PERANCAH
& BAGESTING
Yogi Nikman - 5153111049
Regular A
Dosen Pengampu :
Drs. Iskandar Tambunan, M.Pd.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga laporan
akhir Praktek Perancah dan Bagesting ini dapat tersusun hingga selesai.
Maksud dari penyusunan laporan Perancah dan Bagesting ini adalah sebagai salah
satu komponen penilaian dan dapat dijadikan sebagai salah satu pegangan dalam proses
belajar mengajar mata kuliah Praktek Perancah dan Bagesting. Laporan ini disusun
berdasarkan hasil project maket bekisting yang telah diselesaikan. Harapan saya semoga
kumpulan laporan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,
serta dapat dijadikan referensi bagi pihak-pihak terkait.
Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dari berbagai pihak, tugas ini tidak akan selesai
dengan baik dan lancar. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
(1) Drs. Iskandar Tambunan, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah, yang telah
membimbing dan mengarahkan kami;
(2) Pegawai dan asisten Workshop Kayu Fakultas Teknik Unimed yang telah membantu
dan memfasilitasi kami dalam melakukan praktikum;
(3) Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan material serta moral dalam
penyelesaian tugas ini
(4) Sahabat dan senior yang telah bekerjasama dengan baik dalam melaksanakan
praktikum seta membantu mencari rujukan dalam penyusunan laporan ini.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang saya miliki, saya yakin
masih banyak kekurangan dalam laporan ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.
Penulis,
Yogi Nikman
|i
DAFTAR ISI
| ii
4.10. Dokumentasi Hasil Kerja Kelompok II ................................................... 23
LAMPIRAN ................................................................................................................. 25
| iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada masa sekarang ini bangunan-bangunan yang dibangun baik gedung, jembatan
maupun bangunan lainnya, mayoritas komponen bangunannya terbuat dari beton. Beton
merupakan struktur utama pada suatu bangunan yang terdiri dari campuran semen, air,
pasir, dan agregat kasar, yang berfungsi untuk menopang beban yang terjadi. Pada
awalnya beton merupakan bahan yang elastis, tetapi setelah umur tertentu akan mengeras
dan mempunyai kekuatan tertentu pula, sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Untuk membentuk beton menjadi bentuk yang diinginkan diperlukan suatu alat
bantu yang biasa dikenal dengan sebutan Acuan dan Perancah/ Bekisting/ Form Work
yang berupa cetakan, atau suatu konstruksi sementara dari suatu bangunan yang berfungsi
untuk mendapatkan suatu konstruksi beton yang diinginkan sesuai dengan porsinnya
sebagai bangunan pembantu. Acuan Perancah bersifat sementara yang harus kuat dan
kokoh, namun mudah dibongkar agar tidak menimbulkan kerusakan pada beton.
Baik buruk dari pengerjaan acuan dan perancah dapat mempengaruhi hasil akhir
dari mutu beton yang dikerjakan. Acuan yang kurang baik dapat menimbulkan kerugian
seperti kehilangan material, perubahan dimensi beton, perubahan struktur bangunan, dan
juga dapat mempengaruhi keselamatan pekerja. Dalam pelaksanaannya seorang ahli di
bidang tersebut harus mempunyai keterampilan khusus dan mempunyai pengetahuan
dasar yang cukup tentang acuan dan perancah.
Tujuan dari pelaksanaan praktikum perancah dan bekisting ini adalah sebagai berikut:
1. Menyelesaikan target materi perkuliahan semester V (lima) untuk kelas Regular A,
prodi Pendidikan Teknik Bangunan.
2. Mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan teori tentang pekerjaan beton yang
mana harus menggunakan acuan ataupun perancah.
3. Mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan pekerjaan acuan dan perancah secara
nyata seperti kenyataan yang terdapat dilapangan.
Acuan dan perancah adalah suatu konstruksi yang bersifat sementara yang berupa
mal / cetakan pada bagian kedua sisi atas dan bawah dari bentuk beton yang dikehendaki.
Acuan berfungsi sebagai konstruksi yang diinginkan, sedangkan perancah berfungsi
sebagai pembantu memperkuat bentuk konstruksi. Acuan perancah memiliki beberapa
fungsi, yaitu :
a. Memberikan bentuk kepada konstruksi beton
b. Dapat mendapatkan permukaan struktur yang diharapkan
c. Menopang beton sebelum sampai kepada konstruksi yang cukup keras dan
mampu memikul beban sendiri maupun beban luar
d. Mencegah hilangnya air semen ( air pencampur ) pada saat pengecoran
e. Sebagai isolasi panas pada beton
b) Berat Hidup
Cetakan harus sanggup menahan beban hidup, yaitu : baik orang yang sedang
mengerjakan beton tersebut, Vibrator, dan adanya kemungkinan terjadinya suatu
Gempa atau Retakan.
c) Mudah Dibongkar
Acuan dan perancah harus mudah dibongkar karena acuan hanya bersifat
sementara, dan hal ini menyangkut efisiensi kerja, yaitu tidak merusak beton yang
sudah jadi dan acuan perancahnya dapat digunakan berkali-kali.
e) Rapat
Kerapatan suatu bekisting sangat mempengaruhi didalam proses pengecoran.
