Anda di halaman 1dari 7

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Dasar Penyakit Gastritis
2.1.1. Definisi Gastritis
Gastritis adalah merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang
dapat bersipat akut, kronis difus, atau lokal (Priyanto & Lestari, 2008).
Gastritis terbagi dua, yaitu:
1. Gastritis akut
Gastritis akut merupakan proses inflamasi yang bersifat akut dan
biasanya terjadi sepintas pada mukosa lambung. Keadaan paling sering
berkaitan dengan penggunaan obat-obat anti-inflamasinonsteroid (khususnya,
aspirin) dalam waktu yang lama dan dengan dosis tinggi, konsumsi alkohol
yang berlebihan, dan perokok berat. Stres berat (luka baker, pembedahan),
iskemia,

dan

syok

juga

menyebabkan

gastritis

akut.

Seperti

hal

kemoterapiurimia, infeksi sistemik, tertelan zat asam atau alkali, iritasi


lambung, trauma mekanik dan gastrektomi distal (Robbins & Cotran,
2009).
2. Gastritis kronis
Penyebabnya tidak jelas, sering bersifa multifaktor dengan perjalanan
klinik yang bervariasi. Kelainan ini berkaitan erat dengan infeksi H.Pylor
( J.Reeves dkk, 2001).
2.1.2. Etiologi
Penyebab penyakit ini, antara lain:
a. Gastritis kronis Obat-obatan (aspirin) obat anti inflamasi nonsteroid
(AINS).
b. Alkohol.
c. Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung : trauma, luka bakar, sepsis.
Secara makroskopik terdapat lesi erosi mukosa dengan lokasi berbeda. Jika

ditemukan pada korpus dan fundus, Biasanya di sebabkan oleh stress. Jika
disebabkan oleh obat-obatan AINS, terutama ditemukan di daerah antrum,
namun dapat juga menyeluruh. Sedangkan secara mikroskopik, terdpat
erosi dengan regenerasi epitel, dan ditemukan, dan ditemukan reaksi sel
inflamasi neorofil yang minimal (Arif Mansjoer,2000).
2.1.3. Manifestasi klinis
Sindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung
muntah, merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan
pula pendaraan saluran cerna berupa hematemesis dan melena kemudian
disusul dengan tanda-tanda anemia pasca pendarahan. Biasanya jika
dilakukan anamesis lebih dalam terdapat riwayat penggunaan obat-obatan
atau bahan kimia tertentu (Arif Mansjoer, 2000).
2.1.4. Komplikasi
Pendarahan Pendarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa
hematemesis dan melena, dapat berakhir syok hemoragik. Untuk
pendarahan SCBA, perlu dibedakan dengan tukak

peptik. Gambaran

klinis yang diperlihatkan hampir sama. Namun pada tukak peptik penyebab
utamanya adalah infeksi helicobacterium H.Pylori, sebesar 10 % pada
tukak duodenum dan 60-90 % pada tukak lambung. Diagnosis pasti
dapat ditegakan dengan endoskopi (Arif Mansjoer, 2000).
2.1.5. Pencegahan
Pencegahan utama dari gastritis adalah dengan menjaga
keseimbangan zat yang ada dalam lambung misalnya dengan mengatur
pola makan yang teratur dan tidak mengkonsumsi obat-obatan dalam
jangka waktu lama, alkohol, atau zat kimia lain yang dapat merusak
dinding lambung. Sebaiknya dihindari makanan dengan rasa asam dan
pedas (Handriani Kristanti, 2009).

2.1.6. Penatalaksanaan
Faktor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya. Diet
lambung, dengan porsi kecil dan sering. Obat-obatan H2. inhibator pompa
proton antikolinergik, dan antacid. Juga ditujukan sebagai sitoprotektor
Penyebabnya tidak jelas, sering bersifat multifaktor dengan perjalanan
klinik yang bervariasi. Kelainan ini berkaitan erat dengan H.Pylori
(Brunner & Suddarth, 2002).
2.2. Pengetahuan
2.2.1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan
terjadi melalui pancaindra, penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan dan kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior, karena dari
pengalaman dan penelitian ternyata prilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng daripada prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Penelitian

Roger

(1974)

mengungkapkan

bahwa

sebelum

orang

mengadopsi prilaku baru (berprilaku baru), di dalam diri seseorang tersebut


terjadi proses berurutan, yakni:
a.

Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti


mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b.

Interest (merasa tertarik), terhadapstimulasi atau objek tersebut, disini


sikap subjek sudah mulai timbul.

c.

Evaluation (menimbang-nimbang), terhadap baik dan tidaknya


stimulus bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik
lagi.

d.

Trial (mencoba), dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu


sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e.

Adoption, dimana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan


pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

2.2.2. Ruang Lingkup Tingkat Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yang
dicakup di dalam domain yakni:
a. Tahu (know)
Tahu artinya sebagian mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) suatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (comprehension)
Memahami artinya
menjelaskan

sebagi suatu

kemampuan

untuk

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar.


c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampun untuk menggunakan
materi yang sudah dipelajari pada situasi atau kondisi yang real
(sebenarnya).
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk
menyusun formulasin baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi

berkaitan

dengan kemampuan

untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.


2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
a. Pendidikan
Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima
informasi sehingga makin banyak pula pengetahun yang dimiliki.
Sebaliknya pendidikan yang kurang menghambat perkembangan sikap
seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
b. Pekerjaan
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak
merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak
tantangan.
c. Umur
Umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang
tahun. Tiap jenis pengetahuan pada dasarnya menjawab jenis pertanyaan,
tertentu yang dianjurkan, oleh sebab itu agar kita dapat memanpaatkan
segenap pengetahuan kita secara maksimal maka harus kita ketahui
jawaban apa saja yang mungkin bisa diberikan oleh suatu pengetahuan
tertentu. Atau dengan kata lain, perlu kita ketahui kepada pengetahuan
mana suatu pertanyaan tertentu harus kita ajukan. Setiap jenis
pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontology),

10

bagaimana (epistemeology) dan untuk apa (oksiology). (Suriasumantri,


2003).
2.3.

Tindakan (Practice)
2.3.1.

Pengertian
Tindakan adalah suatu sikap yang belum otomatis terwujud dalam

suatu tindakan (overt behavior) untuk mewujudkan sikap menjadi suatu


perbuatan nyata diperlukan faktor-faktor pendukung atau suatu kondisi
yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas, juga diperlukan faktor
pendukung (support) dari pihak lain.
2.3.2.

Pembagian Tingkatan Tindakan


Adapun tindakan ini mempunyani beberapa tingkatan sebagai

berikut :
a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil adalah merupakan tindakan tingkat
pertama .
b. Respon (guided respon)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan
sesuai dengan contoh adalah merupakan tindakan tingkat kedua.
c. Mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar
secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasan maka ia
sudah mencapai tindakan tingkat ketiga.
d. Adopsi (adaption)
Adposi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah bekembang
dengan baik artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2003).

11

2.4. Hasil penelitian terkait dengan penyakit gastritis


Menurut penelitian yang dilakukan oleh Prayuda (2001) di RSUD 45
kuningan propinsi Jawa Barat mengatakan bahwa sebanyak 57,38%
responden adalah perempuan. Umur responden sebagian besar 45,90%
berumur 45 tahun keatas pendidikan yang paling banyak 68,85% SLTP
kebawah.

Penenilaian responden tentang mutu makanan yang disajikan

sudah baik. Lama perawatan kurang dari lima hari (54,10%). Hasil uji
statistik menunjukan bahwa karakteristik pasien, makanan, kelas perawatan,
lama perawatan dan makanan dari luar tidak ada hubungan yang bermakna
dengan tingkat konsumsi makanan.
Mutu makanan lunak dari Rumah Sakit baik, sebagian besar responden
belum bisa beradaptasi dengan lingkungan Rumah Sakit. Sebanyak 67,21
responden makan makanan dari luar Rumah Sakit, sebanyak 50,82%
responden mempunyai selera makan baik. Tingkat konsumsi makanan lunak
Rumah Sakit pasien 50,82% sudah baik. Untuk perbaikan pelayanan gizi
Rumah Sakit perlu meningkatkan mutu makanaan yang lebih baik dengan
cara meningkatkan keterampilan juru masak, membuat standar resep yang
baku. Penerangan diet untuk pasien dan keluarga pasien dilakukan secara
rutin

Anda mungkin juga menyukai