Anda di halaman 1dari 11

Promotif, Vol.5 No.

1, Okt 2015 Hal 34-44

Artikel V

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERHASILAN PROGRAM


KELUARGABERENCANA (KB) DI KECAMATAN MANTIKULORE KOTA PALU
1)

Khalidah

2)

Sudirman

Bagian Administrasi Dan Kebijakan Kesehatan FKM Unismuh Palu


ABSTRAK
Latar Belakang : Program KB merupakan program penting untuk dapat menekan
kenaikan jumlah atau angka penduduk di Indonesia. Karena pertumbuhan penduduk di
Indonesia cukup pesat, untuk itu BKKBN melaksanakan program sebagai upaya
menekan angka pertumbuhan penduduk. Salah satunya adalah dengan menyukseskan
program KB, yaitu satu keluarga maksimal hanya memiliki dua orang anak. Tujuan
Penelitian : Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan
program Keluarga Berencana (KB) di Kecamatan Mantikulore Kota Palu. Metode
Penelitian : Penelitian ini menggunakan desain Observasi Analitik dengan pendekatan
Croos Sectional. Sampel : Seluruh masyarakat di Kecamatan Mantikulore Kota Palu
pada saat dilakukan penelitian dengan menggunakan rumus Sloving dengan jumlah 99
orang. Hasil penelitian : Menunjukan bahwa ada hubungan bermakna antara
pengetahuan dengan keberhasilan program keluarga berencana dengan nilai p = 0,008
(p<0,05). Ada hubungan bermakna sarana dan prasarana dengan keberhasilan
program keluarga berencana dengan nilai p = 0,006 (p<0,05). Dan ada hubungan
bermakna dengan keberhasilan program keluarga berencana dengan nilai p = 0,001
(p<0,05). Saran : Bagi Instansi Kesehatan dalam hal ini khususnya petugas Petugas
Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) agar selalu berupaya semaksimal mungkin
melakukan pengawasan dan penyuluhan kepada pasangan usia subur (PUS) serta
kepada masyarakat secara umum tentang program keluarga berencana agar tercipta
suatu keadaan keluarga yang ideal dan harmonis.
Daftar Pustaka
Kata Kunci

:
:

21 (2003-2013)
Pengetahuan, Sosialisasi, Sarana dan Prasarana danProgram
Keluarga Berencana (KB).

PENDAHULUAN

tangani dalam Deklarasi Millenium pada


September 2000 dan Indonesia berupaya
agar target MDGS dapat terwujud di
Indonesia pada tahun 2015. Salah satu
persoalan krusial yang harus mendapat
perhatian
agar
target
Millennium
Developmen Goals (MDGS) pada tahun
2015 dapat terpenuhi adalah masalah
kependudukan yang saat ini menjadi
bidang
garapan
BKKBN
(Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional), sesuai UU No.52 Tahun 2009,
khususnya di bidang pengendalian
penduduk dan Keluarga Berencana
(Depkes. RI, 2009).

Keluarga Berencana (KB) menurut Word


Health Organitation (WHO)
adalah
tindakan yang membantu individu atau
pasangan suami istri untuk mengetahui
kelahiran yang diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang memang diinginkan,
mengatur interval diantara kehamilan,
mengontrol waktu pada saat kelahiran
dalam hubungan dengan suami istri serta
menentukan jumlah anak dalam keluarga
(Hidayat, 2007).
Indonesia telah berkomitmen untuk
menyukseskan Millennium Developmen
Goals (MDGS) yang telah ditanda
34

