Anda di halaman 1dari 30

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1; Latar Belakang

Sejarah perkembangan kehidupan kenegaraan Indinesia mengalami suatu


perubahan dan perkembangan yang sangat besar terutama yang berkaitan dengan
gerakan reformasi. Namun demikian setelah kurang lebih tujuh belas tahun
bangsa Indonesia melakukan reformasi di segala bidang, fakta menunjukkan
terjadinya carut-marut dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara. Meskipun
proses demokratisasi melalui apsek normatif kenegaraan telah banyak dilakukan
setelah reformasi, namun secara ensensial pengertian kekuasaan di tangan rakyat
masih bersifat semu, karena dalam kenyataannya, kalangan elit politiklah yang
mengenyam kebebasan. Fakta menunjukkan bahwa untuk berpartisipasi dalam
kekuasaan politik baik eksekutif maupun legislatif, nampaknya berkolerasi positif
dengan biaya yang sangat tinggi, sehingga seperti ini rakyat kecil sulit untuk
berpastisipasi1.
Kaburnya pengertian bernegara pada warga negara merupakan kenyataan
pahit yang kita lihat pada era reformasi dewasa ini. Banyak elemen dman
kelompok masyarakat yang mengembangkan potensinya, namun tidak jarang
mengarah pada gerakan separatis yang mengoyahkan persatuan dan kesatuan
bangsa dan negara indonesia.

1 Kaelan dan Achmad Zubaidi, Pendidikan Kewarganegaraan, Paradigma, 2012,hal vii

Selanjutnya, nilai-nilai perjuangan bangsa Indonesia Fisik merebut,


mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan telah mengalami pasang surut sesuai
dengan dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Semangat
perjuangan bangsa telah mengalami penurunan pada titik yang kritis. Hal ini
disebabkan antara lain adalah globalisasi, yang ditandai oelh pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang informasi,
komunikasi, dan transportasi, membuat dunia menjadi trasnparan seolah-olah
menjadi sebuah kampung tanpa mengenal batas negara. Kondisi ini akan
mempengaruhi struktur baru, yaitu struktur global. Kondisi ini akan
mempengaruhi struktur dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
di Indonesia, serta akan mempengaruhi pola pikir, sikap, dan tindakan masyarakat
Indonesia. Pada akhirnya, kondisi tersebut akan mempengaruhi kondisi mental
spiritual bangsa Indonesia.
Semangat perjuangan bangsa yang merupakan kekuatan mental spiritual
telah melahirkan kekuatan yang luar biasa dalam masa perjuangan fisik,
sedangkan dalam menghadapi globalisasi dan menatap masa depan untuk mengisi
kemerdekaan , kita memerlukan Perjuangan Non Fisik sesuai dengan profesi
masing-masing. Perjuangan ini pun dilandasi oleh nilai-nilai perjuangan bangsa
Indonesia, sehingga kita tetap memiliki wawasan dan kesadaran bernegara, sikap
dan perilaku yang cinta tanah air, dan mengutamakan persatuan serta kesatuan
bangsa dalam rangka bela negara demi tetap utuh dan tegaknya NKRI2.

2 Kaelan dan Achmad Zubaidi, Pendidikan Kewarganegaraan, Paradigma, 2012


2

Perjuangan Non Fisik sesuai dengan profesi masing-masing tersebut


memerlukan sarana kegiatan pendidikan bagi setiap warga negara Indonesia ,
yaitu melalui Pendidikan Kewarganegaraan.
Pendidikan Kewarganegaraan yang dahulunya dikenal dengan pendidikan
kewiraan, adalah materi perkuliahan yang menyangkut pemahaman tentang
persatuan dan kesatuan, kesadaran warga negara dalam bernegara, yang meliputi
filsafat Pancasila sebagai dasar falsafah bangsa dan negara, demokrasi Indonesia,
rule of law, hak dan kewajiban warga negara dan lain-lain. Serta pendidikan bela
negara yang tertuang dalam surat keputusan DIKTI NO.43/DIKTI/20063.

3 Sumarsono dan Agus susarso, Pendidikan kewarganegaraan, Gramedia Pustaka Utama,2012,


hal 1

1.2; Rumusan masalah


1; Apa latar belakang mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan ?
2; Apa sumber hukum Pendidikan kewarganegaraan ?
3; Apa tujuan mempelajari pendidikan Kewarganegaraan ?
4; Apa pengertia,sejarah, dan filsafat serta makna dari Pancasila ?

1.3; Tujuan

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah :


1;

Memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

2;

Diharapkan mahasiswa mengetahui, memahami, dan dapat mengamalkan


nilai-nilai etika di kalangan atau di dalam aktivitas mahasiswa yang
didapat dari Pendidikan Kewarganegaraan.

BAB 1I

PEMBAHASAN

2.1; Pengertian dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Pengertian Kewarganegaraan dan Pendidikan Kewarganegaraan

Istilah kewarganegaraan memiliki arti keanggotaan yang menunjukkan


hubungan atau ikatan antara negara dan warga negara. Kewarganegaraan diartikan
segala jenis hubungan dengan suatu negara yang mengakibatkan adanya
kewajiban negara itu untuk melindungi orang yang bersangkutan. Adapun
menurut

Undang-Undang

Kewarganegaraan

Republik

Indonesia,

kewarganegaraan adalah segala ikhwal yang berhubungan dengan negara.


