Tindakan Dalam Persalinan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 85

TINDAKAN DALAM

PERSALINAN
Bambang Satria
NPM. 110170010
Gea Ghestivani Safari NPM. 110170023
Muhammad Ibnu Aqil NPM. 110170041
Retna Deviani
NPM. 110170056
Robby Nur Zam Zam NPM. 110170062
Pembimbing:
Dr. Ricardi W. Alibasjah, SpOG, MHA

PEMBAHASAN
Terminasi
Kehamilan

Kardiotok
ografi
(KTG)

Induksi
Persalinan

Anestesia
Obstetrikal

TINDAKAN
DALAM
PERSALINAN

Ekstraksi
Forseps Dan
Ekstraksi
Vakum

Sectio
Caesarea

Histerektomi
Peripartum

TERMINASI KEHAMILAN

= Terminasi kehamilan adalah mengakhiri

kehamilan dengan sengaja sehingga


tidak sampai terjadi kelahiran, baik
janin dalam keadaan hidup atau mati

Dilakukan apabila beresiko untuk kehidupan


ibunya
Bila terminasi dilakukan lebih awal akan lebih
amanbiasanya dilakukan pd Trimester Awal
Terminasi dapat dilakukan dengan medikasi
(terminasi medik/ obat-obatan), atau melalui
prosedur vakum
Tipe prosedur yang diinginkan tergantung dari
riwayat kesehatan, berapa lama usia kehamilan
dan referensi perorangan

SEJARAH TERMINASI KEHAMILAN


DALAM ILMU FALSAFAH
Dalam sejarah Yunani dan Romawi, terminasi
kehamilan diselenggarakan untuk mengontrol
populasi.
Ahli-ahli falsafa yunani bahkan menganjurkan
terminasi dan tidak melarangnya
Tetapi Phytagoras tidak menyetujui, karena ia
berpendapat bahwa pada saat fertilisasi, telah
masuk suatu Roh
Hipocrates adalah salah seorang
pengikutnyadalam Sumpah Hipocrates terdapat
sanksi terhadap perbuatan abortus / terminasi
kehamilan

INDIKASI TERMINASI PERSALINAN


INDIKASI JANIN
Telur kosong (Blighted ovum)
Mola hidatidosa
Abortus tertunda, insipiens, inkomplit
Kehamilan lewat waktu
KPSW
PJT berat
Kematian janin dalam rahim
INDIKASI IBU
Penyakit yang membahayakan ibu apabila
kehamilan diteruskan, seperti preeklampsi/eklampsi

ALASAN SEORANG WANITA


MEMILIH TERMINASI KEHAMILAN

hamil di luar pernikahan


Kehamilannya adalah akibat perkosaan
Pernikahannya tidak kokoh
Ayah anak yang dikandungnya bukan suaminya
Ia telah cukup anak, dan tidak mungkin dapat
membesarkan seorang anak lagi
Janinnya ternyata telah terpapar (exposed) pada
suatu substansi teratogenik
Wanita yang hamil menderita penyakit yang berat
Ia memiliki alasan eugenik, seperti ingin
mencegah lahirnya bayi dengan cacat bawaan

PERSIAPAN TERMINASI
KEHAMILAN
Berdasarkan kondisi klinis setiap perempuan, kebutuhan
dan preferensi, preparasi untuk terminasi kehamilan
meliputi :

1.Konfirmasi kehamilan dan penilaian gestasi berdasarkan


sejarah klinis dan pengujian, tes kehamilan dan/atau
pengujian ultrasound
2.Sejarah umum dan pengujian untuk menilai resiko medis
3.Golongan darah dan status Rhesus, untuk
mengidentifikasi Rhesus negatif pada perempuan untuk
pemberian Anti-D, untuk mencegah imunisasi Rhesus dan
tindak lanjutnya pada saat kehamilan
4.Antibiotik profilaktik atau tes untuk infeksi genital
5.Rencana kontrasepsi berkelanjutan setelah terminasi