Karena apabila bekisting yang kita pakai tidak rapat maka adukan yang kita pakai tadi
akan keluar dan akan mengakibatkan mutu beton yang kurang bagus karena pasta
semen keluar dari bekisting.
f) Rapi
Rapi dalam penyusunan sehingga bisa enak dilihat dengan kasat mata dan mudah
dalam penyusunan dan pembongkaran.
g) Bersih
Untuk mendapatkan hasil yang baik cetakan harus bersih apabila cetakan tidak
bersih, maka dalam proses pengecoran kotoran mungkin akan naik dan masuk ke
dalam adukan beton sehingga akan mengurangi mutu beton dan apabila kotoran tidak
naik maka kotoran tersebut akan melekat pada bagian bawah beton sehingga sulit
untuk dibersihkan.
3) Perubahan Dimensi
Terjadinya perubahan ukuran dari dimensi yang kita rencanakan akibatnya jika
terjadi perubahan ini maka akan memperbesar dan memperkecil volumenya.
Sedangkan untuk melakukan perbaikan akan membutuhkan waktu dan biaya lagi, hal
ini akan menghambat pekerjaan yang lainnya.
1) Papan Cetakan
Dapat digunakan papan sebagai dinding acuan. Apabila digunakan papan maka
penyambungan dapat dilakukan dalam arah melebar ataupun memanjang, perlu
diiperhatikan dalam penyanbungan papan harus benar-benar rapat agar tidak ada air
yang keluar.
2) Klam Perangkai
Klam merupakan unsur acuan dan perancah yang mempunyai dua fungsi yaitu :
a. Sebagai bahan penyambung papan acuan pada arah memanjang maupun
melebar.
b. Sebagai bahan pengaku acuan pada arah melebar.
Klam dapat terbuat dari papan seperti papan acuan, namun perlu dipotong potong
sesuai ukuran yang dikehendaki atau cukup menggunakan papan sisa yang masih
cukup panjang dengan lebar papan yang disambung.
4) Gelagar
Gelagar berfungsi sebagai penopang langsung dari acuan yang ada serta dapat
berfungsi untuk mengatur elevasi yang diinginkan dari acuan. Gelagar terbuat dari
bahan kayu berukuran balok maupun papan. Penggunaan bahan gelagar dari kayu
berukuran balok maupun berukuran papan tergantung dari perencanaan pemakaian
bahan, tetapi yang pasti gelagar yang berpenampang 8 x 12 cm akan digunakan untuk
menopang beban yang lebih berat jika dibandingkan balok kasau berukuran 4 x 6 cm
maupun papan 2 x 20 cm.
2. Pahat
Adalah alat yang biasa digunakan untuk memahat kayu dan membersihkan
lobang pada sambungan kayu.
3. Palu Plastik
Palu berfungsi untuk memukul ujung pahat agar bisa menekan dan
memperkuat tekanan pada mata pahat sehingga dengan mudah membersihkan
lobang pada sambungan kayu. Terbuat dari plastik agar tidak merusak pahat yang
dipukulnya.
4. Rol Siku
Digunakan untuk mengukur, melihat atau memastikan kesudutan suatu konstruksi
sudut.
7. Mesin Belah
Digunakan untuk membelah kayu/triplek sesuai dengan ukuran dan
kemiringan tertentu. Cara mengoperasikannya, tekan tombol on pada mesin, lalu
dorong kayu/triplek yang ingin dibelah.
8. Mesin Ketam
Digunakan untuk mengetam dan menghaluskan permukaan kayu yang akan
di olah. Cara menggunakannya, masukkan sebagian kayu yang akan diketam, atur
ketinggian pada landasan agar kayu dapat masuk dan mengenai pisau, lalu tekan
tombol on pada mesin. Dorong kayu secara perlahan menggunakan alat bantu.
Ambil kayu yang telah diketam di sisi lain mesin.
Praktek Perancah dan Bekisting - Yogi Nikman | 8
Gambar 3.8 mesin ketam
4. Paku
5. Lem Kayu
7. Dempul/ Filler
Bahan :
a) Kertas A4
b) Tinta
Dokumentasi :
Bahan :
a) Broti / balok kayu
b) Multiplek 12 mm
c) Triplek 5mm
Dokumentasi :
Gambar 4.2 Pemotongan broti Gambar 4.3 Pengetaman broti agar halus
Bahan :
a) Broti / balok kayu
b) Multiplek 12 mm
c) Triplek 5mm
d) Paku
e) Lem kayu
f) Kertas pasir
Dokumentasi :
Gambar 4.4 Triplek untuk alas dasar Gambar 4.5 Pembuatan rangka bingkai
Langkah Kerja :
1) Tarik meter gulung pada salah satu sisi alas maket / bingkai, dan ukur sesuai dengan
ukuran pada denah.
2) Beri tanda pada tiap ukuran dengan menggunakan pensil / pulpen.
3) Ulangi langkah 1 pada sisi diseberangnya.
