Anda di halaman 1dari 7

Fraktur Femur

Definisi
Rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma
langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis.
Fisiologi/anatomi
Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan acetabulum bagian
dari femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan kecil, trokhanter dan batang, bagian
terjauh dari femur berakhir pada kedua kondilas. Kepala femur masuk acetabulum. Sendi
panggul dikelilingi oleh kapsula fibrosa, ligamen dan otot. Suplai darah ke kepala femoral
merupakan hal yang penting pada faktur hip. Suplai darah ke femur bervariasi menurut usia.
Sumber utamanya arteri retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari batang femur
meluas menuju daerah tronkhanter dan bagian bawah dari leher femur.
Klasifikasi
1. Fraktur leher femur
Fraktur collum femur dapat disebabkan oleh trauma langsung yaitu misalnya
penderita jatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung terbentur
dengan benda keras (jalanan) ataupun disebabkan oleh trauma tidak langsung yaitu karena
gerakan exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah, dibagi dalam :

Fraktur intrakapsuler (Fraktur collum femur)

Fraktur extrakapsuler (Fraktur intertrochanter femur)


Fraktur leher femur sering terjadi pada usia di atas 60 tahun dan lebih sering pada

wanita yang disebabkan oleh kerapuhan tulang akibat kombinasi proses penuaan dan
osteoporosis pasca menopause. Fraktur dapat berupa fraktur subkapital, transervikal, dan
basal, yang kesemuanya terletak di dalam simpai sendi panggul atau interkapsuler, fraktur
intertrokanter dan subtrokanter terletak ekstrakapsuler. Fraktur intrakapsuler umumnya sulit
untuk mengalami pertautan dan cenderung terjadi nekrosis avaskuler kaput femur.
Pendarahan kolum yang terletak intraartikular dan pendarahan kaput femur berasal
dari proksimal a. sirkumfleksa femoris lateralis melalui simpai sendi. Sumber perdarahan ini
putus pada fraktur intraartikular. Pendarahan oleh arteri di dalam ligamentum teres sangat
terbatas dan sering tidak berarti. Pada luksasi arteri ini robek. Epifisis dan daerah trokanter
cukup kaya vaskularisasinya, karena mendapat darah dari simpai sendi, periosteum, dan a.
nutrisia diafisis femur.

Fraktur kolum femur yang terletak intraartikular sangat sukar sembuh karena bagian
proksimal perdarahannya sangat terbatas sehingga memerlukan fiksasi kokoh untuk waktu
yang cukup lama. Semua fraktur di daerah ini umumnya tidak stabil sehingga tidak ada cara
reposisi tertutup terhadap fraktur ini kecuali jenis fraktur yang impaksi, baik yang subservikal
maupun yang basal.
Penderita umumnya datang dengan keluhan tidak bisa jalan setelah jatuh dan terasa
nyeri. Umumnya penderita tidur dengan tungkai bawah dalam keadaan sedikit fleksi dan
eksorotasi serta memendek. Sering dapat dilihat pemendekan bila dibandingkan tungkai kiri
dengan kanan. Jarak antara trokanter mayor dan spina iliaka anterior superior lebih pendek
karena trokanter terletak lebih tinggi akibat pergeseran tungkai ke kranial. Gambaran
radiologis menunjukkan fraktur leher femur dengan dislokasi pergeseran ke kranial atau
impaksi ke dalam kaput.
Kegalian fraktur ini disebabkan kontraksi dan tonus otot besar dan kuat antara tungkai
dan tubuh yang menjembatani fraktur, yaitu m. iliopsoas, kelompok otot gluteus, quadriceps
femur, flexor femur, dan adductor femur. Inilah yang menggangu keseimbangan pada garis
fraktur. Adanya osteoporosis tulang mengakibatkan tidak tercapainya fiksasi kokoh oleh pin
pada fiksasi interna. Ditambah lagi, periosteum fragmen intrakapsuler leher femur tipis
sehingga kemampuannya terbatas dalam penyembuhan tulang. Oleh karena itu, pertautan
fragmen fraktur hanya bergantung pada pembentukan kalus endosteal. Yang penting sekali
ialah aliran darah ke kolum dan kaput femur yang robek pada saat terjadinya fraktur.
Penanganan fraktur leher femur yang bergeser dan tidak stabil adalah reposisi tertutup
dan fiksasi interna secepatnya dengan pin yang dimasukkan dari lateral melalui kolum femur.
Bila tak dapat dilakukan operasi ini, cara konservatif terbaik adalah langsung mobilisasi
dengan pemberian anestesi dalam sendi dan bantuan tongkat.
Mobilisasi dilakukan agar terbentuk pseudoartrosis yang tidak nyeri sehingga
penderita diharapkan bisa berjalan dengan sedikit rasa sakit yang dapat ditahan, serta sedikit
pemendekan.
Terapi operatif dianjurkan pada orang tua berupa penggantian kaput femur dengan prosthesis
atau eksisi kaput femur dengan prosthesis atau eksisi kaput femur diikuti dengan mobilisasi
dini pasca bedah.
a. Terapi Konservatif
Penanganan konservatif dapat dilakukan dengan skin traction, dengan buck extension.
Dilakukan apabila fraktur memiliki kemungkinan sebagai berikut :

Gangguan peredaran darah pada fragmen proksimal

Kesulitan mengamati fragmen proksimal

Kurangnya penanganan hematom fraktur karena adanya cairan synovial.

b. Terapi Operatif
Pada umumnya terapi yang dilakukan adalah terapi operasi, fraktur yang bergeser
tidak akan menyatu tanpa fiksasi internal, dan bagaimanapun juga manula harus bangun dan
aktif tanpa ditunda lagi kalau ingin mencegah komplikasi paru dan ulkus dekubitus. Fraktur
terimpaksi dapat dibiarkan menyatu, tetapi selalu ada resiko terjadinya pergeseran pada
fraktur-fraktur itu, sekalipun ditempat tidur, jadi fiksasi internal lebih aman. Dua prinsip yang
harus diikuti dalam melakukan terapi operasi reduksi anatomi yang sempurna dan fiksasi
internal yang kaku.
Metode awal yang menstabilkan fraktur adalah fiksasi internal dengan Smith Petersen
Tripin Nail. Fraktur dimanipulasi dengan meja khusus orthopedi. Kemudian fraktur difiksasi
internal dengan S.P. Nail dibawah pengawasan Radiologi. Metode terbaru fiksasi internal
adalah dengan menggunakan multiple compression screws.
Pada penderita dengan usia lanjut (60 tahun ke atas) fraktur ditangani dengan acara
memindahkan caput femur dan menempatkannya dengan metal prosthesis, seperti prosthesis
Austin Moore.
Penderita segera di bawa ke rumah sakit. Tungkai yang sakit dilakukan pemasangan
skin traction dengan buck extension. Dalam waktu 24-48 jam dilakukan tindakan reposisi,
yang di lanjutkan dengan reposisi tertutup dengan salah satu cara menurut Leadbetter.
Penderita terlentang di atas meja operasi dalam pengaruh anastesi, asisten memfiksir
pelvis, lutut dan coxae dibuat fleksi 90 untuk mengendurkan kapsul dan otot-otot sekitar
panggul. Dengan sedikit adduksi paha ditarik ke atas, kemudian pelan-pelan dilakukan
gerakan endorotasi panggul 45, kemudian sisi panggul dilakukan gerakan memutar dengan
melakukan gerakan abduksi dan extensi. Setelah itu di lakukan Palm Halm Test : tumit kaki
yang cedera diletakkan di atas telapak tangan. Bila posisi kaki tetap dalam kedudukan
abduksi dan endorotasi berarti reposisi berhasil baik. Setelah reposisi berhasil baik, dilakukan
tindakan pemasangan internal fiksasi dengan teknik multi pin percutaneus.
Kalau reposisi pertama gagal dapat diulang 3 kali. Kemudian dilakukan open reduksi,
dilakukan reposisi terbuka, setelah tereposisi dilakukan internal fiksasi alat internal fiksasi
knowless pin, cancellous screw, atau plate.
Pengawasan dengan sinar X (sebaiknya digunakan penguat) digunakan untuk
memastikan reduksi pada foto anteroposterior dan lateral. Diperlukan reduksi yang tepat pada

fraktur stadium III dan IV, fiksasi pada fraktur yang tak tereduksi hanya mengundang
kegagalan kalau fraktur stdium III dan IV tidak dapat direduksi secara tertutup dan pasien
berumur di bawah 70 tahun, dianjurkan melakukan reduksi terbuka melalui pendekatan
anterolateral. Tetapi pada pasien tua (60 tahun keatas) cara ini jarang diperbolehkan, kalau
dua usaha yang dilakukan untuk melakukan reduksi tertutup gagal, lebih baik dilakukan
penggantian prostetik.
Sekali direduksi, fraktur dipertahankan dengan pen atau kadang dengan sekrup
kompresi geser yang ditempel pada batang femur. Insisi lateral digunakan untuk membuka
femur pada bagian atas kawat pemandu, yang disisipkan dibawah pengendali fluroskopik,
digunakan untuk memastikan bahwa penempatan alat pengikat adalah tepat. Dua sekrup
berkanula sudah mencukupi, keduanya harus terletak memanjang dan sampai plate tulang
subkondral, pada foto lateral keduanya berada ditengah-tengah pada kaput dan leher, tetapi
pada foto anteropsterior, sekrup distal terletak pada korteks inferior leher femur.
Sejak hari pertama pasien harus duduk ditempat tidur atau kursi. Dia dilatih
melakukan pernafasan, dianjurkan berusaha sendiri dan mulai berjalan (dengan penopang
atau alat berjalan) secepat mungkin. Beberapa ahli mengusulkan bahwa prognosis untuk
fraktur stadium III dan IV tidak dapat diramalkan, sehingga penggantian prostetik selalu lebih
baik. Pandangan ini meremehkan morbiditas yang menyertai penggantian. Karena itu
kebijaksanaan kita adalah mencoba reduksi dan fiksasi pada semua pasien yang berumur
dibawah 60 tahun dan mempersiapkan penggantian untuk penderita yang :