METODE TERMINASI KEHAMILAN


Kehamilan dapat dihentikan dengan
menggunakan metode bedah atau medis,
atau kombinasi keduanya

...
METODE BEDAH
1.Preparasi Serviks
2.Pengeluaran secara digital
3.Kuretase Suction
4.Kuretase (kerokan)

PREPARASI SERVIKS
Dilator osmotik
Satu agen farmakologis (seperti
misoprostol atau gemeprost)
Preparasi serviks terbukti meningkatkan
dilatasi dasar dan mengurangi tenaga
yang diperlukan untuk mencapai dilatasi
yang cukup sebelum kuretase

PENGELUARAN SECARA DIGITAL


Tindakan ini dilakukan untuk menolong
penderita ditempat-tempat yang tidak ada
fasilitas kuretase, sekurang-kerangnya
untuk menghentikan pendarahan.
Sering dilakukan pada abortus incipiens
dan (abortus incompletus

KURETASE SUCTION
= prosedur bedah minor yang merupakan
metode utama yang digunakan di Australia dan
Selandia Baru untuk terminasi kehamilan tiga
bulan pertama
Prosedur kuretase suction:
Preparasi serviks
Anestesi total atau lokal
Kuretase tajam
Serviks didilatasi dengan menggunakan dilator
logam

KURETASE (KEROKAN)
=cara membersikan hasil konsepsi memakai
alat kuretase, penolong harus menolong
melakukan pemerikaan dalam untuk
menentukan letak uterus, keadaan serviks
dan besarnya uterus untuk mencegah
terjadinya bahaya kecelakaan misalnya
perforasi

Persiapan sebelum dilakukannya


tindakan kuretase:
Persiapan pasien
Periksa vital sign, keadaan jantung dan
paru-paru
Persiapan alat-alat kuretase
Sepekulum
sonde uterus
cunam muzeux dan cunam abortus
baugi Hegar
sendok kuret
Pinset, klem, kain steril dan Handsscoen

PROSEDUR TEKHNIK KURETASE


Tentukan letak rahim
Masukan Bendungan rahim (sondage),
pembukaan serviks (dilatasi baugie Hegar)
Mulai lakukan Kuretase/pengerokan (mulailah
dengan bagian tengah)
Cunam abortus (Hanya pada Abortus Insipien)
Perhatian, memegang, memasukan dan
menarik alat-alat haruslah hati-hati lakukanlah
dengan lembut sesuai dengan arah dan letak
rahim.

METODE MEDIS
Obat-obat yang digunakan untuk
mengakhiri kehamilan bertindak dengan
menghambat sintesis progesteron,
merangsang kontraksi miometrium,
mengantagonis kerja progesteron, atau
menghambat perkembangan trofoblas.

Obat-obat yang sering digunakan untuk


terminasi kehamilan:
Epostane
Prostaglandin
Kombinasi Metotreksat dan Prostaglandin
Tamoksifen (Tamoxifen) dan Prostaglandin
Antiprogestin dan Prostaglandin

Terminasi kehamilan secara medis


dianggap berhasil jika konsepsi secara
lengkap dapat dilakukan tanpa adanya
tindakan pembedahan. Keberhasilan
umumnya ditentukan juga oleh durasi
kehamilan.

KARDIOTOKOGRAFI (KTG)

= Kardiotokografi (KTG) merupakan alat


bantu didalam pemantauan
kesejahteraan janin
ada 3 kategori kondisi yang dipantau pada
alat KTG ini,yaitu :
1. Denyut Jantung Janin (DJJ)
2. Kontraksi rahim
3. Gerakan janin

INDIKASI PEMERIKSAAN KTG


KTG biasanya dilakukan pada kehamilan
resiko tinggi
1.Jika ibu pada keadaan
a. Pre-eklampsia-eklapsia
b. Ketuban pecah
3. Bekas SC
4. Perdarahan antepartum
4. persalinan preterm