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 34-44

Artikel V

Program KB merupakan program penting


untuk dapat menekan kenaikan jumlah
atau angka penduduk di Indonesia.
Karena pertumbuhan penduduk di
Indonesia cukup pesat, untuk itu BKKBN
melaksanakan program sebagai upaya
menekan angka pertumbuhan penduduk.
Salah
satunya
adalah
dengan
menyukseskan program KB, yaitu satu
keluarga maksimal hanya memiliki dua
orang anak (Depkes. RI, 2009).
Di Indonesia jumlah peserta KB secara
nasional pada tahun 2013 sebanyak
9.187.772
peserta,
sedangkan
Di
Sulawesi Tengah jumlah peserta KB aktif
telah mencapai 400.900 akseptor. Kota
Palu jumlah akseptor pada tahun 2012
berjumlah 45.397, dan Tahun 2013
meningkat menjadi 47,317 akseptor.
Pengguna IUD 5.320 akseptor, Medis
operasi wanita (MOW) 1.818 akseptor,
Medis Operasi Pria (MOP) atau
Vasektomi 38 akseptor, Kondom 1.717
akseptor, Implant 3.115 akseptor, Suntik
19.028 akseptor dan Pil 16.281 akseptor.
Dengan jumlah Pasangan Usia Subur
(PUS) berjumlah 59.019. (Berdasarkan
data Rekapitulasi Pencapaian Akseptor
KB Aktif Perkecamatan Kota Palu Tahun
2013).
Pencapai akseptor aktif tahun 2012 di
Kecamatan Mantikulore adalah 5277
akseptor dari jumlah Pasangan Usia
Subur (PUS) berjumlah 8098 pasangan
sedangkan Pasangan Usia Subur (PUS)
yang tidak ikut KB adalah 2821
(Rekapitulasi Pencapaian Akseptor KB
Aktif
perkelurahan
Kecamatan
Mantikulore
Kota
Palu,
2012).
Sedangkan tahun 2013 jumlah akseptor
aktif mencapai 5196 akseptor, Jumlah
Pasangan usia Subur (PUS) berjumlah
9960 pasang dan Pasangan Usia Subur
(PUS) yang tidak ikut program KB
berjumlah
4764.
(Rekapitulasi
Pencapaian
Akseptor
KB
Aktif
Perkelurahan Kecamatan Mantikulore
Kota Palu , 2013).
Hal ini terlihat bahwa tingkat peran serta
masyarakat dalam program KB belum

cukup baik, karna yang menjadikan tolak


ukur keberhasilan program Keluarga
Berencana (KB) adalah semua keluarga
ikut
Keluarga
Berencana
(KB),
meningkatnya pencapaian akseptor aktif,
dan Pasangan usia subur (PUS) yang
tidak ikut KB menurun. Karna salah satu
masalah dalam pengelolaan Program KB
yaitu masih tingginya angka Pus yang
tidak ikut Keluarga Berencana (Hidayat,
2007).
BAHAN DAN METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian
analitik dengan pendekatan Croos
Sectional Study untuk mengetahui faktorfaktor
yang
berhubungan
dengan
keberhasilan
program
keluarga
berencana
(KB)
di
Kecamatan
Mantikulore Kota Palu.
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan
Mantikulore Kota Palu. Populasi dalam
penelitian ini adalah Pasangan Usia
Subur (PUS) di Kecamatan Mantikulore
Kota Palu sebanyak 9960 Pasangan.
Sampel dalam penelitian ini adalah 99
pasangan usia subur (PUS).
Sumber data dalam penelitian ini adalah
data primer adalah data yang diperoleh
atau yang dikumpulkan langsung dari
responden melalui wawancara dengan
menggunakan kuesioner dan data
sekunder adalah data yang diperoleh dari
instansi-instansi yang terkait dengan
penelitian ini. Seperti Badan KB dan PPK
Kota Palu dan PLKB di Kecamatan
Mantikulore Kota Palu. Pengolahan data
dilakukan dengan menggunakan analisis
Univariat untuk mengetahui distribusi
frekuensi dari masing-masing variabel
yang diteliti baik variabel terikat maupun
variabel bebas dan analisis Bivariat untuk
melihat hubungan antara variabel bebas
dengan
variabel
terikat
dengan
2
mengunakan uji
Chi-square ( )
menggunakan tabel dengan derajat
kepercayaan 95%, jika nilai signifikan
(sig) 0,05 berarti hasil statistik ada
hubungan yang bermakna ( Ho ditolak,
Ha diterima) dan jika nilai signifikan (sig)
35

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 34-44

Artikel V

> 0,05 berarti hasil statistik tidak ada


hubungan yang bermakna (Ho diterima,
Ha ditolak).
HASIL
1. Berdasarkan Umur

Dari data yang telah dikumpulkan


diperoleh
distribusi
frekuensi
responden menurut umur dapat dilihati
pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1
Distribusi Responden Menurut Umur Pasangan Usia Subur (PUS) di
Kecamatan Mantikulore Kota Palu
No
1
2
3

Umur
Frekuensi (f)
Persentase (%)
18-25
35
35,4
26-35
40
40,4
36-48
24
24,2
Total
99
100
Sumber: Data Primer Tahun 2014
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan
(35,4%) dan yang paling sedikit adalah
bahwa dari 99 responden menurut umur,
responden yang berumur 36-48 tahun
yang terbanyak adalah responden yang
yaitu
24
orang
(24,2%).
berumur 26-35 tahun yaitu 40 orang

2. Tingkat Pendidikan
Dari data yang telah dikumpulkan diperoleh distribusi frekuensi responden menurut
tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Pasangan Usia Subur
(PUS) di Kecamatan Mantikulore Kota Palu
No
1
2
3

Pendidikan
Frekuensi (f)
Persentase (%)
SD
12
12,1
SMP
30
30,3
SMA
57
57,6
Total
99
100
Sumber: Data Primer Tahun 2014
Berdasarkan
tabel
2
3. Jenis Pekerjaan
menunjukkan bahwa dari 99 responden,
Dari data yang telah dikumpulkan
diperoleh responden
yang tingkat
diperoleh
distribusi
frekuensi
pendidikan SMA yang terbanyak yaitu
responden menurut jenis pekerjaan
57 orang (57,6%) dan responden yang
dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai
tingkat pendidikan SD,
yang paling
berikut:
sedikit yaitu 12 orang (12,1%)

36

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 34-44

Artikel V

Tabel 3
Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan Pasangan Usia Subur (PUS) di
Kecamatan Mantikulore Kota Palu
No
1
2
3

Pekerjaan
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Tidak Kerja
48
48,5
Wiraswasta
24
24,2
PNS
27
27,3
Total
99
100
Sumber: Data Primer Tahun 2014
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan
orang (48,5%), dan yang paling sedikit
bahwa dari 99 responden, berdasarkan
adalah responden yang pekerjaannya
pekerjaan, yang terbanyak adalah
wiraswasta
yaitu
24
(24,2
%).
responden yang tidak kerja yaitu 48

4. Analisis Univariat
a. Pengetahuan
Tabel 4
Distribusi Responden Pasangan Usia Subur (PUS) Berdasarkan Tingkat
Pengetahuan Di Kecamatan Mantikulore
Kota Palu
No
1
2

Pengetahuan
Kurang Baik
Baik
Total
Sumber: Data primer tahun 2014
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan
bahwa dari 99 responden, yang
menyatakan pengetahuan yang kurang

Frekuensi (f)
21
78
99

Persentase (%)
21,1
78,8
100

baik yaitu 21 orang (21,2%). sedangkan


yang menyatakan pengetahuan yang
baik
yaitu
78
orang
(78,8%).

b. Sarana dan Prasarana


Tabel 5
Distribusi responden pasangan usia subur (PUS) berdasarkan sarana dan
prasarana di Kecamatan Mantikulore
Kota Palu
Sarana dan
Frekuensi (f)
Prasarana
1
Tidak ada
17
2
Ada
82
Total
99
Sumber: Data primer tahun 2014
No

37

Persentase (%)
17,2
82,8
100

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 34-44

Artikel V

Berdasarkan tabel 5.5


menunjukkan bahwa dari 99
responden, yang menyatakan
Tidak
ada Sarana
dan
Prasarana yaitu 17 orang

(17,2%). sedangkan yang


menyatakan ada Sarana dan
Prasarana yaitu 82 orang
(82,8%).

c. Sosialiasi
Tabel 6
Distribusi Responden Pasangan Usia Subur (Pus) Berdasarkan Sosialisasi
Di Kecamatan Mantikulore Kota Palu
No
1
2

Sosialisasi
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Tidak Sering
22
22,2
Sering
77
77,8
Total
99
100
Sumber: Data primer tahun 2014
Berdasarkan tabel 6
(22,2%). sedangkan yang
menunjukkan bahwa dari 99
menyatakan bahwa Sering
responden, yang menyatakan
dilakukan Sosialisai yaitu 88
bahwa
Jarang
dilakukan
orang (88,8%).
Sosialisai
yaitu 22 orang
d. Keluarga Berencana (KB)
Tabel 7
Distribusi Responden Pasangan Usia Subur (Pus) Berdasarkan
Program Keluarga Berencana (Kb) di Kecamatan Mantikulore Kota
Palu
Keluarga
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Berencana ( KB )
1
Tidak Berhasil
43
43,3
2
Berhasil
56
56,6
Total
99
100
Sumber: Data primer tahun 2014
Berdasarkan tabel 7
(43,3%). sedangkan yang
menunjukkan bahwa dari 99
menyatakan bahwa program
responden, yang menyatakan
Keluarga Berencana ( KB )
bahwa program Keluarga
Berhasil yaitu 56 orang
Berencana ( KB ) Tidak
(56,6%).
berhasil yaitu 43 orang
No

5. Analisis Bivariat
a. Hubungan Pengetahuan dengan keberhasilan program Keluarga
(KB)

38

berencana

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 34-44

Artikel V

Tabel 8
Hubungan Pengetahuan Dengan Keberhasilan Program Keluarga
Berencana (KB) Di Kecamatan Mantikulore Kota Palu
Program keluarga
berencana
Tidak
No Pengetahuan
Berhasil
berhasil
f
%
f
%
1
71,
1
Kurang Baik
6
28,6
5
4
2
35,
5
2
Baik
64,1
8
9
0
4
43,
5
56,6
Total
3
4
6
Sumber : Data Primer Tahun 2014
Berdasarkan
tabel
5.8
menunjukkan bahwa dari total responden
99 orang, yang memiliki pengetahuan
kurang baik dengan program keluarga
berencana yang tidak berhasil sebanyak
15 orang (71,4%), dan yang memiliki
pengetahuan baik dengan program
keluarga berencana yang berhasil
sebanyak 6 orang (28,6%). Sedangkan
yang memiliki pengetahuan baik tetapi
program keluarga berencana yang tidak
berhasil sebanyak 28 orang (35,9%), dan
yang memiliki pengetahuan baik dengan
program keluarga berencana yang
berhasil sebanyak 50 orang (64,1%).

Jumlah
f

21

100

78

100

99

100

P
Value

OR ( CI )

0,008

4.464
(1.556 - 12.805)

Berdasarkan hasil uji


Chi-Square nilai p value
didapatkan yaitu 0,008 (p < 0,05)
berarti secara statistika ada
hubungan yang bermakna antara
pengetahuan dengan program
keluarga berencana ( KB ).
Dengan nilai Odds Ratio (OR)
4.464 yang artinya pengetahuan
yang baik mempunyai peluang 4
kali untuk dapat menunjang
program keluarga berencana (
KB ) yang berhasil.
b. Hubungan Sarana dan prasarana
dengan keberhasilan program
Keluarga
berencana
(KB)

Tabel 9
Hubungan Sarana Dan Prasarana Dengan Keberhasilan Program Keluarga
Berencana (KB) Di Kecamatan Mantikulore Kota Palu

No

Sarana dan
prasarana

Tidak ada

Program keluarga
berencana
Tidak
Berhasil
berhasil
f
%
f
%
13 76,5

Jumlah
f

23,5

17

100

Ada

30 36,6 52

63,4

82

100

Total

43 43,4 56

56,6

99

100

Sumber: Data Primer Tahun 2014


39

P
Value

OR ( CI )

0,006

5.633
(1.684 - 18.842)

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 34-44

Artikel V

Berdasarkan
tabel
9
menunjukkan bahwa dari total
responden 99 orang, yang tidak
memiliki Sarana dan prasarana
dengan
program
keluarga
berencana yang tidak berhasil
sebanyak 13 orang (76,5%), dan
yang
memiliki
Sarana
dan
prasarana
dengan
program
keluarga berencana yang berhasil
sebanyak
4 orang (23,5%).
Sedangkan yang memiliki Sarana
dan prasarana tetapi program
keluarga berencana tidak berhasil
sebanyak 30 orang (36,6%), dan
yang
memiliki
Sarana
dan
prasarana
dengan
program

keluarga berencana yang berhasil


sebanyak 52 orang (63,4%).
Berdasarkan hasil uji ChiSquare nilai p value didapatkan
yaitu 0,006 (p < 0,05) berarti
secara statistika ada hubungan
yang bermakna antara Sarana dan
prasarana
dengan
program
keluarga berencana ( KB). Dengan
nilai Odds Ratio (OR) 5.633
artinya Sarana dan prasarana
yang ada mempunyai peluang 5
kali untuk dapat menunjang
program keluarga berencana ( KB
) yang berhasil.
c. Hubungan Sosialisasi dengan
keberhasilan program Keluarga
berencana
(KB)
Tabel 10
Hubungan sosialisasi pasangan usia subur (PUS) dengan keberhasilan
program keluarga berencana (KB) di Kecamatan Mantikulore Kota Palu
tahun 2014

No

Sosialisasi

Tidak Sering

Program keluarga
berencana
Tidak
Berhasil
berhasil
f
%
f
%
17 77,3

Jumlah
n

22,7

22

100

Sering

26 33,8 51

66,2

77

100

Total

43 43,4 56

56,6

99

100

Sumber: Data Primer Tahun 2014


Berdasarkan
tabel
10
menunjukkan bahwa dari total
responden 99 orang, yang tidak
sering mendapatkan Sosialisasi
dengan
program
keluarga
berencana yang tidak berhasil
sebanyak 17 orang (77,3%),
sedangkan yang tidak sering
mendapatkan Sosialisasi dengan
program keluarga berencana yang
berhasil
sebanyak
5
orang
(22,7%). Kemudian yang sering
mendapatkan Sosialisasi dengan
program keluarga berencana tetapi
tidak berhasil sebanyak 26 orang

P
Value

OR ( CI )

0,001

6.669
(2.213 20.102)

(33,8%),
dan
yang
sering
mendapatkan Sosialisasi dengan
program keluarga berencana yang
berhasil sebanyak 51 orang
(66,2%).
Berdasarkan hasil uji ChiSquare nilai p value didapatkan
yaitu 0,001 (p < 0,05) berarti
secara statistika ada hubungan
yang bermakna antara Sosialisasi
dengan
program
keluarga
berencana ( KB). Dengan nilai
Odds Ratio (OR) 6.669 artinya
yang
sering
mendapatkan
Sosialisasi mempunyai peluang 6
40

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 34-44

Artikel V

kali untuk dapat menunjang


program keluarga berencana ( KB
) yang berhasil.
A. Pembahasan
1. Hubungan Pengetahuan
Hasil
analisis
univariat
menunjukkan bahwa responden
yang memiliki tingkat pengetahuan
yang baik lebih banyak disbanding
dengan
yang memiliki tingkat
pengetahuan yang kurang baik
(tabel 5.4). Hasil analisis bivariat
menunjukkan bahwa pasangan
usia subur yang memiliki tingkat
pengetahuan yang baik lebih besar
kemungkinan
untuk
dapat
menunjang keberhasilan program
keluarga berencana dibanding
yang tidak berhasil. Sedangkan
pasangan
usia
subur
yang
memiliki tingkat pengetahuan yang
rendah kecil kemungkinan untuk
dapat menunjang keberhasilan
program
keluarga
berencana
dibanding dengan tidak berhasil
(tabel 5.7).
Menurut asumsi peneliti,
pengetahuan merupakan hasil dari
tidak tahu menjadi tahu dan ini
terjadi setelah orang melakukan
penginderaan
terhadap
suatu
obyek tertentu. Semakin tinggi dan
baik
pengetahuan seseorang,
maka semakin besar peluang
untuk dapat melakukan suatu
perubahan kearah yang lebih baik,
seperti pengetahuan yang baik
dari pasangan usia subur tentang
tujuan dan manfaat program
keluarga
berencana
sangat
memungkinkan
untuk
dapat
melaksanakan program keluarga
berencana sesuai dengan aturan
yang
telah
ditetapkan
oleh
pemerintah, agar tercipta suatu
keadaan keluarga yang ideal dan
harmonis.
Demikian
pula
sebaliknya pengetahuan yang
rendah
atau
kurang
baik
memungkinkan seseorang tidak

