TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Penyakit Gagal Jantung Kronik (CHF = Chronic Heart Failure)
3.1.1 Definisi
Gagal jantung adalah keadaan dimana darah yang dipompakan dari
jantung tidak mencukupi kebutuhan tubuh. Secara singkat, gagal jantung
merupakan gangguan kemampuan jantung untuk memompakan darah dari vena
menuju arteri. Gagal jantung juga dapat dikatakan sebagai gangguan proses
biokimia dan biofisika jantung yang mengakibatkan rusaknya kontraktibilitas dan
relaksasi miokard. Hal ini mengakibatkan percepatan kematian sel otot jantung
sehingga meyebabkan kecacatan dan kematian dini8.
Gagal jantung juga dapat didefinisikan sebagai sindroma klinis penyakit
jantung berupa pengurangan curah jantung, peningkatan tekanan vena dan disertai
oleh ketidaknormalan molekuler yang meyebabkan perburukan progresif dan
kegagalan kerja jantung dan kematian dini sel miokard8.
3.1.2 Etiologi dan Patofisiologi
Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis
penyakit jantung kongestif maupun didapat. Mekanisme fisiologis
yang
14
fisiologis dan penyakit yang mendasarinya, tetapi juga terhadap faktor-faktor yang
memicu terjadinya gagal jantung8.
Karena morbiditas, mortalitas dan biaya pelayanan kesehatan yang tinggi,
maka faktor resiko yang menyebabkan gagal jantung perlu diidetifikasi dan
ditangani sedini mungkin. Penyakit yang menyebabkan gagal jantung adalah
penyakit jantung koroner, hipertensi, gangguan katup jantung, dan kardiomiopati8.
Evaluation of the Cause of Heart Failure: The History
History to include inquiry regarding:
Hypertension
Diabetes
Dyslipidemia
Valvular heart disease
Coronary or peripheral vascular disease
Myopathy
Rheumatic fever
Mediastinal irradiation
History or symptoms of sleep-disordered breathing
Exposure to cardiotoxic agents
Current and past alcohol consumption
Smoking
Collagen vascular disease
Exposure to sexually transmitted diseases
Thyroid disorder
Pheochromocytoma
Obesity
Family history to include inquiry regarding:
Predisposition to atherosclerotic disease (Hx of MIs, strokes, PAD)
Sudden cardiac death
Myopathy
Conduction system disease (need for pacemaker)
Tachyarrhythmias
Cardiomyopathy (unexplained HF)
Skeletal myopathies
HF indicates heart failure; Hx, history; MI, myocardial infarction; and PAD, peripheral arterial disease
3.1.3 Klasifikasi
Gagal jantung diklasifikasikan berdasarkan jenis dan tingkat kelainan
untuk mencapai tujuan terapi. Pengklasifikasian juga diperlukan untuk membantu
memantau respon pengobatan. Berbagai klasifikasi gagal jantung ditentukan
berdasarkan patofisiologi, gejala, dan kapasitas aktivitas8.
1. Forward and Backward Heart Failure (Gagal jantung efek ke depan dan ke
belakang)
15
menuju ventrikelkiri)
Kardiomiopati hipertropik (mengakibatkan penurunan pengisiian
saatdiastolic
2. Gagal Jantung Sistolik, Gagal Jantung Diastolik
Klasifikasi ini lebih mudah dipahami dibandingkan dengan klasifikasi
sebelumnya, yaitu:
a) Gagal jantung sistolik
Gagal jantung sistolik terjadi akibat terganggunya kemampuan jantung
untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Hal ini disebabkan oleh adanya
penekanan kontraktilitas miokard. Gagal jantung sistolik akut terlihat pada
miokarditis akibat virus, keracunan alkohol, dan anemia, sedangkan gagal
jantung sistolik kronis dapat terjadi setelah kardiomiopati atau infark
miokard.
b) Gagal jantung diastolik
Gagal jantung diastolik terjadi akibat dari pengisian jantung yang
terganggu. Hal ini biasa tampak pada wanita lanjut usia. Empat
mekanisme patologi yang dihasilkan pada gagal jantung jenis ini telah
diketahui.
- Penyakit struktural
- Kerusakan katup jantung
- Abnormalitas anatomi seperti hipertropi konsentrik
- Efusi pericardial
- Abnormalitas fisiologis
16
17
B
C
D
3.1.4 Gejala
Sindroma klinis gagal jantung merupakan efek terakhir dari berbagai
penyakit jantung. Pasien yang sudah mengalami gagal jantung biasanya akan
mengalami satu atau lebih gejala-gejala berikut8:
Nyeri.
Dispnea
Orthopnea
18
Edema tungkai
Takikardia: tanda ini bukan merupakan gejala yang khs bagi gagal jantung.
