Anda di halaman 1dari 9

Ringkasan hanya digunakan untuk belajar

BAB 1
Pengantar Etika Terapan
1. Etika dan Moral
Velasquez mendefinisikan moralitas sebagai the standards that an individual or a group has
about what is right and wrong, or good and evil.
Moral berkaitan dengan standar perilaku manusia yang berlaku dalam sebuah masyarakat.
Moral berkaitan dengan perbuatan yang memiliki konsekuensi serius, konsekuensi yang
menimbulkan perasaan bersalah atau malu bila melanggar.
Etika (Yunani Kuno: "ethos", berarti "adat, kebiasaan, cara berpikir, akhlak sikap, watak, dan
cara bertindak") yaitu yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar
dan penilaian moral.
2. Etika dan etiket
Etiket : cara suatu perbuatan dilakukan, misalnya cara menyajikan makanan, cara berbicara, dan
lain-lain. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan (berlaku jika ada orang lain). Etiket mengatur
perilaku manusia secara lahiriah, misalnya cara berpakaian di depan umum.
Etika berhubungan dengan masalah apakah suatu perbuatan boleh atau tidak boleh di lakukan,
misalnya tidak boleh menyajikan makanan yang telah kadaluwarsa, tidak boleh memfitnah
orang lain, dan lain-lain.
Etika dan etiket mengatur perilaku manusia secara normative.
3. Amoral dan immoral
Amoral : tidak berhubungan dengan konteks moral, atau tidak berkaitan dengan kode etik.
Immoral : bertentangan dengan moral.
4. 2 macam etika
- Etika umum : memberikan perhatian pada tema-tema seperti hati nurani, masalah kebebasan,
tanggung jawab, nilai dan moral, serta bagaimana menjadi manusia yang baik secara etis.
- Etika khusus di sebut juga etika terapan. Contoh : etika dalam bidang lingkungan, kedokteran,
hokum, dll.
5. Pendekatan Etika Terapan
- Pendekatan multidiplisiner : setiap ilmu akan berusaha memberi penjelasan yang dapat di
pahami oleh ilmuwan dari bidang lain.
- Pendekatan kasuistik : usaha memecahkan kasus konkret di bidang moral dengan menerapkan
prinsip moral dasar. Pendekatan ini menunjukkan dua hal, yaitu; mengandaikan secara implicit
bahwa relativisme moral tidak bisa di pertahankan, dan sifat etis ialah sifat universal, yang
kedua pendekatan ini menegaskan bahwa semua kasus tidak sama, dan ketidaksamaan ini
penting di perhitungkan.
6. Fungsi Etika Terapan
- Mencapai sebuah evaluasi sejauh mana martabat manusia telah di perlakukan secara hormat,
utuh dan adil, di perlukan suatu refleksi atau pertimbangan etis terhadap bidang-bidang
tersebut.

JN

Ringkasan hanya digunakan untuk belajar


7. Metode Etika Terapan
Beberapa sikap orang dalam menggunakan etika terapan (Bertens) :
Sikap Awal (berupa kesetujuan, ketidaksetujuan, netral, tidak peduli)
Informasi (sesuai dengan fakta, dibutuhkan untuk mengetahui keadaan objektif suatu
masalah)
Norma Moral
Penerapan norma moral butuh waktu dan perjuangan, dan biasanya di sadari
dan di terima oleh kelompok kecil terlebih dahulu, lalu perlahan di terima seluruh
masyarakat. Namun ada kemungkinan bahwa norma moral tersebut tidak di terima oleh
kelompok besar dalam masyarakat.
Logika (pembahasan masalah harus dengan berpikir logis dan rasional sehingga mampu
menghasilkan kesimpulan yang rasional pula, logika dapat menunjukkan kesalahan
penalaran, inkonsistensi yang kerap terjadi dalam argumentasi)
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa etika terapan telah mengundang banyak minat
dari berbagai bidang khusus untuk menyelesaikan masalah yang timbul dalam
bidangnya.
BAB 2
TEORI TEORI ETIKA
Teori-teori Etika :
1. Utilitarianisme, suatu perbuatan dapat dikategorikan baik secara etis, bila perbuatan tersebut
membawa manfaat. Manfaat disini berbicara mengenai kesenangan atau kebahagiaan bagi
orang banyak.
2. Duty-Based Ethics, teori etika ini dikembangkan oleh Emanuel Kant. Suatu perbuatan diakui
sebagai perbuatan baik karena perbuatan tersebut diwajibkan untuk dilakukan, dan perbuatan
yang lainnya dilarang. Ini berarti bahwa yang menjadi dasar baik buruknya suatu perbuatan
adalah kewajiban. Kewajiban merupakan satu-satunya prinsip yang mengkategorikan suatu
perbuatan sebagai perbuatan yang baik.
3. Right-Based Ethics, teori ini paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu
perbuatan atau perilaku. Teori ini berfokus pada hak-hak yang dimiliki oleh seseorang, karena
itu teori in sangat cocok dipakai pada sebuah negara yang menganut paham demokratis.
4. Teori Keutamaan, pendekatan etika berdasarkan teori keutamaan lebih menyoroti manusia
sebagai pribadi yang utuh, manusia sebagai pelaku moral. Teori ini memperhatikan sikap/akhlak
seseorang. Ada empat keutamaan dalam teori ini yaitu adalah kejujuran, fairness, kepercayaan
dan keuletan.
Prinsip Normatif :
1. Prinsip Sikap Baik, ini adalah prinsip moral dasar yang pertama dan yang paling dasariah adalah
prinsip atau kehendak baik. Prinsip ini merupakan prinsip yang paling dasariah karena
diandalkan adanya oleh prinsip-prinsip moral dasar yang lain. Prinsip sikap baik ini mendahului
dan mendasari semua prinsip moral lain yang ada.
2. Prinsip Tidak Melakukan Yang Jahat, ini merupakan prinsip kedua yang didasari oleh prinsip
sikap baik. Prinsip ini berkata bahwa manusia wajib untuk secara positif berusaha melakukan
yang baik. Namun merupakan kewajiban minimal bagi setiap manusia untuk menghindarkan
diri-diri dari perbuatan jahat.