dapat menerima setiap perubahan


dan perkembangan yang terjadi
seperti
dimasyarakat,
mempertahankan
pendapat
tentang banyak anak banyak
rejeki, kebiasaan tabu untuk
menggunakan alat kontrasepsi
dalam rahim, serta kurangnya
informasi
tentang
program
keluarga berencana.
Hal ini sejalan dengan
pendapat Notoatmodjo (2010)
bahwa kepercayaan berdasarkan
tradisi, adat dan agama adalah
berupa nilai-nilai warisan nenek
moyang. Sumber ini biasanya
berbentuk
norma-norma
dan
kaidah-kaidah baku yang berlaku
didalam kehidupan sehari-hari.
Didalam norma dan kaidah itu
terkandung pengetahuan yang
sebenarnya boleh jadi tidak dapat
dibuktikan secara rasional dan
empiris, tetapi sulit dikritik dan
diubah begitu saja, jadi harus
diikuti dengan tanpa keraguan dan
dengan kepercayaan yang bulat.
Pengetahuan yang
bersumber
dari
kepercayaan
cenderung
bersifat tetap (mapan) tetapi
subjektif.
Dari hasil penelitian ini
dapat dilihat
bahwa tingkat
pengetahuan pasangan usia subur
di kecamatan Mantikulore Kota
Palu yang baik akan lebih banyak
mendukung keberhasilan program
keluarga berencana dibanding
dengan tingkat pengetahuan yang
kurang baik.
Secara
sederhana
,
pengetahuan
adalah
segala
sesuatu yang diketahui manusia
tentang benda, sifat, keadaan dan
harapan-harapan.
Pengetahuan
adalah informasi atau maklumat
yang diketahui atau disadari oleh
seseorang. Dalam pengertian lain
pengetahuan adalah berbagai
gejala yang ditemui dan diperoleh
41

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 34-44

Artikel V

manusia
melalui
pengamatan
inderawi. Pengetahuan muncul
ketika seseorang menggunakan
indera atau akal budinya untuk
mengenali benda atau kejadian
tertentu yang belum pernah dilihat
atau
dirasakan
sebelumnya
(Ensiklopedia Bebas Berbahasa,
2011).
Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Wahyu Tri Wulandari ( 2013 )
tentang
Hubungan
tingkat
pengetahuan dengan keberhasilan
program keluarga berencana di
Puskesmas
Sibela
Mojosayo,
bahwa terdapat hubungan antara
pengetahuan dengan keberhasilan
program
keluarga
berencana
dengan nilai p value 0,050 (p
0,05). Kunci utama Kontrasepsi
adalah pada kedisiplinan dalam
waktu minum pil. Kedisiplinan
berhubungan dengan kepatuhan
ibu dan kepatuhan ibu erat
kaitanya
dengan
tingkat
pengetahuan yang dimilikinya.
2. Hubungan Sarana dan Prasarana
Hasil
analisis
univariat
menunjukan bahwa, responden
yang menyatakan
sarana dan
prasarana ada lebih banyak
dibanding
dengan
yang
menyatakan sarana dan prasarana
tidak ada ( tabel 5.5). Hasil analisis
bivariat
menunjukkan
bahwa
sarana dan prasarana yang ada
lebih besar kemungkinan untuk
dapat mendukung keberhasilan
program
keluarga
berencana
dibanding yang tidak berhasil.
Sedangkan sarana dan prasana
yang tidak ada kecil kemungkinan
untuk
dapat
mendukung
keberhasilan program keluarga
berencana dibanding tidak berhasil
(tabel 5.8)
Menurut
asumsi
peneliti
sarana dan prasarana telah ada di
setiap kantor tempat pelaksanaan