4) Hubungkan titik pada tiap sisi tadi dengan menarik garis lurus menggunakan
penggaris panjang / potongan kayu panjang sehingga terbentuk grid / garis kotak-
kotak.
5) Beri tanda silang dengan pensil, pada persilangan garis yang akan didirikan kolom
bekisting.
Dokumentasi :
Alat : • Bahan :
a) Mesin belah a) Multiplek 12 mm
b) Pahat b) Triplek 5 mm
c) Penggaris panjang c) Lem kayu
d) Palu d) Paku
e) Pensil d) Kertas pasir
Langkah Kerja :
1) Triplek 5mm yang masih utuh digambar dengan pola persegi panjang.
2) Triplek kemudian dipotong menggunakan pisau cutter sesuai pola yang telah
digambar.
3) 4 potong triplek dirangkai jadi satu menggunakan lem kayu, hingga berbentuk seperti
kolom.
4) Tunggu hingga kering, kemudian amplas kolom hingga rata dan halus pada tiap
sisinya.
5) Untuk bagian cincin, potong multiplek 12 mm dengan menggunakan mesin potong,
karena bagian ini cukup kecil sehingga sulit apabila dipotong dengan gergaji, dan
terlalu tebal untuk dipotong dengan cutter.
6) Beri alur pada potongan cincin tadi sebanyak 2 buah pada kedua ujungnya
menggunakan pahat. Alur yang seperti sambungan bibir lurus berkait ini berfungsi
agar potongan-potongan cincin dapat mengunci satu sama lain.
7) Ambil 4 buah potongan cincin bekisting, rekatkan dan susun hingga menyerupai
bentuk persegi.
8) Lem rangkaian cincin tadi pada bagian bawah, tengah dan atas bekisting kolom.
9) Kemudian letakkan dan lem rangkaian bekisting kolom pada titik yang telah
ditentukan pada alas maket.
Gambar 4.8 Bekisting kolom yang telah jadi Gambar 4.9 Proses perakitan
Gambar 4.10 Contoh cincin kolom Gambar 4.11 Pembuatan cincin kolom
Langkah Kerja :
1) Ukur jarak bentangan balok di atas kolom yang telah berdiri
2) Catat panjang bentangan balok pada tiap sisi dan baris denah maket
3) Gambar pola ukuran-ukuran tersebut pada triplek 5mm yang masih utuh
4) Potong triplek yang sudah diberi pola dengan mesin belah
5) Rangkai potongan triplek di atas kolom. Pertama letakkan alas balok yang bertumpu
pada cincin atas kolom/ bibir atas kolom.
6) Letakkan bagian sisi balok, di atas alas balok yang telah dirangkai.
7) Tekan-tekan bagian balok yang telah direkatkan agar menyatu dan lurus, dan tunggu
hingga kering
8) Amplas sisi atas dan samping balok hingga halus dan rata.
Dokumentasi :
Gambar 4.12 Proses merangkai bekisting Gambar 4.13 Bekisting balok yang telah jadi
balok
Dokumentasi :
Langkah Kerja :
1) Ukur dimensi blok/bukaan yang akan diberi plat.
2) Gambar pola plat berdasarkan ukuran yang didapat pada langkah (1) di atas triplek
5mm
3) Potong pola tersebut menggunakan mesin belah
4) Letakkan lembaran tersebut pada blok yang telah ditentukan
5) Bila kurang pas, silahkan gosok sisi plat triplek menggunakan amplas
6) Jika sudah pas, beri lem pada sekeliling plat, lalu letakkan dan setel pada tempatnya
7) Jika terdapat celah antara plat dan balok, gunakan filler dengan mencampur serbuk
kayu dan lem Fox.
8) Rapikan dan tunggu hingga kering, lalu amplas bagian permukaannya sehingga rata
dan tampak menyatu dengan bekisting balok.
9) Ulangi langkah-langkah tersebut pada sisi lain maket.
Dokumentasi :
Dokumentasi :
5.1. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa proses praktek perancah dan bagesting yang dilakukan antara
lain :
1. Pengenalan alat dan bahan
2. Perancangan desain produk
3. Pemilihan bahan
4. Pengukuran dan pemotongan bahan
5. Pembuatan alas dasar
6. Penentuan layout pada alas
7. Perakitan bekisting kolom, balok dan perancah
8. Penghalusan bahan & pembersihan
5.2. Saran
Setelah melakukan praktek perancah dan bagesting disimpulkan bahwa tiap-tiap
pekerjaan dalam praktek tersebut harus direncanakan dengan baik dan sistematis. Hal ini
dimaksudkan agar proses pembuatan dan perakitan maket berjalan dengan baik dan lancar,
serta meminimalisir masalah, yang akan menghambat pekerjaan.
Selain itu kerjasama dan pembagian tugas antar anggota juga harus ditegaskan
dengan jelas di awal pekerjaan, agar tidak terjadi tumpang tindih pekerjaan atau kekosongan
sub-pekerjaan, misalnya: anggota yang memotong menjadi terlalu banyak, sedangkan
anggota yang merakit atau mengelem sedikit, sehingga terjadi penumpukan bahan dan
mengakibatkan kehilangan atau kesulitan mengelompokkan bahan.