Anda di halaman 1dari 7

Reformasi Indonesia

A. PEGERTIAN REFORMASI
Reformasi secara umum bararti perubahan terhadap suatu system yang telah ada
pada suatu masa. Di Indonesia, kata Reformasi umumnya merujuk pada gerakan
mahasiswa pada tahun1998 yang menjatuhkan kekuasaan presiden Soeharta atau
era setelah Orde baru. Kendati demikan, Kata Reformasi sendiri pertama-tama
muncul dari gerakan pembaruan di kalangan Gereja Kristen di Eropa Barat pada
abad ke-16,yang dipimpin oleh Marti luther, Ulrich Zwingli, Yohanes Calvin, dll.
B. TUJUAN REFORMASI
Tujuan reformasi tiada lain adalah untuk kesejahteraan rakyat. Namun selama 11
tahun pelaksnaan reformasi, kesejahteraan rakyat nyaris tidak berubah.
Keberhasilan reformasi lembaga politik dan kebebasan berekspresi tidak disertai
reformasi ekonomi sehingga belum mampu mengurangi kesenjangan sosial warisan
Orde Baru.
Perubahan positif yang terjadi masih bersifrat prosedular, belum membawa
perubahan secara substansial yang akhirnya serba paradosial. Demokrasi dan
desentralisasi berjalan maju, perubahan UUD 1945 menuju living constitution yang
dulu tabu kini dapat dilakukan. Tetapi, rakyat tetap tidak sejahtera. Reformasi yang
terjadi juga tidak menguatkan nilai-nilai keutamaan dalam masyarakat. Kejujuran,
kerja keras, semangat gotong royong, dan kebanggaan berbangsa justru semakin
melemah.
Menurut Budiman, Reformasi juga tidak merubah prilakupolitik para elite.Hal ini juga
disebabkan karena tidak adanya perubahan pelaku politik akibat tidak
adanyaperubahan pada struktur pemilik modal yang menyokong kebutuhan pelaku
politik. Mentalis kekerasan yang menjadi warisan Orde Baru juga belum hilang.
Kekerasan yang dulu dilakukan Negara sekarang justru merembet ke kelompok
kepentingan masyarakat sebagai pelakunya.[Commonwealth Life Perusahaan
Asuransi Jiwa Terbaik Indonesia] Menurut Rektor Universitas Indonesia Gumilar
Rusliwa Somantri, di sebagian mahasiswa masih ada idealisme. Akan tetapi, cara
memahami gerakan mahasiswa saat ini harus diletakan dalam situasi kekinian yang
problemnya sangat kompleks.
Mahasiswa saat ini tidak hanya menghadapi problem iternal di Indonesia, tetapi
persoalan global, resesi ekonomi di Amerika Serikat, juga menjadi problem riil yang
dihadapi mahasiswa. Oleh karenanya mahasiswa perlu diajak menggunakan
semangat mudanya untuk membangun gerakan nasional. Misalnya, gerakan
penghematan energi dan penanaman pohon yang akan bermanfaat untuk
perbaikan kualitas lingkungan.

C. DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF REFORMASI


Tanpa terasa bahwa usia reformasi sudah memasuki usia ke 11. Ditengah usianya
tersebut ternyata reformasi memiliki dua dampak sekaligus.
a.Dampak Positif
Yaitu reformasi telah menghasilkanmobilitas vertical, misalnya para politisi yang
dapat memasuki kancah politik pasca reformasi. Kyai, ustadz, aktivis organisasi, dan
kaum terpelajar kemudian memasuki kancah politik. Andaikan tidak ada reformasi,
maka sangat tidak mungkinseorang aktivis organisasi, pengusuha, dan bahkankyai
dapat menjadi bupati, gebernur apalagi menteri.
b.Dampak negative
yaitu reformasi telah menghasilkan banyak orang yang kemudian memasuki rumah
tahanan (rutan), karena kesalahan yang dilakukannya. Rutan pun kemudian
dimasuki oleh para terpelajar, kaum terdidik, para aktivis partai dan juga kaum
birokrat. Seandainya tidak ada reformasi, maka juga kecil kemungkinan kyai, aktivis
organisasi atau lainnya terjerat kasus politik seperti sekarang. Jadi reformasi
bermata dua: positif dan negatif.
Reformasi memang menjadi arena berbagai tarikan kepentingan. Tarikan politik
adalah yang paling menarik. Hingga saat ini pertarungan kepentingan begitu
tampak menonjol. Dalam masa reformasi maka sudah terdapat beberapa kali
pilihan umum. Benturan aturan pun juga tidak terhindarkan. Sebagai akibat
reformasi di bidang hukum, maka berbagai gugatan tentang produk politik juga
muncul luar biasa. Hal ini hampir tidak dijumpai di era Orde baru. Dalam sistem
otoriter, maka nyaris tidak dimungkinkan adanya gugatan politik oleh partai politik
yang kalah. Namun di era reformasi ini maka semuanya bisa melakukan gugatan
hukum terhadap persoalan politik. Yang terakhir, pasca pilpres tentunya adalah
gugatan terhadap keputusan KPU tentang penetapan daftar anggota legislatif
terpilih. Ketika Mahkamah Agung membatalkan keputusan KPU tersebut maka prokontra pun terjadi. Bahkan juga sudah sampai tahapan saling mengancam akan
mengerahkan massanya.
Negeri ini memang penuh paradoks. Anggota legislatif yang memiliki wewenang
untuk melakukan legislasi, membuat aturan, kebijakan dan hal-hal lain yang terkait
dengan perencanaan program pemerintah justru menjadi lembaga yang paling
banyak disorot karena banyaknya kasus korupsi. Kasus P2SEM adalah cermin bagi
semuanya bahwa ada sesuatu yang harus selalu dicermati terkait dengan program-

program pembangunan. Makanya melakukan pengawasan anggaran menjadi


sangat penting. Jika seperti ini, maka memberdayakan masyarakat untuk melek
anggaran dan pentingnya transparansi anggaran dirasakan sebagai sesuatu yang
sangat mendesak.
Oleh karena itu, agar didapati trust yang membudaya di masyarakat, maka
semuanya harus bersia-sekata untuk melawan berbagai penyimpangan terutama
yang terkait dengan program pemberdayaan masyarakat.

D. SYARAT-SYARAT REFORMASI
1. Suatu gerakan reformasi dilakukan karena adanya suatu penyimpanganpenyimpangan. Masa pemerintahan Orde Baru banyak terjadi penyimpangan,
misalnya asas kekeluargaan menjadi nepotisme, kolusi dan korupsi yang tidak
sesuai dengan makna dan semangat Pembukaan UUD 1945 serta batang tubuh
UUD 1945.
2. Suatu gerakan reformasi dilakukan harus dengan suatu cita-cita yang jelas atau
landasan ideologis tertentu (dalam hal ini Pancasila sebagai ideologi bangsa dan
negara Indonesia). Tanpa landasan ideologis yang jelas, maka gerakan reformasi
akan mengarah pada anarkisme, disintegrasi bangsa, dan akhirnya jatuh pada
suatu kehancuran bangsa dan negara Indonesia, sebagaimana yang terjadi di Uni
Sovyet dan Yugoslavia.
3. Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasar pada suatu kerangka
structural tertentu (dalam hal ini UUD) sebagai kerangka acuan reformasi.
Reformasi pada prinsipnya merupakan gerakan untuk mengadakan suatu
perubahan untuk mengembalikan pada suatu tatanan struktural yang ada karena
adanya suatu penyimpangan. Maka reformasi akan mengembalikan pada dasar
serta sistem negara demokrasi bahwa kedaulatan adalah di tangan rakyat
sebagaimana terkandung dalam pasal 1 ayat (2). Reformasi harus mengembalikan
dan melakukan perubahan ke arah sistem negara hukum dalam arti yang
sebenarnya sebagaimana terkandung dalam penjelasan UUD 1945, yaitu harus
adanya perlindungan hak-hak asasi manusia, peradilan yang bebas dari penguasa,
serta legalitas dalam arti hukum. Oleh karena itu, reformasi sendiri harus
berdasarkan pada kerangka hukum yang jelas. Selain itu, reformasi harus diarahkan
pada suatu perubahan ke arah transparansi dalam setiap kebijaksanaan dalam
setiap kebijaksanaan dalam penyelenggaraan negara karena hal tersebut
merupakan manifestasi bahwa rakyatlah sebagai asal mula kekuasaan negara dan
untuk rakyatlah segala aspek kegiatan negara.
4. Reformasi dilakukan ke arah suatu perubahan ke arah kondisi serta keadaan yang
lebih baik, Perubahan yang dilakukan dalam reformasi harus mengarah pada suatu
kondisi kehidupan rakyat yang lebih baik dalam segala aspeknya, antara lain di

bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, serta kehidupan beragama. Dengan kata
lain, reformasi harus dilakukan ke arah peningkatan harkat dan martabat .rakyat
Indonesia sebagai manusia.
5. Reformasi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etika sebagai manusia yang
Berketuhanan Yang Maha Esa, serta terjaminnya persatuan dan kesatuan bangsa.

E. HASIL REFORMASI
Hasil Reformasi Terasa 20 Tahun Lagi
Cendekiawan Prof Dr Nurcholish Madjid (Cak Nur) memaparkan siklus 20 tahunan
dalam sejarah modern bangsa Indonesia ketika berbicara di depan mahasiswa
Indonesia di Kairo, Senin malam. Menurut Cak Nur, sejarah Indonesia mempunyai
siklus 20 tahunan, dimulai sejak berdirinya Boedi Oetomo 1905 yang kemudian
menghasilkan Sumpah Pemuda 1928. Berdasarkan teori siklus itu, Cak
Nur memprediksi bahwa buah reformasi 1998 baru akan dirasakan bangsa
Indonesia 20 tahun mendatang. "Proses reformasi itu memiliki dimensi waktu. Jadi,
kita akan mengetahui hasil reformasi ini 20 tahun lagi," Banyak kalanganyang
menginginkan hasil reformasi secepatnya. Hal itu dianggapnya sebagai kesalah
pahaman. "Padahal, proses reformasi itu berjenjang, dan sekitar 2025 baru kita
mengetahui hasilnya.
Proses perkembangan sejarah Indonesia modern mulai berdirinya Boedi Oetomo
pada1905 hingga munculnya tuntutan reformasi dengan jatuhnya Soeharto, Mei
1998."Boedi Oetomo merupakan pijakan awal proses berdirinya negara Indoneia
modern.
Perjuangan itu melahirkan Sumpah Pemuda 23 tahun kemudian, yaitu pada 1928.
Proses itu berlangsung terus hingga kemerdekaan Indonesia pada 1945, juga 23
tahun kemudian.
F. Pandangan pancasila terhadap reformasi Pancasila Sebagai Dasar Cita-Cita
Reformasi
Rumusan Pancasila sebagai dasar filosofi dan sekaligus sumber ideologi negara
Indonesia sebenarnya cukup mantap secara teoretik konstitusional. Kemasan