Pengertian kewarganegaraan dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
a). Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan sosiologis
Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan
hukum anatara orang-orang dengan negara.
Kewarganegaraan dalam arti sosiologis, tidak ditandai dengan ikatan
hukum, tetapi ikatan
ikatan

nasib,

emosional, seperti ikatan perasaan, ikatan keturunan,


ikatan

sejarah,

dan

ikatal

tanah

air4.

menunjukkan

pada

tempat

b). Kewarganegaraan dalam arti formil dan materil.

Kewarganegaraan

dalam

arti

formil

kewarganegaraan. Dalam sistematika hukum, masalah kewarganegaraan berada


pada hukum publik.
4 rahmat surjana latar belakang pendidikan kewarganegaraan, diakses dari http://
wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/02, pada tanggal 1 maret 2015 pukul 20.00

Kewarganegaraan dalam arti materil menunjukkan pada akibat hukum dari


status kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban warga negara
Pendidikan Kewarganegaraan sering disebut sebagai civic education,
citizenship,education, dan bahkan ada menyebut dengan sebagai democracy
education. Mata kuliah ini memiliki peranyang stategis dalam mempersiakan
warga Negara yang cerdas, bertanggung jawab dan berkeadaban. Berdasarkan
rumusan Civic Internasional (1995), disepakati bahwa pendidikan demokrasi
penting bagi partumbuhan civic cultural, untuk keberhasilan pengembangan dan
pemeliharaan pemerintahan demokrasi (Mansoer,2005).
Berdasakan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003,
tentang Sistem Pendididikan Nasional, serta surat keputusan Direktur Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan nasional nomor 43/DIKTI/Kep/2006,
tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Kelopok Mata kuliah Pengemban
Kepribadian di peguruan Tinggi terdiri atas mata kuliah Pendidikan Agama,
Pendidikan Kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia5. Berdasarkan ketentuan
tersebut maka kelompok mata kuiah pengembanga kepribadian tersebut wajib
diberikan di semua fakults dan jurusaan di seluruh penguruan tinggi di Indonesia6.
.Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengingatkan kita akan
pentingnya nilai-nilai hak dan kewajinan suatu warga negara agar setiap hal yang
di kerjakan sesuai dengan tujuan dan cita-cita bangsa dan tidak melenceng dari
apa yang di harapkan. Karena di nilai penting, pendidikan ini sudah di terapkan
5 Bellynyamutipendidikan kewarganegaraan, diakses dari
http://bellynyamuti.blogspot.com/2102/04, pada tanggal 1 maret 2015
6 Kaelan dan Ahcmad Zubaidi, Pendidikan Kewarganegaraan, Paradigma, 2007, hal 1

sejak usia dini di setiap jejang pendidikan mulai dari yang paling dini hingga pada
perguruan tinggi agar menghasikan penerus penerus bangsa yang berompeten
dan siap menjalankan hidup berbangsa dan bernegara.
Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan
terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan
menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan
kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa
dan negara.
B. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Berdasarkan keputusan DIRJEN DIKTI No. 43/DIKTI/Kep/2006,
tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah dirumuskan dalam visi, misi dan
kompetensi sebagai berikut,
Visi Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi adalah
merupakan sebuah pedoman dalam pengembangan dan penyelengaraan program
studi, guna mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai
manusia seutuhnya. Visi pendidikan kewarganegaraan di Perguruan Tinggi adalah
untuk membentuk mahasiswa memantapkan kepribadiannya, agar secara
konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila, rasa kebangsaan dan
cinta tanah air dalam menguasai, menerapkan, dan mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni dengan rasa tanggung jawab dan bermoral. Oleh
karena itu, kompetensi yang diharapkan mahasiswa adalah untuk menjadi
ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air,

demokratis, dan berkeadaban serta memiliki daya saing, berdisiplin, berpartisipasi


aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasaran sistem nilai Pancasila.7

2.2 Latar Belakang Mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan


Perjalanan panjang sejarah Bangsa Indonesia sejak era sebelum dan
selama penjajahan ,dilanjutkan era merebut dan mempertahankan kemerdekaan
sampai dengan mengisi kemerdekaan, menimbulkan kondisi dan tuntutan yang
berbeda-beda sesuai dengan zamannya. Kondisi dan tuntutan yang berbeda-beda
diharap bangsa Indonesia berdasarkan kesamaan nilai-nIlai kejuangan bangsa
yang dilandasi jiwa, tekad dan semangat kebangsaan. Semangat perjuangan
bangsa yang tidak mengenal menyerah harus dimiliki oleh setiap warga negara
Republik Indonesia.
Semangat perjuangan bangsa mengalami pasang surut sesuai dinamika
perjalanan kehidupan yang disebabkan antara lain pengaruh globalisasi yang
ditandai dengan pesatnya perkembangan IPTEK, khususnya dibidang informasi,
Komunikasi dan Transportasi, sehingga dunia menjadi transparan yang seolaholah menjadi kampung sedunia tanpa mengenal batas negara. Kondisi yang
demikian menciptakan struktur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara Indonesia serta mempengaruhi pola pikir, sikap dan tindakan
masyarakat Indonesia. Semangat perjuangan bangsa indonesia dalam mengisi
kemerdekaan dan menghadapi globalisasi. Warga negara Indonesia perlu memiliki
wawasan dan kesadaran bernegara, sikap dan perilaku, cinta tanah air serta
7 Kaelan dan Achmad Zubaidi, Pendidikan Kewarganegaraan, Paradigma, 2012
8

mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka bela negara demi
utuh dan tegaknya NKRI.
Setiap warga negara hakekatnya dituntut untuk dapat hidup berguna dan
bermakna bagi negara dan bangsanya. Untuk itu diperlukan bekal ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) yang berlandaskan pada nilai-nilai
agama, moral dan budaya bangsa. Fungsinya adalah sebagai panduan dan
pegangan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam
konteks Pendidikan Kewarganegaraan nilai budaya bangsa menjadi pijakan
utama, karena tujuan pembelajaran ialah untuk menumbuhkan wawasan dan
kesadaran bernegara, juga sikap dan perilaku cinta tanah air yang bersendikan
budaya bangsa.
Pendidikan

materi

atau

akademis

diberikan

mahasiswa

untuk

melaksanakan tugasnya pada jurusan tertentu agar dapat turut memajukan bangsa
dalam pembangunan nasional. Pihak Universitas berfungsi untuk menyediakan
atau memfasilitasi mahasiswa menjadi seorang yang mandiri, terpelajar, bermoral,
dan beretika. Universitas dan fakultas berkewajiban untuk mengatur kurikulum
sedemikian rupa agar dapat memasukan kuliah pendidikan kewarganegaraan di
awal masa perkuliahan mahasiswa. Karena itulah digunakan sebuah metode
dimana pada awal sebelum mahasiswa menerima materi akademis, diperlukan
materi kuliah umum seperti pendidikan kewarganegaraan. Hal ini penting
dilakukan mengingat mahasiswa sebagai komponen vital dari gerakan reformasi
merupakan aset paling potensial dan strategis bagi proses transformasi demokrasi
Indonesia kini dan mendatang.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ada 3 hal yang


melatarbelakangi pentingnya pendidika kewarganegaraan, diantaranya :
1; Perkembangan

globalisasi

diantaranya

perkembangan

teknologi,informasi dan komunikasi


Globalisasi merupakan perkembangan kontemporer yang mempunyai
pengaruh dalam mendorong munculnya berbagai kemungkinan tentang perubahan
dunia yang akan berlangsung. Pengaruh globalisasi dapat menghilangkan berbagai
halangan dan rintangan yang menjadikan dunia semakin terbuka dan saling
bergantung satu sama lain. Bisa dibilang bahwa globalisasi membawa perspektif
baru tentang konsep "Dunia Tanpa Batas" yang saat ini menjadi realita dan sangat
mempengaruhi perkembangan budaya dan membawa perubahan baru.
Jadi ada beberapa pengaruh globalisasi terhadap bangsa indonesia yang
menyebabkan pentingnya kewarganegaraan, diantaranya :
1. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat
membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan
berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut
terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang
2. Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri
sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat
yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
3. Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam
negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola,

10

Pizza Hut,dll.)

membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap

produk dalam negeri

menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme

masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.


4. Munculnya

sikap

individualisme

yang

menimbulkan

ketidakpedulian

antarperilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak


akan peduli dengan kehidupan bangsa.
5.Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan
miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut
dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat
mengganggu kehidupan nasional bangsa
Jadi dengan Penanaman rasa cinta tanah air harus dilakukan, salah satunya adalah
dengan pendidikan kewarganegaraan.

2; Bangsa indonesia merupakan bagian dari bangsa di dunia

sehingga

menyebabkan

terjadinya

eksploitasi,relasi

dan

interverensi dari negara luar.


Disini pendidikan kewarganegaraan berguna untuk bagaimana bagnsa
indonesia mempertahankan ideologi bangsa agar tidak mudah terpengaruh dari
negara lain. Sebagai contoh : Amerika serikat telah melakukan inteversi militer ke
negara lain diantaranya Irak, Somalia , Afganistan.

3; Pengaruh dalam masyarakat itu sendiri seperti perbedaan

suku,agama,bahasa,dan kebudayaan.

11

Dengan adanya perbedaan tersebut dapat mempengaruhi ideologi suatu bangsa,


dengan adanya pendidikan kewarganegaraan , masyarakat indoneasia dapat
Menghargai Persamaan Kedudukan Warga Negara Tanpa Membedakan Ras,
Agama, Gender, Golongan, Budaya dan Suku.Sebagaimana kita ketahui,
semboyan bangsa Indonesia adalah Bhineka Tunggal Ika. Perbedaan yang ada
hendaknya tidak dianggap sebagai ancaman tetapi lebih merupa kan anugerah.
Untuk meningkatkan kesatuan dan persatuan diantara semua komponen bangsa,
maka perbedaan itu harus disikapi sedemikian rupa sehingga terjalin keserasian
hidup8.

2.3; Landasan

Ilmiah

dan

Landasan

Hukum

Pendidikan

Kewarganegaraan

1; Landasan Ilmiah
a; Dasar pemikiran Pendidikan Kewarganegaraan

Setiap warga Negara dituntut untuk hidup bergun dan bermakna bagi
bangsa dan Negara, serta mampu mengantisipasi perkembangan dan
perubahan masa depannya. Untuk itu diperlukan penguaasaan ilmu
penegtahuan, teknologi dan seni (ipteks) yang berlandasan nilai-nilai
keaganmaan, nilainilai

moral, nilai kemanusian dan nilai-nilai

budaya bangsa. Nilai-nilai dasar tersebut, berperan sebagai panduan


dan pegangan hidup setiap warga negara dan dalam berkehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bahasan Pendidikan
Kewarganegaraan meliputi hubungan antara warga negara dan negara,
8 latar belakang pendidikan kewarganegaraan diakses dari http://
wartawarta.gunadarma.ac.id/2010/02. Diakses pada 1 maret 2015 pukul 19.00

