Anda di halaman 1dari 14

BAB I

KONSEP DASAR TEORI

1.1 PENGERTIAN
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih rendah dari
normal. Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah Hb dalam 1mm 3 darah
atau berkurangnya volume sel yang didapatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml
darah. (Ngastiyah.1997).
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah,
elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah
merah,

yang

mengakibatkan

penurunan

kapasitas

pengangkut

oksigen

darah

(Doenges,1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas
hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah.
1.2 ETIOLOGI
Penurunan produksi eritrosit, yaitu terdiri dari:
a. Peningkatan sintesis hemoglobin seperti defisiensi zat besi dan thalasemia.
b. Rusaknya sintesis DNA karena penurunan vitamin B12 (cobalamin) dan defisiensi asam
folat.
c. Pencetus terhadap penurunan jumlah eritrosit seperti anemia aplastik, anemia dari
leukemia, dan penyakit kronik.
Perdarahan
a. Akut, bisa disebabkan karena trauma dan rupturnya pembuluh darah.
b. Kronik, seperti gastritis, menstruasi dan hemoroid.
Peningkatan penghancuran eritrosit
a. Intrinsik : hemoglobin yang tidak normal, defisiensi enzim (G6PD)
b. Ekstrinsik : trauma fisik, antibodi, infeksi dan toksik (malaria).

1.3 KRITERIA ANEMIA


Untuk memenuhi definisi anemia, maka perlu ditetapkan batas hemoglobin atau
hematokrit yang dianggap sudah terjadi anemia. Batas tersebut sangat dipengaruhi oleh
usia,jenis kelamin,dan ketinggian tempat tinggal dari permukaan laut.

Batasan yang umum dipengaruhi adalah kriteria WHO pada tahun 1968.Dinyatakan
sebagai anemia bila tedapat nilai dengan criteria sebagai berikut:
No
1
2

Jenis kelamin/ usia


laki-laki
perempuan dewasa

3
4
5

hamil
Perempuan
Anak usia 6-14 tahun
Anak usia 6 bulan-6 tahun

tidak

Kadar hemoglobin
Hb <13gr/dl
Hb <12gr/dl
Hb <11gr/dl
Hb <12gr/dl
Hb <11gr/dl

Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit,atau praktik klinik pada umumnya
dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut.

Hb <10gr/dl
Hematokrit <30%
Eritrosit <2,8juta

Pasien dalam kasus menderita anemia akibat defisiensi besi, padahal tingkat kebutuhan
besi (Fe) meningkat dalam masa pertumbuhan. Akibat kurangnya asupan zat gizi berupa besi
yang penting dalam proses hemopoiesis ini menimbulkan konsekuensi berbagai gejala klinis
yang dialami oleh pasien tersebut. Dalam laporan ini, penulis membahas perbandingan
berbagai jenis anemia, namun lebih fokus difokuskan kepada anemia defisiensi besi.
1.4 PATOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah
merah secara berlebihan atau keduanya.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin
yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis)
segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal 1 mg/dl,
kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemolitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus
ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).

Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung

1.5 MANIFESTASI KLINIS


Tanda-tanda umum anemia:
Pucat,
Takikardi,
Bising sistolik anorganik,
Bising karotis,
Pembesaran jantung.
Manifestasi khusus pada anemia:
a. Anemia aplastik: ptekie, ekimosis, epistaksis, ulserasi oral, infeksi bakteri, demam,
anemis, pucat, lelah, takikardi.
b. Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6-10 gr/dl), telapak tangan pucat (Hb < 8
gr/dl), iritabilitas, anoreksia, takikardi, murmur sistolik, letargi, tidur meningkat,
kehilangan minat bermain atau aktivitas bermain. Anak tampak lemas, sering berdebardebar, lekas lelah, pucat, sakit kepala, anak tak tampak sakit, tampak pucat pada mukosa

bibir, farink,telapak tangan dan dasar kuku. Jantung agak membesar dan terdengar
bising sistolik yang fungsional.
c. Anemia aplastik : ikterus, hepatosplenomegali.
1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Kadar Hb.
Kadar Hb <10g/dl. Konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata < 32% (normal: 32-37%),
b.
c.
d.
e.
f.
g.

