dan politik?
Dalam pandangan penulis Resonansi, secara normatif
doktrinal, 'Islam Nusantara' menganut Rukun Iman dan Rukun
Islam yang sama dengan kaum Ahlus-Sunnah wal-Jama'ah
(Sunnah atau Sunni) lain di bagian dunia Islam manapun seperti
disepakati jumhur (mayoritas) ulama otoritatif. Meski demikian,
dalam batas tertentu 'Islam Nusantara' memiliki distingsi sendiri.
Kenyataan ini bisa terlihat dari, misalnya ortodoksi Islam
Nusantara yang terbentuk mapan khususnya sejak abad ke-17
ketika murid-murid Jawi seperti Nuruddin ar-Raniri, 'Abdurrauf alSingkili, dan Muhammad Yusuf al-Maqassari kembali ke
Nusantara setelah belajar selama hampir dua dasawarsa dan
terlibat dalam 'jaringan ulama' yang berpusat di Makkah dan
Madinah.
10