12

serta pendidikan pendahuluan bela negara yang semua ini berpijak


pada nilai-nilai budaya serta dasar filosofi bangsa.
b; Objek Pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan

Objek pembahasan pendidikan kewarganegaraan menurut keputusan


Dirjen Perguruan Tinggi No.43/DIKTI/KEP/2006 dijabarkan lebih
rinci yang meliputi pokok-pokok pembahasan sebagai berikut,
1; Filsafat Pancasila
2; Identitas Nasional
3; Negara dan Konstitusi
4; Demokrasi Indonesia
5; Rule of Law dan HAM
6; Hak dan Kewajiban warga negara serta negara
7; Geopolitik Indonesia
8; Geostrategis Indonesia
c; Rumpun Keilmuan

Pendidikan Kewarganegaraan dapat disejajakan dengan Civics


Education yang dikenal di berbagai negara. Sebagai bidang studi
ilmiah, Pendidikan Kewarganegaraan bersifat antardisipliner (antar
bidang) bukan monodisipliner, karena kumpulan pengetahuan yang
membangun ilmu Kewarganegaraan ini diambil dari berbagai disiplin
ilmu. Oleh karena itu upaya pembahasan dan pengembangannya
memerlukan sumbangan dari berbagai disiplin ilmu yang meliputi ilmu
politik, hukum, filsafat, sosiologi, administrasi negara, ilmu ekonomi
pembangunan, sejarah perjuangan bangsa dan ilmu budaya.
2; Landasan Hukum
a; UUD 1945

13

1; Pembukaan UUD 1945, khusus pada alinea kedua dan empat, yang

memuat cita-cita tujuan dan aspirasi bangsa Indonesia tentang


kemerdekaannya.
2; Pasal 27 (1) menyatakan bahwa segala warga negara bersamaan

kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan serta wajib


menjunjung hukum dan pemeritahan itu dengan tidak ada
kecualinya
3; Pasal 30 (1) menyatakan bahwa tiap tiap warga negara berhak dan

wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara.


4; Pasal 31 (1) menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak

mendapatkan pengajaran.
b; Ketetapan MPR No. II/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan

Negara.
c; Undang-Undang No. 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan

Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia (UU No. 1


Tahun 1988)
1; Dalam Pasal 18 (a) disebutkan bahwa hak kewajiban warga negara

yang diwujudkan dengan keikutsertaan dalam upaya bela negara


diselenggaakan melalui pendidikan Pendahuluan Bela Negara
sebagai bagian tak terpisahkan dalam sistem Pendidikan nasional.
2; Dalam pasa 19 (2) disebutkan bahwa Pendidikan Pendahuluan Bela

Negara wajib diikuti oleh setiap warga negara dan dilaksanakan


scara bertahap.
d; UU No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dan

berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan Nasional No.232/U/2000


tentang pedoman penyusunan kurikulum pendidikan tinggi dan

14

penilaian hasil belajar mahasiswa dan Nomor 45/U/2002 tentang


kurikulum inti pendidikan tinggi telah ditetapkan bahwa pendidikan
agama,

pendidikan

bahasa

dan

pendidikan

kewarganegaraan

merupakan kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian, yang


wajib diberikan dalam kurikulum setiap progam studi atau kelompok
program studi
e; Adapun pelakasanaannya berdasarkan Surat Keputusan Direktur

Jendral

pendidikan

tinggi

Departemen

Pendidikan

Nasional

No.43/DIKTI/Kep/2006 yang memuat rambu-rambu pelaksanaan


kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian di perguruan
tinggi9.

2.4 Pancasila
2.4.1 Istilah dan Pengertian Pancasila
Secara etimologis istilah Pancasila berasal dari Sansekerta dari India (bahasa
kasta Brahmana) adapun bahasa rakyat biasa adalah bahasa Prakerta. Menurut
Muhammad Yamin, dalam bahasa sansekerta perkataan Pancasila memilki dua
macam arti secara leksikal yaitu
pancaartinya lima
syila

vokal

pendek

artinya

batu

sendi,

alas,

atau

dasar

syiila vokal i pendek artinya peraturan tingkah laku yang baik, yang penting
atau yang senonoh Kata-kata tersebut kemudian dalam bahasa Indonesia