Detak nadi: detak nadi yang lambat terjadi pada gagal jantung dengan
curah jantung rendah dan detak nadi yang tidak beraturan terjadi pada
mendapatkan/ menemukan minimal dua kriteria mayor atau satu kriteria mayor
dengan dua kriteria minor.
Mayor
Paroxysmal nocturnal dispnea
Distensi vena-vena leher
Peningkatan vena jugularis
Ronki
Kardiomegali
Edema paru akut
Gallop bunyi jantung III
Refluks hepatojugular positif
Penurunan berat badan > 4,5 kg dalam 5 hari
terapi
Minor
Edema ektremitas
Batuk malam
Sesak pada aktivitas
Hepatomegali
Efusi pleura
Kapasitas vital berkurang 1/3 dari normal
Takikardia (>120 denyut per menit)
19
c. Pemeriksaan Penunjang
-
Elektrokardiogram (EKG)
EKG rutin 12 lead direkomendasikan untuk semua pasien gagal jantung.
Adapun peranan EKG disini adalh untuk menilai irama jantung, melihat
adanya hipertrofi ventrikel kiri, melihat riwayat infark miokard
sebelumnya (ada atau tidaknya gelombang Q patologis), dan juga menilai
lebar QRS sebagai kandidat terapi resinkronisasi. EKG yang normal pada
umumnya mengeksklusikan disfungsi sistolik.
Foto Thoraks
Foto thoraks memberi informasi tentang bentuk dan ukuran jantung,
gambaran vaskularisasi pulmonal, dan juga dapat mengidentifikasi
penyebab non-kardial dari gejala-gejala pasien. Meskipun pasien dengan
gagal jantung akut mempunyai bukti adanya hipertensi pulmonal, edema
interstisial, dan/atau edema pulmonal, mayoritas pasien dengan gagal
jantung kronis tidak. Tidak adanya temuan- temuan ini pada pasien dengan
gagal jantung kronis menggambarkan peningkatan kapasitas drainage dari
sistem limfatik untuk membuang cairan interstisail dan pulmonal.
Echocardiogram
Pencitraan jantung noninvasif adalah penting untuk diagnosis, evaluasi,
dan penatalaksanaan dari gagal jantung. Test yang paling berguna adalah
echocardiogram
2-D/Doppler,
yang
dapat
memberi
gambaran
semikuantitatif dari ukuran dan fungsi ventrikel kiri begitu juga ada
tidaknya abnormalitas katup dan/atau gerakan dinding regional (indikatif
20
Biomarker
Kadar natriuretic peptides di sirkulasi berguna sebagai pemeriksaan
tambahnn untuk mendiagnosis pasien dengan gagal jantung. Baik B-type
natriuretic peptide (BNP) dan N-terminal pro-BNP, yang dilepas pada saat
kegagalan jantung terjadi, adalah marker yang sensitif adanya gagal
jantung dengan EF yang menurun; marker ini juga meningkat pada pasien
dengan EF yang normal, meskipun kadarnya lebih rendah.
Tatalaksana
Menurut Mansjoer (2001) prinsip penatalaksanaan Congestive Heart Failure
adalah9:
-
Meningkatkan
oksigenasi
dengan
pemberian
Oksigen
dan
2.
21
3.
2.
3.
4.
5.
mL/min/1.73m2)
Derajat 2 : Reduksi minimal GFR (60-89 mL/min/1.73 m2)
Derajat 3 : Reduksi moderat GFR (30-59 mL/min/1.73 m2)
Derajat 4 : Reduksi berat GFR (15-29 mL/min/1.73 m2)
Derajat 5 : Gagal ginjal (GFR < 15 mL/min/1.73 m2 atau dialisis)
3.2.1
Etiologi
Etiologi penyakit ginjal kronik sangat bervariasi antara satu negara dengan
negara lain4.
22
3.2.2
Gambaran Klinis
Gambaran klinis pasien penyakit ginjal kronik meliputi: a). Sesuai dengan
penyakit yang mendasari seperti diabetes melitus, infeksi traktus urinarius, batu
traktus urinarius, hipertensi, hiperurikemi, Lupus Eritomatosus Sistemik (LES),
dan lain sebagainya. b). Sindrom uremia (azotemia), yang terdiri dari lemah,
letargi, anoreksia, mual muntah, nokturia, kelebihan volume cairan (vohinie
overload),neuropati perifer, pruritus, uremic frost, perikarditis, kejang-kejang
sampai koma. c). Gejala koniplikasinya antara lain, hipertensi, anemia,
osteodistrofi renal, payah jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan
elektrolit (sodium, kalium, khlorida)3.
23