Penderita yang sangat tua dan lemah

Penderita yang gagal mengalami reduksi tertutup

Penggantian yang paling sedikit traumanya adalah prostesis femur atau prostesis bipolar
tanpa semen yang dimasukan dengan pendekatan posterior.

Penggantian pinggul total mungkin lebih baik :

Kalau terapi telah tertunda selama beberapa minggu dan dicurigai ada kerusakan
acetebulum.

Pada pasien dengan penyakit paget atau penyakit metastatik.


Penanganan nekrosis avaskuler kaput femur dengan atau tanpa gagal pertautan juga

dengan eksisi kaput dan leher femur dan kemudian diganti dengan prosthesis metal.
Pada fraktur leher femur impaksi biasanya penderita dapat berjalan selama beberapa
hari setelah jatuh sebelum timbul keluhan. Umumnya gejala yang timbul minimal dan
panggul yang terkena dapat secara pasif digerakkan tanpa nyeri. Fraktur ini biasanya sembuh
dalam waktu 3 bulan tanpa tindakan operasi, tetapi apabila tidak sembuh atau terjadi

disimpaksi yang tidak stabil atau nekrosis avaskuler, penanganannya sama dengan yang di
atas.
2. Fraktur subtrokanter femur
Ialah fraktur dimana garis patahnya berada 5 cm distal dari trochanter minor, dibagi
dalam beberapa klasifikasi tetapi yang lebih sederhana dan mudah dipahami adalah
klasifikasi Fielding & Magliato, yaitu :
-

Tipe 1 : garis fraktur satu level dengan trochanter minor


Tipe 2 : garis patah berada 1 -2 inch di bawah dari batas atas trochanter minor
Tipe 3 : garis patah berada 2 -3 inch di distal dari batas atas trochanterminor
Fraktur ini terjadi antara trokanter mayor dan minor. Sering terjadi pada orang tua dan

umumnya dapat bertaut dengan terapi konservatif maupun operatif karena perdarahan di
daerah ini sangat baik. Terapi operatif memperpendek masa imobilisasi di tempat tidur.
Penderita biasanya datang dengan keluhan tidak dapat berjalan setelah jatuh disertai
nyeri yang hebat. Penderita terlentang di tempat tidur dengan tungkai bawah eksorotasi dan
terdapat pemendekan sampai 3 cm disertai nyeri pada setiap pergerakan. Pada bagian luar
pangkal paha terlihat kebiruan akibat hematom subkutan. Pada foto Rontgen terlihat fraktur
daerah trokanter dengan leher femur dalam posisi varus yang bisa mencapai 900.
Fraktur ini ditangani secara konservatif dengan traksi tulang, dengan paha dalam
posisi fleksi dan abduksi, selama 6-8 minggu. Terapi operatif dapat dilakukan dengan
pemasangan pelat trokanter yang kokoh, kemudian mobilisasi segera pascabedah.
3. Fraktur batang femur
Fraktur batang femur biasanya terjadi karena trauma langsung akibat kecelakaan lalu
lintas dikota kota besar atau jatuh dari ketinggian, patah pada daerah ini dapat menimbulkan
perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam syok.
Pada fraktur diafisis femur biasanya perdarahan dalam cukup luas dan besar sehingga
dapat menimbulkan syok. Secara klinis penderita tidak dapat bangun, bukan saja karena
nyeri, tetapi juga karena ketidakstabilan fraktur. Biasanya seluruh tungkai bawah terotasi ke
luar, terlihat lebih pendek, dan bengkak pada bagian proksimal sebagai akibat perdarahan ke
dalam jaringan lunak. Pertautan biasanya diperoleh dengan penanganan secara tertutup, dan
normalnya memerlukan waktu 20 minggu atau lebih.
Fraktur yang dapat diatasi dengan traksi adalah fraktur intertrokanter dan
subtrokanter, fraktur diafisis oblik, segmental, dan kominutif, serta fraktur suprakondiler
tanpa dislokasi berat, dan fraktur kondilus femur. Yang tidak dapat ditangani dengan traksi
adalah dislokasi tertentu berat. Pada orang dewasa, fraktur ditangani secara konservatif

