Anda di halaman 1dari 3

Jawaban mata kuliah filsafat

1. Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu
berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang
yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan
sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara
mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
2. Persamaan Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Agama
- Baik ilmu, filsafat dan agama bertujuan sekurang-kurangnya berusaha berurusan dengan hal
yang sama, yaitu kebenaran.
- Ketiganya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki obyek selengkap-lengkapnya
sampai ke-akar-akarnya.
- Ketiganya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara
kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-akibatnya.
- Ketiganya hendak memberikan sistesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan.
- Ketiganya mempunyai metode dan sistem.
- Ketiganya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat
manusia (obyektivitas), akan pengetahuan yang lebih mendasar
Perbedaan filsafat, ilmu pengetahuan, dan agama :
- Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menuangkan (mengembarakan atau mengelanakan
) akal budi secara radikal (mengakar) dan integral, serta universal (mengalam), tidak merasa
terikat oleh ikatan apapun, kecuali oleh ikatan tangannya sendiri yang bernama logika.
- Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan penyelidikan (riset, research), pengalaman
(empiri), dan percobaan (eksperimen) sebagai batu ujian.
- Manusia mencari dan menemukan kebenaran dengan dan dalam agama dengan jalan
mempertanyakan (mencari jawaban tentang) berbagai masalah asasi dari atau kepada kitab suci,
kodifikasi firman ilahi untuk manusia
- Filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu yang ada (realita).
- Ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris juga bersifat eksperimental. Artinya,
ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secara kaku dan terkotak-kotak,
sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu.
- Agama dipraktekkan oleh orang yang beriman
3. Jadi perbedaan antara Rasionalisme dan Empirisme yakni bahwa Rasionalisme berasal dari
pencernaan rasio, akal budi, dan wahyu dari Tuhan (a priori), sementara empirisme lebih
menekankan pada pengalaman indrawi (a posteriori), baik lahiriah (sensation) maupun batiniah
(reflection). Untuk metode yang digunakan, rasionalisme adalah kesangsian, dan empirisme
metode observasi, dengan instrumen-instrumen pengetahuan diantaranya. Belum lagi soal metode
analisis pengujian yang dipakai keduanya. Rasionalsime dengan matematika analisis, dan
empirisme dengan ilmu-ilmu alamnya.

4. suatu peristiwa yang benar-benar terjadi, yang dapat dialami sebagai suatu realita. Ini berarti, apa
yang disebut sebagai positif bertentangan dengan apa yang hanya ada di dalam angan-angan
(impian), atau terdiri dari apa yang hanya merupakan konstruksi atas kreasi kemampuan untuk
berpikir dari akal manusia. Dapat disimpulkan pengertian positivisme secara terminologis berarti
merupakan suatu paham yang dalam "pencapaian kebenaran"-nya bersumber dan berpangkal pada
kejadian yang benar-benar terjadi. Segala hal di luar itu, sama sekali tidak dikaji dalam
positivisme.
5. perbedaan yang paling mendasar adalah
- prinsip demarkasi antara ilmu yang bermakna dan tidak bermakna berdasarkan metode verifikatif
induktif. Dia mengusulkan suatu demarkasi lain, yaitu demarkasi antara ilmu yang ilmiah dan
tidak ilmiah berdasarkan tolak ukur pengujian deduktif
- penalaran induktif pada tataran awal, pra ilmiah dalam rangkah pengujian deduktif
6. perbedaannya adalah :
-

Teleologi berasal dari akar kata Yunani telos, yang berarti akhir, tujuan, maksud,
danlogos, perkataan. Teleologi adalah ajaran yang menerangkan segala sesuatu dan segala
kejadian menuju pada tujuan tertentu. teleologi bisa diartikan sebagai pertimbangan moral akan
baik buruknya suatu tindakan dilakukan , Teleologi mengerti benar mana yang benar, dan mana
yang salah, tetapi itu bukan ukuran yang terakhir.Yang lebih penting adalah tujuan dan
akibat.Betapapun salahnya sebuah tindakan menurut hukum, tetapi jika itu bertujuan dan
berakibat baik, maka tindakan itu dinilai baik.Ajaran teleologis dapat menimbulkan bahaya
menghalalkan segala cara. Dengan demikian tujuan yang baik harus diikuti dengan tindakan yang
benar menurut hukum.Perbincangan baik dan jahat harus diimbangi dengan benar dan
salah. Lebih mendalam lagi, ajaran teleologis ini dapat menciptakan hedonisme, ketika yang
baik itu dipersempit menjadi yang baik bagi diri sendiri