9 Kaelan dan Achmad Zubaidi, Pendidikan Kewarganegaraan, Paradigma, 2012


Kaelan dan Achmad Zubaidi, Pendidikan Kewarganegaraan, Paradigma, 2006

15

terutama bahasa Jawa diartikan susila yang memilki hubungan dengan


moralitas.
Oleh karena itu secara etimologis kata Pancasila yang dimaksudkan
adalah adalah istilah Panca Syilla dengan vokal i pendek yang memilki makna
leksikal berbatu sendi lima atau secara harfiah dasar yang memiliki lima
unsur. Adapun istilah Panca Syiila dengan huruf Dewanagari i bermakna 5
aturan tingkah laku yang penting.
Pancasila merupakan ideologi dasar bagi negara Indonesia yang berasal
dari ajaran budha dalam kitab tripitaka dua kata: panca yang berarti lima dan syila
yang berarti dasar. Jadi secara leksikal Pancasia bermakna lima aturan tingkah
laku yang penting.
Pengertian Pancasila menurut Ir.Soekarno, Pancasila adalah jiwa bangsa
Indonesia yang turun-temurun sekian lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan
barat. Dengan demikian, Pancasila tidak hanya falsafah bangsa tetapi lebih luas
lagi yakni falsafah bangsa Indonesia.
2.4.2 Sejarah Lahirnya Pancasila
Istilah Pancasila telah dikenal sejak zaman Sriwijaya dan Majapahit
dimana nilai-nilai yang terkandung didalam Pancasila sudah diterapkan dalam
kehidupan kemasyarakatan maupun kenegaraan meskipun sila-silanya belum
dirumuskan secara konkrit. Istilah Pancasila telah dikenal sejak zaman Majapahit
sebagaimana tertulis dalam buku NegaraKertagama karangan Mpu Prapanca dan
buku Sutasoma karangan Mpu Tantular. Dalam buku Sutasoma karangan Mpu

16

Tantular, istilah Pancasila mempunyai arti berbatu sendi yang lima, pelaksanaan
kesusilaan yang lima. Istilah Pancasila sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yaitu
Panca berarti lima dan Sila berarti dasar atau asas.
Sesuai fakta sejarah, Pancasila tidak terlahir dengan seketika pada tahun 1945,
tetapi membutuhkan proses penemuan yang lama, dengan dilandasi oleh
perjuangan bangsa dan berasal dari gagasan dan kepribadian bangsa Indonesia
sendiri. Proses konseptualisasi yang panjang ini ditandai dengan berdirinya
organisasi pergerakan kebangkitan nasional, partai politik, dan sumpah pemuda.
Dalam usaha merumuskan dasar negara(Pancasila), muncul usulan-usulan pribadi
yang

dikemukakan

dalam

sidang

Badan

Penyelidik

Usaha

Persiapan

Kemerdekaan Indonesia antara lain:

MuhammadYamin , pada tanggal 29 Mei 1945 berpidato mengemukakan


usulannya tentang lima dasar sebagai berikut: Peri Kebangsaan, Peri
Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan
Rakyat. Dia berpendapat bahwa ke-5 sila yang diutarakan tersebut berasal
dari sejarah, agama, peradaban, dan hidup ketatanegaraan yang tumbuh
dan berkembang sejak lama di Indonesia. Mohammad Hatta dalam
memoarnya meragukan pidato Yamin tersebut.

Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 mengemukakan PancaSila sebagai


dasar negara dalam pidato spontannya yang selanjutnya dikenal dengan
judul

"Lahirnya

Pancasila".

Ir.

Sukarno

merumuskan

dasar

negara: Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme,-atau peri-kemanusiaan,


Mufakat atau demokrasi, Kesejahteraan sosial, KeTuhanan yang maha esa

17

Dari banyak usulan-usulan yang mengemuka, Ir. Soekarno berhasil


mensintesiskan dasar falsafah dari banyak gagasan dan pendapat yang disebut
Pancasila pada 1 Juni 1945. Rumusan dasar Negara ini kemudian didadar kembali
oleh panitia yang dibentuk BPUPKI(Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) dan dimasukkan ke Piagam Jakarta. Selanjutnya pada
tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila secara sah menjadi dasar Negara yang
mengikat. Sebelum disahkan, terdapat bagian yang di ubah Ke-Tuhanan, dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" diubah menjadi
Ketuhanan Yang Maha Esa. Rumusan butir-butir Pancasila yang pernah digagas,
baik yang disampaikan dalam pidato Ir. Soekarno ataupun rumusan Panitia
Sembilan yang termuat dalam Piagam Jakarta adalah sejarah dalam proses
penyusunan dasar negara. Rumusan tersebut semuanya otentik sampai akhirnya
disepakati rumusan sebagaimana terdapat pada alinea keempat Pembukaan
Undang- Undang Dasar 1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945.
Berdasarkan sejarah, ada tiga rumusan dasar negara yang dinamakan Pancasila,
yaitu rumusan konsep Ir. Soekarno yang dibacakan pada pidato tanggal 1 Juni
1945 dalam sidang BPUPKI, rumusan oleh Panitia Sembilan dalam Piagam
Jakarta tanggal 22 Juni 1945, dan rumusan pada Pembukaan Undang- Undang
Dasar 1945 yang disahkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945.
Dengan demikian, rangkaian dokumen sejarah yang bermula dari 1 Juni 1945, 22
Juni 1945, hingga teks final 18 Agustus 1945 itu, dapat dimaknai sebagai satu
kesatuan dalam proses kelahiran falsafah negara Pancasila.
2.4.3 Filsafat Pancasila

18

- Pengertian filsafat
2.6.1 Pengertian Filsafat
Secara Etimologis istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani philein yang
artinya cinta dan sophos yang artinya hikmah atau kebijaksanaan atau
wisdom (Nasution, 1973). Jadi secara harfiah istilah filsafat mengandung makna
cinta kebijaksanaan. Hal ini tampaknya sesuai dengan sejarah timbulnya ilmu
pengetahuan, yang sebelumnya di bawah naungan filsafat. Jadi manusia dalam
kehidupan pasti memilih apa pandangan dalam hidup yang dianggap paling benar,
paling baik dan membawa kesejahteraan dalam kehidupaannya, dan pilihan
manusia sebagai suatu pandangan dalam hidupnya itulah yang dikatakan filsafat.
Keseluruhan arti filsafat yang meliputi beberapa masalah tersebut dapat
dikelompokkan menjadi 2 mac para filsuf paam sebagai berikut,
1; Filsafat sebagai produk mencakup pengertian
a; Pengertian filsafat yang mencakup arti-arti filsafat sebagai jenis

pengetahuan, ilmu, konsep dari zaman dahulu, teori, sistem atau


pandangan tertentu, yang merupakan hasil dari proses berfilsafat dan
yang memiliki ciri-ciri tertentu.
b; Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia

sebagai hasil dari aktivitas berfilsafat.


