PENDAHULUAN
1.
2.
1.
2.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Gating Sistem
Tujuan dari gating system ini adalah untuk mengatur kecepatan aliran logam cair ke dalam
rongga cetakan, sehingga rongga cetakan terisi secara sempurna. Dan juga agar slag logam
cair tidak ikut masuk kedalam rongga cetakan. Selain pola benda coran dan pola gatting
system kita juga memerlukan pola riser atau pola penambah. Riser atau penambah juga
diperlukan untuk mengimbangi penyusutan (Shrinkage) pada saat logam cair tersebut
membeku. Karena setiap logam mempunyai nilai penyusutan tersendiri. Contoh macammacam saluran tuang yang dipakai dalam pengecoran.
Sistem saluran adalah jalan masuk bagi cairan logam yang dituangkan ke dalam rongga
cetakan. Tiap bagian diberi nama, dari mulai cawan tlang dimana logam cair diuangkan dari
ladel,sampai saluran masuk ke dalam rongga cetakan. Nama nama itu ialah: cawan tuang,
pengalir, dan saluran turun, pengalir dan saluran masuk.
Saluran turun, saluran turun dibuat lurus dan tegak dengan irisan berupa lingkaran. Kadangkadang irisannya sama dari atas sampai bawah dipakai kalau dibutuhkan pengisian yang cepat
dan lancar atau mengecil dari atas ke bawah dipakai apabila diperlukan penahanan kotoran
sebanyak mungkin. Saluran turun dibuat dengan melubangi cetakan dengan mempergunakan
satu batang atau dengan memasang bumbung tahan panas yang dibuat dari samot (batu
tahan api). Samot ini cocok untuk membuat saluran turun yang panjang.
Logam cair dalam pengalir masih membawa kotoran yang terapung, terutama pada permulaan
penuangan, sehingga harus dipertimbangkan untuk membuang kotoran tersebut, sekalipun
logam cair sudah ada di dalam pengalir. Ada beberapa cara untuk itu yaitu sebagai berikut :
1. Perpanjangan
pemisah dibuat pada ujungsaluran
pengalir. Logam cair
yangpertama masuk akan berkumpul di sini bersama kotoran yang terbawa (Gambar).
2.
Membuat kolam putaran pada saluran masukseperti pada Gambar. Logam cair
memasukikolam secara tangetial dan berputarsehingga kotoran berkumpul di tengah
kolam.
dua maka produk tersebut dapat dicor tanpa menggunakan riser atau biasa disebut riserglass
design. Berikut ini adalah nilai modulus beberapa bentuk geometri dan perhitungan nilai
modulusnya.
1. Kubus:
2. Bulat:
3. Plate:
4. Balok:
5. Persegi:
t
2
M=
M=
M=
e +f
2e+2 f
M=
b
4
Setelah nilai modulusnya diketahui maka desain riser dilanjutkan untuk perhitungan
kecepatan pendinginan dari riser dengan bentuk geometri tertentu. Bentuk geometri riser
yang paling banyak digunakan bentuknya mendekati silinder. Perhitungan kecepatan
pendinginan riser dapat dianalisa dengan persamaan Chvorinov yaitu.
V 2
f =K
A
( )
dimana :
a.
b.
c.
d.
e.
= waktu pendinginan
V = volume coran
A = luas permukaan coran
K = konstanta
Riser didesai dekat ke bagian yang tebal dan berfungsi sebagai umpan logam cair selama
pembekuan. Riser mempunyai ukuran dan konstruksi agar dapat membeku paling akhir.
Pertimbangan terhadap riser :
Tempatkan riser dekat bagian yang tebal
Penggunaan side riser umumnya ditempatkan diatas irigate, digunakan untuk coran dengan
dinding tipis.
Riser diukur berdasarkan volume logam cair.
Riser dibuat cukup besar agar dapat mengisi bagian yang menyusut dan terakhir membeku.
Riser mempunyai perbandingan yang besar antara volume: luas dari corannya sendiri
sehingga coran akan membeku terlebih dahulu dibandingkan riser
(Akuan, Abrianto. 2009)
c
1
bahan pengikat yang sedikit untuk memperoleh kekuatan dan permeabilitas tertentu serta
memiliki sifat alir yang baik sekali. Sebaliknya pasir berbutir kristal kurang baik karena
ketahanan api dan permeabilitasnya buruk.
Bahan Tambah
Selain pasir sebagai bahan baku jumlahnya banyak dibutuhkan (sampai 85 %) untuk
pembuatan cetakan, juga diperlukan bahan tambah lainnya seperti tanah liat/lempung dengan
ukuran butir antara 0,005 mm s.d 0,02 mm yang berfungsi sebagai pelekat pasir mencapai
maksimum 16%. Bentonit sejenis tanah liat sangat baik sebagai pelekat pasir silika mencapai
10%. Biasanya campuran pasir cetak ditambah pula bahan pengikat tambahan seperti; air
(1,5 8 %) , tetes gula (8 10 %), dekstrin/kanji (1%), semen (10%), resin (4-7%), dan
atau tepung grafit (1%). Tidak ada ketentuan pasti mengenai komposisi campuran pasir
cetak, dikarenakan banyak variabel lain yang sangat berkaitan satu dan lainnya.
Bahan Pengikat
Untuk mengikat butiran pasir cetak satu dengan lainnya digunakan bahan pengikat
Beberapa macam bahan penikat cetakan pasir antara lain:
Cetakan pasir dengan pengikat lempung. Jenis lempung yang umum dipakai adalah bentonit.
Komposisi campurannya adalah: Pasir kuarsa, Bentonit 7,5 9,1 %, Air 3,7 4,5 %. Kadang
ditambahkan bahan khusus seperti bubuk arang, tepung ter, jelaga kokas, atau tepung grafit
sekitar 1 %, agar permukaan benda tuangan menjadi halus dan pembongkaran mudah.
Cetakan pasir ini banyak digunakan pada industri pengecoran tradisionil, seperti di Ceper,
Klaten, Jawa Tengah.
Pasir cetak berpengikat semen adalah bahan pasir cetakan yang dapat mengeras sendiri
dengan komposisi: Pasir kuarsa (dapat menggunakan pasir bekas) 85 88 %, Semen 6 12
%, Air 4 8 %. Dapat pula ditambahkan bahan pengeras seperti gula tetes atau kalsium
khlorida sebanyak 50 100 % dari jumlah semen. Pasir cetak jenis ini biasanya digunakan
pada pembuatan benda berukuran cukup besar. Pemadatannya cukup menggunakan tangan.
Pasir cetak dengan pengikat air kaca dengan metode pengerasan C02. Komposisi: Pasir
kuarsa, Air kaca 3 7 %, Bahan tambah seperti: serbuk aspal atau grafit untuk memperbaiki
permukaan benda, sedang bubuk ter 0,5 2 % dan bubuk kayu 0,5 1,5 % berfungsi untuk
memperbaiki mampu hancur pasir cetak. Setelah semua bahan dicampur dengan baik,
kemudian cetakan dibuat dari campuran ini dengan tangan atau mesin. Gas CO2 ditiupkan ke
dalam cetakan pada tekanan 1- 1,5 kg/cm2, maka cetakan akan mengeras dalam waktu
singkat. Cara ini dikenal juga dengan pembuatan cetakan dengan cara CO2. Pada pemakaian
pasir cetak ini, pola harus dilapisi dengan bahan tahan alkali, sebab pasir cetak bersifat alkali
yang kuat.