leukosit dan trombosit normal, serum iron merendah, iron binding capacity meningkat.
Indeks eritrosit
Jumlah leukosit dan trombosit
Hitung retikulosit
Sediaan apus darah
Pameriksaan sumsum tulang
Kelainan laborat sederhana untuk masing-masing tipe anemia :
Anemia defisiensi asam folat : makro/megalositosis
Anemia hemolitik : retikulosit meninggi, bilirubin indirek dan total naik,

urobilinuria.
Anemia aplastik : trombositopeni, granulositopeni, pansitopenia, sel patologik darah
tepi ditemukan pada anemia aplastik karena keganasan.

1.7 KOMPLIKASI
a. Cardiomegaly
b. Congestive heart failure
c. Gastritis
d. Paralysis
e. Paranoia
f. Hallucination and delusion
g. Infeksi genoturia
1.8 PENCEGAHAN ANEMIA
Banyak jenis anemia tidak dapat dicegah. Namun, Anda dapat membantu menghindari
anemia kekurangan zat besi dan anemia kekurangan vitamin dengan makan yang sehat,
variasi makanan, termasuk:
1. Besi. Sumber terbaik zat besi adalah daging sapi dan daging lainnya. Makanan
lain yang kaya zat besi, termasuk kacang-kacangan, lentil, sereal kaya zat besi,
sayuran berdaun hijau tua, buah kering, selai kacang dan kacang-kacangan.
2. Folat. Gizi ini, dan bentuk sintetik, asam folat, dapat ditemukan di jus jeruk dan
buah-buahan, pisang, sayuran berdaun hijau tua, kacang polong dan dibentengi
roti, sereal dan pasta.
3. Vitamin B-12. Vitamin ini banyak dalam daging dan produk susu.

4. Vitamin C. Makanan yang mengandung vitamin C, seperti jeruk, melon dan beri,
membantu meningkatkan penyerapan zat besi.
Makan banyak makanan yang mengandung zat besi sangat penting bagi orang-orang
yang memiliki kebutuhan besi yang tinggi, seperti anak-anak - besi yang diperlukan selama
ledakan pertumbuhan - dan perempuan hamil dan menstruasi.
1.9 PENANGGULANGAN ANEMIA
Tindakan penting yang dilakukan untuk mencegah kekurangan besi antara lain :
1. Konseling untuk membantu memilih bahan makanan dengan kadar besi yang cukup
secara rutin pada usia remaja.
2. Meningkatkan konsumsi besi dari sumber hewani seperti daging, ikan, unggas, makanan
laut disertai minum sari buah yang mengandung vitamin C (asam askorbat) untuk
meningkatkan absorbsi besi dan menghindari atau mengurangi minum kopi, teh, teh es,
minuman ringan yang mengandung karbonat dan minum susu pada saat makan.
3. Suplementasi besi. Merupakan cara untuk menanggulangi ADB di daerah dengan
prevalensi tinggi. Pemberian suplementasi besi pada remaja dosis 1 mg/KgBB/hari.
4. Untuk meningkatkan absorbsi besi, sebaiknya suplementasi besi tidak diberi bersama
susu, kopi, teh, minuman ringan yang mengandung karbonat, multivitamin yang
mengandung phosphate dan kalsium.
5. Skrining anemia. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit masih merupakan pilihan
untuk skrining anemia defisiensi besi .
1.10 PENGOBATAN ANEMIA
Pengobatan anemia tergantung pada penyebabnya:
a. Anemia kekurangan zat besi. Bentuk anemia ini diobati dengan suplemen zat besi,
yang mungkin Anda harus minum selama beberapa bulan atau lebih. Jika penyebab
kekurangan zat besi kehilangan darah - selain dari haid - sumber perdarahan harus
diketahui dan dihentikan. Hal ini mungkin melibatkan operasi.
b. Anemia kekurangan vitamin. Anemia pernisiosa diobati dengan suntikan - yang
seringkali suntikan seumur hidup - vitamin B-12. Anemia karena kekurangan asam
folat diobati dengan suplemen asam folat.
c. Anemia penyakit kronis. Tidak ada pengobatan khusus untuk anemia jenis ini.
Suplemen zat besi dan vitamin umumnya tidak membantu jenis anemia ini . Namun,
jika gejala menjadi parah, transfusi darah atau suntikan eritropoietin sintetis, hormon