program keluarga berencana baik


di puskesmas maupun instansi
yang
berwenang
dalam
pelaksanaan program keluarga
berencana.
Namun
dalam
pelaksanaan program keluarga
berenaca masih terdapat beberapa
petugas yang tidak menyiapkan
sarana dan prasarana karena
alasan tertentu padahal di kantor
telah tersedia, sehingga beberapa
pasangan usia subur berasumsi
bahwa tidak ada sarana dan
prasarana dalam pelaksanaan
program keluarga berencana.
Menurut
Moenir,
(1992)
mengemukakan
bahwa
sarana
adalah segala jenis peralatan,
perlengkapan kerja dan fasilitas
yang berfungsi sebagai alat utama/
pembantu
dalam
pelaksanaan
pekerjaan, dan juga dalam rangka
kepentingan
yang
sedang
berhubungan dengan organisasi
kerja. Pengertian yang dikemukakan
oleh Moenir, jelas memberi arah
bahwa sarana dan prasarana adalah
merupakan seperangkat alat yang
digunakan dalam suatu proses
kegiatan baik alat tersebut adalah
merupakan peralatan pembantu
maupun peralatan utama, yang
keduanya
berfungsi
untuk
mewujudkan tujuan (dalam Syahril,
2005).
Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sara
angelia ( 2012 ) tentang hubungan
kegiatan
sosialisasi
program
keluarga berencana dengan sikap
ber KB wanita di kelurahan Cicadas
Bandung. Penelitian ini menunjukan
adanya kekuatan hubungan yang
kuat, hal ini dikarenakan perubahan
- perubahan yang terjadi pada sikap
ber KB wanita karena kegiatan
sosialisasi
program
keluarga
berencana.
Berdasarkan hasil penelitian
menyimpulkan
bahwa
terdapat
42

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 34-44

Artikel V

hubungan yang signifikan antara


hubungan sosialisasi program KB
MOW dengan sikap ber KB wanita
dikeluarkan Cicadas Bandung.
3. Sosialisasi
Hasil
analisis
univariat
menunjukan bahwa, responden
yang
menyatakan
sering
dilaksanakan sosialisasi sebanyak
75
responden
lebih
banyak
dibandingkan dengan responden
yang menyatakan tidak sering
dilaksanakan sosialisasi sebanyak
24 responden. Dimana responden
yang
menyatakan
sering
dilaksanakan sosialisasi sebanyak
75
responden
(75,8%)
dan
responden yang menyatakan tidak
sering dilaksanakan sosialisasi
sebanyak 24 responden (24,2%).
Hasil
analisis
bivariat
menunjukan bahwa, ada hubungan
bermakna
antara
sosialisasi
pasangan usia subur (PUS)
dengan
keberhasilan
program
keluarga berencana dengan nilai
p=0.000 (p<0.05).
Menurut
asumsi
peneliti
sosialisasi
program
kelurga
berencana dilaksanakan secara
bertahap baik secara forum
maupun
perorangan
ketikan
responden bertemu dengan salah
satu petugas yang diberikan tugas
untuk melaksanakan sosialisasi.
Oleh karena itu ada beberapa
responden
yang
hanya
mendapatkan sosialisasi secara
bertahap atau tidak sering. Maka
dari itu dengan dilaksanakanya
sosialisasi
maka
diharapakan
pasangan
usia
subur
dapat
mengetahui
dan
memahami
tentang
program
keluarga
berenacana.
Sosialisasi adalah sebuah
proses penanaman atau transfer
kebiasaan atau nilai dan aturan
dari satu generasi kegenerasi
lainya dalam sebuah kelompok

atau
masyarakat.
Sejumlah
sosiolog menyebut sosialisasi
sebagai teori mengenai peranan
(role theory). Karena dalam proses
sosialisasi diajarkan peran-peran
yang harus dijalankan oleh individu
(Gunawan, 2007).
Penelitian
ini
sejalan
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Muriyanto ( 2007) tentang
hubungan Karakteristik Akseptur
dan fasilitas pelayanan KB dengan
Pemulihan metode kontrasepsi di
Desa
Sabau
Kecematan
Saamalantan
Kabupaten
Bengkayan
Kalimatan
Barat.
Denagn hasil uji chi square ada
hubungan,
ketersediaan
alat
kontasepsi dan pelayanan petugas
dengan
penelitian
metode
kontrasepsi.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa :
1. Ada hubungan bermakna antara
pengetahuan pasangan usia subur
(PUS) dengan keberhasilan program
keluarga
berencana
(KB)
di
Kecamatan Mantikulore Kota Palu p =
0.008 ( p < 0.05).
2. Ada hubungan bermakna antara
sosialisasi pada pasangan usia subur
(PUS) dengan keberhasilan program
keluarga
berencana
(KB)
di
Kecamatan Mantikulore Kota Palu p =
0.006 ( p < 0.05).
3. Ada hubungan bermakna antara
sarana dan prasarana pasangan usia
subur (PUS) dengan keberhasilan
program keluarga berencana (KB) di
Kecamatan Mantikulore Kota Palu p =
0.001 ( p < 0.05).
SARAN
1. Bagi Institusi
Diharapkan agar sebagai penyedia
pelayanan
kesehatan
untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan
yang optimal. Selain itu diharapkan
43