2; Filsafat sebagai suatu proses mencakup pengertian

Dalam pengertian ini, filsafat merupakan suatu sistem pengetahuan yang


bersifat dinamis yang tidak lagi hanya merupakan sekumpulan dogma
yang hanya diyakini, ditekuni, dan dipahami sebagai suatu sistem nilai

19

tertentu tetapi lebih merupakan suatu aktivitas berfilsafat, suatu proses


yang dinamis dengan menggunakan suatu cara dan metode tersendiri10

Ada beberapa filsafat pancasila bangsa Indonesia diantaranya :


1; Pancasila sebagai nilai dasar Fundamental bagi bangsa dan Negara

Republik Indonesia
a; Dasar Filosofi

Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa
Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis
oleh karena itu sebagai suatu dasar filsafat maka sila-sila Pancasila merupakan
suatu kesatuan yang bulat, hierarkis, dan sistematis. Dalam pengertian inilah maka
sila-sila Pancasila merupakan suatu sistem filsafat bangsa dan Negara Republik
Indonesia, mengandung bahwa dalam setiap aspek kehidupan kebangsaan,
kemasyarakatan serta kenegaraan harus berdasarkan nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.
Nilai-nilai Pancasila bersifat objektif dapat dijelaskan sebagai berikut:
1; Rumusan dari sila-sila Pancasila itu sendiri sebenarnya hakikat

maknanya yang terdalam menunjukkan adanya sifat-sifat yang


umum, universal, dan abstrak, karena merupakan suatu nilai.
2; Inti nilai-nilai pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam

kehidupan bangsa Indonesia dan mungkin juga pada bangsa lain


baik dalam kebiasaan, kebudayaan, kenegaraan maupun dalam
kehidupan keagamaan.
10 Kaelan dan Achmad Zubaidi, Pendidikan Kewarganegaraan, Paradigma, 2012
Kaelan dan Achmad Zubaidi, Pendidikan Kewarganegaraan, Paradigma, 2006

20

3; Pancasila yang terkandung dalam UUD 1945, tidak dapat diubah

secara hukum sehingga terlekat pada kelangsungan hidup negara


sebagai

konsekuensinya

jikalau

nilai-nilai

pancasila

yang

terkandung dalam UUD 1945 diubah maka sama halnya dengan


pembubaran negara proklamasi 1945 sebagai mana yang
terkandung

dalam

ketetapan

MPRS

No.XX/MPRS/1966,

diperkuat Tap.No.V/MPR/1973.
Pancasila yang dikukuhkan dalam sidang I dari BPUPKI pada tanggal
1 Juni 1945 adalah di kandung maksud untuk dijadikan dasar bagi negara
Indonesia merdeka. Adapun dasar itu haruslah berupa suatu filsafat yang
menyimpulkan kehidupan dan cita-cita bangsa dan negara Indonesa yang
merdeka. Di atas dasar itulah akan didirikan gedung Republik Indonesia sebagai
perwujudan kemerdekaan politik yang menuju kepada kemerdekaan ekonomi,
sosial dan budaya.
b; Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar filsafat negara

Sebagai dasar negara, Pancasila harus dapat dipertanggung jawabkan


secara yuridis konstitusional (menurut hukum ketatanegaraan), oleh karena itu
setiap orang tidak boleh atau tidak bebas memberikan pengertian/penafsiran
manurut pendapatnya sendiri. Pancasila dalam pengertian ini sering disebut pula
sebagai dasar falsafah negara (philosofische grondslag) atau ideologi negara
(staatsidee).
Nilai-nilai pancasila sebagai dasar filsafat dasar negara Indonesia pada
hakikatnya merupakan suatu sumber dari hukum dasar dalam negara Indonesia.
Sebagai sumber hukum dasar, secaa objektif merupakan suatu pandangn hidup,

21

kesadaran, cita-cita hukum, serta cita-cita moral yang luhur yang meliputi suasana
kejiwaan, serta watak bangsa Indonesia yang pada tanggal 18 Agustus 1945 telah
dipadatkan dan diabstraksikan oleh para pendiri negara menjadi lima sila dan
ditetapkan secara yuridis formal menjadi dasar filsafat Negara Republik
Indonesia. Hal ini sebagaimana ditetapkan dalam ketetapan No.XX/MPRS/1966
Sidang BPUPKI telah menerima secara bulat Pancasila itu sebagai
dasar negara Indonesia merdeka. Dalam keputusan sidang PPKI kemudian pada
tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila tercantum secara resmi dalam Pembukaan
UUD RI, Undang-Undang Dasar yang menjadi sumber ketatanegaraan harus
mengandung unsur-unsur pokok yang kuat yang menjadi landasan hidup bagi
seluruh bangsa dan negara, agar peraturan dasar itu tahan uji sepanjang masa.
Peraturan selanjutnya yang disusun untuk mengatasi dan menyalurkan
persoalan-persoalan yang timbul sehubungan dengan penyelenggaraan dan
perkembangan negara harus didasarkan atas dan berpedoman pada UUD.
Peraturan-peraturan yang bersumber pada UUD itu disebut peraturan-peraturan
organik yang menjadi pelaksanaan dari UUD.
Oleh karena Pancasila tercantum dalam UUD 1945 dan bahkan
menjiwai seluruh isi peraturan dasar tersebut yang berfungsi sebagai dasar negara
sebagaimana jelas tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tersebut,
maka semua peraturan perundang-undangan Republik Indonesia (Ketetapan MPR,
Undang-undang, Peraturan Pemerintah sebagai pengganti Undang-undang,
Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden dan peraturan-peraturan pelaksanaan
lainnya) yang dikeluarkan oleh negara dan pemerintah Republik Indonesia