formulasi Pancasila yang singkat, tetapi meliputi seluruh aspek kehidupan, adalah
sebuah kreasi agung yang pernah diciptakan pendiri negara ini. Namun dasar
filosofi yang dahsyat ini gagal diterjemahkan untuk mencapai tujuan kemerdekaan,
berupa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam perjalanan sejarah Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia, sebagai
pandangan hidup bangsa Indonesia, nampaknya tidak diletakkan dalam kedudukan
dan fungsi yang sebenarnya. Pada masa Orde Lama, terjadi pelaksanaan negara
yang secara jelas menyimpang bahkan bertentangan, misalnya Manipol Usdek dan
Nasakom yang bertentangan dengan Pancasila, pengangkatan Presiden seumur
hidup, serta praktek-praktek kekuasaan diktator. Pada masa Orde Baru, Pancasila
digunakan sebagai alat legitimasi politik oleh penguasa, sehingga kedudukan
Pancasila sebagai sumber nilai dikaburkan dengan praktek kebijaksanaan pelaksana
penguasa negara. Misalnya, setiap kebijaksanaan penguasa negara senantiasa
berlindung di balik ideologi Pancasila, sehingga mengakibatkan setiap warga negara
yang tidak mendukung kebijaksanaan tersebut dianggap bertentangan dengan
Pancasila. Asas kekeluargaan sebagaimana terkandung dalam nilai Pancasila
disalahgunakan menjadi praktek nepotisme sehingga merajalela kolusi dan korupsi.

Oleh karena itu, gerakan reformasi harus tetap diletakkan dalam perspektif
Pancasila sebagai landasan cita-cita dan ideologi (Hamengkubuwono X, 1998: 8).
Sebab, tanpa adanya suatu dasar nilai yang jelas, suatu reformasi akan mengarah
pada suatu disintegrasi, anarkisme, brutalisme, serta pada akhirnya menuju pada
kehancuran bengsa dan negara Indonesia. Pada hakikatnya, reformasi dalam
perspektif Pancasila harus berdasarkan pada nilai-nilai antara lain :
a.Ketuhanan yang maha esa
Reformasi yang Berketuhanan Yang Maha Esa berarti bahwa suatu gerakan ke arah
perubahan harus mengarah pada suatu kondisi yang lebih baik bagi kehidupan
manusia sebagai makhluk Tuhan. Manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa
pada hakikatnya adalah sebagai makhluk yang sempurna yang berakal budi,
sehingga senantiasa bersifat dinamis yang selalu melakukan suatu perubahan ke
arah kehidupan yang lebih baik. Oleh karena itu, reformasi harus berlandaskan
moral religius dan hasil reformasi harus meningkatkan kehidupan keagamaan.
Reformasi yang dijiwai nilai-nilai religius tidak membenarkan pengrusakan,
penganiayaan, merugikan orang lain, serta bentuk-bentuk kekerasan lainnya.
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab
Reformasi yang berkemanusiaan yang adil dan beradab berarti bahwa reformasi
harus dilakukan dengan dasar-dasar nilai martabat manusia yang beradab. Oleh

karena itu, reformasi harus dilandasi oleh moral yang menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, bahkan reformasi mentargetkan ke arah penataan kembali suatu
kehidupan negara yang menghargai harkat dan martabat manusia yang secara jelas
menghargai hak-hak asasi manusia. Reformasi menentang segala praktek
eksploitasi, penindasan oleh manusia terhadap manusia lain atau oleh suatu
golongan terhadap golongan lain, bahkan oleh penguasa terhadap rakyatnya. Untuk
bangsa yang majemuk seperti bangsa Indonesia, semangat reformasi yang
berdasar pada kemanusiaan menentang praktek-praktek yang mengarah pada
diskriminasi dan dominasi sosial, baik alasan perbedaan suku, ras, asal-usul,
maupun agama. Reformasi yang dijiwai nilai-nilai kemanusiaan tidak membenarkan
perilaku yang biadab, seperti membakar, menganiaya, menjarah, memperkosa, dan
bentuk-bentuk kebrutalan lainnya yang mengarah pada praktek anarkisme.
Reformasi yang berkemanusiaan pun harus memberantas sampai tuntas masalah
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN), yang telah sedemikian menakar pada
kehidupan kenegaraan pemerintahan Orde Baru.
c. Persatuan Indonesia
Semangat reformasi harus berdasarkan pada nilai persatuan, sehingga reformasi
harus menjamin tetap tegaknya negara dan bangsa Indonesia. Reformasi harus
menghindarkan diri dari [raktek-praktek yang mengarah pada disintegrasi bangsa,
upaya separatisme, baik atas dasar kedaerahan, suku, maupun agama. Reformasi
memiliki makna menata kembali kehidupan bangsa dalam bernegara, sehingga
reformasi harus mengarah pada lebih kuatnya persatuan dan kesatuan bangsa, dan
reformasi juga harus senantiasa dijiwai asas kebersamaan sebagai suatu bangsa
Indonesia.

