Anda di halaman 1dari 34

Halaman Pengesahan

1. Judul Tutorial
: Infeksi Kelenjar Saliva
2. Ketua Tim Tutorial
Nama Lengkap
: Fadylla Nuansa Citra Bening
NIM
: 141610101046
Kelompok
: Tutorial 8
Asal Universitas
: Universitas Jember
3. Menyatakan bahwa substansi ini, yang berjudul Infeksi Kelenjar Ludah.
Dikerjakan dengan melibatkan 10 orang, pembimbing 1 orang dengan
rincian sebagai berikut :
Anggota Diskusi
Scriber 1
Nama Lengkap

Nakhita Lintang Syafira

NIM

141610101083

Fakultas

Kedokteran Gigi

Nama Lengkap

Ismi Inayatur Yusha

NIM

141610101030

Fakultas

Kedokteran Gigi

Nama Lengkap

Majid Maharsi Arif K

NIM

141610101053

Fakultas

Kedokteran Gigi

Nama Lengkap

Eka Aprillia Devi

NIM

141610101078

Fakultas

Kedokteran Gigi

Nama Lengkap

Fitrotul Hasanah

NIM

141610101080

Fakultas

Kedokteran Gigi

Scriber 2

Anggota 1

Anggota 2

Anggota 3

ii

Anggota 4
Nama Lengkap

RR Dianita Rahmah Julia

NIM

141610101081

Fakultas

Kedokteran Gigi

Nama Lengkap

Silvitania Putri

NIM

141610101083

Fakultas

Kedokteran Gigi

Nama Lengkap

Sepma Viraticha

NIM

141610101084

Fakultas

Kedokteran Gigi

Nama Lengkap

Ade Ayu Dwi Riani

NIM

141610101089

Fakultas

Kedokteran Gigi

Anggota 5

Anggota 6

Anggota 7

Jember, Juli 2015


Pembimbing Tutorial Kelompok VIII
Universitas Jember

Ketua Tim Tutorial

Prof. Mei Syafriadi, drg., MDSc., Ph.D


NIP.

Fadylla Nuansa Citra B


NIM. 141610101046

KATA PENGANTAR

iii

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan ini tentang Infeksi Kelenjar
Saliva. Laporan ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok VIII
pada skenario ke enam pada blok Penyakit Dentomaksilofasial I.
Penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena
itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Prof. Mei Syafriadi, drg., MDSc., Ph.D. selaku tutor yang telah
membimbing

jalannya

diskusi tutorial

kelompok VIII Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Jember dan yang telah memberi masukan


yang membantu, bagi pengembangan ilmu yang telah didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan
oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempuranaan laporan ini di masa mendatang. Semoga laporan ini dapat berguna
bagi kita semua.

Jember, Juli 2015

Penulis

DAFTAR ISI

iv

Pengesahan ..........................................................................................................ii
Kata Pengantar .....................................................................................................iv
Daftar Isi................................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................6
1.1.Latar Belakang ....................................................................................6
1.2.Skenario...............................................................................................6
1.3 Learning Objective..............................................................................7
BAB II DASAR TEORI........................................................................................8
BAB III PEMBAHASAN.....................................................................................9
BAB IV PENUTUP..............................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................37

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia memiliki kelenjar saliva yang terbagi menjadi kelenjar saliva mayor
dan minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari sepasang kelenjar parotis,
submandibula dan sublingual. Kelenjar saliva minor jumlahnya ratusan dan terletak
di rongga mulut. Kelenjar saliva berfungsi memproduksi saliva yang bermanfaat
untuk melicinkan dan membasahi rongga mulut sehingga membantu proses
mengunyah dan menelan makanan, membasahi dan melembutkan makanan menjadi
bahan setengah cair ataupun cair sehingga mudah ditelan dan dirasakan,
membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan dan kuman, mempunyai
aktivitas antibacterial dan sistem buffer, membantu proses pencernaan makanan
melalui aktivitas enzim ptyalin (amilase ludah) dan lipase ludah, berpartisipasi
dalam proses pembekuan dan penyembuhan luka karena terdapat faktor pembekuan
darah dan epidermal growth factor pada saliva, jumlah sekresi air ludah dapat
dipakai sebagai ukuran tentang keseimbangan air dalam tubuh, dan membantu
dalam berbicara (pelumasan pada pipi dan lidah). Atas dasar pentingnya fungsi
saliva tersebut, kelenjar saliva merupakan organ yang penting dalam sekresi saliva.
Kelenjar ini juga tidak terlepas dari penyakit. Penyakit tersebut bisa disebabkan dari
agen infeksius yaitu bisa berupa bakteri maupun virus. Dimana dari macam-macam
agen infeksius tersebut mempunyai caranya sendiri untuk menginfeksi tubuh
inangnya.
1.2 Skenario
Seorang pasien wanita berusia 30 tahun datang ke klinik penyakit mulut
dengan keluhan pembengkakan yang sakit pada sisi kiri wajah sejak empat hari
yang lalu, riwayat nyeri mendadak, bersifat kontinyu, intensitas sedang, menjalar ke
telinga kiri dan saat mengunyah semakin sakit. Riwayat pembengkakan awalnya
berukuran kecil berkembang lebih besar. Pasien juga mengalami demam selama 3
hari sebelum datang ke klinik. Selain itu pasien juga merasa mulut kering. Pasien
tidak ada riwayat pembengkakan yang sama terkait dengan nyeri di sisi kiri wajah.
Pada pemeriksaan ekstra oral, dengan inspeksi terlihat wajah asimetri karena
pembengkakan difus unilateral sisi kiri sepertiga bagian wajah. Pembengkakan
daerah telinga kiri sekitar 1 cm dari tragus superior ke border inferior mandibula.
6

Kulit di atas pembengkakan tampak tegang. Dengan palpasi, pembengkakan


konsistensi lunak dan hangat.
Pemeriksaan kelenjar limfe submandibular kiri dengan palpasi teraba, lunak,
dapat digerakkan, dan sakit.
Pada pemeriksaan intra oral, terdapat inflamasi pada daerah orifice duktus
parotis kiri, dengan palpasi teraba lunak dan sakit. Dengan penekanan mengeluarkan
pus dari orifice duktus parotis kiri.
Untuk menegakkan diagnose dokter merencanakan pemeriksaan mikrobiologi
terkait penyakit infeksi dari specimen aspirasi pus.
1.3 Learning Objective
1. Mahasiswa mengetahui, memahami dan menjelaskan Anatomi dan histology
kelenjar saliva
2. Mahasiswa mengetahui, memahami dan menjelaskan faktor utama dan faktor
predisposisi infeksi kelenjar saliva, port de entry dan proses infeksi kelenjar
saliva
3. Mahasiswa mengetahui, memahami dan menjelaskan respon host terhadap
infeksi kelenjar saliva
4. Mahasiswa mengetahui, memahami dan menjelaskan Macam penyakit infeksi
kelenjar saliva beserta gambaran HPA, radiografi dan gejala klinis
5. Mahasiswa mengetahui, memahami dan menjelaskan perkembangan
pembengkakan dari kecil hingga menjadi besar
6. Mahasiswa mengetahui, memahami dan menjelaskan nyeri kontinyu, mendadak,
dan menjalar ke telinga
7. Mahasiswa mengetahui, memahami dan menjelaskan penjalaran infeksi kelenjar
saliva