2. Jika janin pada keadaan


a. Pertumbuhan Janin terhambat
b. gerakan janin berkurang
c. Suspek lilitan tali pusat
d. Aritmia, bradikardi, atau takikardi janin
e. Kehamilan ganda

SYARAT PEMERIKSAAN KTG


1.Usia kehamilan 28 minggu
2.Ada persetujuan tindakan medik dari
pasien
3.Punktum maksimum denyut jantung janin
(DJJ) diketahui
4.Prosedur pemasangan alat dan pengisian
data pada komputer (pada
KTGterkomputerisasi)

PERSIAPAN PASIEN & PELAKSANAAN


PEMERIKSAAN KTG
1.Informed Consent
2.Kosongkan kandung kencing
3.Periksa kesadaran dan tanda vital ibu
4.Ibu tidur telentang
5.Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan
letak
6.Hitung DJJ selama 1 menit
7.Pasangkan transduser untuk tokometri di daerah
fundus uteri
8.Setelah transduser terpasang baik, beri tahu ibu
bila janin bergerak , kemudian pencet bel dan hitung
berapa gerakan bayi yang dirasakan oleh ibu
selama perekaman KTG

...
9.Hidupkan komputer dan kardiotokograf
10.Lama perekaman adalah 30 menit
11.Lakukan pencetakan hasil rekaman KTG
12.Lakukan dokumentasi data
13.Matikan komputer dan mesin
kardiotokografi, bersihkan dan rapihkan
kembali alat pada tempatnya.
14.Beritahu pasien bahwa pemeriksaan
telah selesai
15.Intepretasikan hasil yang telah di dapat

INTEPRETASI PEMERIKSAAN KTG


DJJ dalam pemeriksaan KTG ada 2 macam, yaitu
DJJ Basal dan Perubahan periodik
1.DJJ basal (basal fetal heart rate)
a.
Frekuensi denyut jantung( N=120-160 dpm)
>160 dpm=takikardi
<120 dpm=bradikardi
Variabilitas denyut jantung (N=amplitudo 6-25
dpm)
Berkurang= amplitudo 2-5 dpm
Menghilang=amplitudo 2 dpm
Saltatory=amplitudo25 dpm

2. Perubahan periodik (reactivity)


Merupakan perubahan denyut jantung janin
yang terjadi saat ada gerakan janin atau
kontraksi uterus

INDUKSI PERSALINAN

= salah satu upaya stimulasi mulainya proses


kelahiran (dari tidak ada tanda persalinan,
kemudian distimulasi menjadi ada)
Frek: 10%20% total kehamilan
dengan indikasi
Utama dilakukan pada kehamilan lewat
waktu, terkait dengan :
Berkurangnya reseptor oksitosin
Menurunnya fungsi plasenta
Ketegangan Psikologis

KLASIFIKASI INDUKSI PERSALINAN


dapat bersifat mekanis, atau secara kimiawi
Klasifikasi secara medis dan manipulatif
Secara Medis :
Secara Manipulatif:
Infus oksitosin
Infus oksitosin
Prostaglandin
stripping of the
membrane
Misoprostol
Pemakaian
Cairan
rangsangan listrik
hipertonik
Breast stimulation
intrauteri

SECARA MEDIS
INFUS OKSITOSIN
= suatu hormon yang diproduksi di hipotalamus
dan diangkut lewat aliran aksoplasmik ke
hipofisis posterior
Pelepasan oksitosin
Rangsangan pada paplia mamae
Distensi vagina dan uterus
Konsentrasi akan meningkat di malam hari
Estrogen merangsang produksi oksitosin
Progesteron akan menghambat oksitosin

Mekanisme kerja oksitosin masih belum


jelas
Oksitosin akan menyebabkan kontraksi otot
polos uterus Bantu proses persalinan
Pada kehamilan aterm, jumlah reseptor
oksitosin di uterus 100X lebih banyak
daripada kehamilan awal
Pada kehamilan lewat waktu, jumlah
reseptor oksitosin akan berkurang

