TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Labiopalatoschizis adalah suatu kondisi terdapat celah pada bibir atas dan langitlangit, merupakan kelainan kongenital kraniofasial yang paling sering ditemukan.1,2
Klasifikasi2
a. Microform
Terdapat galur atau bekas luka yang melampaui panjang vertical bibir, vermillion
notch tidak sempurna, dan berbagai derajat pemendekan bibir. Deformitas hidung
mungkin ada dan kadang-kadang lebih besar dari masalah bibir.
b. Unilateral inkomplit
Terjadi pemisahan vertical pada bibir dengan derajat yang berbeda-beda, namun
hidung tidak mengalami kelainan (nasal sill atau Simonart band intak)
c. unilateral komplit
terjadi pemisahan vertical pada bibir sampai ke hidung, dengan dasar dari palatum
durum yang merupakan daerah bawah dari kartilago hidung.
d. bilateral inkomplit
jika hanya terjadi celah pada kedua sisi bibir, selebihnya normal
e. bilateral komplit
jika melibatkan kedua sisi bibir hingga ke hidung.
Epidemiologi
Secara epidemiologi, bibir sumbing yang juga disertai dengan langit-langit
sumbing terjadi sebanyak 46% dari semua kasus yang ada, diikuti dengan langit-langit
sumbing saja yaitu 33%, bibir sumbing saja 2%. Sumbing unilateral 9 kali lebih sering
dibandingkan dengan sumbing bilateral, dan terjadi 2 kali lebih banyak pada sisi sebelah
kanan. Sumbing bibir dan langit-langit lebih banyak terjadi pada laki-laki, sedangkan
pada perempuan lebih banyak menderita sumbing bibir saja. Pada populasi kulit putih,
sumbing bibir dengan atau tanpa sumbing langit-langit terjadi rata-rata 1 dalam 1,000
kelahiran bayi hidup. 2
Frekuensi sumbing langit-langit sebagai kelainan tersendiri jauh lebih rendah,
yaitu
dibandingkan laki-laki, dan tidak berkaitan dengan usia ibu. Jika orang tua normal
memiliki satu anak dengan langit-langit sumbing, kemungkinan anak berikutnya
menderita cacat yang sama adalah 2%. Namun, jika terdapat anak dan saudara yang juga
terkena, atau kedua orang tua mengidap langit-langit sumbing, kemungkinan masingmasing meningkat menjadi 7% dan 15%.1
Secara genetic, jika orang tua normal memiliki satu anak dengan dengan bibir
sumbing, kemungkinan bayi berikutnya mendapatkan cacat yang sama adalah 4%. Jika
dua anak yang terkena, risiko pada anak berikutnya meningkat menjadi 9%. Jika salah
satu orang tua mengidap bibir sumbing dan satu anak dengan cacat yang sama,
kemungkinan bayi berikutnya mengidap cacat serupa meningkat menjadi 17%.1
Embriologi1
Gambaran paling khas pada pembentukan kepala dan leher dihasilkan oleh arkus
faring atau brankial. Arkus-arkus ini muncul pada minggu ke empat dan kelima
embriologi. Pada awalnya, arkus-arkus ini terdiri dari jaringan mesenkim yang
dipisahkan oleh celah faring (pharyngeal cleft; branchial cleft). Secara bersamaan
terbentuk juga sejumlah kantong penonjolan, yang disebut dengan
kantong faring
Arkus faring memiliki peran penting dalam proses pembentukan wajah. Pada
akhir minggu keempat, bagian tengah wajah dibentuk oleh stomodeum, dikelilingi oleh
pasangan pertama arkus faring. Pada usia 42 hari, terdapat tonjolan mesenkim,
prominensia mandibularis (arkus faring pertama), kaudal dari stomedeum; prominensia
maksilaris (bagian dorsal arkus faring pertama), lateral dari stomodeum; dan prominensia
frontonasalis, cranial dari stomodeum. Di kedua sisi prominensia frontonasalis, muncul
penebalan ectoderm, plakoda nasalis (olfaktoria).
membawa empat gigi seri; dan c) komponen langit-langit yang membentuk palatum
primer yang berbentuk segitiga.
Palatum Sekunder
Meskipun palatum primer terbentuk dari segmen intermaksila, namun palatum
definitive dibentuk oleh bilah-bilah palatum (palatine shelves) yang muncul pada minggu
keenam dari prominensia maksilaris. Pada minggu ketujuh, bilah-bilah palatum ini akan
bergerak keatas untuk memperoleh posisi horizontal di atas lidah dan menyatu
membentuk palatum sekunder.
Etiologi
Kelainan cleft lip terjadi akibat kegagalan penggabungan antara prominensia maksilaris
dengan prominensia nasomedialis pada satu atau kedua sisi. Sedangkan cleft palate
terjadi karena gagalnya penyatuan celah-celah palatum yang dapat disebabkan oleh
ukurannya yang terlalu kecil, kegagalan bilah palatum untuk meninggi, hambatan dalam
proses penyatuan, atau kegagalan lidah untuk turun dari antara kedua bilah palatum.
Faktor risiko
-
Usia ibu. 3
Manifestasi Klinis
a. masalah asupan makanan
Pada sumbing bibir, bayi akan sulit melakukan hisapan pada payudara ibu. Pada
sumbing langit-langit, refleks hisap serta reflek menelan pada bayi tidak sebaik
bayi normal. 4
b. Masalah Dental dan Telinga
Bayi dengan sumbing langit-langit akan terdapat kehilangan, malformasi,
dan malposisi dari gigi geligi pada area celah bibir yang terbentuk. Anak juga
mudah mengalami infeksi telinga karena terdapat kelumpuhan otot levator
palatine dan tensor vili palatine yang mengontrol pembukaan dan penutupan tuba
eustachius. 5
c. Masalah berbicara
Diagnosis
Pada saat kehamilan, celah bibir dini dapat kita lihat melalui ultrasonografi pada
minggu ke-11 masa kehamilan, namun kurang dari 25% yang dapat teridentifikasi.
Tatalaksana
1. Pembedahan
Kelainan ini harus segera diperbaiki, saat melakukan tindakan merujuk pada
Rule of Ten, yaitu, berat badan minimal 10 pon, hemoglobin 10 g%, umur
minimal 10 minggu.4
a.
b.
2. Speech therapy
Dapat dilakukan setelah operasi untuk mengurangi suara sengau, namun jika tidak
berhasil dapat dilakukan pharingoplasty, dilakukan pada usia 5-6 tahun.
BAB I
LAPORAN KASUS
Seorang pasien laki-laki usia 3 tahun datang ke IGD RSUP DR M.Djamil Padang
tanggal 3 November 2014, dengan:
Keluhan utama :
Sumbing pada langit-langit sejak lahir
Riwayat Penyakit Sekarang :
-
Awalnya, saat ibu pasien menyusui, ASI yang diminum oleh bayinya selalu keluar
lewat hidung, kemudian dibawa ke dokter, diketahui terdapat celah pada langitlangit pasien
Berat badan cenderung menurun, sehingga pasien tidak dapat di operasi segera
Saat pasien mulai dapat mengeluarkan suara, terdengar suara pasien yang sengau,
dan tidak bisa mengucapkan kata-kata dengan jelas.
Ibu pasien saat hamil tidak merokok, minum alkohol, tidak mengonsumsi obat
anti kejang, dan tidak pernah mengalami infeksi saat kehamilan.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : tampak tidak sakit
Nadi : 92 x/menit
Kesadaran
Nafas : 26 x/menit
: compos
Suhu : 36,6 0 C
Status Generalis
Mata
Leher
Status Lokalis
Refio fasial
Mulut : tampak celah pada langit-langit bagian belakang hingga ke uvula.
Diagnosa Kerja : palatoschizis
Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium :
Darah :
-
Hb
: 11,7 mg/dl
Leukosit
: 9.500/mm3
Hematokrit
: 34%
Trombosit
: 171.000/mm3
PT
: 9,8 s
APTT
: 26,5 s
Rencana : Palatoplasty
DISKUSI
Telah dilaporkan seorang pasien anak laki-laki usia 3 tahun dengan diagnosa kerja
palatoschizis. Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan data yang didapat dari anamnesa dan
pemeriksaan fisik.
Dari anamnesa terdapat celah pada langit-langit mulut sejak lahir, cairan yang
diminum selalu keluar lewat hidung, suara yang sengau dan pengucapan kosakata yang
tidak jelas. Pada pemeriksaaan fisik ditemukan adanya celah pada palatum hingga
membelah uvula yang merupakan tanda palatoschizis.
Pada pasien ini direncanakan palatoplasty, dan telah dilakukan pemeriksaan
toleransi operasi berupa pemeriksaan laboratorium darah dan konsul ke bagian anak. Saat
ini pasien dirawat di bagian CAA menunggu jadwal operasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. T.W. Sadler. Langman Embriologi Kedokeran. Edisi 10. 2010. Jakarta:EGC
2. Thorne CH. Cleft Lip and Palate. At: Grabb and Smiths Plastic Surgery. 6 th
edition. 2007:p.211-25.
3. Losee JE, Gimbel M, Rubin J, Wallace JG, Wei F. Chapter 45. Plastic and
Reconstructive Surgery. In: Schwartz Principles of Surgery. 9th edition. New
York: McGraw-Hill;2010.
4. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 2. Jakarta : EGC,
2004.
5. Pricillia
PS,
Tuti
A.
Kelainan
Celah
Bibir
serta
Langit-langit
dan