BAB II
DASAR TEORI

Kelenjar ludah adalah kelenjar majemuk bertandan, yang berarti terdiri atas
gabungan kelompok alveoli bentuk kantong dan yang membentuk lubang-lubang kecil.
Saluran-saluran dari setiap alveolus bersatu untuk membentuk saluran yang lebih besar
7

dan yang mengantar sekretnya ke saluran utama dan melalui ini sekret dituangkan ke
dalam mulut.
a) Kelenjar Parotis
Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar. Kelenjar parotis terletak di
bagian bawah telinga di belakang ramus mandibular di antara processus
mastoideus dengan ramus mandibular. Kemudian meluas ke arcus zygomaticum
hingga mencapai dasar muskulus masseter. 25% dari saliva merupakan sekret
dari kelenjar ini. Berat dari kelenjar ini sekitar 20-30 gram. Duktus dari kelenjar
ini bernama ductus stenson. Duktus stenson memiliki panjang sekitar 35-40 mm
dengan diameter 3 mm. Duktus ini bermuara di lipatan mukosa bukal setentang
dengan gigi molar 2 rahang atas.
b) Kelenjar Submandibula
Kelenjar submandibular terdiri dari dua bagian yaitu region submandibular dan
region sublingual yang dipisahkan oleh muskulus mylohyoid. Kelenjar ini
memiliki ductus yang bernama Whartons duct. Duktus ini bermuara pada
caruncula sublingualis di frenulum lidah.
c) Kelenjar Sublingualis
Kelenjar sublingualis memiliki bentuk yang memanjang. Berat dari kelenjar ini
sekitar 2-3 gram. Duktus dari kelenjar sublingualis ini bernama ductus
bartholini. Duktus ini bermuara di dekat muara ductus Wharton di sekitar
frenulum lidah. (Pearce, 2005)
Kelainan kelenjar saliva adalah suatu keadaan abnormal dalam kelenjar saliva yang
dapat merujuk pada kondisi yang menyebabkan pembengkakan atau nyeri.

BAB III
PEMBAHASAN

STEP 1
1. Aspirasi pus : Pus yang terlokalisir
2. Orifice : Muara atau jalan keluar
3. Inspeksi : Teknik pemeriksaan ekstra oral dilihat secara umum
8

STEP 2
1. Mengapa pasien mengalami demam?
2. Mengapa pada pembekakan dari kecil bisa menjadi besar?
3. Bagaimana proses terjadinya nyeri mendadak, kontinyu, dan menjalar ke
4.
5.
6.
7.
8.

telinga?
Bagaimana respon host yaitu glandula saliva terhadap infeksi?
Bagaimana infeksi bisa masuk ke glandula parotis?
Kelenjar apa yang terkena infeksi?
Kenapa pada orifice duktus parotis terdapat pus?
Penyakit apa yang diderita pasien dari scenario tersebut? Mengapa mulut pasien

menjadi kering?
9. Bagaimana anatomi dan histology glandula saliva?
10. Apa saja macam-macam infeksi glandula saliva?
11. Bagaimana penjalaran infeksi dari glandula satu ke glandula yang lainnya?
12. Bagaimana gambaran HPA dan radiografi dari infeksi glandula saliva?
13. Mungkinkah terjadi infeksi beberapa glandula saliva sekaligus? Jika iya, apa
faktor yang mempengaruhi dan alasannya?
STEP 3
1. Saat tubuh terinfeksi otomatis tubuh akan melakukan pertahanan diri salah
satunya yaitu dengan respon inflamasi dimana ada peran dari leukosit maupun
makrofag. Sel radang tersebut tidak bekerja sendiri, sel radang tersebut bekerja
dibantu oleh zat pirogen dimana zat tersebut dapat merangsang hipotalamus
untuk mengeluarkan asam arakidonat dimana asam arakidonat tersebut dapat
memacu pengeluaran prostaglandin yang mempengaruhi thermostat hipotalamus
yang dapat menyebabkan terjadinya demam
2. Pembengkakan dari kecil hingga menjadi besar kemungkinan di akibatkan oleh
penyempitan duktus sehingga terjadi akumulasi saliva pada kelenjar parotis
sehingga kelenjar parotis menjadi besar. Selain itu, kemungkinan juga bisa
diakibatkan adanya infeksi bakteri sehingga mengalami inflamasi dan terjadi
akumulasi pus pada kelenjar parotis sehingga kelenjar parotis dapat membesar.
3. Nyeri kontinyu diakibatkan oleh agen penyebab belum dihilangkan atau belum
hilang, sedangkan adnya nyeri hingga menjalar ke telinga akibat adanya syaraf
yang menghubungkan ke telinga pada kelenjar parotis
4. Respon tubuh atau host terhadap infeksi yaitu dengan cara melalui peradangan
yaitu dengan adanya sel-sel radang dan mediator-mediator inflamasi pada daerah
infeksi yang akan memfagosit mikrobia
5. Infeksi masuk ke kelenjar parotis ada dua cara yaitu dengan melalui pembuluh
darah dan pembuluh limfe. Dimana jika melalui pembuluh darah, infeksi
tersebut ke tempat atau daerah rentan yaitu glandula parotis. Sedangkan untuk
yang melalui pembuluh limfe, dimana jika diperankankan oleh virus, virus
9

tersebut masuk ke pembuluh limfe kemudia menuju saraf sensoris dan kemudian
ke glandula parotis
6. Kelenjar Parotis
7. Karena pada bagian itu merupakan muara dari ductus stanson dari kelenjar
parotis. Sehingga apabila pada kelenjar parotis mengalami infeksi, kemungkinan
besar juga akan terjadi infeksi pada saluran kelenjar dan muaranya Faktor Utama
Bakteri
8.
9.
Faktor
Infeksi
Faktor
10.
Penyebab
Predisposisi
11.
Virus
12.
Parotis
13.
Mayor
Macam
Submandibula
(Nomor 8-13 dimasukkan LO)
Glandula Saliva

Anatomi

Minor

Sublingual
Lingual Posterior

Histologi

Bukal
Labial

Respon Host

Palatal

Step 4

Lingual Anterior
Lokal
Berhasil
Sembuh

Tidak Berhasil
Limfonodi

Hematogen

Perkotinuatum

Humoral

Penyebaran

Droplet
Kontak Langsung

Xerostomia
Inflamasi

Demam
Gejala Lokal

Gejala Sistemik

Nyeri

Lympadenetis
Nyeri

Pemeriksaan

HPA

Radiografi

Klinis
10

Klasifikasi
Penyakit Kelenjar
Saliva

Step 5
1. Mahasiswa mengetahui, memahami dan menjelaskan Anatomi dan histology
kelenjar saliva
2. Mahasiswa mengetahui, memahami dan menjelaskan faktor utama dan faktor
predisposisi infeksi kelenjar saliva, port de entry dan proses infeksi kelenjar
saliva
3. Mahasiswa mengetahui, memahami dan menjelaskan respon host terhadap
infeksi kelenjar saliva
4. Mahasiswa mengetahui, memahami dan menjelaskan macam penyakit infeksi
kelenjar saliva beserta gambaran HPA, radiografi dan gejala klinis
5. Mahasiswa mengetahui, memahami dan menjelaskan perkembangan
pembengkakan dari kecil hingga menjadi besar
6. Mahasiswa mengetahui, memahami dan menjelaskan nyeri kontinyu, mendadak,
dan menjalar ke telinga
7. Mahasiswa mengetahui, memahami dan menjelaskan penjalaran infeksi kelenjar
saliva
Step 7
1. Mahasiswa mengetahui, memahami dan menjelaskan Anatomi dan histology
kelenjar saliva
11

Histologi glandula saliva mayor:


a) Glandula parotis

Glandula parotis adalah kelenjar serosa besar yang digolongkan sebagai kelenjar
tubuloasinar kompleks dan banyak mengandung sel adiposa. Dikelilingi kapsul
yang membentuk banyak septum jaringan ikat interlobularis yang membagi
kelenjar menjadi lobul dan lobulus yang didalamnya terdapat arteriol, venula
12

dan duktus ekskretorius interlobularis. Sel sekretorik membentuk asini serosa.


Dengan pembesaran lebih kuat, tampak granula sekretorik. Semua asini serosa
dikelilingi sel mioepitel kontraktil yang tipis diantara membrana basalis dan sel
serosa. Asini serosa sekretorik mencurahkan produknya ke duktus interkalaris.
Produk sekretorik dari duktus interkalaris mengalir ke duktus striataya yang
lebih besar. Duktus striata mencurahkan isinya ke dalam duktus ekskretorius
intralobularis.

b) Glandula submandibularis

Beberapa lobulus kelenjar submandibularis dengan beberapa asini mukosa


terselip diantara asini serosa. Pada asini campuran, asini mukosa biasanya
dikelilingi atau ditutupi oleh satu atau lebih sel serosa, membentuk semiluna
serosa bentuk bulan sabit. Sel mioepitel kontraktil mengelilingi asini serosa dan
mukosa serta duktus interkalaris. Sel ini berbentuk gepeng, berinti gepeng,
13

memiliki sitoplasma panjang yang mencapai sel-sel sekretoris, dan memiliki


miofibril yang kontraktil di dalam sitoplama sehingga membantu memeras sel
sekretoris mengeluarkan hasil sekresi. Duktus striata dengan striata basalis yang
lebih panjang lumennya daripada kelenjar parotis. Juga terdapat septum jaringan
ikat interlobularis, arteriol, venula, sel adiposa.

c) Glandula sublingualis

14

Merupakan kelenjar tubuloasinar campuran karena terdiri atas asini serosa dan
mukosa tapi sebagian besar adalah asini mukosa yang ditutupi oleh semiluna
serosa. Tampak juga sel mioepitel kontraktil disekitar asini serosa dan mukosa.
Terdapat duktus interkalaris pendek atau tidak ada, dan duktus ekskretorius
interlobularis non striata lebih banyak. Terdapat juga septum jaringan ikat
interlobularis, arteriol, venula dan duktus ekskretorius interlobularis. Sel adiposa
berbentuk lonjong tampak menyebar di jaringan ikat kelenjar.
(Sumber: Eroschenko, Victor P. 2010. Atlas Histologi diFiore: dengan korelasi
fungsional. Jakarta: Buku Kedokteran EGC)
Anatomi Kelenjar Saliva Mayor:
d) Kelenjar Parotis
Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar. Kelenjar parotis terletak di
bagian bawah telinga di belakang ramus mandibular di antara processus
mastoideus dengan ramus mandibular. Kemudian meluas ke arcus zygomaticum
hingga mencapai dasar muskulus masseter. 25% dari saliva merupakan sekret
dari kelenjar ini. Berat dari kelenjar ini sekitar 20-30 gram. Duktus dari kelenjar
ini bernama ductus stenson. Duktus stenson memiliki panjang sekitar 35-40 mm
dengan diameter 3 mm. Duktus ini bermuara di lipatan mukosa bukal setentang
dengan gigi molar 2 rahang atas.

15

e) Kelenjar Submandibula
Kelenjar submandibular terdiri dari dua bagian yaitu region submandibular dan
region sublingual yang dipisahkan oleh muskulus mylohyoid. Kelenjar ini
memiliki ductus yang bernama Whartons duct. Duktus ini bermuara pada
caruncula sublingualis di frenulum lidah.

f) Kelenjar Sublingualis
Kelenjar sublingualis memiliki bentuk yang memanjang. Berat dari kelenjar ini
sekitar 2-3 gram. Duktus dari kelenjar sublingualis ini bernama ductus
bartholini. Duktus ini bermuara di dekat muara ductus Wharton di sekitar
frenulum lidah.

16

(Sumber:Pearce, C. Evelyn.2005.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.


Jakarta:Gramedia)
Anatomi dan histology kelenjar minor:
Kelenjar saliva minor lebih kecil dari kelenjar saliva mayor, namun
jumlahnya lebih banyak. Kelenjar saliva minor termasuk kelenjar eksokrin,
namun duktus mereka lebih pendek daripada duktus kelenjar saliva mayor.
Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar labialis , lingualis, bukalis dan
palatinal. Kelenjar-kelenjar ini berada di bawah mukosa dari bibir, lidah, pipi,
serta palatum. Kelenjar saliva mayor dan minor terdiri dari epitel dan jaringan
ikat. Sel epitel berada di sistem duktus dan memproduksi saliva. Jaringan ikat
ada disekeliling epitel, menjaga dan mendukung kelenjar. Jaringan ikat kelenjar
terbagi menjadi capsule, yang mengelilingi bagian luar seluruh kelenjar dan
septa. Setiap septum membantu membagi bagian dalam kelenjar menjadi lobus
yang lebih besar dan lobulus yang lebih kecil. Capsule dan septa membawa
nervus dan pembuluh darah yang mensuplai kelenjar.
1) Kelenjar Labial
Kelenjar ini terletak di submukosa bibir. Banyak ditemui pada midline
dan memiliki banyak duktus.
2) Kelenjar Bukal
Kelenjar ini terdapat pada mukosa pipi, kelenjar ini serupa dengan
kelenjar labial
3) Kelenjar Palatinal
17

Kelenjar ini ditemui di sepertiga posterior palatal dan di palatum molle.


Kelenjar ini dapat dilihat secara visual dan dilindungi oleh jaringan
fibrous yang padat
4) Kelenjar Lingual
Kelenjar ini dikelompokkan dalam beberapa tipe yaitu:
a. Kelenjar anterior lingual
Lokasi kelenjar ini tepat di ujung lidah
b. Kelenjar lingual Van Ebner
Kelenjar ini dapat ditemukan di papilla sirkumvalata
c. Kelenjar Posterior lingual
Dapat ditemukan pada sepertiga posterior lidah yang berdekatan
dengan tonsil
Histologi saluran keluar kelenjar saliva:
1.

Duktus intralobular

a. Intercalated duct
Dilapisi oleh epitel selapis kubis rendah, menghubungkan asini dengan
striated duct.
b. Striated duct
Dilapisi epitel selapis silindris, sitoplasma asidofil. Sitoplasma bagian
basal bergaris-garis karena mitokondria tongkat tegak lurus pada basis sel
2.

Duktus interlobularis
Dilapisi oleh epitel silindris bertingkat dan mungkin bersel goblet..
terdapat di jaringan ikat yang memisahkan lobules. Saluran utama dari
setiap kelenjar saliva utama dilapisi oleh epitel berlapis pipih tanpa lapisan
tanduk.

(Sumber: Craigmyle, M.B.L. 1987. Atlas Berwarna Histologi (A Colour Atlas Of


Histology). Jakarta: EGC)

2. Mahasiswa mengetahui, memahami dan menjelaskan faktor utama dan


faktor predisposisi infeksi kelenjar saliva, port de entry dan proses infeksi
kelenjar saliva
Faktor utama penyebab infeksi kelenjar saliva
Virus : paramyxovirus, parainfluenza, cytomegalovirus
Bakteri : Staphylococcus aureus, Streptococcus viridians, Haemiphylus
influenze dan bakteri anaerob
Faktor Predisposisi
Striktur duktus
18

Terapi radiasi pada rongga mulut


Dehidrasi yang menyebabkan saliva menjadi kental
Malnutrisi
Obat-obatan tertentu yang menurunkan produksi saliva misalnya obat

antihipertensi
Post pembedahan

(Sumber: Neviller BW, Damm DD, Allen CM. 2002. Oral and Maxillofacial
Pathology. Philadelphia : Saunders)

Port the entry dari mikroorganisme seperti virus dan bakteri bisa melalui
beberapa jalur. Beberapa jalur tersebut diantaranya adalah kulit, sistem
pencernaan, sistem pernapasan dan orogenital. Mikroorganisme yang masuk
melalui kulit biasanya masuk ketika ada kerusakan pada kulit.
(Sumber: Robbins dan Kumar.Buku Ajar PatologiII Ed.4.Jakarta:EGC)

Proses menginfeksi bakteri


Sebagian besar infeksi mikroorganisme dimulai dengan menembus
membrane mukosa pada saluran pernapasan, urin, atau saluran reproduksi. Hal ini
membuktikan bahwa bakteri atau virus mampu memulai infeksi dengan
kemampuan melekat secara spesifik kepada sel epitel. Suatu mikroorganisme
penyebab infeksi tidak melekat pada semua sel epitel secara bersama-sama, tapi
memperlihatkan sel ektifitas dengan melekat pada daerah tubuh tertentu dimana
secara normal dia dapat masuk. Kedua, spesifisitas inang; suatu strain bakteri
yang secara normal menginfeksi manusia akan lebih kuat melekat kepada sel
epitel manusia yang cocok di banding dengan sel yang sama pada hewan atau
sebaliknya.
Perlekatan terhadap permukaan mukosa memainkan suatu peranan yang
besar dalam kolonisasi mukosa untuk hampir semua pathogen mukosa.
Mekanisme yang sebenarnya digunakan untuk perlekatan sering melibatkan
pengikatan pada permukaan bakteri seperti pili (fimbria) terhadap reseptor
permukaan sel inang. Banyak penelitian yang sudah dilakukan terhadap daerah
ini, termasuk karakterisasi gen yang dilibatkan pada sintesis pili dan identifikasi
19

reseptor inang. Sebagai alternatif, bakteri dapat membuat adhesin non-fimbria


sebagai perantara perlekatan. Jenis perlekatan lainnya adalah perlekatan terhadap
reseptor permukaan mukosa, beberapa adhesion bakteri memerantarai kontak
bakteri dengan bakteri lain, terbentuk dalam susunan mikro koloni yang berikatan
secara bersentuhan. Peranan perlekatan antara bakteri dalam kolonisasi mukosa
tetap menentukan, meskipun hal ini bersifat spekulasi dengan alasan sekali suatu
pathogen berhasil berikatan terhadap permukaan inang, mereka dapat menyebar.
Proses ini menguntungkan karena dapat menolong sel-sel lain yang berikatan.
Dengan kata lain, bakteri berpisah pada permukaan inang, mereka dapat tetap
tinggal dan saling berikatan dengan sesamanya lebih cepat dari pada langsung ke
pada permukaan sel inang, yang membatasi daerah ini. Perlekatan antara bakteri
ini, dianggap bahwa bakteri mengekspresikan reseptor khusus yang menyerupai
sel inang atau adhesion tersebut dapat mengenali reseptor yang berbeda pada
bakteri dan sel inang. Dengan kata lain, bakteri mengekspresikan tipe adhesin
yang berbeda untuk kontak antar spesies (bakteri-selinang) dan dalam suatu
spesies (bakteri-bakteri).
(Sumber:Munasir, Zakiudin. 2001. Respon Imun Terhadap Infeksi Bakteri. Jurnal
Sari Pediatric Vol. 2 No. 4 Maret 2001)

Proses menginfeksi virus


Virus mumps masuk tubuh melalui hidung atau mulut yang berasal dari
percikan ludah, kontak langsung dengan penderita parotitis lain, muntahan, dan
urin. Infeksi akut oleh virus mumps pada kelenjar parotis dibuktikan dengan
adanya kenaikan titer IgM dan IgG secara bermakna dari serum akut dan serum
konvalesens. Pada infeksi pertama antibodi yang terbentuk terlebih dahulu
adalah IgM. IgG muncul setelahnya, yang mana kadarnya lebih tinggi dalam
darah dan tidak menurun secara dramatis. Jika terjadi paparan lagi, IgG akan
naik jauh lebih tinggi dan lebih cepat daripada IgM. IgG merupakan penanda
utama pada infeksi sekunder.
Masa inkubasi 15 sampai 21 hari kemudian virus bereplikasi di dalam
traktus respiratorius atas. Semakin banyak penumpukan virus di dalam tubuh
sehingga terjadi proliferasi di parotis / epitel traktus respiratorius kemudian
20

terjadi viremia (ikutnya virus ke dalam aliran darah) dan selanjutnya virus
berdiam di jaringan kelenjar / saraf yang kemudian akan menginfeksi glandula
parotis. Keadaan ini disebut parotitis

Virus paramyxovirus

Droplet, kontak langsung penderita parotitis lain, muntahan, urin

Virus bereplikasi di traktur respiratori atas

Viremia

Virus berdiam di jaringan atau saraf

Menginfeksi glandula parotis


Gambar : Skema virus menginfeksi kelenjar saliva

(Sumber: Robbins dan Kumar.Buku Ajar PatologiII Ed.4.Jakarta:EGC)

3. Mahasiswa mengetahui, memahami dan menjelaskan respon host terhadap


infeksi kelenjar saliva
1. Respon host lokal
Untuk respon host khususnya pada kelenjar saliva, melibatkan beberapa
hal. Infeksi yang terjadi melalui muara duktus kelenjar saliva dapat dicegah
dengan cara fisik yaitu dengan peningkatan viskositas saliva. Ini dimaksudkan
untuk memerangkap antigen seperti virus dan bakteri yang datang serta
menghentikan pertumbuhannya pada parenkim dari glandula saliva. Sedangkan
dengan cara kimiawi dapat dengan cara pengeluaran antibodi, khususnya pada
kelenjar saliva adalah Imunoglobulin A. Untuk mencegah infeksi yang masuk
melalui daerah sepanjang duktus kelenjar saliva dapat digunakan sistem
limfonodi yang terletak sepanjang lapisan duktus kelenjar saliva.
- Respon host spesifik pada bakteri dan virus
21

a) Bakteri Ekstraseluler

Humoral
Antibodi merupakan komponen imun protektif utama
terhadap

bakteri

ekstraselular

yang

berfungsi

untuk

menyingkirkan mikroba dan menetralkan toksinnya melalui


berbagai mekanisme. Th2 memproduksi sitokin yang merangsang
respons sel B, aktivasi makrofag dan inflamasi.

Sitokin
Respons utama pejamu terhadap bakteri ekstraselular adalah
produksi

sitokin

menimbulkan

oleh

inflamasi

makrofag

yang

dan syok

septik.

diaktifkan
Toksin

yang
seperti

superantigen mampu mengaktifkan banyak sel T, sehingga


menimbulkan produksi sitokin dalam jumlah besar dan kelainan
klinik patologi seperti yang terjadi pada syok septik.
b) Bakteri Intraseluler
Imunitas selular terdiri atas 2 tipe reaksi, yaitu sel CD4 Th1
yang mengaktifkan makrofag yang memproduksi IFN-

dan sel

CD8/CTL (Cytotoxic T Lymphocyte), yang memacu pembunuhan


mikroba serta lisis sel terinfeksi.
Makrofag yang diaktifkan sebagai respons terhadap mikroba
intraselular dapat pula membentuk granuloma dan menimbulkan
kerusakan jaringan. Bakteri intraselular dimakan makrofag dan dapat
hidup dalam fagosom dan masuk dalam sitoplasma. CD4 memberikan
respons terhadap peptida antigen-MHC(Mayor Histocompatibility
Complex)-II asal bakteri intravesikular, memproduksi IFN-

yang

mengaktifkan makrofag untuk menghancurkan mikroba dalam fagosom.


Sel CD4 naif dapat berdiferensiasi menjadi sel Th1 yang mengaktifkan
fagosit untuk membunuh mikroba yang dimakan dan sel Th2 yang
mencegah aktivasi makrofag.
CD8 memberikan respons terhadap molekul MHC-1 yang
mengikat antigen sitosol dan membunuh sel terinfeksi. Perbedaan dalam
respons sel T terhadap mikroba intraselular pada berbagai individu
22

merupakan determinan dalam perkembangan penyakit dan gambaran


klinis
c) Virus
Imunitas spesifik humoral
Antibodi merupakan efektor dalam imunitas spesifik
humoral terhadap infeksi virus. Antibodi dapat menetralkan virus,
mencegah virus menempel pada sel dan masuk ke dalam sel
pejamu.
Antibodi

dapat

berperan

sebagai

opsonin

yang

meningkatkan eliminasi partikel virus oleh fagosit. Aktivasi


komplemen juga ikut berperan dalam meningkatkan fagositosis
dan menghancurkan virus dengan envelop lipid secara langsung.
IgA yang disekresi di mukosa berperan terhadap virus yang
masuk melalui mukosa saluran napas dan cerna.
Imunitas spesifik selular
Respons imun terhadap virus intraselular

terutama

tergantung dari sel CD8/CTL yang membunuh sel terinfeksi.


Fungsi fisiologik utama CTL (Cytotoxic T Lymphocyte) ialah
pemantauan terhadap infeksi virus. Kebanyakan CTL yang
spesifik untuk virus mengenal antigen virus yang sudah dicerna
dalam sitosol, biasanya disintesis endogen yang berhubungan
dengan MHC-1 dalam setiap sel yang bernukleus. Untuk
diferensiasi penuh, CD8 memerlukan sitokin yang diproduksi sel
CD4 Th dan konstimulator yang diekspresikan pada sel
terinfeksi. Bila sel terinfeksi adalah sel jaringan dan bukan APC
(Antigen Presenting Cell), sel terinfeksi dapat dimakan oleh APC
profesional seperti sel dendritik yang selanjutnya memproses
antigen virus dan mempresentasikannya bersama molekul MHC-1
ke sel CD8 naif di kelenjar getah bening. Sel yang akhir akan
berproliferasi secara masif yang kebanyakan merupakan sel
spesifik untuk beberapa peptida virus. Sel CD8 naif yang
diaktifkan berdiferensiasi menjadi sel CTL efektor yang dapat
membunuh setiap sel bernukleus yang terinfeksi. Efek antivirus
utama CTL adalah membunuh sel terinfeksi.
(Sumber: Baratawidjaja, Karnen Garna dan Iris Rengganis.2013.Imunologi
Dasar.Jakarta:Balai Penerbit FKUI)
23

4. Mahasiswa mengetahui, memahami dan menjelaskan macam penyakit infeksi


kelenjar saliva beserta gambaran HPA, radiografi dan gejala klinis
Macam-macam infeksi kelenjar saliva
a) Sialolithiasis
Sialolithiasis bukan merupakan infeksi kelenjar saliva akibat dari bakteri
maupun virus, namun sialolithiasis dapat mendukung atau merupakan
faktor pendukung terjadinya infeksi kelenjar saliva oleh bakteri dan
virus. Sialolit adalah massa terkalsifikasi atau batu yang dapat terjadi di
dalam kelenjar saliva. Batu seperti itu diketahui berasal dari deposisi
kalsium di sekitar nidus bacterial, mukos, sel-sel epithelial duktus.
Penyebab sebenarnya struktur saliva ini tidak diketahui, tetapi tidak
berhubungan dengan ketidakseimbangan sistemik metabolism kalsium.
Namun, telah diketahui bahwa kadar kalsium yang tinggi pada saliva
atau defisiensi phyate mungkin berhubungan dengan pembentukan batu.
Batu dapat berkembang pada duktus glandula saliva mayor dan minor,
tetapi kelenjar submandibula yang sering terkena. Prediksi ini
mencerminkan sekresi mucus yang kental pada glandula submandibularis
dan sifat berkelok-kelok duktusnya.
Tanda Klinis

Batu

akan

menyebabkan

penyumbatan

pada

duktus

saliva,

mengakibatkan nyeri episodic dan awitan cepat pembengkakan glandula


yang terkena pada waktu makan. Gejala bervariasi dan biasanya
tergantung pada tingkat obstruksinya, dengan batu yang lebih besar akan
menimbulkan gejala yang sering dan parah. Apabila batu terletak di
muara, bisa divisualisasi sebagai massa kuning yang liat bila dipalpasi.
24

Radiografi

Radiografi dapat digunakan untuk menunjukkan sialolit. Kira-kira 90%


dari batu submandibula adalah radiopak, sebaliknya 90% batu di kelenjar
parotis adalah radiolusen. Batu yang terleak di uung duktus atau yang
tidak terlihat oleh radiograf konvensional, dapat dideteksi menggunakan
sialografi.
HPA

Massa kalsifikasi Sialolithiasis introductal menunjukkan laminasi


konsentris . Saluran duktus metaphasia skuamosa

b) Sialadenitis
Sialadenitis adalah infeksi berulang-ulang di glandula submandibularis
yang dapat diserati adanya batu (sialolith) atau penyumbatan. Biasanya
sistem duktus terjadi kerusakan,. Pembentukan abses dapat terjadi
25

didalam kelenjar maupun duktus. Sering terdapat batu tunggal atau


multiple.
Sialadenitis merupakan keadaan klinis yang lebih sering daripada
pembengkakan

parotid

rekuren

dan

berhubungan

erat

dengan

penyumbatan batu duktus submandibularis. Penyumbatan tersebut


biasanya hanya sebagian dan oleh karena itu gejala yang timbul berupa
rasa sakit postpradial dan pembengkakan. Kadang-kadang infeksi
sekunder menimbulkan sialadenitis kronis pada kelenjar yang tersumbat
tersebut, tetapi jarang terjadi. Kadang-kadang pembengkakan rekuren
disebabkan oleh neoplasma yang terletak dalam kelenjar sehingga
penyumbatan duktus.
Etiologi
Sialadenitis biasanya terjadi setelah obstruksi tetapi dapat berkembang
tanpa penyebab yang jelas. Peradangan kronis dapat terjadi pada
parenkim kelenjar atau duktus seperti batu (sialolithiasis) yang
disebabkan karena infeksi (sialodochitis) dari Staphylococcus aureus,
Streptococcus viridians atau pneumococcus. Selain itu terdapat
komponen obstruksi skunder dari kalkulus air liur dan trauma pada
kelenjar. Faktor risiko yang dapat mengakibatkan sialadenitis antara lain
dehidrasi, terapi radiasi, stress, malnutrisi dan hiegine oral yang tidak
tepat misalnya pada orang tua, orang sakit, dan operasi.
Sialadenitis paling sering terjadi pada kelenjar parotis dan biasanya
terjadi pada pasien dengan umur 50-an sampai 60-an, khususnya pada
pasien sakit kronis dengan xerostomia,dan

pasien dengan sindrom

Sjogren, dan pada mereka yang melakukan terapi radiasi pada rongga
mulut.

Jadi, etiologi

paling

umum

pada penyakit

ini

adalah

Staphylococcus aureus organisme lain meliputi Streptococcus, koli, dan


berbagai bakteri anaerob.
Tanda klinis
Kelenjar yang terkena terasa nyeri, membengkak, dan lunak jika ditekan,
dengan cairan purulen dari orifis duktus. Kulit diatasnya mungkin
erimatus dan pasien merasa demam dan malaise

26

HPA
Histologi dari sialadenitis kronis adalah ada berbagai tingkat atrofi
asinar, infiltrasi limfoid dengan atau tanpa germinal center, serta fibrosis.
Saluran dilatasi terbuka dan hiperplasia dari lapisan epitel dengan
berbagai metaplasias. Metaplasia sel goblet menghasilkan musin yang
berlimpah.

Sialografi

27

Pada radiograf terlihat terjadi pembengkakan pada daerah kelenjar


parotis
c)
Parotitis
Gondong (mumps) adalah penyakit menular akut yang ditandai dengan
pembesaran nonsuporatif salah satu atau kedua kelenjar air liur. Virus
gondong terutama menyebabkan penyakit kanak-kanak yang ringan,
tetapi pada orang dewasa, komplikasi yang meliputi meningitis dan
orkitis umum terjadi. Lebih dari sepertiga seluruh infeksi gondong
bersifat asimptomatik.
Virus penyebab penyakit ini telah berhasil diisolasi oleh Jonhson dan
Goodpasture pada tahun 1934. Virus tersebut masuk dalam genus
Paramyxo virus. Penyakit gondong atau mumps sering juga disebut
penyakit parotitis epidemika. Penyakit ini dapat timbul secara endemik
atau epidemik, tersebar di seluruh dunia dan menyerang kedua jenis
kelamin sama banyak
Tanda Klinis
Masa tunas 14-24 hari. Dimulai dengan stadium prodormal, lamanya 1-2
hari dengan gejala demam, anoreksia, sakit kepala, muntah dan nyeri
otot. Suhu tubuh biasanya naik sampai 38,50C-39,50C, kemudian timbul
pembengkakan kelanjar parotitis yang mula-mula unilateral tetapi
kemudian dapat menjadi bilateral. Pembengkakan tersebut terasa nyeri
28

baik spontan maupun pada perabaan, terlebih-lebih bila penderita makan


atau minum sesuatau yang asam, ini merupakan gejala khas untuk
penyakit parotitis epidemika. Di daerah parotis, kulit tanpak berwarna
merah kecoklatan, nyeri pada tekanan, bagian bawah daun telinga
terangkat ke atas. Kadang-kadang disertai trimus dan disfagia. Di rongga
mulut pada muara duktus Stenson tampak kemerahan dan edeam.
Pembengkakan kelenjar berlangsung 3 hari dan kemudian mengempis.

HPA

kelenjar parotis menunjukkan hiperemia vaskular yang mencolok ,


vaculation sel asinar dan infiltrasi limfosit , infiltrasi interstitial limfoid
didominasi.
(Sumber:Lewis, Michael A.O. 2015. Penyakit Mulut Diagnosis dan Terapi.Jakarta:
EGC)
29

5. Mahasiswa mengetahui, memahami dan menjelaskan perkembangan


pembengkakan dari kecil hingga menjadi besar
Batu kelenjar liur terjadi bila segerombolan sel-sel ductus yang
terkelupas tertangkap dalam bentuk glukoprotein, suatu nidus dalam ductus.
Terjadi endapan kalsium fosfat yang berlapis dan batu membesar secara sirkuler
yang berakhir dengan oklusi duktus.
Sumbatan yang berlangsung lama berakibat hilang fungsi. Bila batu
dibuang sedini mungkin, kelenjar tetap berfungsi. Kelenjar yang tidak berfungsi
sebagai akibat penyakit kronik harus diterapi secara pembedahan, karena dapat
berakibat infeksi sialadenitis retrogad akut yang disebabkan tidak mampunyai
kelenjar untuk membersihkan system duktus dengan saliva. Radang kelenjar liur
mayor dapat berkembang dari sumbatan duktus, infeksi virus atau kuman atau
penyakit autoimun.
Penyakit gondong (parotitis epidemika) ialah penyakit infeksi menular
dan paling sering dijumpai pada anak. Disebabkan oleh golongan virus
paramikso.

Sesudah

tahap

inkubasi

dua

sampai

tiga

bulan,

timbul

pembengkakan parotis unilateral atau bilateral dan disertai rasa nyeri, khususnya
bilater jadi rangsang salivasi. Pembengkakan disebabkan oleh edema interstisial
disertai infiltrasi sel radang mononuclear. Eksudat mungkin dapat keluar melalui
duktus parotis. Gejala klinik ini bersamaan dengan demam, kelemahan dan sakit
kepala. Kadar amilase serum meningkat sebagai akibat degenerasi asini. Parotis
kuman atau bernanah timbul di antara penderita dewasa dengan anamnesis
pernah menjalani pembedahan besar toraks dan perut. Juga pernah dilaporkan
pada penderita dengan xerostomia sekunder sebagai akibat terapi obat
fenotiasin. Diduga pengurangan saliva merupakan predisposisi untuk migrasi
retrogad stafilokokus yang mengadakan infeksi akut jaringan parenkim yang
pada umumnya mengenai unilateral dan penderita menunjukan pembengkakan,
nyeri dan keluarnya cairan bernanah dari duktus.
(Sumber: Robbins dan Kumar.Buku Ajar PatologiII Ed.4.Jakarta:EGC)
6. Mahasiswa mengetahui, memahami dan menjelaskan nyeri kontinyu,
mendadak, dan menjalar ke telinga
30

Sinyal nyeri tajam yang cepat dirangsang oleh stimuli mekanik dan suhu; sinyal
ini dijalarkan melalui saraf perifer ke medula spinalis oleh serabut-serabut kecil
tipe A pada kecepatan penjalaran antara 6 sampai 30 m/detik. Sebaliknya tipe
rasa nyeri lambat dirangsang terutama oleh stimuli nyeri tipe kimiawi, tetapi
kadang juga oleh stimuli mekanik dan suhu yang menetap. Nyeri lambat kronik
ini dijalarkan ke medula spinalis oleh serabut tipe C dengan kecepatan
penjalaran antara 0,5 sampai 2 m/detik.
Karena sistem persarafan rasa nyeri ini bersifat rangkap maka stimulus rasa
nyeri hebat yang tiba-tiba menimbulkan sensasi nyeri yang sifatnya rangkap:
rasa nyeri tajam yang dijalarkan ke otak oleh jaras serabut A , diikuti oleh
sedetik atau lebih rasa nyeri lambat yang dijalarkan oleh jaras serabut C. Rasa
nyeri tajam dengan cepat akan memberitahu pasien adanya suatu kerusakan
sehingga membuat pasien segera bereaksi memindahkan dirinya dari stimulus
tadi. Rasa nyeri lambat cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Sensasi ini
akan mengakibatkan rasa nyeri yang tak tertahankan yang sifatnya terus
menerus dan membuat pasien terus menerus meredakan penyebab rasa nyeri.

31

(Sumber: Guyton, Arthur C dan John E.Hall.2007.Buku Ajar Fisiologi


Kedokteran.Jakarta:EGC)
7. Mahasiswa mengetahui, memahami dan menjelaskan penjalaran infeksi
kelenjar saliva
Transmisi melalui sirkulasi darah (hematogen)
Jaringan lunak merupakan area yang kaya dengan suplai darah. Hal ini
meningkatkan kemungkinan masuknya organisme dan toksin dari daerah yang
terinfeksi ke dalam sirkulasi darah. Di lain pihak, infeksi dan inflamasi juga
akan semakin meningkatkan aliran darah yang selanjutnya menyebabkan
semakin banyaknya organisme dan toksin masuk ke dalam pembuluh darah.
Karena perubahan tekanan dan edema menyebabkan penyempitan pembuluh
vena dan karena vena pada daerah ini tidak berkatup, maka aliran darah di
dalamnya dapat berlangsung dua arah, memungkinkan penyebaran infeksi
langsung dari fokus di dalam mulut ke kelenjar saliva sebelum tubuh mampu
membentuk respon perlawanan terhadap infeksi tersebut. Material septik
(infektif) yang mengalir melalui vena dapat membuat sedikit kerusakan. Namun,
saat berada di dalam darah, organisme yang mampu bertahan dapat menyerang
organ manapun yang kurang resisten akibat faktor-faktor predisposisi tertentu.
-Transmisi melalui limfogen
Sistem limfatik berfungsi untuk membantu tubuh dalam melawan infeksi
dan benda asing. Bila sistem limfatik tidak dapat membunuh agen infeksius,
maka agen infeksius akan terbawa oleh aliran limfe menuju daerah lain dan
menyebabkan dapat tersebar ke tempat lain yang pertahananya rendah dan yang
memiliki lingkungan yang sama. Agen infeksius masuk kedalam pembuluh limfe
dan menyebar bersama aliran limfe.
Hasil Pleno
1. Pada xerostomia terjadi penurunan saliva atau saliva menjadi lebih kental
sedangkan secret kental (mucus) memiliki pertahanan yang lebih baik lalu
bagaimana hubungannya?(Tutorial 6)
Jawab: Kalau pada xerostomia itu kentalnya berlebihan sehingga bukannya
membantu dalam mencegah infeksi tetapi justru akan menyumbat duktus
32

kelenjar saliva, viskositas yang diharapkan dalam keadaan normal sehingga


viskositas saliva dapat bekerja dengan baik dalam menghambat pergerakan agen
infeksi.
2. Pada gambaran radiografi penyakit parotitis terdapat gambaran radiopaque,
gambaran apakah itu? (Tutorial 5)

Jawab: Gambaran radiopaque pada gambar sialografis tersebut menunjukkan


tulang maksila, bukan merupakan gambaran patologis. Gaambaran patologis
yang terlihat pada gambaran sialografis tersebut adalah adanya pembesaran pada
salah satu sisi yang menunjukkan adanya pembengkakan pada glandula parotis
3. Apa perbedaan dari nyeri local dan nyeri sistemik? (Tutorial 4)
Jawab: Nyeri local hanya terjadi pada daerah yang memang terkena infeksi,
contohnya jika glandula saliva yang terkena infeksi maka yang terasa nyeri yaitu
pada glandula tersebut, sedangkan pada nyeri sistemik yaitu nyeri di tempat lain
atau bukan di tempat infeksi tetapi akibat dari infeksi tersebut, misalnya infeksi
kelenjar saliva yang mengalami nyeri hingga telinga.
4. Jika suatu infeksi menginfeksi satu kelenjar saja, apakah dapan menginfeksi ke
kelenjar yang lainnya? (Tutorial 3)
Jawab: Virus yang menginfeksi parotis yang menyebabkan parotitis dapat
menyebar pada kelenjar lainnya. Virus memiliki tropism yang hanya cocok pada
tempat tertentu saja. Bila tempat atau lingkungan kelenjar lain memiliki
persamaan dengan tropism virus dan juga adanya pertahanan yang menurun
maka virus dapat menyebar ke kelenjar lain
5. Apabila bakteri melewati duktus, bagaimana pertahanan dari duktus tersebut?
(Tutorial 7)
Jawab: Untuk respon host khususnya pada kelenjar saliva, melibatkan beberapa
hal. Infeksi yang terjadi melalui muara duktus kelenjar saliva dapat dicegah
dengan cara fisik yaitu dengan peningkatan viskositas saliva. Ini dimaksudkan
33

untuk memerangkap antigen seperti virus dan bakteri yang datang serta
menghentikan pertumbuhannya pada parenkim dari glandula saliva. Sedangkan
dengan cara kimiawi dapat dengan cara pengeluaran antibodi, khususnya pada
kelenjar saliva adalah Imunoglobulin A. Untuk mencegah infeksi yang masuk
melalui daerah sepanjang duktus kelenjar saliva dapat digunakan sistem
limfonodi yang terletak sepanjang lapisan duktus kelenjar saliva

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Manusia memiliki kelenjar saliva yang terbagi menjadi kelenjar saliva mayor
dan minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari sepasang kelenjar parotis, submandibula
dan sublingual. Kelenjar saliva minor jumlahnya ratusan dan terletak di rongga mulut.
Kelenjar ini juga tidak terlepas dari penyakit yang disebabkan oleh agen infeksius
seperti bakteri dan virus sebagai faktor utama. Saat agen infeksius tersebut menginfeksi
dapat menstimulasi tubuh untuk mempertahankan diri dari agen infeksius tersebut,
dimana respon host yang pertama yaitu respon local, apabila respon local tersebut tidak
berhasil melawan agen infeksius tersebut maka tahapan pertahanan host akan berlanjut
ke tahap pertahanan humoral di mana dalam melawan agen infeksius tersebut akan
memunculkan gejala-gejalanya. Untuk menentukan macam dari penyakit infeksi
kelenjar saliva dapat dilakukan dengan pemeriksaan melalui radiografi, HPA, dan
dilihat secara klinis, dimana ada beberapa penyakit yang dapat terjadi pada kelenjar
saliva yaitu seperti sialolithis, sialadenitis dan parotitis.

34

DAFTAR PUSTAKA
Baratawidjaja, Karnen Garna dan Iris Rengganis.2013.Imunologi Dasar.Jakarta:Balai
Penerbit FKUI
Carlson, R. Eric.2008.Textbook and Color Atlas of Salivary Gland Pathology :
diagnosis & management.USA : Blackwell Publishing
Cibas,

S.

Edmund.2014.Cytologi

Diagnostic

Principles

and

Clinical

Correlates.Philadelphia: Sanders, Elsevier Inc.


Craigmyle, M.B.L. 1987. Atlas Berwarna Histologi (A Colour Atlas Of Histology).
Jakarta: EGC.
Eroschenko, Victor P. 2010. Atlas Histologi diFiore: dengan korelasi fungsional.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Guyton, Arthur C dan John E.Hall.2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta:EGC
Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. 2007. Buku Ajar Patologi 7nd ed, Vol. 2. Jakarta:
Buku kedokteran EGC
Lewis, Michael A.O. 2015. Penyakit Mulut Diagnosis dan Terapi.Jakarta: EGC
Munasir, Zakiudin. 2001. Respon Imun Terhadap Infeksi Bakteri. Jurnal Sari Pediatric
Vol. 2 No. 4 Maret 2001
Neviller BW, Damm DD, Allen CM. 2002. Oral and Maxillofacial Pathology.
Philadelphia : Saunders
Pearce, C. Evelyn.2005.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta:Gramedia
Robbins dan Kumar.Buku Ajar PatologiII Ed.4.Jakarta:EGC

35

Anda mungkin juga menyukai