dengan traksi skelet, baik pada tuberositas tibia maupun suprakondiler. Cara ini biasanya
berhasil mempertautkan fraktur femur. Yang penting ialah latihan otot dan gerakan sendi,
terutama m. quadriceps otot tungkai bawah, lutut, dan pergelangan kaki. Akan tetapi, cara
traksi skelet memerlukan waktu istirahat di tempat tidur yang lama sehingga untuk
mempercepat mobilisasi dan memperpendek masa istirahat di tempat tidur, dapat dianjurkan
untuk melakukan reposisi terbuka dan pemasangan fiksasi interna yang kokoh. Fiksasi interna
biasanya berupa pin Kuntscher intramedular. Untuk fraktur yang tidak stabil, misalnya fraktur
batang femur yang kominutif atau fraktur batang femur bagian distal, pin intramedular ini
dapat dikombinasi dengan pelat untuk neutralisasi rotasi.
Pada fraktur femur tertutup, dilakukan traksi kulit dengan metode ekstensi buck,
tujuan traksi kulit untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah kerusakan jaringan lunak lebih
lanjut di sekitar daerah yang patah.
Fraktur batang femur pada anak-anak umumnya dengan terapi non operatif, karena
akan menyambung dengan baik, pemendekan kurang dari 2 cm masih dapat diterima karena
di kemudian hari akan sama panjangnya dengan tungkai normal. Hal ini kemungkinan karena
daya proses remodeling pada anakanak.
Pengobatan non-operatif dapat dilakukan dengan metode Perkin, metode balance
skeletal traction, traksi kulit Bryant, dan traksi Russel. Sedangkan indikasi operatif karena
penanggulangan non-operatif gagal, fraktur multipel, robeknya arteri femoralis, fraktur
patologik dan fraktur pada orang-orang tua.
4. Fraktur femur suprakondiler
Fraktur supracondyler fragment bagian distal selalu terjadi dislokasi ke posterior, hal
ini biasanya disebabkan karena adanya tarikan dari otot otot gastrocnemius, biasanya
fraktur supracondyler ini disebabkan oleh trauma langsung karena kecepatan tinggi sehingga
terjadi gaya axial dan stress valgus atau varus dan disertai gaya rotasi.
Fraktur ini relatif lebih jarang dibandingkan fraktur batang femur. Seperti halnya
fraktur batang femur, fraktur suprakondiler dapat dikelola secara konservatif dengan traksi
skeletal dengan lutut dalam posisi fleksi 900. Traksi ini juga memerlukan waktu istirahat di
tempat tidur yang lama sehingga lebih disukai reposisi terbuka dan pemasangan fiksasi
interna dengan pelat suprakondiler yang kokoh, yang memungkinkan mobilisasi segera dan
menggerakkan sendi lutut. Hal yang terakhir ini penting karena gerakan sendi lutut yang
segera dapat mencegah sendi kejur akibat perlekatan otot dan atau perlekatan jaringan lunak
di sekitar sendi lutut.
5. Fraktur femur interkondiler

Fraktur ini juga relatif jarang dan biasanya terjadi sebagai akibat jatuh dengan lutut
dalam keadaaan fleksi dari ketinggian. Permukaan belakang patella yang berbentuk baji ,
melesak ke dalam sendi lutut dan mengganjal di antara kedua kondilus dan salah satu atau
keduanya retak. Pada bagian proksimal kemungkinan terdapat komponen melintang sehingga
didapati fraktur dengan garis fraktur berbentuk seperti huruf T atau Y.
Secara klinis, sendi lutut bengkak akibat hemartrosis dan biasanya disertai goresan
atau memar pada bagian depan lutut yang menunjukkan adanya trauma. Di sini patella juga
dapat mengalami fraktur.
Untuk fraktur kondilus tunggal lateral atau medial, paling baik dilakukan reposisi
terbuka dengan fiksasi interna dengan sekrup tulang spongiosa. Pada patah tulang kondilus
ganda, yaitu fraktur kondilus T atau Y juga dilakukan reposisi terbuka dengan fiksasi interna
yang kokoh pada kedua kondilus dan pada komponen melintang bila sarananya tersedia.
Pada fraktur kominutif berat di interkondiler, tindakan terbaik adalah traksi skelet kontinu
yang memungkinkan gerakan sendi lutut begitu nyeri akut menghilang. Gerakan ini kadang
dapat menjadi patokan untuk menilai apakah fragmen sendi sudah pada posisi yang
diinginkan dan mengurangi resiko kekakuan sendi. Pada orang tua, fraktur femur
interkondiler femur umumnya lebih baik ditangani secara konservatif dengan traksi skelet.

Anda mungkin juga menyukai