Dosis Oksitosin = 416 miliunit/menit


Dimulai dengan dosis rendah sambil melihat
kontraksi uterus dan kemajuan persalinan
Syarat Induksi Persalinan dengan
Oksitosin:
Kehamilan aterm (Sebaiknya)
Ukuran panggul normal
Janin dalam presentasi belakang kepala
Servik telah matang (portio lunak, mulai
mendatar dan sudah mulai membuka)

PROSTAGLANDIN
Pemberian prostagladin dapat merangsang
otok-otot polos termasuk juga otot-otot rahim
(PGE2 dan PGF5)
Pemakaian dalam bentuk infus intravena
(Nalador) dan pervaginam (prostaglandin
vagina suppositoria)
Efek pemberian prostaglandin:melunakkan
serviks, vasodilatasi dan meningkatkan curah
jantung 30%

MISOPROSTOL
Hanya dikerjakan di pelayanan kesehatan
yang lengkap (ada fasilitas bedah sesar),
karena risiko meningkatkan ruptura uteri
Dilakukan pada:
preeklampsia berat/eklampsia
serviks belum matang sedangkan seksio
sesarea belum dapat segera dilakukan
bayi terlalu prematur
kematian janin dalam rahim >4 minggu

CAIRAN HIPERTONIK INTRAUTERI


Dipakai untuk merangsang kontraksi rahim
pada kehamilan dengan janin mati
Cairan hipertonik yang dipakai dapat berupa
cairan garam hipertonik 20, urea dan lain-lain
Kadang-kadang pemakaian urea dicampur
dengan prostaglandin untuk memperkuat
rangsangan pada otot-otot rahim

SECARA MANIPULATIF
AMNIOTOMI
Dengan cara memecahkan ketuban di
bagian bawah depan (fore water) atau di
bagian belakang ( hind water ) dengan alat
khusus (drewsmith catheter) atau omnihook
Sering dikombinasikan dengan pemberian
oksitosin
Belum diketahui pasti pengaruh amniotomi
dalam merangsang timbulnya kontraksi rahim

Beberapa teori mengemukakan bahwa:


Dapat mengurangi beban rahim sebesar
40% tenaga kontraksi rahim
Menyebabkan berkurangnya aliran darah
didalam rahimberkurangnnya oksigenesi
otototot rahim meningkatkan kepekaan
otot rahim.
Menyebabkan kepala dapat langsung
menekan dinding serviks dimana didalamnya
terdapat banyak syarafsyaraf yang
merangsang kontraksi rahim

MELEPAS SELAPUT KETUBAN DAN BAGIAN


BAWAH RAHIM ( strpping of the membrane)
= melepaskan ketuban dari dinding segmen

bawah rahim secara menyeluruh dengan jari


tangan
Cukup efektif dalam merangsang timbulnya his

Hambatan yang dihadapi:


Serviks yang belum dapat dilalui oleh jari
Kepala belum cukup turun dalam rongga panggul
Bila didapatkan persangkaan plasenta letak rendah,
tidak boleh dilakukan

PEMAKAIAN RANGKAIAN LISTRIK


Dengan dua elektrode, satu diletakkan
dalam serviks, satu lagi ditempelkan pada
dinding perutdialirkan listrik yang akan
memberi rangsangan pada serviks kontraksi
rahim

RANGSANGAN PADA PUTING SUSU


Rangsangan puting susu dapat
mempengaruhi hipofisis posterior untuk
produksi oksitosinterjadi kontraksi rahim
Pada salah satu puting susu, atau daerah
areola mammae dilakukan masase ringan
dengan jari si ibu
Lamanya jam1 jam, kemudian istirahat
beberapa jam dan kemudian dilakukan lagi,
dalam 1 hari maksimal dilakukan 3 jam