22

haruslah pula sejiwa dan sejalan dengan Pancasila (dijiwai oleh dasar negara
Pancasila). Isi dan tujuan dari peraturan perundang-undangan Republik Indonesia
tidak boleh menyimpang dari jiwa Pancasila. Bahkan dalam Ketetapan MPRS No.
XX/MPRS/1966 ditegaskan, bahwa Pancasila itu adalah sumber dari segala
sumber hukum (sumber huum formal, undang-undang, kebiasaan, traktaat,
jurisprudensi, hakim, ilmu pengetahuan hukum).
Di sinilah tampak titik persamaan dan tujuan antara jalan yang ditempuh oleh
masyarakat dan penyusun peraturan-peraturan oleh negara dan pemerintah
Indonesia. Adalah suatu hal yang membanggakan bahwa Indonesia berdiri di atas
fundamen yang kuat, dasar yang kokoh, yakni Pancasila dasar yang kuat itu
bukanlah meniru suatu model yang didatangkan dari luar negeri. Dasar negara kita
berakar pada sifat-sifat dan cita-cita hidup bangsa Indonesia, Pancasila adalah
penjelmaan dari kepribadian bangsa Indonesia, yang hidup di tanah air kita sejak
dahulu hingga sekarang.
Pancasila mengandung unsur-unsur yang luhur yang tidak hanya
memuaskan bangsa Indonesia sebagai dasar negara, tetapi juga dapat diterima
oleh bangsa-bangsa lain sebagai dasar hidupnya. Pancasila bersifat universal dan
akan mempengaruhi hidup dan kehidupan banga dan negara kesatuan Republik
Indonesia secara kekal dan abadi.
2. Filsafah Pancasila sebagai suatu Sistem
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem
filsafat. Sistem yang dimaksud dalam hal ini adalah satu-kesatuan bagian-bagian

23

yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu, lazimnya
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Satu kesatuan bagian-bagian.
2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
3. Saling berhubungan, saling ketergantungan.
4.

Kesemua dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan

sistem).
5.

Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (Shore dan Voich,

1974:122)
Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya
merupakan suatu kesatuan organik. Sila-sila dalam pancasila saling berkaitan,
saling berhubungan bahkan saling mengkualifikasi. Sila yang satu senantiasa
dikualifikasikan oleh sila-sila lainnya. Dengan demikian, Pancasila pada
hakikatnya merupakan suatu sistem, dalam pengertian bahwa bagian-bagian (silasilanya) saling berhubungan secara erat sehingga membentuk suatu struktur yang
menyeluruh. Pancasila sebagai suatu sistem juga dapat dipahami dari pemikiran
dasar yang terkandung dalam Pancasila, yaitu pemikiran tentang manusia dalam
hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, dengan dirinya sendiri, dengan
sesama manusia, dengan masyarakat bangsa dan negara.
Kenyataan Pancasila yang demikian ini disebut kenyataan yang obyektif,
yaitu bahwa kenyataan itu ada pada Pancasila sendiri terlepas dari sesuatu yang
lain atau terlepas dari pengetahuan orang. Sehingga Pancasila sebagai suatu sistem

24

filsafat bersifat khas dan berbeda dengan sistem-sistem filsafat yang lain
misalnya: liberalisme, materialisme, komunisme, dan aliran filsafat yang lain.
3.Filsafat

Pancasila

sebagai

Pandangan

Hidup

bangsa

Indonesia

Pancasila adalah suatu paham filsafat (philosophical way of thinking)


oleh karena itu harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis dan dapat
diterima oleh akal sehat. Dalam pengertian tersebut, Pancasila disebut juga
sebagai way of life, weltanschaung, pegangan hidup, petunjuk hidup, dan
sebagainya. Dalam hal ini Pancasila adalah sebagai petunjuk arah kegiatan di
segala bidang kehidupan, sehingga seluruh tingkah laku dan perbuatan manusia
Indonesia harus dijiwai dan merupakan pancaran dari sila-sila Pancasila yang
merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang
lain. Sebagai pandangan hidup yang merupakan penjelmaan falsafah hidup
bangsa, Pancasila dalam pelaksanaannya sehari-hari tidak boleh bertentangan
dengan norma-norma agama, norma-norma kesusilaan, normanorma sopan
santun, serta norma-norma hukum yang berlaku.
2.4.4 Makna Pancasila
Sila Pertama
Sila Ketuhana Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwai
keempat sila lainnya. Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai
bahwa negara yang didirikan adalah sebagai dasar tujuan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, hal-hal yang berkaitan
pelaksanaan dan penyelenggaraan negara bahkan moral negara, moral
penyelenggaraan negara, politik negara, pemerintah negara, hukum dan