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 34-44

Artikel V

agar tercipta suatu keadaan keluarga


yang ideal dan harmonis
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan
kepada
petugas
kesehatan
khususnya
petugas
BKKBN atau Petugas Lapangan
Keluarga Berencana (PLKB) agar
selalu berupaya semaksimal mungkin
melakukan
pengawasan
dan
penyuluhan kepada pasangan usia
subur
(PUS)
serta
kepada
masyarakat secara umum guna
meningkatkan derajat kesehatan yang
setinggi tingginya.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan agar dapat melakukan
penelitian lebih lanjut tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan
keberhasilan
program
keluarga
berencana (KB).

Keluarga Berencana. Depkes. RI,


Jakarta.
Ensiklopedia Bebas Berbahasa. 2011,
Pengetahuan. (Sumber: www.
wikipedia. Co.Id). (Diunduh, 28
Juni 2014, Pukul 15.40 wit).
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Metode
Penelitian Kebidanan dan Teknik
Analisa
Data.
Salemba Medika, Jakarta.
Kementrian Kesehatan Kota Palu,. 2013.
Rekapitulasi Pencapaian Akseptor
Keluarga Berencana (KB) per
Kecamatan se Kota Palu Tahun
2013. Kemenkes Kota Palu, Palu.
Kementrian
Kesehatan
Puskesmas
Mantikulore,. 2013. Rekapitulasi
Pencapaian Akseptor Keluarga
Berencana
(KB)
Kecamatan
Mantikulore
Tahun
2013.
Puskesmas Mantikulore, Palu.
Muriyanto. 2007. Hubungan Karakteristik
Akseptur dan fasilitas pelayanan
KB dengan Pemulihan metode
kontrasepsi. Bengkayan.
Notoatmodjo, Sukidjo. 2007. Pengertian
dan Tujuan Keluarga Berencana.
Rineka Cipta, Jakarta.
.
2010. Metode
Riset Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.
Nursalam.2008. Konsep dan Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keprawatan. Salemba Medika,
Jakarta.
Sakung. J., dkk., 2013. Pedoman
Penyusunan dan Penulisan Karya
Ilmiah FKM Unismuh Palu Tahun
2013. FKM Unismuh, Palu.
Soekanto, Soerjono. 2008. Sosiologi
Suatu Pengantar. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Sugiyono.
2010.
Statistik
Untuk
Penelitian. Alfabeta, Bandung.
Syahril., 2005. Manajemen Sarana dan
Prasarana., UNP PRESS, Padang.
Wulandari. W. Tri. 2013. Hubungan
tingkat pengetahuan dengan
keberhasilan program keluarga
berencana. Sibela Mojosayo.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Hamzah dan Santoso, Ananda.
2003. Kamus Pintar Bahasa Indo
nesia. Fajar Mulya, Surabaya.
Angelia. S. 2012. Hubungan kegiatan
sosialisasi
program
keluarga
berencana dengan sikap ber KB.
Bandung.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta.
Arjoso,S., 2005.
Rencana Strategis
BKKBN. Rineka Cipta, Jakarta.
Ary. H. Gunawan., 2007. Administrasi
Sekolah (Administrasi Pendidikan
Mikro). Rineka Cipta, Jakarta.
Azwar, Saifuddin. 2009. Sikap Manusia
Teori dan Pengukuranya. Pustaka
Pelajar,Yokyakarta.
Balai Litbang. 2013. Rekapitulasi Hasil
Pendataan
Keluarga
Tingkat
Kelurahan Tahun 2012 dan Tahun
2013. Balai Litbang, Jakarta.
BKKBN,. 2006. Kependudukan KB dan
KIA, BKKBN, Jakarta.
Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia., 2009. Buku Pedoman
Petugas
FasilitasPelayanan

44

Anda mungkin juga menyukai