Anda di halaman 1dari 10

Miliki Ganja, ABG Australia Dideportasi

LM bebas setelah menjalani masa hukuman dua bulan


penjara karena kepemilikan ganja.
Minggu, 4 Desember 2011, 17:30 WIB
Aries Setiawan
Ganja (VIVAnews/Arfi Bambani Amri)
BERITA TERKAIT
VIVAnews - LM, 14 tahun, anak baru gede
Australia yang tersandung kasus kepemilikan
ganja di Bali, akhirnya dideportasi ke negara
asalnya. Pendeportasian LM setelah yang
bersangkutan bebas dari masa tahanan hari
ini.
"Ya benar dia (LM) telah dideportasi hari
ini," kata Kepala Bidang Pengawasan dan
Penindakan Imigrasi Bandara Ngurah Rai,
Ngurah Sudana, dalam pesan singkatnya kepada VIVAnews.com, Minggu 4 Desember 2011.
Alasan dideportasi, kata Sudana, lantaran LM telah melanggar UU Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika. "Sesuai putusan hakim berdasar pasal 127 UU Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika dan divonis 2 bulan penjara," urai Sudana.
LM menghirup udara bebas setelah menjalani masa hukuman dua bulan penjara karena
kepemilikan ganja.
"Masa penahanan habis. Tadi pagi sudah dieksekusi jaksa," kata Kepala Lapas Kerobokan, Bali,
Siswanto dalam perbincangan dengan VIVAnews.com.
LM dipidana dua bulan penjara oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Denpasar, Jumat 25
November lalu karena kedapatan memiliki ganja kering seberat 6,9 gram bruto atau 3,3 netto.
Sejak itu, LM hanya tinggal menjalani 9 hari sisa masa penahanan karena dia sudah menjalani
masa tahanan 1 bulan 23 hari.
Dalam amar putusannya, hakim tunggal Amzer Simanjuntak menilai, tidak ada tempat layak
untuk merehabilitasi orang asing di Indonesia. Kalaupun direhabilitasi, LM akan kesulitan
bertemu dengan orang tuanya.
Jalan terbaik, kata Amzer, memberi hukuman penjara, tapi tidak lama. "Agar segera bisa
dipulangkan ke negara terdakwa," katanya.

Cuaca Buruk Hambat Cari Korban Kapal


Karam
SAR Pontianak telah mengirimkan kapal SAR 214
berangkat menuju Pulau Sempadeh.
Minggu, 4 Desember 2011, 17:42 WIB
Ita Lismawati F. Malau
Ilustrasi kapal tenggelam
BERITA TERKAIT
VIVAnews - Kapal Express Cargo Super
Mitra diduga tenggelam di sekitar Pulau
Sempadeh Kabupaten Ketapang, Kalimantan
Barat, Sabtu dini hari kemarin. Pencarian
terus dilakukan hingga hari ini.
Namun, hingga saat ini upaya pencarian tiga
korban hilang belum membuahkan hasil.
Sampai saat ini kami belum dapat info apa
apa. Faktor cuaca yang kurang bersahabat sangat pengaruh. Kami berharap semoga cepat
ketemu, kata Kepala Kantor SAR Pontianak Marsudi, Minggu 4 Desember 2011.
Hari ini SAR Pontianak, kata Marsudi, telah mengirimkan kapal SAR 214 berangkat menuju
Pulau Sempadeh ,Kabupaten Ketapang untuk mencari korban yang hilang tersebut. "Pagi tadi
kami telah mengirimkan Tim SAR."
Akibat musibah ini, satu orang awak kapal bernama Asmum (55) tewas. Dari total 7 awak, lima
orang dilaporkan selamat dan satu lainnya masih dalam pencarian. Tim SAR Ketapang masih
berupaya menemukan korban.

Tembok Proyek Perumahan Roboh, 8 Orang


Tewas
Delapan orang lainnya mengalami luka-luka. Kemungkinan
masih ada korban yang tertimbun.
Minggu, 4 Desember 2011, 18:52 WIB
Aries Setiawan
Bangunan Roboh (Antara/ Harombo)
BERITA TERKAIT
VIVAnews - Sebuah tembok pembatas milik
proyek perumahan di Jalan Suka Damai
Makassar roboh, Minggu 4 Desember 2011.
Akibatnya, delapan orang warga Kelurahan
Sinrilaja tertimpa runtuhan dan tewas di
tempat.
Menurut salah seorang anggota Basarnas
Sulsel, Hamsidar, tim evakuasi yang tiba di
lokasi telah berhasil mengangkat 16 warga di lokasi kejadian. Termasuk delapan orang yang
tewas.
"Baik korban tewas maupun luka-luka dievakuasi di 4 rumah sakit yakni, RS Ibnu Sina, RS Awal
Bros, RS Faisal dan RS Bhayangkara," kata Hamsidar kepada VIVAnews.com, Minggu 4
Desember 2011.
Dalam evakuasi yang masih berlangsung hingga petang ini, tim SAR bersama warga
menggunakan alat berat. Menurutnya, kemungkinan masih ada korban yang tertimbun di
reruntuhan tembok sepanjang sekitar 100 meter tersebut.
Sementara itu, Wakapolrestabes Makassar, AKBP Endi Sutendi mengatakan, peristiwa tersebut
terjadi sekitar pukul 14.00 Wita.
Saat kejadian, kota Makassar sedang diguyur hujan deras yang disertai dengan angin kencang.
Sejumlah warga yang berdampingan dengan tembok itu, sedang berlindung di dalam rumah.
"Merekalah yang rata-rata menjadi korban," kata AKBP Endi Sutendi.
Dia menambahkan, kepolisian masih melakukan penyelidikan terkait peristiwa ini. Sebagai
langkah awal, pihaknya akan melakukan pemeriksaan terhadap saksi yang menyaksikan
kejadian.

Australia Sumbang Rp20 Miliar untuk


Indonesia
Dana sebesar itu untuk upaya tanggap bencana di tanah air.
Sabtu, 3 Desember 2011, 11:52 WIB
Anggi Kusumadewi, Nur Eka Sukmawati
Evakuasi banjir (Antara/Widodo S. Jusuf)
BERITA TERKAIT
VIVAnews Australia memberikan bantuan
kepada Indonesia sebesar 2,2 juta dolar
Australia atau setara dengan Rp20,24 miliar,
guna membantu Indonesia meningkatkan
upaya tanggap bencana.
Wakil Duta Besar Australia untuk Indonesia,
Paul Robilliard, menjelaskan bahwa bantuan
tersebut dimaksudkan untuk membentuk dan
memperkuat Satuan Reaksi Cepat Bencana di Indonesia.
Indonesia adalah salah satu negara yang rawan terhadap bencana. Australia selama ini bermitra
dengan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) untuk melatih dan memerangkati
satuan reaksi cepat bencananya, kata Robilliard.
Robilliard mengingatkan, Satuan Reaksi Cepat Bencana adalah garda terdepan yang berperan
penting dalam setiap bencana yang terjadi. Ahli bencana yang terlatih dan capat tanggap
bencana akan menyelamatkan nyawa, ujarnya dalam Gelar Latihan Satuan Reaksi Cepat
Penanggulangan Bencana Wilayah Barat di Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Sabtu, 3 Desember
2011.
Selain sumbangan dalam bentuk dana bencana itu, Australia juga menyumbangkan 8 unit
kendaraan penyelamat, alat pelacak dan penyelamatan, paket keperluan rumah tangga, dan
perlengkapan personel untuk membantu tim cepat tanggap saat bencana.
Satuan Reaksi Cepat Bencana, kata Robilliard, juga dilatih cara mengoperasikan peralatan dan
memberikan penilaian serta informasi yang cepat saat keadaan darurat bencana.
Kami bangga sekali dengan kemitraan Indonesia dan Australia ketika ada bencana. Indonesia
telah membantu Australia saat kami terkena bencana kebakaraan hutan yang besar tahun 2010
lalu, ujar Robilliard. (umi)

Lima Tahun Lagi, Mammoth Akan Hidup di


Bumi?
Sekelompok ilmuan sedang mempersiapkan kloning
binatang raksasa ini.
Minggu, 4 Desember 2011, 10:22 WIB
Eko Huda S
VIVAnews - Binatang raksasa purba, mammoth telah
punah 10.000 tahun yang lalu. Tapi, jika sekumpulan
ilmuan asal Rusia dan Jepang berhasil melakukan
penelitiannya, maka kita bisa melihat binatang
raksasa itu kembali berjalan di muka bumi ini.
Pasalnya, para ilmuan itu yakin bisa mengkloning
mammoth. Keyakinan itu mereka dapatkan setelah
menemukan jaringan sumsum tulang paha dari
bangkai mammoth yang membeku di lapisan es di
Siberia.
Sebagaimana dilansir laman earthsky.org, saat ini, peneliti asal Jepang bernama Iritani dan tim
peneliti asal Rusia dan Amerika sedang mempersiapkan kloning mammoth yang hasilnya
diperkirakan akan diketahui dalam lima hingga enam tahun kemudian.
Rencananya, para peneliti ini akan memasukkan inti sel mammoth itu ke dalam sel telur gajah.
Dimana sebelumnya inti sel telur gajah itu dihilangkan terlebih dahulu. Hasilnya akan menjadi
embrio yang mengandung gen raksasa.
Selanjutnya, mereka akan memasukkan embrio ke dalam rahim gajah hidup. Masa kehamilan
akan berlangsung dua tahun, setelah itu -tim berharap- bayi raksasa akan lahir ke muka bumi.
Sebenarnya, ada keraguan antara tim ilmuan Jepang dan Rusia mengenai potensi keberhasilan
kloning ini. Sebagian berpendapat kloning dengan sel beku ini akan gagal.
Namun mereka segera menghilangkan keraguan itu. Para ilmuan ini akan menggunakan teknik
kloning yang telah dirintis pada 2008 silam. Dimana seorang ilmuan Jepang berhasil
mengkloning seekor tikus dengan menggunakan sel tikus lain yang telah dibekukan selama 16
tahun. Para ilmuwan berharap teknik yang sama akan bekerja untuk raksasa ini.
Diperkirakan, sekitar 150 juta mammoth terkubur di bawah lapisan es Siberia. Para peneliti
mengatakan jika kloning ini berhasil, mungkin akan memberikan petunjuk penyebab raksasa ini
punah.

Abalone, Siput yang Bisa Bikin Sejahtera


Abalone diminati banyak negara seperti, China, Jepang dan
beberapa negara Eropa.
Jum'at, 11 November 2011, 21:14 WIB
Aries Setiawan, Amal Nur Ngazis
VIVAnews - Siput abalone menyimpan potensi untuk
menjadi komoditas, karena nilai ekonominya yang
tinggi. Tapi, jika penangkapannya berlebihan, dapat
mengakibatkan kepunahan.
Oleh karena itu, inovasi teknologi budidaya abalone
di Indonesia sangat penting ditingkatkan.
Hal itu disampaikan peneliti Puslit Oceanografi LIPI, Dwi Eny Djoko Setyono
dalam orasi ilmiah berjudul, Biologi dan Inovasi Teknologi Budi daya Abalon
Tropis Untuk Meningkatkan Produksi Perikanan di Indonesia, di gedung LIPI,
Jakarta, Jumat 11 November 2011.
Dia menyampaikan, masa depan budi daya abalone sangat baik
mengingat lahan yang cocok sangat luas. Makanan siput ini juga gampang
dan bahan pakannya relatif murah. Makanan abalone ini berupa lumut, atau
tepung ikan, tepung kedelai, tepung jagung, dan minyak ikan.
Pemerintah perlu menyosialisasikan usaha budidaya abalone tropis untuk
menyejahterakan masyarakat, ujarnya, Jumat, 11 November 2011.
Dalam pasar ekspor, abalone juga banyak diminati seperti, China, Jepang
dan beberapa negara di Eropa. Bahkan di China, abalone kata Dwi, dijadikan
suguhan resmi untuk tamu.
Harga abalone di pasar ekspor mencapai US$40 per kg untuk abalone
hidup, US$66 per kg untuk daging abalone segar, US$80 per kg untuk
abalone yang dikalengkan.
Untuk budidaya ini bisa dimulai kecil saja, buat kolam ukuran 5 m2
sudah bisa. Yang penting airnya bersih, sarannya.
Sampai saat ini, dia mengaku sudah mengembangkan pembenihan.
Tahun depan akan melakukan studi pembesaran budidaya.
Meski demikian, dia merasa inovasi budidaya perlu dikembangkan. Masih
banyak riset berkaitan dengan budidaya abalon perlu dilakukan, misalnya
formulasi pakan buatan, pemilihan benih, aplikasi zat probiotik dan hormon
pertumbuhan, dan kontrol penyakit.
Untuk melakukan penelitian juga diperlukan kerja tim yang terdiri dari,
pakar nutrisi, biokimia, imunologi, mikrobiologi. Pemanfaatan abalone
sampai saat ini hanya untuk konsumsi. Tapi tidak menutup kemungkinan bisa
dilanjutkan dengan pemanfaatan yang lain.
Pemanasan Global, Makhluk Laut Terpaksa Geser

