A. Proses pemrograman yang dilakukan oleh arsitek merupakan proses yang cukup singkat
di mana arsitek mengajukan desain ke developer dengan pertimbangan peraturanperaturan yang berlaku dari developer. Pada kasus ini, arsitek merangkap sebagai
programmer, desainer, dan juga user___ yang menyebabkan tidak diperlukannya proses
wawancara seperti wawancara yang dilakukan apabila user berbeda dengan owner.
Proses programming berjalan seiring dengan proses desain. Arsitek sudah memahami
betul apa yang dibutuhkan dan apa yang harus dilakukan. Karena juga memiliki peran
sebagai user, arsitek akan lebih membatasi dirinya dalam melakukan eksperimen desain
dengan kenyamanan sebagai bahan pertimbangan.
B. Rumah Bapak Harry Kurniawan, terletak di kompleks perumahan Jl. Sunan Gunung Jati,
Sleman. Rumah ini awalnya merupakan tanah milik developer yang akan dibangun
bersama dengan dua rumah lainnya. Namun Bapak Harry sebagai pembeli rumah
menginginkan desain yang berbeda dari dua rumah yang lain. Jadi, beliau sebagai user
yang akan menempati rumah tersebut bersama istrinya merangkap peran sebagai arsitek
juga. Awal pemrograman dimulai dari mengindentifikasi kebutuhan ruang dan aktivitas
yang akan dilakukan di dalam rumah. Desain awal dari developer merupakan rumah tipe
45 dengan 1 kamar, 1 ruang tamu dan ruang keluarga, 1 dapur, dan 1 kamar mandi.
Karena dirasa masih kurang, maka beliau menambahkan 1 kamar tidur dengan
menghilangkan ruang tamu dan menggantikannya di teras. Beliau juga menambahkan
gudang sebagai tempat penyimpanan barang. Untuk merespon masalah konservasi
energi, beliau menerapkan dalam pencahayaan alami pada hampir seluruh bagian rumah.
Dalam mendesain rumahnya, beliau harus memperhatikan ketentuan yang ada dari
developer seperti jumlah pintu, jumlah lantai, KDB, dan sebagainya. Karena ke
depannya direcanakan untuk menambah jumlah lantai, maka bangunan tersebut dibangun
dengan struktur bangunan dua lantai sehingga memudahkan proses renovasi. Setelah
dihuni selama beberapa tahun, ditemukan beberapa masalah seperti :
1. Kebutuhan ruang makan sebagai sarana pendidikan dini untuk anaknya.
2. Penggunaan polycarbonat yang berongga menjadikan celaah-celah tersebut ditinggali
semut.
3. Posisi atap miring yang tidak ditangani dengan benar oleh developer sehingga
menyebabkan kebocoran di atas koridor.
oleh farbstein namun tidak melalui literature survey karena arsitek juga sebagai user.
Metode farbstein sendiri dimulai dari literature survey, user description, performance,
program option and costs, dan space spesification. Karena tidak melalui proses literature
survey maka tahap pemogramannya dimulai dari user description dimana beliau
mengidentifikasikan semua potensi dan batasan yang ada ketika akan membangun dan
potensi dan batasan itu didapat dari developer. Tahap Performance yaitu saat beliau
mempertimbangkan respon terhadap lingkungan dan pertimbangan untuk kedepan yaitu
untuk penambahan jumlah lantai kedepannya. Kemudian pada tahap program option and
costs adalah saat mempertimbangkan batasan ruang dan komponen ruang seperti pintu
dan jendela yang sudah ditentukan oleh developer, karena hal itu berpengaruh besar
terhadap harga. Lalu tahap terakhir space specifications yaitu mengidentifikasikan dan
mempertimbangkan apakah akan memakai ruang yang sama atau menambah dan
mengurangi ketentuan ruang yang ada dari developer. Tetapi metode yang dilakukan
beliau tidak sepenuhnya sama dan tidak berurut secara rapi seperti metode yang
diusulkan oleh farbestein.