4
Pasir
cetak
dengan pengikat resin furan atau fenol komposisinya adalah: Pasir kuarsa 90 %, Resin Furan
atau Fenol 0,8 1,2 %, dengan bahan pengeras (hardener) untuk resin furan asam fosfat
(H3PO4) sedang pengeras untuk resin fenol biasanya asam Tolualsulfon (PTS). Pasir cetak
akan segera mengeras dengan sendirinya jika resin bertemu dengan pengeras, oleh karena itu
biasanya pengeras dicampurkan dengan cara ditaburkan setelah campuran pasir cetak dan
resin dimasukkan ke dalam rangka cetak. Jika pengeras telah dicampurkan ke adukan pasir
cetak dan resin, maka harus segera dimasukkan ke dalam rangka cetak sebelum pasir
mengeras.
Pasir cetak berpengikat resin dengan metode kotak dingin (Cold-Box) memiliki komposisi
campuran: Pasir kuarsa 90 %, bahan pengikat terdiri dari resin fenol dan polisosianat (M.D.I)
sejumlah 2 3 % dari jumlah pasir, dengan perbandingan 1:1. Kemudian gas amin
(Trimethylamin atau Dimethylamin) 0,05 0,2 % sebagai katalisator dihembuskan ke pasir
cetak. Gas-gas ini dikenal juga sebagai gas amin.
Pasir cetak berpengikat resin dengan metode kotak panas (Hot-Box). Komposisinya adalah: Pasir
kuarsa 90 %, Resin furan atau fenol 1,5 2 %, sedangkan pengerasnya 0,2 0,5 %. Pengeras
pada resin fenol adalah larutan amonium nitrat atau asam sulfon yang dilunakkan untuk benda
coran baja tuang. Sedangkan untuk resin furan pengerasnya antara lain: asam semut, asam
fosfat, campuran amoniumurea (Co(NH2)2) dengan perbandingan 1:1, atau pengeras seperti
pada resin fenol. Untuk pembuatan inti, biasanya dipakai kotak yang terbuat dari besi cor
sebagai kotak inti. Kotak ini dipanaskan mula pada suhu 200 250 0C, kemudian pasir
diisikan ke dalamnya (dapat menggunakan mekanisme pengisian peniupan), maka pasir akan
segera mengeras karena panas dari kotak inti. Pada inti yang tebal, bagian dalamnya tidak
mengeras, tapi bila dibiarkan dalam kondisi demikian pasir akan mengeras sampai dalam.
Biasanya diikuti dengan pemanasan kedua pada suhu 150 180 0C
Cetakan pasir, kekuatan tekan basah cetakan 0 1,0 kg/cm2.Sedangkan kekuatan kering
cetakan 0 10 kg/cm2. Cetakan dibuat dengan jalan memadatkan pasir, pasir yang akan
digunakan adalah pasir alam atau pasir buatan yang mengandung tanah lempung. Pasir ini
biasanya dicampur pengikat khusus, seperti air, kaca, semen, resin ferol, minyak pengering.
Bahan tersebut akan memperkuat dan mempermudah operasi pembuatan cetakan (Surdia,
1982). Pasir cetak harus mempunyai sifat-sifat yang baik dalam proses penuangan meliputi:
Distribusi besar butir pasir, Kadar air atau kadar aditif dalam pasir cetak, Hubungan antara
permeabilitas, kekuatan geser, dan kekuatan tekan terhadap kadar air serta bahan aditif dalam
pasir cetak, Mampu bentuk (flowability) dari pasir cetak dan Perbedaan karakteristik antara
pasir basah (green sand), pasir kering (drysand), ditunjukan pada gambar 2.1
BAB III
METODOLOGI
III.1 Diagram Alir
Start
Pasir Silika(90%)
+Bentonit(10%)
+Silver(secukupnya)
+Air(1%)
Menuangkan
campuran ke dalam
flask
Menanam Pattern
Meratakan dan
memadatkan cetakan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9. Pola gating
1 set
10. Pola riser
1 set
Berikut bahan bahan percobaan yang dibutuhkan:
1. Aluminium
2. Pasir Silika (SiO2)
3. Bentonit
4. Air
5. Silver
1.
2.
3.
4.
5.
6.
DAFTAR PUSTAKA