaatkan sumber daya dc yang lebih banyak
dtemukan ditempat-tempat umum karena sifatnya yang
praktis. Charger ini mengubah sumber daya dc menjadi dc (dc
to dc converter) sesuai tegangan yang dibutuhkan dalam
pengisian baterai, yang umum digunakan adalah 5 volt.
Dengan menjadikan tegangan dc konstan 5 volt, maka sumber
daya tersebut dapat dimanfaatkan dalam melakukan
pengisian. Disinilah fungsi charger portable sebagai dc to dc
converter, yakni menjadikan tegangan itu konstan.
Dalam dc to dc converter, yang paling banyak
digunakan adalah buck converter, boost converter, dan buckboost converter. Buck converter bersifat menurunkan
tegangan input, boost converter bersifat menaikkan tegangan
input dan buck-boost converter memiliki fungsi keduanya.
Converter tersebut menghasilkan tegangan konstan sesuai
yang diinginkan.
Charger portable dibuat dengan memanfaatkan
metode buck converter dan boost converter yang digabung
menjadi satu. Dan oleh karena portable, maka digunakan
rangkaian yang paling sederhana dengan komponen yang
sederhana agar konsumsi daya terhadap charger ini menjadi
minim. Hal ini karena daya yang tersimpan dalam baterai dc
yang terbatas dan mudah cepat habis.
Untuk menentukan output dari converter mana
yang digunakan, buck ataukah boost, maka digunakan sebuah
relay dimana ketika tegangan relay cukup untuk menghasilkan
tegangan 5 volt maka relay aktif dan memilih output dari buck
converter yang digunakan. Tapi jika ternyata output dari buck
converter belum bisa menghasilkan output yang diinginkan
karena supply dari input kurang, maka output dari boost
converter yang digunakan

Kata Kunci : charger, portable, dc to dc converter, buck


converter, boost converter
I. PENDAHULUAN
Handphone merupakan alat komunikasi yang
saat ini paling banyak digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Keberadaan handphone seakan tidak bisa
digantian dengan alat komunikasi lainnya karena sifatnya
yang praktis dan dapat dibawa kemana-mana.
Penggunaan handphone secara kontinyu tentu
mengurangi sumber daya pada baterai yang
digunakannya. Untuk itu perlu dilakukan charging
baterai handphone yang biasanya menggunakan adaptor
yang menggunakan sumber daya ac dari jala-jala PLN
yang ada di rumah-rumah. Sedangkan pada keadaan
tertentu pengguna handphone belum tentu berada di
rumah atau di tempat yang menyediakan sumber daya ac.
Kalau dibandingkan dengan sumber daya dc, maka
sumber daya dc lebih mudah didapatkan di tempat-tempat
umum, berupa baterai yang umum dijual di pasaran.
Dengan melihat kondisi tersebut, dibutuhkan
sebuah charger portable yang efisien yang dapat
memanfaatkan berbagai jenis baterai dc, bahkan mulai
tegangan sumber 1,5 volt. Output yang dihasilkan
haruslah tetap konsan (5 volt dc), walaupun
menggunakan input tegangan dari baterai yang bervariasi,
sehingga tidak merusak daya tahan dari baterai
handphone itu sendiri.
Dengan metode yang sudah ada dapat dibuat
sebuah dc-dc converter yang nantinya dapat digunakan
sebagai charger portable yang dapat digunakan dalam
keadaan darurat. Rangkaian ini dibuat seefisien mungkin
dengan menggunakan komponen yang sederhana sehingga
tujuan pembuatan proyek akhir ini dapat terpenuhi.

vL

II. DASAR TEORI

Vd Vo

di
L L
dt
diL Vd Vo
dt
L
diL
iL
dt
t
iL
(1 D)T

2.1 Boost converter


Boost converter adalah jenis dc-dc converter
yang memiliki output tegangan yang lebih besar dari
tegangan input.

Vd Vo
L
Vd Vo (1 DT )
iL opened
L

diL
dt

Gambar 2.1 Rangkaian Dasar Boost Converter

Vd

Saklar adalah saklar elektronik yang bekerja


secara cepat antara on dan off sehingga menghasilkan
duty cycle secara otomatis mengikuti besar tegangan
input. Besarnya duty cycle berubah-ubah sesuai besar
input yang diberikan untuk menjaga output agar tetap
konstan.
Ketika saklar dalam posisi tertutup, maka diode
dalam keadaan reverse, sehingga terjadi penyimpanan
muatan oleh induktor.

