Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan investasi jangka panjang dalam membangun
sumber daya manusia yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan
peradaban manusia. Oleh sebab itu, hampir semua negara menempatkan variabel
pendidikan sebagai suatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan
bangsa dan negara. Bahkan ada beberapa negara yang menempatkan pendidikan
di urutan pertama dalam membangun bangsa.
Indonesia sebagai negara yang besar menempatkan pendidikan sebagai
sesuatu yang penting dan utama. Hal ini dapat lihat dari isi pembukaan UUD 1945
alinea IV yang menegaskan bahwa salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia
adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut, pendidikan harus mampu
menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas dan profesional,
termasuk didalamnya kebutuhan dunia kerja dan respon terhadap perubahan
masyarakat dan perubahan kemajuan dunia.
Dalam mempersiapkan SDM pembangunan, pendidikan tidak bisa hanya
terfokus pada kebutuhan material, tetepi juga menyentuh dasar untuk memberikan
watak pada visi dan misi pendidikan yaitu perhatian mendalam pada etika moral
spiritual yang luhur. Dalam hal ini, kualitas pendidikan dipengaruhi oleh

penyempurnaan sistemik terhadap seluruh komponen pendidikan seperti


peningkatan kualitas dan pemerataan penyebaran guru, kurikulum yang
disempurnakan, sumber belajar, sarana dan prasarana yang memadai, iklim
pembelajaran yang kondusif, serta didukung oleh kebijakan pemerintah, baik
pusat maupun daerah.
Pembalajaran merupakan inti dari pendidikan, pembelajaran akan berjalan
baik bila seorang siswa memiliki motivasi dalam belajar. Motivasi belajar
merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat
melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan serta pengalaman.
Motivasi mendorong dan mengarahkan minat belajar untuk tercapai suatu tujuan.
Siswa akan bersungguh-sungguh belajar karena termotivasi mencari prestasi,
mendapat kedudukan dalam jabatan, menggapai cita-cita, dan memecahkan
masalah.
Dalam pandangan Ngalim Purwanto, motivasi memiliki tiga fungsi pokok.
Pertama, mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak. Motivasi tersebut
berfungsi sebagai penggerak atau motor yang memberikan energi (kekuatan)
kepada seseorang untuk melakukan tugas. Kedua, menentukan arah perbuatan,
yakni ke arah suatu tujuan atau cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari
jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan itu. Ketiga, menyeleksi
perbuatan. artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan,
guna mencapai tujuan tertentu dengan mengenyampingkan perbuatan yang tidak
bermanfaat bagi tujuan dimaksud.1
Dikaitkan dengan pencapaian kompetensi anak didik, fungsi-fungsi di atas
sangat penting untuk diperhatikan. Motivasi dapat dijadikan sarana paling efektif
guna mengarahkan anak didik mencapai tujuan dan mengaktifkannya dalam
kegiatan pembelajaran.
Motivasi belajar dapat tumbuh dari dalam diri siswa dan dari luar siswa,
dorongan dari dalam biasanya mengalir dari dorongan kebutuhan belajar, ia
percaya tanpa belajar hasilnya tidak akan maksimal. Sedangkan dari luar biasanya

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya, 1999, hal. 71.

dipengaruhi oleh sokongan dari luar seperti guru dan orang tua dalam
menyadarkan anak didiknya untuk belajar dan memiliki pengetahuan.
Siswa dalam motivasi belajarnya sangat dipengaruhi banyak faktor,
beberapa nilai yang dihasilkan siswa dari proses belajarnya menunjukan bahwa
motivasi siswa dalam belajar cendrung berubah. Apabila motivasi belajarnya
tinggi maka dapat disimpulkan bahwa nilai yang dihasilkan akan baik. Kehadiran
siswa juga mempengaruhi proses pembelajaran, apabila kehadiran siswa tinggi
maka akan menjadikan proses pembelajaran semakin efektif dalam mencapai
tujuan yang diharapkan.
Pada tahun pelajaran 2014/2015 di SMP Amaliah, hasil belajar yang
dicapai pada tiap tingkatan cenderung masih jauh dari yang diharapkan. Masih
adanya beberapa siswa yang nilainya dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimum). Berdasarkan sampel hasil ulangan kenaikan kelas :
Tabel 1.1
Jumlah Siswa Nilai UAS dibawah KKM
No

Kelas

1.

Jumlah

Jumlah Siswa nilai UAS dibawah KKM

Total

Siswa

1 Mapel

2 Mapel

3 Mapel

VIII.1

33 Siswa

6 Siswa

1 Siswa

5 Siswa

12 Siswa

2.

VIII.2

32 Siswa

5 Siswa

2 Siswa

4 Siswa

11 Siswa

3.

VIII.3

34 Siswa

5 Siswa

3 Siswa

4 Siswa

12 Siswa

Berdasarkan tabel 1.1 diatas, dapat dilihat masih banyaknya siswa yang
nilainya dibawah KKM. Berdasarkan pengamatan dilapangan siswa yang nilainya
dibawah KKM adalah siswa yang bermasalah dalam belajarnya. Banyaknya siswa
yang tidak melaksanakan tugas harian, tidak peduli terhadap nilainya dibuktikan
dengan siswa tidak mengikuti program ramedial, kemudian banyaknya siswa yang
tidak hadir, hal itu berdasarkan data kehadiran siswa sebagai berikut :

Tabel 1.2
Data Sampel Kehadiran Siswa 2014/2015
NOVEMBER JANUARI

Rata-Rata
Perkelas

KELAS

OKTOBER

VIII.1
VIII.2
VIII.3
VIII.4
VIII.5
VIII.6
Rata-Rata
Kehadiran

94,02
89,44
93,19
97,08
87,5
91,44

94,84
92,83
95
95
92,63
91,05

95,13
91,48
93,47
92,63
93,94
92,63

94,66

92,11

93,56

93,21

92,96

91,25
93,89
94,90
91,36
91,71

Berdasarkan data tabel 1.2, dapat dilihat bahwa total rata-rata kehadiran
kelas VIII yaitu 92,96%. Dalam proses pembelajaran diharapkan siswa rata-rata
kehadiran minimal 95%. Sehingga dapat disimpulkan rendahnya kehadiran siswa
menyebabkan kurang efektifnya proses pembelajaran siswa di SMP Amaliah.
Motivasi siswa dalam belajar menunjang perolehan nilai yang maksimal.
Motivasi sebagai mana telah disebutkan sebelumnya, dapat dipengaruhi oleh
faktor-faktor ekstrinsik. Manusia sebagai makhluk sosial tentu mendapatkan
pengaruh dari lingkungannya.
Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peranan yang besar dan
strategis. Karena guru selalu terkait dengan komponen manapun dalam sistem
pendidikkan. Guru sangat menentukan keberhasilan peserta dididik, terutama
dalam kaitanya dengan proses belajar mengajar, karena ketika proses
pembelajaran berlangsung guru dapat melakukan apa saja dikelas. Ia dapat tampil
menjadi sosok menarik sehingga mampu menebarkan motivasi belajar dan
berprestasi siswa. Sebaliknya, dengan otoritasnya di kelas yang begitu besar,
seorang guru tidak menutup kemungkinan akan tampil menjadi sosok yang
membosankan, instruktif, dan tidak mampu menjadi idola bagi siswa, bahkan
proses pembelajaran tersebut secara tidak sadar dapat mematikan kreatifitas,
menumpulkan daya nalar dan mengabaikan aspek afektif.
Sebagai salah satu element tenaga kependidikan, seorang guru harus
mampu melaksanakan tugas membimbing, membina,mengasuh ataupun mengajar

secara profesional. ibaratnya seperti sebuah lukisan yang akan dipelajari oleh
anak didiknya, baik buruk hasil lukisan bergantung kepada contoh yang diberikan
oleh guru.
Secara umum, ada tiga tugas guru sebagai profesi, yakni mendidik,
mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilainilai hidup; mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan
; melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan untuk kehidupan
siswa. Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab di atas, seseorang
guru dituntut untuk memiliki beberapa kemampuan dan kompetensi tertentu
sebagai bagian dari profesionalisme guru.
Kompetensi pada dasarnya merupakan deskripsi tentang apa yang dapat
dilakukan seseorang dalam bekerja, serta apa wujud dari pekerjaan tersebut yang
dapat terlihat. Untuk dapat melakukan suatu pekerjaan, seseorang harus memilki
kemampuan dalam bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan yang relevan
dengan bidang pekerjaannya.
Menurut Suyanto dan Djihad Hisyam ada tiga jenis kompetensi guru 1)
kompetensi profesional, yaitu memiliki pengetahuan yang luas pada bidang studi
yang diajarkan, memilih dan menggunakan berbagai metode mengajar di dalam
proses belajar mengajar yang diselenggarakan. 2) kompetensi kemasyarakatan,
yaitu mampu berkomunikasi dengan siswa, sesama guru dan masyarakat luas
dalam konteks sosial. 3) kompetensi personal yaitu memiliki kepribadian yang
mantap dan patut diteladani. Dengan demikian, seorang guru akan mampu
menjadi seorang pemimpin yang menjalankan peran : ing ngarso sung tulada, ing
madya mangun karsa, tut wuri handayani. 2
Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mengembangkan standar
kompetensi dan sertifikasi guru, antara lain dengan disahkannya undang-undang
guru dan dosen yang kesemua itu dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme
dan kompetensi guru.
Menurut UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen Pasal 1:
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar
2

Suyanto dan Asep Jihad, Menjadi Guru Profesional, Jakarta : Esensi, 2013, hal.40.

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada


pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, dasar dan menengah.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 16 Tahun 2007
tentang standar kompetensi akademik dan kompetensi guru dijelaskan bahwa :
kualifikasi akademik guru SD/MI, SMP/Mts, dan SMA/MA minimum diploma 4
(D-4) atau Sarjana (S-1). Dalam PMPN ini juga disebutkan bahwa guru harus
menguasai empat kompetensi utama, yaitu pedagogis, kepribadian, sosial dan
profesional. Keempat kompetensi ini terintegrasi dalam kinerja guru.
Kata kompetensi profesional terdiri dari dua kata kunci yaitu
kompetensi dan profesional. Kompetensi berarti pengetahuan, keterampilan
dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak,
sedangkan profesional adalah suatu jabatan yang digunakan untuk melayani
masyarakat dimana mereka memerlukan bidang ilmu dan ketrampilan tertentu
yang sesuai dengan profesi yang diembannya.3
Kompetensi guru sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar karena
guru merupakan sosok terdepan dalam pelaksanaan pendidikan. Kompetensi yang
dimiliki oleh guru merupakan wujud dari pelaksanaan profesinya, yang mana
pada dasarnya guru profesional adalah guru yang memiliki keterampilan,
kompetitif, cakap dalam pengajaran serta memiliki pribadi yang baik dan mampu
melakukan penyesuaian diri dalam masyarakat. Perlu kita sadari kompetensi
professional guru sangat penting dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan
untuk mencetak siswa yang cerdas dan mampu menjadi penerus generasi yang
handal.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama dan mengevaluasi
siswa, pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar
dan pendidikan menengah. Sementara pegawai dunia pendidikan merupakan
bagian dari tenaga kependidikan, yaitu anggota masyarakat yang mengabdikan
diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Karena
bagaimanapun seorang guru atau tenaga kependidikan (pegawai), merupakan
cermin bagi anak didiknya dalam sikap atau teladan, dan sikap disiplin guru dan
3

Soetjipto, dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta : Rineka Cipta, 1999, hal.15.

tenaga kependidikan (pegawai) akan memberikan motivasi tersendiri bagi siswa


dan juga memberikan warna terhadap hasil pendidikan yang jauh lebih baik. 4
Guru memberikan motivasi kepada seorang siswa, berarti mengerakkan
siswa untuk melakukan suatu keinginan. Pada tahap awal akan menyebabkan si
subjek belajar itu merasa ada kebutuhan dan ingin melakukan suatu kegiatan
belajar. 5
Dalam proses pembelajaran guru harus bisa membangun dan menciptakan
kondisi tertentu agar siswa selalu merasa butuh dan berkeinginan untuk belajar.
Selain dari pada itu, peran guru adalah sebagai pengajar, pembimbing, pelatih,
manajer, supervisor, leader, inovator, dan motivator. Terkait dengan peran
edukatif untuk meningkatkan semangat dan gairah belajar yang tinggi, siswa
memerlukan motivasi dari dalam diri sendiri (intrinsic) maupun dari luar
(ekstrinsik).6 Sehingga diharapkan seorang guru selalu membimbing bakat siswa
serta memberi motivasi untuk meraih prestasi yang lebih baik demi mencapai citacita dan masa depan yang lebih cerah.
Selain itu, faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi motivasi belajar
siswa adalah orang tua. Orang tua adalah pelaku utama dalam mendidik anak
sebelum orang lain yang mempengaruhinya. Karena orang tua lebih banyak waktu
bersama dengan anak yaitu di saat anak tersebut membutuhkan bimbingan,
perhatian, dan pengarahan yang intensif diharapkan anak akan lebih mantap dalam
menghadapi kesulitan-kesulitan hidup di masa yang akan datang.
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka,
karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian
bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Orang tua
dikatakan pendidik pertama karena dari merekalah anak mendapatkan pendidikan
untuk pertama kalinya dan dikatakan pendidik utama karena pendidikan dari
orang tua menjadi dasar bagi perkembangan dan kehidupan anak dikemudian hari.
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia
belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya
4

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : Rajawali, 2014, hal.32.
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,..., hal .77-78.
6
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar r,..., hal. 91-90.
5

anak ada dalam hubungan interaksi yang intim. Keluarga memberikan dasar
pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan anak.
Anak lahir dalam pemeliharaan orang tua dan dibesarkan dalam keluarga.
Orang tua bertugas sebagai pengasuh, pembimbing, pemelihara, dan sebagai
pendidik terhadap anak-anaknya. Setiap orang tua pasti menginginkan anak anaknya menjadi manusia yang pandai, cerdas dan berakhlakul karimah. Akan
tetapi banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa cara mereka mendidik
membuat anak merasa tidak diperhatikan, dibatasi kebebasannya, bahkan ada
yang merasa tidak disayang oleh orang tuanya. Perasaan-perasaan itulah yang
banyak mempengaruhi sikap, perasaan, cara berpikir, bahkan kecerdasan mereka.
Orang tua harus lebih mengkokohkan sikap, mental dan perilaku anak
dalam aktivitasnya sehari-hari. Para orang tua biasanya dapat mengerti sifat, dan
karakteristik

anak.

Setiap

anak

memiliki

bakat,

orang

tua

bertugas

mengembangkan bakat sedini mungkin agar mereka dapat mencapai segala


potensi yang mereka miliki. Orang tua tidak perlu memiliki uang banyak untuk
mengembangkan daya fikir, tetapi orang tua harus lebih sering meluangkan
waktunya agar bisa menyesuaikan minat serta bakat yang dimiliki anak dan
kemudian memberi respons yang sesuai.
Orang tua yang kurang bisa berkomunikasi dengan anaknya akan
menimbulkan kerenggangan atau konflik hubungan, sebaliknya orang tua yang
dapat menerima anaknya sebagaimana adanya, maka si anak cenderung dapat
tumbuh, berkembang, membuat perubahan-perubahan yang membangun, belajar
memecahkan masalah-masalah, dan secara psikologis semakin sehat, semakin
produktif, kreatif dan mampu mengaktualisasikan potensi sepenuhnya.
Peranan perhatian orang tua dalam lingkungan keluarga yang penting
adalah memberikan pengalaman pertama pada masa anak-anak. Itu karena
pengalaman pertama merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi dan
menjamin kehidupan emosional anak. Keberhasilan siswa tidak lepas dari peran
penting keluarga terutama orang tua dalam memberikan perhatian akan kebutuhan
material dan non material

Perhatian kebutuhan material meliputi fasilitas belajar dan biaya,


sedangkan kebutuhan non material berupa dorongan positif agar siswa
mempunyai kemampuan untuk belajar. Perhatian orang tua dapat memotivasi
siswa menjadi rajin belajar di sekolah maupun di rumah.
Orang tua yang selalu memberikan motivasi belajar kepada anaknya,
menemaninya ketika belajar, memberikan hadiah (reward) maupun hukuman
(funishment) sebagai konsekwensi hasil belajar anaknya sehingga ia akan meraih
prestasi yang menggembirakan.
Dengan demikian, kompetensi guru dan perhatian orang tua berpengaruh
terhadap motivasi belajar siswa. Banyak para ahli pendidikan yang harus dikuasai
guru dalam proses belajar mengajar. Begitu juga dengan orang tua sebagai
pendidik utama yang dapat membantu anaknya dalam menghadapi kesulitan
belajar anak.
Sekolah Menengah Pertama (SMP AMALIAH) Ciawi Bogor adalah salah
satu SMP di wilayah Kecamatan Ciawi Bogor. Sekolah ini menjadi pilihan para
siswa dan orang tua sebagai tempat menimba ilmu, karena siswa bukan hanya
mendapatkan ilmu pengetahuan umum saja melainkan mendapatkan ilmu agama
melebihi sekolah-sekolah lain yang merupakan sekolah umum.
Letak geografis SMP yang terletak dipersimpangan antara kota bogor,
kabupaten bogor menjadikan siswa SMP Amaliah Heterogen, latar belakang
budaya, pendidikan orang tua, dan penghasilan orang tua serta profesionalisme
guru berpengaruh terhadap perilaku siswa termasuk motivasi belajarnya.
Motivasi Siswa SMP Amaliah masih belum dikatakan baik, masih terdapat
siswa yang membolos sekolah, melanggar peraturan, keluar kelas ketika guru
tidak hadir, dan beberapa hal yang menunjukkan kurang antusiasnya siswa dalam
belajar.
Dengan kompetensi profesional dan perhatian orang tua yang tinggi
seharusnya mampu melahirkan motivasi belajar yang tinggi pada diri siswa.
Namun penulis selama melakukan pengamatan masih menjumpai tidak sedikit
dari siswa yang kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran, seperti masih
cukup banyak siswa yang tidak mengerjakan tugas rumah yang diberikan guru,

10

melanggar tata tertib sekolah, tidur dalam kegiatan pembelajaran, dan membuat
gaduh kelas sehingga kegiatan pembelajaran tidak kondusif. Sehingga hal ini
bertentangan dengan teori yang telah penulis paparkan.
Berdasarkan paparan latar belakang di atas, Penulis untuk meneliti tentang
PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DAN PERHATIAN
ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP
AMALIAH CIAWI, BOGOR.

B. Identifikasi Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat
menetapkan beberapa rumusan pokok permasalahan antara lain:
1. Adanya kecenderungan menurunnya motivasi belajar siswa-siswa di
segala jenjang pendidikan formal yang ada di Indonesia termasuk SMP
sehingga perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang serius
dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.
2. Belum optimalnya kualitas pembelajaran yang disebabkan kurangnya
kompetensi profesional guru yang dimiliki oleh guru sebagai pengajar
sekaligus pendidik sehingga harus diminimalisir dengan adanya
pendidikan lanjut, seminar, atau pelatihan yang berkelanjutan dengan
tujuan meningkatkan kemampuan guru
3. Adanya anggapan bahwa keberhasilan belajar anak ditentukan oleh guru
dan sekolah, sehingga orang tua meyerahkan sepenuhnya kepada sekolah
tanpa memperhatikan kebutuhan anak dirumah.
4. Kesibukan orang tua memenuhi kebutuhan hidup sehingga perhatian
orang tua terhadap pendidikan dan Adanya Salah satu indikator yang
menyebabkan motivasi belajar siswa menurun adalah kurangnya
perhatian orang tua.
5. Banyaknya permasalah anak dalam belajar disekolah dipengaruhi oleh
kondisi keluarga, sehingga menyebabkan menurunnya motivasi belajar di
sekolah.

11

6. Disisi lain diagnosa kompetensi profesional guru didalam dunia


pendidikan dirasa cukup penting dan perlu untuk dibahas dan diteliti.
Karena Guru Profesional mempunyai hubungan yang cukup tinggi
dengan motivasi belajar siswa.
7. Bahwa motivasi belajar siswa dalam suatu lembaga pendidikan formal
merupakan hal yang sangat pokok untuk diperhatikan, karena dengan
motivasi siswa akan memiliki daya, baik secara intrinsik maupun
ekstrinsik yang membuat mereka mau belajar dari pengalaman atau yang
lain.
8. Perhatian orang tua tehadap pendidikan anak dalam keluarga merupakan
bagian penting dalam proses pendidikan, sehingga semakin baik
perhatian orang tua terhadap proses pendidikan semakin baik motivasi
anak dalam belajar untuk mencapai cita-cita.
9. Belum optimalnya kerjasama antara guru dan orang tua dalam
mengupayakan peningkatan motivasi belajar siswa, orang tua masih
belum berkunjung kesekolah dan bertanya kepada guru tentang
permasalahan anak disekolah. Sehingga anak juga kurang mendapat
motivasi.

C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian lebih terarah, terfokus, dan
tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian. Oleh karena itu, penulis
memfokuskan kepada pembahasan atas masalah-masalah pokok yang dibatasi
dalam konteks permasalahan yang terdiri dari:
1. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Amaliah yang beralamat di
Jl. Tol Ciawi No 1 Kec. Ciawi, Kab. Bogor.
2. Objek penelitian ini adalah siswa SMP Amaliah kelas VII.
3. Adapun permasalah yang diteliti adalah
a. Kompetensi Profesional Guru di SMP Amaliah Ciawi , Kabupaten
Bogor, Provinsi Jawa Barat.

12

b. Perhatian orang tua di SMP Amaliah Ciawi, Kabupaten Bogor,


Provinsi Jawa Barat.
c. Kompetensi Profesional Guru dan perhatian orang tua serta
pengaruhnya terhadap motivasi belajar siswa kelas VII dan di SMP
Amaliah Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

D. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat
menetapkan beberapa rumusan pokok permasalahan antara lain:
1. Apakah terdapat pengaruh kompetensi profesional guru secara positif
dan signifikan terhadap motivasi belajar siswa ?
2. Apakah terdapat pengaruh perhatian orang tua secara positif dan
signifikan terhadap motivasi belajar siswa ?
3. Apakah terdapat pengaruh kompentensi profesional guru dan perhatian
orang tua secara positif dan signifikan secara bersama-sama terhadap
motivasi belajar siswa ?
E. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mencari fakta mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menguji empiris pengaruh kompetensi profesional guru terhadap
motivasi belajar siswa.
2. Menguji empiris Perhatian orang tua terhadap motivasi belajar siswa.
3. Menguji empiris pengaruh kompentensi profesional guru dan
perhatian orang tua secara bersama-sama terhadap motivasi belajar
siswa.

13

F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis yang berdasarkan
pada pertimbangan kontekstual dan konseptual dan manfaat prkatis yang dapat
digunakan untuk perbaikan bagi proses belajar mengajar di SMP Amaliah, Bogor.
Adapun manfaat penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan dan menambah
pemahaman khususnya mengenai kajian konsep-konsep kompetensi
profesional guru dan perhatian orang tua dalam membentuk motivasi
belajar siswa.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai
berikut :
a. Dapat menyelesaikan masalah secara teoritis.
b. Memberikan informasi dan kontribusi pemikiran serta bahan
pertimbangan bagi pelaksaan pendidikan, khususnya di lokasi
tempat penelitian (SMP Amaliah Ciawi-Bogor) dan hal-hal yang
harus dilakukan berhubungan dengan motivasi belajar siswa.
c. Memperkaya khazanah ilmu kependidikan, khususnya yang
berkaitan dengan kompetensi profesional guru, perhatian orang tua
dan motivasi belajar siswa.

Anda mungkin juga menyukai