INDIKASI INDUKSI PERSALINAN


Indikasi Ibu :
Hipertensi atau diabetes pada kehamilan
Perdarahan antepartum (solusio plasenta
dan plasenta previa lateralis)
Indikasi Janin :
Kehamilan lewat waktu
Ketuban pecah dini
Kematian janin dalam rahim
Penyakit kongenital janin mayor

KONTRAINDIKASI INDUKSI PERSALINAN


Kontraindikasi Absolut:
Disproposi sefalopelvik absolut
Gawat janin
Plasenta previa totalos
Vasa previa
Presentasi abnormal
Riwayat seksio sesaria klasik sebelumnya
Presentasi bokong

Kontraindikasi Relatif:
Perdarahan antepartum (ex. solusio plasenta
dan plasenta previa lateralis)
Grande multiparitas
Riwayat seksio sesaria sebelumnya
Malposisi dan malpresentasi

SKOR BISHOP
Skor

Pembukaan
serviks (cm)

1-2

3-4

Pendataran
serviks

0-30%

40-50%

Penurunan
kepala diukur
Hodge III (cm)

-3

-2

Konsistensi
serviks

keras

Posisi

kebelakang

60-70%
-1.0

sedang

lunak

Searah
sumbu jalan
lahir

Kearah
depan

3
5-6
80%
+1+2

....
KOMPLIKASI INDUKSI PERSALINAN
Adanya kontraksi rahim yang berlebihan
Gawat janin (stress pada bayi)
Dapat merobek bekas jahitan operasi caesar
Janin bisa mengalami ikterus neonatorum
dan aspirasi air ketuban
Infeksi
Rupture uterus
Emboli

SECTIO SESAREA

= Adalah suatu persalinan buatan,


di mana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding perut
dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta
berat janin di atas 500 gram.

JENIS-JENIS SEKSIO SESAREA


Seksio sesarea klasik: pembedahan secara
Sanger
Seksio sesarea transperitoneal profunda
(supracervicalis = lower segmen caesarean
section).
Seksio sesarea diikuti dengan histerektomi
(caesarean hysterectomy = seksio histerektomi)
Seksio sesarea ekstraperitoneal
Seksio sesarea vaginal

SEKSIO SESAREA KLASIK


Seksio sesarea klasik merupakan metode
tindakan seksio sesarea yang paling awal
dan umum. Dilakukan dengan membuat
sayatan memanjang pada korpus uteri kirakira sepanjang 10cm.

POSEDUR PELAKSANAAN
1.desinfeksi pada dinding perut dan lapangan
operasi
2.Pada dinding perut dibuat insisi mediana mulai dari atas
simfisisbawah umbilikus, sepanjang 12 cm kavum
peritoneal terbuka.
3.Rongga perut di sekitar rahim dilingkari dengan kasa
laparotomi
4.insisi secara tajam dengan pisau pada segmen atas
rahim (SAR) diperlebar secara sagital dengan gunting
5.Setelah kavum uteri terbuka, selaput ketuban
dipecahkan. Janin dilahirkan dengan meluksir kepala dan
mendorong fundus uteri. Setelah janin lahir seluruhnya,
tali pusat dijepit dan dipotong

6. Plasenta dilahirkan secara manual. Disuntikan 10


U oksitosin ke dalam rahim secara intra mural.
7. Luka insisi SAR dijahit kembali
Lapisan I: endometrium bersama miometrium
dijahit secara jelujur (benang catgut khromik)
lapisan II: hanya miometrium saja dijahit secara
simpul (benang catgut khromik)
lapisan III: perimetrium saja, dijahit secara simpul
(benang catgut biasa)
8. Setelah dinding rahim selesai dijahit, kedua
adneksa dieksplorasi.
9. Rongga perut dibersihkan dari sisa-sisa darah dan
akhirnya luka dinding perut dijahit