vL

OPENED
t
Vd Vo

iL

iL

( 1-D )T
DT

Gambar 2.4 Pengaruh Duty Cycle pada Boost


Converter
Besarnya duty cycle akan mempengaruhi nilai
tegangan output. Perbandingan duty cycle antara
keadaan closed dan open dapat dilihat pada grafik
gambar 2.4. Tegangan yang dihasilkan merupakan
nilai rata-rata dari keadaan saklar yang open dan
closed. Nilai duty cycle boost converter memenuhi
persamaan berikut:
Vo
1
Vd 1 D

Gambar 2.2 Boost Converter Kondisi Saklar


Tertutup
vL

Vd

di
L L
dt
diL Vd
dt
L
diL
iL
iL
dt
t DT
Vd
diL
dt
L
Vd DT
iL closed
L

Vo
Vo

D
RCf

Sedangkan ketika saklar dalam kondisi terbuka,


maka diode menjadi kondisi tertutup dan induktor akan
membuang energinya menuju kapasitor.

Gambar 2.3 Boost Converter Kondisi Saklar


Terbuka

Gambar 2.5 Rangkaian Boost Converter dengan


Controller Sederhana
Untuk nilai induktansi yang digunakan adalah
sebagai berikut:

Lmin

D(1 D) 2 R
2f

dengan :

Lm in = Nilai Induktansi minimum


D = Duty cycle
R = Resistansi
f

= Frekuensi

2.2 Buck converter


Buck converter adalah jenis dc-dc converter
yang memiliki output tegangan yang lebih kecil dari
tegangan input.

Gambar 2.9 Pengaruh Duty Cycle Pada Buck


Converter
Seperti halnya boost converter, sinyal duty
cycle dapat dibuat dari rangkaian analog dengan
memanfaatkan komponen yang sederhana, yakni
kapasitor dan transistor.

Gambar 2.6 Rangkaian Dasar Buck Converter


Ketika saklar tertutup, diode dalam keadaan
reverse sehingga sinyal input menuju induktor dan
terjadi penyimpanan energi.

Gambar 2.10 Rangkaian Buck Converter


dengan Controller Sederhana

Gambar 2.7 Buck Converter Kondisi Saklar


Tertutup
vL

Vd Vo

iL
t
iL

Besarnya duty cycle agar tegangan output sesuai


yang diharapkan adalah sebagai berikut:

diL
dt

Vo
Vd

Vd Vo
L

diL
dt
diL
dt

closed

Vo
Vo

iL Vd Vo
DT
L
Vd Vo
DT
L

1 D
8LCf 2

Nilai induktansi yang dibutuhkan untuk


membuat sebuah buck converter adalah berdasarkan
persamaan berikut:

Sedangkan saat kondisi saklar terbuka diode


menjadi forward bias sehingga ada aliran tegangan
yang melalui kapasitor.

(1 D ) R
2f

Lm in
dengan :

Lm in = Nilai Induktansi minimum


D = Duty cycle
R = Resistansi
f
Gambar 2.8 Buck Converter Kondisi Saklar
Terbuka
vL

Vo
diL
dt
diL
dt
iL

= Frekuensi

III. PERANCANGAN SISTEM


3.1 Blok Diagram Sistem

diL
dt

Vo
L
iL
t
opened

iL
(1 D)T
Vo
L

Vo
L
(1 D)T

Gambar 3.1 Desain Alat

Alat ini dirancang dan dibuat dengan


menggunakan metode dari rangkaian buck dan boost
converter, dimana output dari kedua tipe converter
tersebut terhubung dengan relay untuk mengaktifkan
output mana yang akan digunakan.

4.2 Pengukuran Menggunakan Oscilloscope


4.2.1. Pengukuran Terhadap Sinyal yang Bekerja pada
Converter.
A. Boost Converter

3.2 Relay
Relay yang digunakan adalah relay 5 volt, namun
dalam kenyataannya relay ini dapat aktif walaupun
tegangan yang diberikan padanya kurang dari 5 volt.
Untuk mengantisipasi agar relay tidak aktif saat kondisi
yang tidak dibutuhkan, dimana saat tegangan output buck
converter kurang dari 5 volt, maka ditambahkan
pembatas tegangan agar tegangan output buck converter
yang kurang dari 5 volt tidak dapat mengaktifkan relay.

Gambar 4.3 Sinyal pada Kaki Basis Q1 557


Kaki basis pada Q1 557 adalah sinyal yang berasal
dari kaki kolektor Q3 547. Sinyal yang didapatkan
adalah sinyal gergaji, dimana hal ini dipengaruhi oleh
kapasitor 330pF yang dipasang paralel dengan kaki basis
Q1 557. Ketika pertama kali kolektor dari Q3 547
mengalirkan arus, maka tegangan yang terukur pada kaki
basis Q1 557 tinggi. Karena ada tegangan yang masuk
basis, dimana bila transistor pnp memiliki tegangan basis
yang lebih tinggi dari emiternya, maka tegangan akan
dialirkan dari emiter menuju kolektor, sehingga basis
dari Q2 337 mendapat tegangan dari kolektor Q1 557.