- Istilah deontologi berasal dari kata Yunani deon yang berarti kewajiban. Yang menjadi dasar baik
buruknya perbuatan adalah kewajiban. Pendekatan deontologi sudah diterima dalam konteks
agama, sekarang merupakan juga salah satu teori etika yang terpenting. Contoh : kewajiban
seseorang yang memiliki dan mempecayai agamanya, maka orang tersebut harus beribadah,
menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya.
7. prinsipnya adalah Utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang berpendapat bahwa yang baik
adalah yang berguna, berfaedah, dan menguntungkan. Sebaliknya, yang jahat atau buruk adalah
yang tak bermanfaat, tak berfaedah, dan merugikan. Karena itu, baik buruknya perilaku dan
perbuatan ditetapkan dari segi berguna, berfaedah, dan menguntungkan atau tidak. Dari prinsip
ini, tersusunlah teori tujuan perbuatan.
8. Dalam keseluruhan filsafatnya, Heschel sebenarnya sangat menekankan bahwa Tuhanlah yang
mencari manusia. Artinya, dia ingin kita memandang dari sudut Tuhan yang membuka diriNya
bagi manusia. Ia mengacu pada agama-agama Wahyu dimana usaha manusia mencari Tuhan juga

ditanggapi dengan pencarian manusia oleh Tuhan. Tuhanlah yang membuka diriNya bagi
manusia. Konsep manusia Heschel juga tidak dapat dilepaskan dari keseluruhan filsafatnya.
Pendasaran atas martabat manusia terletak pada konsepnya yang mengatakan bahwa manusia
adalah citra Tuhan. Ia berpendapat bahwa tidak ada satupun di alam semesta ini yang dapat
menjadi citra Tuhan selain manusia.
Konsep manusia sebagai wujud dari citra Tuhan inilah yang merupakan kunci pandangannya
tentang martabat manusia. Dengan kata lain, setiap manusia memiliki nilai pada dirinya sendiri,
karena ia merupakan satu-satunya mahluk di dunia ini yang merupakan citra Tuhan. Oleh karena
itu, konsep Heschel tentang manusia sebagai citra Tuhan mengacu pada dimensi moral, spiritual,
dan intelektualnya, yang notabene tidak dimiliki secara sempurna oleh hewan ataupun tumbuhan.
Ia juga berpendapat bahwa manusia adalah sebuah problem. Artinya, manusia selalu berada di
dalam ketidakpastian, berada dalam tegangan. Ketidakpastian apakah perjalanan hidup akan
mengarah pada kemajuan, atau justru kemunduran. Akan tetapi, ketidakpastian itu mengundang
sejuta tafsiran yang memungkinkan kita berpikir dan bertindak secara kreatif. Ketidakpastian
akan eksistensinya itulah yang juga membedakan manusia dari hewan ataupun tumbuhan. Dengan
berada dalam ketidakpastian, manusia membedakan diri dari hewan atapun tumbuhan. Dengan
kata lain, ketidakpastian inilah yang menandakan keluruhan martabat manusia, dimensi
transendensinya.
Tuhan bisa dikenali, menurut Heschel, karena manusia mampu mentransendensikan diri dari
kodratnya. Tuhan bisa dikenali karena manusia memiliki harkat dan martabat yang terbuka bagi
pengharapan transenden tak terbatas pada masa depan. Manusia terbuka untuk pengalamanpengalaman religius, yang, menurutny, merupakan gerbang pertemuan dirinya dengan Tuhan. Di
depan gerbang itu, bukan manusia yang mengejar Tuhan, tapi Tuhanlah yang membuka dirinya
pada manusia. Dalam kosa katanya, Heschel menulis
Dengan kata lain, keluhuran harkat dan martabat manusia "merangsang" Tuhan untuk mencari
dan menemukan manusia. Heschel sendiri berpendapat bahwa sejarah manusia bukanlah sejarah
manusia mencari Tuhan, melainkan sejarah Tuhan yang mencari manusia. Begitu luhur makna
manusia di tatapan matanya, sehingga, karena keluhuran martabatnya, manusia boleh
mendapatkan kehormatan untuk "bersentuhan" dengan Tuhan
9. menjadi manusia adalah menjadi makhluk ciptaan Tuhan yang dapat memberikan manfaat bagi
sesamanya. Baik itu sesame manusia atau terhadap apa yang ada di sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai