Assalam mualaikum..
Pastinya kita semua (muslim) menyadari, bahwa saat ini umat Islam sudah begitu banyak
yang kehilangan rasa peduli terhadap sekitarnya. Entah itu lingkungan kerja, tempat tinggal,
ataupun pergaulan di masyarakat. Kita senantiasa sibuk mengejar duniawi dan beribadah
siang malam memikirkan keselamatan diri sendiri, hanya supaya terhindar dari azab-Nya.
Ibadah kita cuma sekedar rutinitas tanpa kualitas, yang penting bagaimana kelak di masa
mendatang diri kita tidak masuk neraka. Astaghfirullah!! Sebegitu PDnya kah kita akaan
surga?
Semua juga bisa melihat, bahwa umat ini hanya terlihat kuat dari kulitnya saja. Seperti halnya
ketika sholat berjamaah. Kita berada dalam satu mesjid, satu imam, satu gerakan sholat, satu
bacaan sholat. Berdiri rapat sejajar dalam barisan shaf, tidak peduli apa jabatan dan harta
kekayaannya. Tapi begitu sholat berjamaah selesai, berhamburanlah kita semua keluar dari
mesjid seperti anai-anai dengan tabiatnya masing-masing. Ada yang tetap korup, ada yang
masih suka cabul, ada yang hobby bergunjing, dan lain-lain. Menyedihkan bukan?
Padahal manusia sengaja diciptakan oleh Allah di muka bumi ini sebagai KHALIFAH
(pemimpin), dan tentunya kita (muslim) hukumnya WAJIB untuk tetap saling mengingatkan
bila ada kekhilafan dan kebathilan. Walaupun pasti banyak juga yang tak akan sepaham
dengan apa yang kita lakukan untuk tegaknya kebenaran. Malah mereka berujar, SOK
ALIM LO! MEREKA SENANG2 KAN TIDAK GANGGUIN ELO! BIARIN AJA KEQ
MEREKA JADI BAJINGAN, KOQ ELO YANG AMBIL PUSING?
Percaya deh, satu orang saja berbuat maksiat dan kita hanya diam cuek bebek, pasti teguran
dan azab itu akan datang menimpa kita semuanya. Apalagi kalau yang berbuat maksiat itu
satu negara, Masya Allah Yakin nih mau menantang amarah Dia? Maka selamatkan segera
akidah serta akhlak anak-anak dan keluarga kita sedini mungkin.
Tahukah anda sapu lidi? Bila sebatang lidi saja maka tidak ada nilainya dan malahan hanya
menjadi sampah, tapi bila sebatang demi sebatang dihimpun maka akan menjadi kekuatan
yang luar biasa untuk menyapu onggokan sampah. Begitu juga dengan kita (muslim). Tapi,
apakah mungkin kita bisa seperti ikatan sapu lidi itu?
Wallahualam.
Cinta adalah sebuah kata yang paling romantis, cinta adalah suatu
perasaan kepada orang lain, cinta itu buta, cinta itu gila. Banyak kata-kata yang mengartikan
cinta.
Cinta adalah lukisan abadi dalam kanvas kesadaran manusia. Lukisan. Bukan difenisi. Ia
disentuh sebagai sebuah situasi manusiawi, dengan detil-detil nuansa yang begitu rumit. Tapi
dengan pengaruh yang tellalu dahsyat. Cinta merajut semua emosi manusia dalam berbagai
pristiwa kehidupannya menjadi sublih: begitu agung tapi juga terlalu rumit.( Anis Mata)
Cinta ditakdirkan menjadi kata tanpa benda. Tidak terlihat. Hanya terasa. Tapi dahsyat. Siapa
yang tidak pernah mendengar kisah Romeo dan Juliet, Romeo membunuh diri ketika
mendengar Juliet telah tiada, dan begitu juga dengan Juliet yang meminum racun ketika
Romeo bunuh diri. Itulah betapa dahsyatnya cinta. Tetapi jika kita tidak bisa menggontrol
kedahsyatan cinta, kita akan sesat untuk jangka waktu yang lama.
Tapi ketika kita memasuki masa remaja yang begitu indah dan mengenal namanya cinta.
Dunia terasa berbunga-bunga. Setelah mengenal namanya cinta selanjutnya yaitu pacaran.
Pacaran seperti halnya cinta yang tidak terdefenisikan dengan kata-kata. Ada yang bilang
kalau lagi pacaran dunia ini terasa milik kita berdua, mungkin yang lain kontrak. Seharusnya
Remaja tidak pacaran terlebih dahulu yang lebih di masa lagi belajar. Karena pacaran lebihh
banyak keburukan dari pada manfaatnya. Walaupun banyak orang yang berkata kalau pacaran
untuk menjadi semangat biar belajar, tapi itu semua tidak benar, orang yang pacaran ketika Ia
sedang belajar yang semulanya satu jam setengah hanya tersisa sebuluh menit yang sisanya
hanya untuk memikirkan kata-kata sang pacar tadi pagi, ataupun sibuk membalas sms sang
pacar.
Dan bagi remaja yang tidak pacaran bukan karena tidak laku atau tidak dapat izin dari orang
tua tetapi hnya karena Allah, adalah remaja pilihan. Remaja yang yakin sepenuhnya kepada
Allah atas jodohnya, dan ia tidak ingin membuang-buang uang dan waktunya untuk pacaran.
Dari pada mencurahkan rasa cinta kita kepada lawan jenis yang belum jelas masa depannya,
lebih baik mencurahkan rasa cinta kepada Ayah dan Ibunda tercinta. Terutama kepada Ibu
yang telah mengandung kita selama sembilan bulan dalam keadaan susah payah, melahirkan
kita dengan taruhan nyawanya sendiri, menyusui kita selama 2 tahun ,dan masih banyak
kebaikan ibu kita. Tidak sepantasnya Remaja lebih mementingkan pacarnya dari pada kedua
orang tuanya yang begitu hebat luar biasa.
Marilah kita alihkan energi cinta kita bukan untuk melihat pacar adalah orang yang terbaik
untuk kita tapi untuk mempersiapkan diri saat diberikan oleh Allah Jodoh.
Pecinta sejati bukanlah Ia yang memamerkan cintanya tapi pecinta sejati adalah iya yang siap
berkomitmen kepada seseorang yang dititipkan oleh Allah untuk kita.
Sahabat, percayakah anda, sebuah dendam dan kebencian yang ditebar hari ini membuahkan
celaka bagi generasi mendatang? Mari kita tengok.
Berapa sering kita mendengar banyaknya korban akibat ranjau yang ditanam saat perang
puluhan tahun silam. Di Rusia, Cina, Kolombia, Kamboja, Jenewa, Irak, Afganistan, negaranegara Afrika, dan lain-lain.
Ranjau-ranjau itu adalah sisa-sisa amarah, bekas-bekas angkara, dan jejak-jejak amuk, dan
bekas-bekas kebencian. Kebencian atas penindasan dan ketidak adilan. Kebencian akan
perilaku adikuasa.
Kita tak pernah tahu kapan semua itu akan tersapu bersih. Meski damai telah
dijabattangankan, siapa bisa menjamin tak ada penyesalan di kemudian hari? Betapa
mahalnya sebuah kebencian.
Hal ini mengajarkan pada kita untuk tidak hanya mempertimbangkan apa yang terjadi pada
esok hari akibat perbuatan kita hari ini. Ketika kita membenci sesuatu, maka kebencian itu
akan beranak pinak, dan akan kembali kepada kita sebesar kebencian yang kita tebarkan.
Mari tanyakan pada diri sendiri, buat apa kebencian ini? Adakah manfaatnya? Adakah akibat
diesok hari buat diri kita dan anak cucu kita? Adakah jalan yang lebih baik? Karena ranjauranjau kebencian itu akan melukai orang yang membenci, juga orang yang dibenci. Duaduanya sama-sama terluka.
Namun ada yang harus digaris bawahi, bahwa kebencian tidaklah sama dengan ketegasan
sikap dalam menegakkan aturan dan batas-batas norma kehidupan. Kebencian lebih condong
mengarah pada subjek, sedang ketegasan lebih mengacu pada perilaku dan perbuatan.
Semakin jauh kita memandang ke depan, semestinya semakin besar nilai perbuatan kita hari
ini bagi kemanusiaan. Semakin berhati-hati dalam menentukan langkah dalam bertindak.
Salam..