Gambar 3.2 Rangkaian Pembatas Tegangan


Kurang Pada Relay
IV PENGUJIAN SISTEM
4.1 Pengukuran Menggunakan Multitester
Pengujian mengunakan multitester digunakan
untuk mengetahui nilai output yang dhasilkan oleh
rangkaian charger portable ini dari berbagai input yang
diberikan padanya. Nilai output yang diambil adalah
tegangan dan nilai arus. Pengukuran di lakukan dengan
menggunakan input baterai ukuran AA/1,5 volt.

Gambar 4.4 Sinyal pada Kaki Basis Q2 337


Karena mendapat tegangan pada kaki basisnya,
untuk transistor npn, ketika tegangan pada basis lebih
besar daripada tegangan pada emiter (emiter
digroundkan), maka tegangan pada kolektor akan
dialirkan menuju emiter. Sedangkan kolektor pada Q2
337 sendiri tidak memiliki tegangan, sehingga kolektor
melalui kapasitor 330pF menarik tegangan pada kaki
yang terhubung paralel dengan kaki basis Q1 557.
Karena ditarik oleh kapasitor, maka tegangan yang
masuk kaki basis Q1 557 semakin kecil sehingga
menghasilkan sinyal gelombang gergaji. Dalam keadaan
ini kapasitor akan terus mengisi hingga Q1 557 tidak
lagi aktif karena tegangan pada kaki basisnya tidak
cukup kuat untuk membuat transistor aktif (ditarik
sepenuhnya oleh kapasitor).

TB = Tanpa Beban, DB = Dengan Beban


Berdasarkan nilai referensi tegangan yang
diinginkan adalah tegangan dc 5 volt dan dengan nilai
output yang dihasilkan, dapat dicari nilai error sebagai
berikut.
Error (%) = | nilai referensi nilai output sesungguhnya | x 100%
nilai referensi

tegangan ini akan menonaktifkan kinerja dari Q3 547


saat tegangan output sudah mencapai 5 volt, yakni
dengan cara menarik tegangan pada basis Q3 menuju
ground. Ketika Q3 tdak aktif, maka tidak ada tegangan
yang masuk Q1, sehingga saklar menjadi off.

Gambar 4.5 Sinyal pada Kaki Kolektor Q2 337


Gambar diatas adalah sinyal kolektor Q2 yang
terhubung langsung pada induktor (sebagai saklar).
Ketika Q1 557 tidak lagi aktif, maka Q2 337 juga
tidak aktif. Dengan demikian kolektor tidak lagi menarik
tegangan dari kapasitor. Pada kondisi ini kapasitor
melakukan pengosongan energi. Saat energi pada
kapasitor sudah habis, Q1 dan Q2 kembali aktif. Hal ini
berlangsung kontinyu sehingga dapat dikatakan bahwa
Q2 337 adalah sebagai saklar otomatis yang kinerjanya
juga dikendalikan oleh Q1 557.
Jika diamati bentuk gelombang yang dihasilkan,
maka setiap nilai input yang berbeda akan menghasilkan
bentuk sinyal yang berbeda. Semakin tinggi nilai
tegangan input, maka nilai duty cycle semakin kecil,
sehingga jika input terus diperbesar, maka tidak ada duty
cycle yang dihasilkan sehingga nilai output akan sama
dengan nilai input.
Saat Q1 dan Q2 aktif maka saklar dalam posisi
terhubung dan diode dalam kondisi reverse, sehingga
indukor melakukan pengisian. Sedangkan saat transistor
idak aktif maka saklar dalam kondisi open dan diode
menjadi forward bias. Dalam kondisi ini induktor
mengalirkan muatan yang tersimpan olehnya menuju
kapasitor 100uF.
Besarnya nilai frekuensi yang bekerja pada saklar
tersebut adalah tergantung dari nilai RC seri yang
bekerja pada rangkaian tersebut, yakni resistor 33k dan
kapasitor 330pF.

Gambar 4.7 Sinyal pada Kaki Kolektor Q3 547


Gambar di atas adalah gambar sinyal pada kaki
kolektor Q3 yang terhubung dengan Q1. Sinyal
berbentuk gelombang gergaji karena ada kondisi dimana
tegangan pada kaki basis Q3 ditarik oleh Q4 menuju
ground, yakni saat tegangan output yang dihasilkan
sudah mencapai 5 volt.
B.

Buck Converter

Gambar 4.9 Sinyal pada Kaki Basis Q1 547


Kaki basis pada Q1 547 pada buck converter
mempunyai bentuk sinyal seperti gambar di atas (b,c,d
sinyal digeser kebawah pada oscilloscop). Kenaikan
tegangan pada basis Q1 547 disebabkan karena proses
pengosongan kapasitor yang muatannya dialirkan ke
basis Q1 547. Jika dilihat dari bentuk sinyal, maka saat
kapasitor tidak membuang energinya pada transistor,
tegangan yang mengalir pada basis transistor cukup
kecil. Hal ini berarti tegangan pada basis tidak cukup
kuat untuk membuat transistor menjadi aktif.
Ketika terjadi pengosongan energi kapasitor ke
basis transistor, barulah transistor menjadi aktif. Karena
emitter dari Q1 547 ini terhubung pada output buck
converter, dimana nilai tegangan emitter lebih besar
daripada nilai tegangan basis, maka tidak ada arus yang
mengalir dari kolektor ke emitter. Aktifnya transistor
justru membuat nilai tegangan pada transistor Q1 547
menjadi turun.

1
2 RC

dengan:

f = Frekuensi

R = Resistansi
C = Kapasistansi
Untuk Q3 547, bekerja sebagai penyalur sinyal ke
Q1 557, dimana kaki kolektor Q3 terhubung dengan
basis Q1. Kinerja dari transistor ketiga ini juga
dikendalikan oleh transistor keempat Q4 547 sebagai
detektor tegangan. Detektor tegangan ini penting, karena
saklar yang dibuat bekerja hanya dengan menggunakan
rangkaian analog dengan komponen sederhana tanpa
kontrol otomatis (berupa IC mikrokontroler). Detektor

5.

6.

Gambar 4.11 Sinyal pada Kaki Kolektor


Q1 547 / Basis Q2 327

DAFTAR PUSTAKA

Bentuk sinyal yang dihasilkan oleh Q1 547 pada


kaki kolektornya seperti gambar diatas. Saat tegangan
naik, maka tegangan pada kaki kolektor Q1 ini dapat
mengaktifkan Q2 karena kolektor dari Q1 terhubung
dengan basis Q2 secara langsung. Sedangkan saat
tegangan pada posisi low, Q2 tidak dapat aktif karena
nilai tegangan terlalu kecil.

Gambar 4.12 Sinyal pada Kaki Kolektor Q2 327


Sinyal yang dihasilkan oleh kolektor Q2 seperti
tampak pada gambar di atas. Semua sinyal tersebut
digeser kebawah pada layar oscilloscop, nilai lembah
adalah posisi ground, sedangkan nilai puncak adalah
nilai tegangan tertinggi yang dihasilkan. Sinyal yang
dihasilkan adalah pulsa PWM yang dihubungkan pada
buck converter sebagai saklar.

BAB V KESIMPULAN
1.

2.
3.
4.

Efisiensi converter dengan beban dan tanpa beban


hampir sama (dengan beban sedikit lebih besar,
kecuali untuk boost converter dengan 1 atau 2
masukan baterai.
Semakin besar tegangan masukan, nilai efisiensi
menjadi lebih kecil, karena tidak langsung semua
daya masukan menjadi daya keluaran (tegangan
masukan makin besar, namun tegangan keluaran
tetap).

Converter yang dibuat dapat menghasilkan tegangan


keluaran yang berkisar pada 5volt dc, dengan error
0% s/d 6% pada kondisi tanpa beban, dan 2 s/d 18%
pada kondisi dengan beban.
Nilai arus keluaran berkisar dari 140mA s/d 240mA,
dengan boost converter justru memiliki arus yang
lebih besar, kecuali untuk masukan satu buah baterai.
Pada buck converter saat tegangan masukan turun,
maka memungkinkan perubahan kinerja dari buck
menjadi boost converter dan arus justru lebih besar.
Nilai efisiensi yang baik dimiliki masing-masing
converter dengan masukan yang kecil (satu baterai
untuk boost converter, lima baterai untuk buck
converter), karena hampir seluruh daya masukan
sama dengan daya keluaran.

[1]

http://talkingelectronics.com/

[2]

Dr. Zainal Salam. Version 3-2003. Power


Electronics and Drives.UTM-JB

[3]

Michael Day, Bill John. March 16-31, 2007. EE


Times-Asia, www.eetasia.com

[4]

Ali Emadi, Alireza Khaligh, Zhong Nie, Young


Joo Lee. 2009. "Integrated Power Elektronic
Converters and
Digital
Control", CRC
Press,Taylor & Francis Group,LLC.

Anda mungkin juga menyukai