SEKSIO SESAREA TRANSPERITONEAL


PROFUNDA
Diiakukan dengan membuat sayatan
melintang-konkaf pada segmen bawah rahim
kira-kira 10 cm
Prosedur:
1.Desinfeksi
2.Buat insisi mediana mulai simfisisbawah
umbilikuskavum peritonei terbuka.
3.Dalam rongga perut di sekitar rahim
dilingkari dengan kasa laparotomi

4. Dibuat bladder-flap, yaitu dengan menggunting peritoneum


kandung kencing (plika vesikouterina) di depan segmen bawah
rahim secara melintang. Plika vesikouterina ini disisihkan secara
tumpul ke arah samping dan bawah, dan kandung kencing yang
telah disisihkan ke arah bawah
5. Insisi pada segmen bawah rahim 1 cm di bawah irisan plika
vesikouterina tadi secara tajamdiperlebar melintang dengan
kedua jari telunjuk
6. Setelah kavum uteri terbuka, selaput ketuban dipecahkan, janin
dilahirkan dengan meluksir kepalanya. Badan janin dilahirkan
dengan mengait kedua ketiaknya.
7. Tali pusat dijepit dan dipotong, plasenta dilahirkan secara
manual. Ke dalam otot rahim intra mural disuntikan 10U
oksitosin.
8. Setelah dinding rahim selesai dijahit, kedua adneksa dieksplorasi
9. Rongga perut dibersihkan dari sisa-sisa darah dan akhirnya luka
dinding perut dijahit.

SEKSIO SESAREA HISTEREKTOMI


Prosedur pelaksanaan:
1. Prosedur sebelumnya sama seperti tindakan sesar lainnya
2. Setelah janin dan plasenta dilahirkan dari rongga rahim,
dilakukan hemostasis pada insisi dinding rahim, cukup
dengan jahitan jelujur atau simpul.
3. Mula-mula ligamentum rotundum dijepit dengan cunam
Kocher dan cunam Oschner kemudian dipotong sedekat
mungkin dengan rahim, dan jaringan yang sudah dipotong
diligasi dengan benang catgut khromik no.O. Bladder-flap
yang telah dibuat pada waktu seksio sesarea
transperitoneal profunda dibebaskan lebih jauh ke bawah
dan lateral. Pada ligamentum latum belakang dibuat
lubang dengan jari telunjuk tangan kiri di bawah adneksa
dari arah belakang

4. Melalui lubang pada ligamentum latum ini, tuba Falopii,


ligamentum utero-ovarika, dan pembuluh darah dalam jaringan
tersebut dijepit dengan 2 cunam Oschner lengkung dan di sisi
rahim dengan cunam Kocher. Jaringan di antaranya kemudian
digunting dengan gunting Mayo. Jaringan yang terpotong diikat
dengan jahitan transfiks untuk hemostasis dengan catgut no. 0.
5. Jaringan ligamentum latum yang sebagian besar adalah
avaskular dipotong secara tajam ke arah serviks. Setelah
pemotongan ligamentum latum sampai di daerah serviks,
kandung kencing disisihkan jauh ke bawah dan samping.
6. Pada ligamentum kardinale dan jaringan paraservikal
dilakukan penjepitan dengan cunam Oschner lengkung secara
ganda, dan pada tempat yang sama di sisi rahim dijepit dengan
cunam Kocher lurus. Kemudian jaringan di antaranya digunting
dengan gunting Mayo. Tindakan ini dilakukan dalam beberapa
tahap sehingga ligamentum kardinale terpotong seluruhnya.
Puntung ligamentum kardinale dijahit transfiks secara ganda
dengan benang catgut khromik no. 0.

7.