yang biasanya dihasilkan oleh ginjal, dapat membantu merangsang produksi sel darah
merah dan mengurangi kelelahan.
d. Aplastic anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup transfusi darah untuk
meningkatkan kadar sel darah merah. Anda mungkin memerlukan transplantasi
sumsum tulang jika sumsum tulang Anda berpenyakit dan tidak dapat membuat sel-sel
darah sehat. Anda mungkin perlu obat penekan kekebalan tubuh untuk mengurangi
sistem kekebalan tubuh Anda dan memberikan kesempatan sumsum tulang
ditransplantasikan berespon untuk mulai berfungsi lagi.
e. Anemia terkait dengan penyakit sumsum tulang. Pengobatan berbagai penyakit dapat
berkisar dari obat yang sederhana hingga kemoterapi untuk transplantasi sumsum
tulang.
f. Anemias hemolitik. Mengelola anemia hemolitik termasuk menghindari obat-obatan
tertentu, mengobati infeksi terkait dan menggunakan obat-obatan yang menekan
sistem kekebalan Anda, yang dapat menyerang sel-sel darah merah. Pengobatan
singkat dengan steroid, obat penekan kekebalan atau gamma globulin dapat membantu
menekan sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel darah merah.
g. Sickle cell anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup pemberian oksigen,
obat menghilangkan rasa sakit, baik oral dan cairan infus untuk mengurangi rasa sakit
dan mencegah komplikasi. Dokter juga biasanya menggunakan transfusi darah,
suplemen asam folat dan antibiotik. Sebuah obat kanker yang disebut hidroksiurea
(Droxia, Hydrea) juga digunakan untuk mengobati anemia sel sabit pada orang
dewasa.

BAB II
KONSEP ASKEP
2.1 KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas / istirahat
Gejala :keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas;
penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah.
Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi,
menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan
penurunan kekuatan. Tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan
lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
2. Sirkulasi
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar,
hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran
atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB).
Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut,
faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak
sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon
terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler
melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku :
mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah
putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
3. Integritas ego
Gejala : Keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya
penolakan transfusi darah.
Tanda : Depresi.

4. Eleminasi

Gejala : Riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).


Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan
haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5. Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan
produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada
faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak
pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah
liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin
B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak
kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis,
misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
6. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ;
klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : Peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu
berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP).
Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia,
penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8. Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9. Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada
radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker.
Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan
penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie
dan ekimosis (aplastik).

B. Diagnosa Keperawatan
1.

Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang

2.

diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.


Kelemahan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen

(pengiriman) dan kebutuhan.


3.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak
adekuat.
4.
Kecemasan berhubungandengan perubahan status kesehatan
C.
1)

Intervensi/Implementasi keperawatan
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.

Tujuan : peningkatan perfusi jaringan.


Kriteria hasil : menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.
INTERVENSI
Mandiri
-

Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar
kuku.

Rasional : memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan


membantu menetukan kebutuhan intervensi.
-

Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.

Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan


seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi.
-

Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.

Rasional : dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jantung karena regangan jantung


lama/peningkatan kompensasi curah jantung.
-

Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.

Rasional : iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial risiko infark.


-

Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi
dengan thermometer.

Rasional : termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen.

Kolaborasi
-

awasi hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah lengkap/packed


produk darah sesuai indikasi.

Rasional : mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap


terapi.
-

Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.

Rasional : memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.


2)

Kelemahan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen


(pengiriman) dan kebutuhan.

Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.


Kriteria hasil :
-

Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)


Menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan,
dan tekanan darah masih dalam rentang normal.

INTERVENSI
Mandiri

Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.

Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.

Rasional : menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12


mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera.

Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.

Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa
jumlah oksigen adekuat ke jaringan.

Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising,


pertahankan tirah baring bila di indikasikan.

Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan


menurunkan regangan jantung dan paru.

Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan
dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa
memaksakan diri).

Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus
otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol.
3). Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak
adekuat.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.
- Meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.
INTERVENSI
Mandiri

Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan dan pasien.

Rasional : mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial. Catatan : pasien dengan


anemia berat/aplastik dapat berisiko akibat flora normal kulit.

Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka.

Rasional : menurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri.

Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat.

Rasional : menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.

Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas dalam.

Rasional : meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu memobilisasi


sekresi untuk mencegah pneumonia.

Tingkatkan masukkan cairan adekuat.

Rasional : membantu dalam pengenceran secret pernapasan untuk mempermudah


pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh misalnya pernapasan dan ginjal

Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan.

Rasional : membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi dibutuhkan


pada anemia aplastik, bila respons imun sangat terganggu.

Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa
demam.

Rasional : adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan.

Amati eritema/cairan luka.

Rasional : indikator infeksi lokal. Catatan : pembentukan pus mungkin tidak ada bila
granulosit tertekan.
Kolaborasi

Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas sesuai indikasi.

Rasional : membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen khusus dan


mempengaruhi pilihan pengobatan.

Berikan antiseptic topical ; antibiotic sistemik.

Rasional : mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau


untuk pengobatan proses infeksi local.
4)

Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

Tujuan : Kecemasan berkurang


Kriteria hasil : Tampak rileks dan tidur / istirahat tidur
*Mandiri

Kaji tingkat kecemasan klien.

Rasional : Untuk mengetahui faktor predis-posisi yang menimbulkan kece-masan


sehingga memudahkan mengantisipasi rasa cemasnya.

Dorong klien dapat mengekspresikan pera-saannya.

Rasional dengan mengungkapkan perasaannya maka kecemasannya berkurang.

Beri informasi yang jelas proses penyakitnya.

Rasional : Memudahkan klien dalam memahami dan mengerti tentang proses


penyakitnya.

Beri dorongan spiritual

Rasional : Kesembuhan bukan hanya dipe-roleh dari pengobatan atau pera-watan tetapi
yang menentukan adalah Tuhan.

C.EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan,
dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito,
1999:28)
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1)
2)
3)
4)
5)

Infeksi tidak terjadi.


Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
Peningkatan perfusi jaringan.
Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan
rencana pengobatan.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tidak semua data yang ada pada pengkajian teoritis muncul pada kasus tergangung
kondisi demam rematik dan faktor-faktor lain yang memperberat.
Diagnosa yang ada dalam makalah ini adalah :
1.
2.
3.

Intoleransi aktivitas b/d gangguan sistem transpor oksigen sekunder akibat anemia
Nutrisi dari kebutuhan b/d ketidak adekuatan masukan sekunder akibat: kurang
stimulasi emosional/sensoris atau kurang pengetahuan tentang pemberian asuhan
Ansietas/cemas b/d lingkungan atau orang
Dalam impelementasi kolaborasi yang dilakukan dalam bentuk mengkonfirmasi
ulang terapi pengobatan.Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi proses yaitu
mengevaluasi kondisi klien tiap hari sesuai dengan permasalahan yang dianggap.
B.

SARAN

Bagi perawat :

1. Sebelum melakukan hubungan terapeutik dengan klien sebaiknya perawat


membekali diri dengan ilmu dan kemampuan untuk berkomunikasi terapeutik.
2. Hubungan saling percaya dengan klien merupakan kunci utama demi keberhasilan
dalam pemberian asuhan keperawatan.
3. Sebaiknya perawatan yang dilakukan pada pasien demam rematik dilakukan secara
kontiniu dan berkesinambungan.
4. Mahasiswa keperawatan dapat menerapkan asuhan keperawatan yang telah
didapatkan secara teoritis pada kasus anemia.

DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Mariliynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC
Price, Sylvia. 2005. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC
Handayani Wiwik dan Andi Sulistyo. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai