Anda di halaman 1dari 31

PRESENTASI KASUS

SKIZOFRENIA HEBEFRENIK DITINJAU


D A R I TATA L A K S A N A
Oleh:
Mahar Matul Hilma
1102010155
Pembimbing:
Dr. Prasila Darwin, Sp.KJ

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSI Jiwa


Klender
Periode 7 September 10 Oktober 2015

IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. W
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal lahir : Jakarta, 7 Juni 1984
Usia : 31 tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan: SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Status Pernikahan : Belum Menikah
Alamat : Cipinang Muara
Tanggal masuk RS : 7 September 2015
Tanggal wawancara : 21 September 2015

Alloanamnesis (didapat dari Ny. S,

hubungan dengan pasien: Ibu)


Pasien sulit tidur dan mengamuk 2 hari SMRS
Autoanamnesis
Tidak dapat dilakukan

Riwayat Penyakit
Sekarang
5 HARI SMRS
Sulit tidur
Aktif bergerak
Bicara terus
menerus

3 HARI SMRS
2 HARI SMRS

Bisikan
Mengamuk dan
Sulit tidur
Merasa dirasuki membahayaka
n keluarga

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat Psikiatri Sebelumnya
Pernah dirawat sebelumnya pada:
17 April 2013
26 Desember 2014
12 Februari 2015
13 Maret 2015
28 April 2015

Riwayat Premorbid
Prenatal
Kehamilan
diinginkan
ANC teratur
Tidak
mengkonsumsi
obat dan jamu

0-3 tahun
Lahir normal
spontan
pervaginam
Tumbuh
kembang sesuai
usia

3-7 tahun
Tumbuh
kembang sesuai
usia

Riwayat Premorbid
11-18 tahun
Tumbuh sesuai usia
Sedikit memiliki teman
Tertutup
Didiagnosa skizofrenia

Dewasa
Pendidikan SMA selesai
Pendidikan kuliah tidak
selesai
Sifat kekanak-kanakan

Riwayat Keluarga
Riwayat Keluarga

Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit

yang sama dengan pasien

Pemeriksaan Status
Mental
Deskripsi Umum
Penampilan : rapi, bersih dan sesuai usia.
Perilaku dan aktivitas psikomotor : hiperaktif
Sikap terhadap pemeriksa : cukup kooperatif
Mood dan Afek
Mood: hipertimik
Afek : terbatas
Keserasian Afek : serasi
Pembicaraan ( volume, intonasi, kualitas, kuantitas)
Banyak bicara (logore +), pembicaraan kacau
Gangguan Persepsi
Halusinasi : auditorik, berisi: ayahnya meminta maaf
Ilusi : Depersonalisasi : +, merasa dirasuki ayahnya
Derealisasi: +, merasa ada di jembatan siratal
mustaqim

Proses Pikir
Produktivitas : inkoheren
Kontinuitas : logore+
Hendaya Bahasa : jawaban tidak relevan
Isi Pikir
Waham : Delusion of control
Preokupasi: Obsesi : Ide referensi : Fobia: Fungsi Kognitif dan Kesadaran
Kesadaran : compos mentis
Orientasi
Waktu : kurang baik
Tempat : kurang baik
Orang : kurag baik
Daya Ingat
Segera : kurang baik
Jangka pendek : kurang baik
Jangka sedang : kurang baik
Jangka panjang : baik

Konsentrasi dan Perhatian : kurang baik


Kemampuan membaca dan menulis : baik
Kemampuan visuospasial : tidak dilakukan
Pikiran abstrak : tidak dilakukan
Intelegensia : tidak dilakukan

Pengendalian Impuls : kurang baik


Daya Nilai : tidak dilakukan
Tilikan : 2
Taraf Dapat Dipercaya
: Dapat dipercaya

Pemeriksaan Fisik
Status Internus
Keadaan Umum : baik
Tanda Vital: TD:120/80 mmHg N:80x/m RR: 20x/m S:
36,4C
Kepala : normocephal
Thorax : simetris, retraksi (-)
Cor : BJ I-II reguler, m(-), g(-)
Pulmo : suara nafas vesikuler +/+, suara tambahan (-)
Abdomen : buncit simetris, supel, bising usus (+) dbn
Ekstremitas : akral hangat

Status Neurologis
Rangsang meningeal : Mata : dbn
Gerakan bola mata : dbn
Refleks pupil : RCL +/+, RCTL +/+
Motorik : dbn, tremor (+), rigidity (+)
Tonus otot : baik
Kekuatan : dbn
Koordinasi : dbn
Sensorik : dbn

Formulasi Diagnostik
Diagnosis Skizofrenia berdasarkan PPDGJ-III, ditemukan:
Delusion of control
Halusinasi Auditorik
Inkoheren
Sudah berlangsung 1 bulan
Diagnosis Skizofrenia Hebefrenik berdasarkan PPDGJ-III, ditemukan:
Ditegakkan pada usia 17 tahun
Senyum sendiri
Giggling
Diagnosis EPS berdasarkan temuan klinis:
Tremor
Rigidity

Diagnosis Multiaksial
Aksis I

DD
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V

GAF

GAF

GAF

: skizofrenia hebefrenik
: skizofrenia ytt
: tidak ada diagnosis
: Ekstra Pyramidal Syndrome
: masalah keluarga
:
saat masuk
: 41
saat diperiksa
: 47
terbaik satu tahun terakhir : 50

Rencana Terapi
Rawat Inap
Farmakoterapi
Heximer 2 x 2 mg
CPZ 2 x 300 mg
Haloperidol 2 x 1,5 mg

Psikoterapi
Terapi berorientasi keluarga

Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : dubia ad malam

Analisis Kasus
Diagnosis Skizofrenia berdasarkan PPDGJ-III, ditemukan:
Delusion of control
Halusinasi Auditorik
Inkoheren
Diagnosis Skizofrenia Hebefrenik berdasarkan PPDGJ-III, ditemukan:
Ditegakkan pada usia 17 tahun
Senyum sendiri
Giggling
Diagnosis EPS berdasarkan temuan klinis:
Tremor
Rigidity

Analisis Kasus
Dasar Pemilihan terapi:
Heximer (THP) : sebagai terapi EPS,
antikoliergik
sentral
CPZ
: sebagai antipsikotik tipikal
Haloperidol : sebagai antipsikotik tipikal
Digunakakn 2 antipsikotik tipikal karena tidak
ditemukan perbaikan selama pemberian
single therapy dan tidak ada respon terapi
dengan dosis yang adekuat.

TINJAUAN PUSTAKA

Skizofrenia
Hebefrenik

Sign and symptoms


Menurut Elvira (2010), Skizofrenia Hebefrenik ditandai dengan gejala-

gejala antara lain sebagai berikut:


1. Inkoherensi
2. Alam perasaan yang datar tanpa ekspresi serta tidakserasi atau
ketolol-tololan.
3. Perilaku dan tertawa kekenak-kanakan, senyum yang menunjukkan
rasa puas diri atau senyum yang hanya dihayati sendiri.
4. Waham yang tidak jelas dan tidak sistematik
5. Halusinasi yang terpecah-pecah
6. Perilaku aneh, misalnya menyeringai sendiri, menunjukkan gerakangerakan aneh, berkelakar, pengucapan kalimat yang diulang-ulang
dan cenderung untuk menarik diri secara
ekstrim dari hubungan
social.

Terapi

Rekomendasi WHO

Haloperidol or chlorpromazine should be routinely offered to

individuals with psychotic disorders (including schizophrenia).


Strength of recommendation: STRONG
Second-generation antipsychotics (with the exception of clozapine)
may be considered in individuals with psychotic disorders
(including schizophrenia) as an alternative to haloperidol or
chlorpromazine if availability can be assured and cost is not a
constraint.
Strength of recommendation: STANDARD
For individuals with psychotic disorders (including schizophrenia)
who do not respond to adequate dose and duration of other
antipsychotic medicines, clozapine may be considered by nonspecialist health care providers, preferably under the supervision of
mental health professionals, only if routine laboratory monitoring is
available.
Strength of recommendation: STANDARD

Rekomendasi WHO
In individuals with psychotic disorders (including

schizophrenia), minimal effective dose of


antipsychotics should be used, paying attention
to minimizing adverse effects.
Strength of recommendation: STRONG
In women with psychotic disorders (including
schizophrenia) who are planning a pregnancy or
pregnant or breastfeeding, low-dose oral
haloperidol or chlorpromazine may be
considered.
Strength of recommendation: STANDARD

Pemilihan Terapi
Episode Pertama
Diberikan antipsikotik atipikal dan observasi selama
6 minggu.
In individuals with a first psychotic episode with full
and sustained remission, antipsychotic treatment
should be continued for at least 12 months after the
beginning of remission. Any further continuation of
antipsychotic drug treatment should be based on
clinical review preferably by a mental health
specialist and taking into account the preferences of
the individuals, in consultation with the family (WHO,
2012)

Relaps (Kambuh)
Biasa terjadi pada pasien yang berhenti
minum obat. Efek samping akan lebih terlihat.
Menurunkan dosis menambah obat untuk efek
sampingnya, atau mengganti dengan obat
lain yang efek sampingnya lebih rendah.
Apabila penderita berhenti minum obat
karena alasan lain, dokter dapat mengganti
obat oral dengan injeksi yang bersifat long
acting, diberikan tiap 2-4 minggu.
Clozapine dapat menjadi cadangan yang
dapat bekerja bila terapi dengan obat-obatan
diatas gagal.

For

individuals with psychoses (including


schizophrenia) who do not respond to
adequate dose and duration of more than one
antipsychotic medicine (using one medicine at
a time), antipsychotic combination treatment
may be considered by primary health care
professionals preferably under the supervision
of mental health professionals with close
clinical monitoring (WHO, 2012)

Terapi Psikososial
CBT
Terapi berorientasi keluarga
Terapi kelompok
Psikoterapi individual

Daftar Pustaka
Elvira,SD,Hadisukanto G. 2010.Buku Ajar Psikiatri.Badan Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas
Indonesia,Jakarta: 170-195
Kaplan,HI,Sadock BJ.1998.Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat.Widya Medika,Jakarta : 407-413
Kaplan,HI,Sadock BJ,Grebb JA.1997.Sinopsis Psikiatri Edisi 7 Jilid 1. Binarupa aksara,Jakarta 685- 729
Maslim,Rusdi.2001.Buku Saku Diagnosisi Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III . Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya,Jakarta: 46 -50
Maslim,Rusdi.2002.Paduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
FK Unika Atmajaya.Jakarta15-17.
WHO. 2012. Antipsychotic medications for psychotic disorders. Available at:
http://www.who.int/mental_health/mhgap/evidence/psychosis/q1/en/. Accessed on on September
28th, 2015.
WHO. 2012. Combination of two or more antipsychotic medications for psychotic disorders. Available
at: http://www.who.int/mental_health/mhgap/evidence/psychosis/q2/en. Accessed on
September
28th, 2015.
WHO. 2012. Duration of antipsychotic treatment in individuals with a first psychotic episode. Available
at: http://www.who.int/mental_health/mhgap/evidence/psychosis/q3/en/. Accessed on: on September
28th, 2015.
WHO. 2012. Duration of antipsychotic treatment in individuals with long term and/or recurrent
psychotic disorders. Available at:
http://www.who.int/mental_health/mhgap/evidence/psychosis/q4/en/. Accessed on: on September
28th, 2015.

Anda mungkin juga menyukai