d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan


perwakilan.
Semangat dan jiwa reformasi harus berakar pada asas kerakyatan karena
permasalahan dasar gerakan reformasi adalah pada prinsip kerakyatan. Penataan
kembali secara menyeluruh dalam segala aspek pelaksanaan pemerintahan negara
harus meletakkan kerakyatan sebagai paradigmanya. Rakyat adalah asal mula
kekuasaan negara yang benar-benar bersifat demokratis, artinya rakyatlah sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara. Oleh karena itu, semangat reformasi
menentang segala bentuk penyimpangan demokratis, seperti kediktatoran (baik
yang bersifat langsung maupun tidak langsung), feodalisme, maupun,
totaliterianisme. Asas kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
menghendaki terwujudnya masyarakat demokratis. Kecenderungan munculnya
diktator mayoritas melalui aksi massa harus diarahkan pada asas kebersamaan
hidup rakyat agar tidak mengarah pada anarkisme. Oleh karena itu, penataan
kembali mekanisme demokrasi seperti pemilihan anggota DPR, MPR, pelaksanaan

Pemilu beserta perangkat perundang-undangan, pada hakikatnya adalah untuk


mengembalikan tatanan negara pada asas demokrasi yang bersumber pada
kerakyatan sebagaiman terkandung dalam sila keempat Pancasila.
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Visi dasar reformasi haruslah jelas, yaitu demi terwujudnya keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Gerakan reformasi yang melakukan perubahan dan
penataan kembali dalam berbagai bidang kehidupan negara harus bertujuan untuk
mewujudkan tujuan bersama sebagai negara hukum yaitu Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itu, hendaklah disadari bahwa gerakan
reformasi yang melakukan perubahan dan penataan kembali pada hakikatnya
bukan hanya bertujuan demi perubahan itu sendiri, melainkan perubahan dan
penataan demi kehidupan bersama yang berkeadilan. Perlindungan terhadap hak
asasi, peradilan yang benar-benar bebas dari kekuasaan, serta legalitas dalam arti
hukum harus benar-benar dapat terwujudkan, sehingga rakyat benar-benar
menikmati hak serta kewajibannya berdasarkan prinsip-prinsip keadilan hukum
terutama aparat pelaksana dan penegak hukum adalah merupakan target reformasi
yang mendesak untuk terciptanya suatu keadilan dalam kehidupan rakyat
Kesimpulan
Dalam perspektif Pancasila, gerakan reformasi merupakan suatu upaya untuk
menata ulang dengan melakukan perubahan-perubahan sebagai realisasi
kedinamisan dan keterbukaan Pancasila dalam kebijaksanaan dan penyelenggaraan
negara. Sebagai suatu ideologi yang bersifat terbuka dan dinamis, Pancasila harus
mampu mengantisipasi perkembangan zaman, terutama perkembangan dinamika
aspirasi rakyat. Nilai-nilai Pancasila adalah ada pada filsafat hidup bangsa
Indonesia, dan sebagai bangsa, maka akan senantiasa memiliki perkembangan
aspirasi sesuai tuntutan zaman. Oleh karena itu, Pancasila sebagai sumber nilai,
memiliki sifat yang reformatif, artinya memiliki aspek pelaksanaan yang senantiasa
mampu menyesuaikan dengan dinamika aspirasi rakyat, yang nilai-nilai esensialnya
bersifat tetap, yaitu Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.

Anda mungkin juga menyukai