Gas rumah kaca telah menghangatkan daratan hingga


sekitar 1 derajat Celcius.
Rabu, 9 November 2011, 06:22 WIB
Muhammad Firman
Jika tumbuhan dan hewan darat harus bermigrasi
2,5KM per tahun, kehidupan laut juga harus
bergeser sejauh 2KM per tahun. Namun, tak banyak
makhluk laut yang mampu bergerak secepat itu.
VIVAnews - Menurut sebuah studi yang dilakukan
oleh peneliti Amerika Serikat, populasi hewan dan
tumbuhan perlu bergerak pada kecepatan yang sama
untuk menyesuaikan diri dengan perubahan iklim.
Dalam sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal
Science, diketahui bahwa gas rumah kaca telah menghangatkan daratan hingga sekitar 1 derajat
Celcius sejak tahun 1960. Peningkatan temperatur ini tiga kali lebih cepat dibandingkan dengan
peningkatan temperatur laut.
Kenaikan temperatur memaksa populasi hewan dan tanaman liar untuk beradaptasi, terus
bergerak dan terus merelokasi diri sendiri, sebut laporan yang dipublikasikan National Science
Foundation, dikutip dari United Press International, 8 November 2011.
Meski lautan mengalami peningkatan suhu yang lebih rendah, namun peneliti menyebutkan,
tanaman dan hewan laut tetap perlu bergerak cepat sama halnya dengan mereka yang ada di darat
agar tetap bisa bertahan hidup di kawasan yang cocok untuk menjadi habitat mereka.
Jika tumbuhan dan hewan di darat harus bermigrasi 2,5 kilometer per tahun, kehidupan laut juga
harus bergeser sejauh 2 kilometer per tahun.
Sayangnya, tidak banyak makhluk laut yang mampu bergerak secepat itu, kata John Bruno,
ekolog kelautan dari University of North Carolina yang melakukan penelitian.
Padahal, terkurung dalam lingkungan yang menghangat bisa mengakibatkan turunnya
pertumbuhan, reproduksi, dan keselamatan kehidupan laut yang sangat penting secara ekologi
dan ekonomi seperti ikan, koral, dan burung-burung laut, ucap Bruno. (umi)
Di beberapa wilayah Indonesia, abalone diketahui telah mengalami kelebihan tangkapan. Untuk
itu, dia mengharapkan pemerintah mengeluarkan peraturan untuk membatasi kuota maupun
ukuran biota yang boleh ditangkap dari alam. (umi)

Terkuak, Misteri Patung Easter Island


Patung-patung itu dibangun oleh penduduk Polinesia antara
tahun 1250 dan 1500.
Minggu, 4 Desember 2011, 11:46 WIB
Eko Huda S
Patung di Easter Island (express.co.uk)
VIVAnews - Patung-patung batu raksasa
berbentuk kepala manusia di Easter Island
telah lama menjadi misteri besar di dunia
arkeologi. Namun, misteri itu kini telah
terkuak.
Penelitian ilmiah patung-patung itu pertama
kali dilakukan oleh penjelajah asal Inggris,
Katherine Routledge pada 1916. Penelitian
itu menjelaskan peradaban luar biasa
masyarakat Moai yang tinggal di pulau
Pasifik Selatan yang berjarak 2.300 mil dari Chili.
Baru-baru ini, penelitian itu dilakukan kembali. Hasilnya juga mengarah pada penemuan penting
yang telah dilakukan pada 95 tahun silam itu.
Dari penelitian ulang itu diketahui, pertama, ternyata ada 1.042 dari angka-angka yang diukir
pada patung-patung itu. Bukan 887 seperti yang selama ini diyakini.
"Dalam penelitian kami, telah menemukan 90 patung dan kami tahu telah menemukannya lebih
banyak," kata arkeolog asal Amerika Serikat, Jo Anne Van Tilburg yang juga selaku kepala
proyek penelitian ini sebagaimana dilansir laman expres.co.uk.
Awalnya, patung-patung itu diperkirakan dibuat secara serampangan, namun sekarang para
peneliti mengatakannya monolit yang menunjukkan sebuah masyarakat yang sadar kelas.
"Tampaknya ada korelasi antara ukuran patung dan posisi sosial mereka yang mengukir itu," kata
Dr Van Tilburg.
Satu patung, secara utuh, memiliki tinggi 69 kaki dengan berat 270 ton. Sedangkan di bagian
yang menancap ke tanah dari beberapa patung memiliki kedalaman sekitar 50 kaki.
Patung-patung itu dibangun oleh penduduk Polinesia antara tahun 1250 dan 1500. Pembangunan
ini dimaksudkan untuk menggambarkan wajah hidup nenek moyang Moai yang telah mati.

HIBURAN

Derby Romero dengan Format Band Baru


Bedanya dulu lebih ngepop, sekarang elektro alternatif,
hardcore".
Senin, 5 Desember 2011, 12:46 WIB
Lutfi Dwi Puji Astuti, Heryu Nandiasa

Derby and the Revolution (VIVAnews/Diaz Fathonah)

VIVAnews - Derby and the Revolution, begitu nama format band baru yang digawangi oleh
Derby Romero (vokal), Yudi (drum), Manes (gitar), dan Iraz (electro keyboard). Untuk
memperkenalkan nama band baru ini, Derby mengaku sudah melakukan promo selama dua
bulan.
Bedanya dulu lebih ngepop, sekarang elektro alternatif, hardcore. Karena dari masing-masing
aliran musik kami beda, jadi dicari warna baru. Lebih campur sari alternatif. Pop rock-nya juga
ada," kata Derby ketika ditemui di Studio RCTI, Kebon Jeruk, Jakarta, Senin, 5 Desember 2011.
Kekasih Gita Gutawa ini mengaku lebih seru ketika tampil dengan format band. Saat hadir di
acara musik Dahsyat, mereka pun tampil membawakan single berjudul 'Dan Aku'.
"Lagu-lagu ini gue yang ciptain, yang aransemen anak-anak lain. Lagu masih bercerita tentang
cinta yang universal, bisa bermakna cinta pada orangtua, bisa ke pasangan, siapa pun ke orang
yang kita sayang," ujarnya.

Formasi band barunya ini diharapkan oleh Derby bisa memberikan suasana baru untuk para
pengemarnya. "Seru aja, ngasih suasana baru buat fans kami. Ya, pastinya jadi berubah aliran,
single kami sekarang dari beat sama ambient-nya berubah memang ada elektronya, jadi seperti
rock alternatif," tambahnya.
Bersama dengan formasi band barunya ini, Derby juga sedang mempersiapkan album baru.
Menurut dia, proses pembuatan album sudah berjalan 50 persen dan rencananya ada lebih dari 10
lagu dalam album terbaru mereka.

Anda mungkin juga menyukai