Anda di halaman 1dari 3

Muntah pada umumnya didahui oleh rasa mual (nausea), yang bercirikan muka

pucat, berkeringat, liur berlebihan, tachycardia dan pernapasan tidak teratur.


Pada saat ini lambung mengendur dan di usus halus timbul aktivitas
antiperistaltik yang menyalurkan isi usus halus bagian atas ke lambung. Gejalagejala tersebut kemudian disusul oleh menutupnya glotis (bagian pangkal
tenggorok), napas ditahan, katup oesophagus dan lambung merelaks. Akhirnya
timbul kontraksi ritmis dari diafragma serta otot-otot pernapasan disusul oleh
lambung memuntahkan isinya.
Muntah diakibatkan oleh stimulasi dari pusat muntah di sumsum-sambung
(medulla oblongata) dan berlangsung menurut beberapa mekanisme, yaitu
akibat rangsangan langsung melalui CTZ, atau melalui kulit otak (cortex).
a. Akibat rangsangan langsung dari saluran cerna. Bila peristaltik dan
perlintasan lambung tertunda, terjadilah dispepsi dan mual. Jika gangguan
tersebut menghebat, pusat muntah dirangsang melalui saraf vagus (saraf
otak ke-10) dengan akibat muntah. Susunan makanan dalam hal ini
memegang peranan penting. Pusat muntah dirangsang pula bila terdapat
kerusakan pada mukosa lambung-usus, seperti pada radioterapi dan oleh
sitostatika. Organ-organ lain juga dapat secara langsung merangsang
pusat muntah, yaitu jantung (infark) dan buah zakar (tekanan).
b. Secara tak-langsung melalui CTZ. Chemoreceptor Trigger Zone adalah
suatu daerah dengan banyak reseptor, yang letaknya berdekatan dengan
pusat muntah di sumsum-sambung, tetapi di luar rintangan (barrier) darah
otak. Dengan bantuan neurotransmitter dopamin (DA), CTZ dapat
menerima isyarat-isyarat mengenai kehadiran zat-zat kimiawi asing di
dalam sirkulasi. Rangsangan tersebut lalu diteruskan ke pusat muntah.
Menurut perkiraan, CTZ juga berhubungan langsung dengan darah dan
cairan otak.
Obat-obat yang terkenal merangsang kemoreseptor itu sebagai efek
samping adalah glikosida digitalis, alkaloida ergot, estrogen, morfin dan
sitostika. Menurut mekanisme ini, gangguan pada fungsi labirin (=organ
keseimbangan di bagian dalam telinga) juga dapat menimbulkan mual dan
muntah, misalnya pada mabuk darat. Gangguan metabolisme ketoacidosis dan uremia (adanya keton/asam dan urea dalam darah) dapat
juga menyebabkan muntah. Begitu pula diabetes dan penyakit ginjal,
seperti juga naik-turunnya kadar estrogen atau naiknya dengan pesat
kadar gonadotropin pada wanita hamil.
c. Melalui kulit otak (cortex cerebri), misalnya adakala pada waktu
melihat, mencium, atau merasakan sesuatu sudah cukup untuk
menimbulkan mual dan muntah. Makanya orang menggunakan kata-kata
nauseating smells dan sickening sights.
Obat antimual adalah zat-zat yang berkhasiat menekan rasa mual dan muntah.
Berdasarkan mekanisme kerjanya dapat dibedakan tiga kelompok besar dan
beberapa obat tambahan, sbb:
1. Antikolinergika: skopolamin dan antihistaminika tertentu (siklizin,
meklizin, sinarizin, prometazin dan dimenhidrinat). Obat-obat ini ampuh

pada mabuk darat, penyakit Meniere dan mual kehamilan (antihistamika).


Efek-efek berdasarkan sifat antikolinergisnya dan mungkin juga karena
blokade reseptor-H di CTZ.
2. Antagonis dopamin. Terdapat sejumlah obat yang menyebabkan mual
dan muntah sebagai efek samping akibat rangsangan langsung CTZ dan
rangsangan mukosa lambung. Zat-zat ini berdaya melawan mual
berdasarkan perintangan neurotransmisi dari CTZ ke pusat muntah
dengan jalan blokade reseptor dopamin. Yang terpenting adalah:
a. Propulsiva (prokinetika): metoklopramida dan domperidon. Karena DA
berkhasiat pula mengurangi motilitas lambung-usus, makan zat-zat
antagonis ini juga bekerja menstimulasi motilitas itu dan dengan
demikian memperkuat efek antatiemetisnya. Obat ini banyak
digunakan pada segala jenis muntah.
b. Derivat butirofenon: haloperidol dan droperidol terutama digunakan
pada muntah-muntah sebagai efek samping zat-zat opioid atau setelah
pembedahan.
c. Derivat fenotiazin: proklorperazin dan thietilperazin (Torecan). Efek
sampingnya (sedasi, efek ekstrapiramidal) membatasi penggunaannya.
d. Antagonis serotonin: granisetron, ondansetron dan tropisetron.
Mekanisme kerja kelompok zat ini belum begitu jelas, tetapi mungkin
karena blokade serotonin yang memicu refleks muntah dari usus halus
dan rangsangan terhadap CTZ. Terutama efektif selama hari pertama
dari terapi dengan sitostatika yang bersifat emetogen kuat, juga pada
radioterapi.
e. Lainnya
Kortikosteroida, a.l. deksametason dan metilprenisolon ternyata
efektif untuk muntah-muntah yang diakibatkan oleh sitostatika
dan radioterapi. Maka sering digunakan sebagai obat tambahan
pada antiemetika lain. Mekanisme kerjanya tidak diketahui.
Penggunaannya sering kali bersamaan dengan suatu antagonis
serotonin.
Dronabinol (marihuana, THC=tetrahidrocanabinol). Efektif dalam
dosis tinggi pada muntah akibat sitostatika (MTX, kombinasi
siklosfamida, adriamisin dan fluorurasil). Juga digunakan untuk
menstimulasi nafsu makan pada pasien AIDS. Di banyak negara
zat ini termasuk di dalam Daftar Narkotika. Dosis tinggi
menimbulkan a.l. halusianasi dan gejala-gejala paranoida.
Alizaprida (Litican) digunakan setelah pembedahan, radioterapi
dan kemoterapi. Khasiatnya berdasarkan penghambatan refleks
muntah secara sentral. Juga bersifat anksiolitis.
Benzodiazepin memengaruhi sistem kortikal/limbis dari otak dan
tidak mengurangi frekuensi dan hebatnya emesis, melainkan
memperbaiki sikap pasien terhadap peristiwa muntah. Terutama
lorazepam ternyata efektif sebagai pencegah muntah.
Secara skematis, mekanisme muntah dari pengobatannya dapat
digambarkan sebagai berikut:

Pusat muntah berada pada formasio retikuilaris lateral medula pada tingkat
nukleus olivarius. Pusat muntah menerima serabut aferen dari daerah daerah
berikut.
1. Korteks limbik. Daerah ini dianggap bertanggung jawab atas mual yang
berhubungan dengan bau serta penglihatan yang tidak sedap. Aferen
kortikal juga terlibat dalam refleks muntah yang dikondisikan, yang bisa
terjadi ketika pasien melihat atau mencium bau obat sitotoksik yang akan
menerimanya.
2. CTZ.
3. Nukleus solitarius. Nukleus solitarius termasuk dalam lengkung refleks
muntah (yaitu refleks yang timbul dengan memasukkan jari ke dalam
mulut).
4. Medula spinalis (Serabut spinoretikular). Medula spinalis terlibat dalam
mual yang menyertai trauma fisik.
5. Sistem vestibular. Sistem ini terlibat dalam mual dan muntah yang
berhubungan dengan penyakit vestibular dan motion sicknessm
Transmittor yang terlibat dalam jalur emesis tidak diketahui dengan
lengkap. Akan tetapi, CTZ kaya akan reseptor dopamin D dan 5HT.
Sinaps kolinergik dan histaminergik terlibat dalam transmisi dari aparatus
vestibular ke pusat muntah.

Anda mungkin juga menyukai