Anda di halaman 1dari 2

TABILISASI LERENG DENGAN GEOTEXTILE

Oleh : Dr. Niken Silmi S., ST., MT


Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Minggu 14 Oktober 2012
Terkadang dalam perencanaan suatu bangunan gedung, fasilitas jalan/transportasi dan dan
bangunan fisik lainnya dihadapkan pada kondisi geografis tanah yang miring atau berupa lereng.
Lereng adalah suatu permukaan tanah yang miring dan membentuk sudut tertentu terhadap suatu
bidang horizontal. Terdapat dua permukaan tanah yang berbeda ketinggian, maka akan ada gayagaya yang bekerja mendorong sehingga tanah yang lebih tinggi kedudukannya cenderung bergerak
kearah bawah yang disebut dengan gaya potensial gravitasi yang menyebabkan terjadinya longsor.
Sehingga, stabilitas bangunan yang ada di atasnya sangat bergantung pada stabilitas lereng di
bawahnya. Artinya, walaupun secara struktural bangunan atas aman, tapi kalau kondisi tanah yang
mendukungnya rawan terjadi longsoran, maka akan berakibat bangunan menjadi rawan runtuh dan
tidak aman.
Kondisi geografis lereng yang miring ini umumnya dapat dijumpai pada daerah perbukitan dan
wilayah bantaran sungai. Oleh karena itu, sebelum bangunan didirikan di atasnya, maka kondisi
lereng atau tanah miring ini harus distabilisasi agas tidak terjadi longsorang selama umur bangunan.
Dalam pemeliharaan stabilitas lereng yang baik, terutama pada area bantaran sungai, salah satunya
perlu dibuat perkuatan tanah (reinforcement of earth) dengan menggunakan geotextile. Pada
umumnya tujuan utama dari suatu stabilitasi lereng adalah untuk dapat memberikan kompetensi
terhadap suatu perencanaan konstruksi yang aman dan ekonomis. Salah satu bentuk perkuatan ialah
dengan menggunakan geotextile. Aplikasi geotekstil dalam hal perkuatan lereng yaitu dapat
menambah stabilisasi lereng. Penggunaan geotekstil ini sebagai pengganti fungsi dinding penahan
tanah dirasa lebih mudah dalam pelaksanaan pembangunannya dan tidak mempunyai resiko besar
bila terjadi deformasi struktur.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas lereng sehingga mendorong terjadinya pergerakan lereng
yaitu topografi, kondisi geologi (litologi dan struktur geologi), hidrologi, vegetasi, karakteristik
tanah/batuan penutup lereng, gempa bumi dan iklim.
Longsoran terjadi karena geseran tanah yang meningkat sudah tidak mampu lagi ditahan oleh tanah.
Tegangan geser yang meningkat yang disebabkan oleh bertambahnya beban lereng (bangunan dan
timbunan pada bagian atasnya), hilangnya dukungan lateral (pemotongan dan penggalian pada kaki
lereng), perubahan muka air yang berbatasan dengan lereng yang berlangsung cepat (sudden draw
down), meningkatkan tegangan lateral (celah-celah retakan terisi oleh air), dan akibat beban gempa
yang terjadi.
Disamping itu, pada kondisi tanah tertentu, juga disebabkan karena kemampuan menahan geser oleh
tanah yang semakin berkurang akibat infiltrasi air hujan ke dalam lereng, tidak terkontrolnya aliran air
dalam drainase, gempa bumi yang menyebabkan tekanan air murni), pengembangan pada tanah
lempung, pelapukan dan degradasi sifat kimia serta keruntuhan progresif karena melemahnya
tegangan geser.
Geosintetik adalah suatu produk buatan pabrik dari bahan polymer yang digunakan dalam sistem
atau struktur yang berhubungan dengan tanah, batuan dan rekayasa geoteknik lainnya. Material yang
digunakan untuk pembuatan geosintetik umumnya dihasilkan oleh industri plastik seperti polimer,
karet, fiber-glass, dan material alam yang terkadang di pakai.
Para ahli dibidang geosintetik, mendefinisikan geosintetik sebagai material yang umumnya berbentuk
lembaran terbuat dari polimer sintetik, seperti Polipropolin, Poliester, Polietilen, dan sebagainya yang
difungsikan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh konstruksi yang berkaitan
dengan tanah.
pengelompokkan geosintetik yang umumnya didasarkan atas struktur material yaitu: Geotekstil,
Geogrid, Geomembran, Geonet, Geosynthetic Clay Linier (GCL), Geokomposit, dan sebagainya.
Dari berbagai jenis material geosintetik, jenis yang umumnya dan cocok untuk digunakan sebagai
material perkuatan adalah jenis geotekstil dan geomembran. Hal tersebut disebabkan oleh formulasi

material tersebut yang mempunyai kuat tarik yang cukup tinggi dan tingkat elongasi
dan creep (rangkak) yang rendah. Geotekstil merupakan material lolos air atau material tekstil buatan
pabrik yang dibuat dari bahan sintetis yang termasuk thermoplastic.
Geotekstil terdiri dari dua jenis yaitu geotekstil anyam (woven geotextile) dan nir-anyam (non-woven
geotextile). Pada umumnya, geotekstil anyam mempunyai kuat tarik dan modulus tinggi, sifat
kemuluran atau elongasi rendah.
Fungsi perkuatan pada geotekstil dapat diterjemahkan sebagai fungsi tulangan, seperti istilah pada
beton bertulang. Tanah hanya mempunyai kekuatan untuk menahan tekan, tetapi tidak dapat
menahan tarik. Kelemahan terhadap tarik ini dipenuhi oleh geotekstil. Geotekstil yang mempunyai
kemampuan menahan tarik dapat memberikan perkuatan dalam bentuk tulangan dalam berbagai
macam bentuk. Material ini dapat diletakkan di bawah timbunan yang dibangun di atas tanah lunak,
dapat digunakan untuk membangun penahan tanah, dan dapat pula digunakkan untuk perkuatan
bahan susun perkerasan jalan beserta tanah dasarnya.***

Anda mungkin juga menyukai