JN

Ringkasan hanya digunakan untuk belajar


3. Prinsip Melakukan Yang Baik, prinsip in merupakan perwujudan dari prinsip yang pertama dan
kedua. Yaitu melakukan sikap atau hal baik dan menjauhi perbuatan atau sikap yang bersifat
jahat atau buruk bagi semua orang.
4. Prinsip Keadilan, memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi hak-nya yaitu semua
orang bersifat sama dan tidak membeda-bedakan dengan orang lain.
5. Prinsip Otonomi, menghormati kebebasan manusia untuk memilih, menentukan diri dan
bertidak tanpa paksaan dari luar dirinya.
BAB 3
PRINSIP-PRINSIP ETIKA PROFESI

Menurut Bertens, kode etik profesi sangat penting. Berfungsi untuk mengatur perilaku para
anggota seprofesi dan juga memelihara kepercayaan masyarakat akan profesi tersebut.
Pengertian Profesi dan Kode Etik Profesi
1. Profesi dan Profesional
Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok dengan mengandalkan
keterampilan atau keahlian khusus, dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup, dan
dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam.
Profesional adalah orang yang berkerja berdasarkan ciri-ciri profesi tersebut.
2. Kode Etik Profesi
Untuk memcegah terjadinya penyalahgunaan keahlian, kode etik profesi sangat penting. Self
regulation merupakan prinsip penting bagi pembuatan kode etik profesi. Self regulation adalah
pengawasan yang terus-menerus terhadap pelaksanaannya merupaka syarat penting untuk
mencegah perilaku tidak etis.

Prinsip-Prinsip Etika profesi


Prinsip Tanggung Jawab
Tanggung jawab mengandung 3 makna sekaligus yakni: dapat membedakan yang baik dan yang
buruk, dapat memilihapa yang diketahuinya baik atau menolak apa yang diketahuinya buruk dan
mau menerima resiko atas pilihannya.
Bertanggung jawab meliputi 2 arah:
(1) Kita diharapkan bertanggungjawab terhadap pekerjaan yang kita lakukan dan terhadap
hasilnya, sehingga kitta berkerja dengan sebaik mungkin dan menghasilkan sesuatu yang
kualitasnya baik. Contohnya menguasai tugas sebaik-baiknya, meningkatkan penguasaan atas
profesi, berkerja efektif dan efisien.
(2) Kita harus bertanggungjawab terhadap dampak pekerjaan kita pada kehidupan orang lain,
saat ini atau kemudian.
Ciri-ciri orang yang bertanggung jawab:
(1) Tanggungjawab yang paling sederhana
Harus hayati setiap pekerjaan kita meskipun itu sederhana. Misalkan petugas penjaga
rel kereta api, ketika ia lalai, maka terancamlah hidup orang banyak.
(2) Manusia harus mencari bagaimana mencari hasil yang gemilang
Dalam tahap ini dibutuhkan pemikiran yang cerdas, pendidikan dan pengalaman
tertentu. Kesalahan dalam mengambil keputusan sifatnya fatal. Contoh: dokter, pengacara,
akuntan, presiden, sekjen, pilot, dll.