Demikian juga ligamentum sakro-uterina kiri dan kanan dipotong dengan


cara yang sama, dan diligasi secara transfiks dengan benang catgut
khromik no. 0.
8. Setelah mencapai di atas dinding vagina-serviks, pada sisi depan
serviks dibuat irisan sagital dengan pisau, kemudian melalui insisi
tersebut dinding vagina dijepit dengan cunam Oschner melingkari
serviks dan dinding vagina dipotong tahap demi tahap. Pemotongan
dinding vagina dapat dilakukan dengan gunting atau pisau. Rahim
akhirnya dapat diangkat
9. Puntung vagina dijepit dengan beberapa cunam Kocher untuk
hemostasis. Mula-mula puntung kedua ligametum kardinale dijahitkan
pada ujung kiri dan kanan puntung vagina, sehingga terjadi hemostasis
pada kedua ujung puntung vagina. Puntung vagina dijahit secara jelujur
untuk hemostasis dengan catgut khromik. Puntung adneksa yang telah
dipotong dapat dijahitkan digantungkan pada puntung vagina, asalkan
tidak terlalu kencang. Akhirnya puntung vagina ditutup dengan retroperitonealisasi dengan menutupkan bladder flap pada sisi belakang
puntung vagina
10. Setelah rongga perut dibersihkan dari sisa darah, luka perut ditutup
kembali lapis demi lapis.

HISTEREKTOMI
PERIPARTUM

= Adalah pilihan terakhir yang diambil bila


terjadi maternal morbiditas yang berat dan
juga near miss mortality
Kajian data selama 25 tahun terakhir
menunjukkan insiden yang bervariasi, dari
satu kejadian per 3313 persalinan sampai
satu kejadian per 6978 persalinan
Di Negara berkembang kejadiannya
mencapai satu per 2000 persalinan.

ANASTESI OBSTETRI

PERTIMBANGAN ANESTETIK SELAMA


KEHAMILAN

1.Gerakan Diafragma
2.Aliran darah
3.Perubahan biokimia
4.Perpindahan obat melalui plasenta

ANESTESI UNTUK SC
1.Persiapan
a. Antacid (mis: 20 ml mahnesium trisiklat)
b. pemeriksaan anatomi jalan napas
c. obat-obat sudah disiapkan
d. infus sudah terpasang
e. alat ukur & EKG
f. Periksa kelengkapan alat-alat
1. alat anestesi
2. alat jalan napas (oral)
3. pipa endotrakeal
4. sungkup muka

TAHAP INDUKSI
1.Sambil memegang sungkup muka, asisten bersiap-siap
meraba krikoid untuk melakukan tekanan
2.Suntik pentotal (thiopental) 3-4 mg/kg
3.Lakukan intubasi cepat (dengan pipa endotrakeal 7,5-8
mm), balon pipa dikembangkan
4.Sesudah dismbung dengan alat anestesi, lakukan inflasi
dengan O2-100%
5.Yakinkan pipa endotrakeal masuk trakea dan paru-paru,
kemudian dengarkan jalan napas dengan stetoskop, dan
perhatikan dada kanan dan kiri mengembang pada setiap
inflansi.

MEMPERTAHANKAN INDUKSI
1.Anestesi dengan campuran N2O 50% dalam O2 dengan
halotan 0,5 vol %
2.Pemantauan dilakukan secara teratur terhadap EKG,
tekanan darah dan warna kulit.
3.Hipotesis harus segera diobati dengan mempercepat infus
cairan kristaloid
4.Setelah tali pusat diklem biasanya diminta untuk memberi
matergin atau sintosinon IV atau perinfus
5.Sesudah bayi lahir konsentrasi obat anestesi dapat
dinaikkan atau ditambah dengan pentotal N2O dapat
ditambahn 60% dan dikombinasi dengan petidin 25 mg IV
atau fentanil 50-100 ug IV

EKSTRAKSI FORSEPS

= Suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan


suatu tarikan forceps yang dipasang pada kepalanya
Forseps pertama kali dirancang pada akhir abad ke-16
atau awal abad ke-17

forsep
Naegele

forsep
Kielland

forsep Piper

forsep
Simpson

forsep
Boerma

forsep Tarnier

Forseps Naegele

terdiri atas 2 buah sendok :


Sendok kiri yang mempunyai
kancing kunci, dan Sendok
kanan yang mempunyai
lekuk kunci.
Sendok kiri hanya
ditempatkan dalam rongga
panggul sebelah kiri
sedangkan sendok kanan
hanya dapat ditempatkan
dalam rongga panggul
sebelah kanan.
Panjangnya adalah 4042
cm.

Forseps Kielland
Forseps Kielland
tidak mempunyai
lengkung panggul,
sehingga tidak
terikat pada satu
belah panggul
saja

Forseps Piper
Tidak mempunyai
lengkung panggul, tapi
mempunyai lengkung
kepala dan lengkung
perineum
Sering digunakan untuk
menarik kepala yang
sulit lahir pada letak
sungsang

Syarat ekstraksi
forseps

Ukuran terbesar kepala sudah


melewati pintu atas panggul

Pembukaan harus lengkap

Ketuban harus pecah atau


dipecahkan dulu

Anak hendaknya hidup


Kepala harus bisa dipegang oleh
forceps

Panggul tidak boleh terlalu


sempit

Indikasi janin:
Dalam
keadaan
gawat janin

Indikasi ekstraksi
forseps

Indikasi ibu:
Ruptura uteri
mengancam
Adanya edema
pada vagina/vulva
tanda-tanda infeksi
Eklamsi yang
mengancam
Pada ibu-ibu yang
tidak boleh
mengejan
Ibu-ibu yang sudah
kehabisan tenaga

KONTRAINDIKASI
EKSTRAKSI
FORSEPS

Janin sudah
lama mati

Anensefalus

Pembukaan
belum lengkap

Pasien bekas
operasi vesikovaginal fistel

Kepala masih
tinggi

Komplikasi

Pada Janin : hematom pada


kepala, perdarahan dalam
tengkorak, fraktur kranium,
luka-luka Iecet pada kepala

Pada ibu, dapat terjadi


ruptura uteri,
kolpoporheksis, robekan
pada portio uteri,
peritoneum, simfisiolisis,
syok, perdarahan
postpartum, pecahnya
varises vagina

Ekstraksi vakum
adalah suatu persalinan buatan di mana
janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga
negatif (vakum) pada kepalanya
ekstraksi vakum memegang bagian
terdepan dari kepala janin, sehingga
dapat dikatakan janin ditarik keluar pada
rambutnya
ekstraktor vakum lebih aman dari pada
pemakaian forsep jika dilakukan oleh
orang yang telah terlatih dan trampil

Gambar 3. Alat ekstraktor vakum dengan pompa tangan

INDIKASI EKSTRAKTOR VAKUM


Kelelahan ibu
Partus tak maju
Gawat janin yang ringan
Toksemia gravidarum
Ruptura uteri iminens

KONTRAINDIKASI EKSTRAKTOR
VAKUM
Jika pada Ibu Terdapat:
Ruptura uteri membakat
Pada penyakit-penyakit di
mana ibu secara mutlak
tidak boleh mengejan,
misalnya payah jantung,
preeklampsia berat.

Jika Pada Janin Terdapat:


Letak muka.
After coming head.
Janin preterm

SYARAT EKSTRAKSI VAKUM


Pembukaan lebih dari 7 cm (hanya pada
multigravida)
Penurunan kepala janin boleh pada Hodge II
Harus ada kontraksi rahim dan ada tenaga
mengejan

KOMPLIKASI EKSTRAKSI VAKUM


Komplikasi pada ibu
dapat terjadi
perdarahan,
trauma jalan lahir
(robekan pada serviks
uteri atau robekan pada
dinding vagina,
perineum) dan
infeksi.

Komplikasi pada anak


dapat terjadi
perdarahan dalam otak,
kaput suksedaneum
artifisialis, yang
biasanya akan hilang
sendiri setelah 2448
jam,
ekskoriasi kulit kepala,
sefalhematoma,
subgaleal hematoma

www.hbliskh.blogspot.

Anda mungkin juga menyukai