vL
Vd Vo
di
L L
dt
diL Vd Vo
dt
L
diL
iL
dt
t
iL
(1 D)T
Vd Vo
L
Vd Vo (1 DT )
iL opened
L
diL
dt
Vd
vL
OPENED
t
Vd Vo
iL
iL
( 1-D )T
DT
Vd
di
L L
dt
diL Vd
dt
L
diL
iL
iL
dt
t DT
Vd
diL
dt
L
Vd DT
iL closed
L
Vo
Vo
D
RCf
Lmin
D(1 D) 2 R
2f
dengan :
= Frekuensi
Vd Vo
iL
t
iL
diL
dt
Vo
Vd
Vd Vo
L
diL
dt
diL
dt
closed
Vo
Vo
iL Vd Vo
DT
L
Vd Vo
DT
L
1 D
8LCf 2
(1 D ) R
2f
Lm in
dengan :
Vo
diL
dt
diL
dt
iL
= Frekuensi
diL
dt
Vo
L
iL
t
opened
iL
(1 D)T
Vo
L
Vo
L
(1 D)T
3.2 Relay
Relay yang digunakan adalah relay 5 volt, namun
dalam kenyataannya relay ini dapat aktif walaupun
tegangan yang diberikan padanya kurang dari 5 volt.
Untuk mengantisipasi agar relay tidak aktif saat kondisi
yang tidak dibutuhkan, dimana saat tegangan output buck
converter kurang dari 5 volt, maka ditambahkan
pembatas tegangan agar tegangan output buck converter
yang kurang dari 5 volt tidak dapat mengaktifkan relay.
Buck Converter
1
2 RC
dengan:
f = Frekuensi
R = Resistansi
C = Kapasistansi
Untuk Q3 547, bekerja sebagai penyalur sinyal ke
Q1 557, dimana kaki kolektor Q3 terhubung dengan
basis Q1. Kinerja dari transistor ketiga ini juga
dikendalikan oleh transistor keempat Q4 547 sebagai
detektor tegangan. Detektor tegangan ini penting, karena
saklar yang dibuat bekerja hanya dengan menggunakan
rangkaian analog dengan komponen sederhana tanpa
kontrol otomatis (berupa IC mikrokontroler). Detektor
5.
6.
DAFTAR PUSTAKA
BAB V KESIMPULAN
1.
2.
3.
4.
[1]
http://talkingelectronics.com/
[2]
[3]
[4]