25

Perundang-undangan Negara, kebebasan dan hak asasi warga negara harus dijiwai
nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sila Kedua
Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab secara sistematis didasarkari
dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa, serta mendasari dan menjiwai
ketiga sila berikutnya. Dalam sila kemanusiaan terkandung nilai-nilai bahwa
negara harus menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk
yang beradab. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah mengandung nilai
suatu kesadaran sikap moral dan tingkah laku manusia yang didasarkan pada
potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan
kebudayaan pada umumnya baik terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia,
maupun terhadap lingkungannya.
Sila Ketiga
Nilai yang terkandung dalam Persatuan Indonesia terkandung bahwa
negara adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis yaitu sebagai
makhluk individu dan sosial. Negara adalah merupakan suatu persekutuan hidup
bersama diantara elemen-elemen yang membentuk negara yang berupa, suku, ras,
kelompok, golongan, maupun kelompok agama. Oleh karena itu, perbedaan
adalah merupakan bawaan kodrat manusia dan juga merupakan ciri khas elemenelemen yang membentuk negara. Konsekuensinya negara adalah beraneka ragam
tetapi satu, mengikatkan diri dalam satu kesatuan yang dilukiskan dalam satu
seloka Bhinneka Tunggal Ika.
Sila Keempat

26

Bangsa Indonesia memiliki kedudukan yang sama baik hak maupun


kewajiban didalam bermasyarakat. Bangsa Indonesia tidak boleh memaksakan
kehendak dan selalu mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan
serta menghormati dan menjunjung tinggi serta memiliki iktikad baik juga
tanggungjawab atas hasil kesepakatan dalam musyawarah. Dalam melaksanakan
musyawarah, kepentingan umum harus diutamakan dan diambil dengan penuh
tanggung jawab serta akal sehat.
Sila Kelima
Dalam sila kelima terkandung nilai-nilai yang merupakan tujuan negara
sebagai tujuan dalam hidup bersama. Maka didalam sila kelima tersebut
terkandung nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama.
Keadilan tersebut didasari dan dijiwai oleh hakikat keadilan kemanusiaan yaitu
keadilan dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan
manusia lain, manusia dengan masyarakat, manusia dan negaranya serta hubungan
manusia dengan Tuhannya.
Nilai-nilai keadilan tersebut merupakan suat dasar yang harus diwujudkan
dalam hidup bersama kenegaraan untuk mewujudkan tujuan negara yaitu
mewujudka kwjahteraan seluruh warga negaranya serta melindungi seluruh
warganya dan seluruh wilayahnya, serta mencerdaskan selurah warganya11.

11 Kaelan dan Achmad Zubaidi, Pendidikan Kewarganegaraan, Paradigma, 2012


Kaelan dan Achmad Zubaidi, Pendidikan Kewarganegaraan, Paradigma, 2006

27

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
Pendidikan Kewarganegaraan merupakani upaya dalam menghadapi
perubahan dan perkembangan yang sangat besar seperti perkembangan dalam
bidang

Globalisasi

diantaranya

perkembangan

transportasi. Dengan mempelajari Pendidikan

teknologi,

informasi

dan

Kewarganegaraan diharapkan

setiap warga negara mampu memantapka kepribadiannya masing-masing, agar


secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar pancasila, rasa kebangsaan
dan cinta tanah airdalam menguasai, menerapkan, dan mengembangkan ilmu
penegetahuan, teknologi dan seni dengan rasa tanggung jawab dan bermoral.
Selanjutnya Pendididkan kewarganegaraan didasari atar beberapa hukum
diantaranya :
-

UUD 1945 ( pembukaan UUD 1945, Pasal 27 (1), Pasal 30 (1), dan Pasal
31 (1).

Ketetapan MPR No.II/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan


Negara.

Undang-uandang No.20 tahun 1982.

Undang-undang No.20 tahun 2003.

28

Pelaksanaanya

berdasarkan

Kepetusan

Dikti

Depdiknas

Nomor

43/DIKTI/Kep/2006.
Diantara pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan adalah Pancasila yang
merupakan ideologi dasar bagi negara Indonesia dan Pancasila juga dikenal
sebagai Filsasfat negara Indonesia. Ada tiga Filsafat Pancasila diantaranya :
1; Pancasila sebagai suatu Sistem
2; Pancasila sebagai nilai dasar Fundamental bagi bangsa dan Negara

Republik Indonesia
3; Pancasila sebagi pandangan Hidup bangsa Indonesia

Pancasila yang berati lima dasar yang terdiri atas :(1) Ketuhanan Yang Maha Esa,
(2) Kemanusiaan yang adil dan beradab,(3) Persatuan Indonesia, (4) Kerakyatan
yang dipinpim oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan,
(5) Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

29

DAFTAR PUSTAKA
Kaelan,H dan Zubaidi Achmad. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta.
Paradigma
Kaelan,H dan Zubaidi Achmad. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta.
Paradigma

Http://bellynyamuti.blogspot.com/2014/04/pancasila-pengertian-sejarahrumusan.html
Http:/rahmatsuharjana.blogspot.com/2012/06/pancasila.html
http://devalove.wordpress.com/2010/02/08/latar-belakangmaksud-dan-tujuanpendidikan-kewarnegaraan/
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/02/latar-belakang-pendidikankewarganegaraan/
http://maureenlicious.wordpress.com/tag/landasan-hukum-pendidikankewarganegaraan/
.

30

Anda mungkin juga menyukai