JN

Ringkasan hanya digunakan untuk belajar

(3) Pekerjaan yang bertanggungjawab terhadap cintakasih antar manusia:


Ada pekerjaan yang tidak membutuhkan cinta kasih, seperti penjual es krim atau
pemotong rambut. Ada juga pekerjaan yang butuh cinta kasih seperti perawat dan psikiater.
(4) Pekerjaan yang bertanggungjawab karena panggilan & cinta terhadap Tuhan
Misalnya rohaniwan, harus merasakan, menangkap, melaksanakan kehendak Tuhan dan
melayani sesama manusia.
Hormat terhadap Hak Orang Lain
Prinsip tuntutan keadilan. Tuntutan profesi dirumuskan dalam prinsip tanggungjawab
sbb: dalam segala usaha bertindaklah sedemikian rupa, sehingga akibat-akibat tindakanmu
tidak merusak, bahkan tidak membahayakan atau mengurangi mutu kehidupan manusia dalam
lingkungannya, baik mereka yang hidup pada masa sekarang, maupun generasi-generasi yang
akan datang.
Prinsip Otonomi
Menegaskan tentang independensi seorang profesional dalam menjalankan profesinya.
Seorang profesional harus bebas (tidak terpengaruh kepentingan pihak luar). Namun prinsip ini
dibatasi prinsip tanggung jawab juga. Jadi meskipun otonom, tapi tidak boleh merugikan pihak
lain.
Prinsip Integritas
Profesional harus memiliki komitmen pribadi yang kuat untuk menjaga profesinya, nama
baiknya, dan kepentingan masyarakat luas.
Pancasila sebagai Dasar Praktek Profesi
Praktek tugas yang dijalankan adalah tugas Ilahi untuk membantu & meningkatkan
kualitas hidup manusia lainnya (Sila 1); merupakan tugas kemanusiaan, melayani dan
menghormati manusia lain (Sila 2); memilki makna kebersatuan, dalam menjalankan tugasnya
seorang bertemu dengan orang lain yang ia layani serta saling merasakan (Sila 3); selalu
berkaitan pada kepentingan manusia itu sendiri (Sila 4); dan melayani setiap orang dengan adil
karena tiap orang memiliki harkat dan martabat yang sama.
BAB 4
PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS

Faktor yang mempengaruhi keputusan etis (Farrel) :


Mengakui bahwa ada berbagai macam alternatif pilihan yang dapat diambil seseorang /
kelompok orang.
Faktor individual terkait dengan nilai dan prinsip benar-salah yang didapat individu
melalui proses sosialisasi dalam keluarga, agama, pendidikan formal, bahkan gender.
Faktor organisasi meskipun keputusan diambil secara individu, namun organisasi pun
memilki pengaruh besar terhadap pengambilan keputusan.
Faktor peluang (opportunity), kondisi di sebuah organisasi yang mambatasi atau
mengizinkan perilaku etis atau tidak etis.

Pedoman Pengambilan Keputusan Etis


1. Proses P.E.A.C.E (Problem, Emotion, Analysis, Contemplation, Equilibrium)
Problem melihat secara jernih apa permasalahan, mengidentifikasi dan merinci seteliti
mungkin masalah yang ada

JN

Ringkasan hanya digunakan untuk belajar


Emotion Ambil keputusan dengan tenang, agar membuat pilihan secara bebas dan obyektif.
Analisis Memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang terkait untuk memecahkan masalah dan
memikirkan langkah-langkah berikutnya.
Contemplation Menunjuk pada usaha mental melakukan identifikasi masalah,
manganalisisnya, mencari dan memilih kemungkinan cara mengatasi, melaksanakan keputusan
yang dipilih dan menerima hasilnya termasuk dampaknya. Secara konkret pelaksanaanya sbb:
duduk tenang, rileks di tempat yang tenang dan secara lembut membayangkan dan mengamati
diri kita sendiri melakukan proses ini.
Equilibrium mengalami keseimbangan batin (menjadi tenang, damai) maka pilihan keputusan
tersebut dapat ditindak lanjuti. Sebaliknya, jika tidak mengalami keseimbangan batin, pilihan
keputusan yang sudah dipersiapkan harus ditinjau ulang.
2

Menggunakan Alat uji E.T.H.I.C.S (Explore, Truth, Honor, Identify, Conscience, Stakeholder)
Explore Mengeksplorasi segala kemungkinan yang ada, mengajukan pertanyaan-pertanyaan
kritis, dan berhati-hati.
Truth Mengutamakan, menampilkan, mencari dan tidak menyembunyikan kebenaran
Honor Mempertimbangkan apakah keputusan yang akan diambil itu terhormat.
Identity Mengambil keputusan adalah prestasi pribadi yang susah payah dibangun dan telah
dicapai dalam pekerjaan. Banyak orang yang mengabaikan track recordnya hanya untuk
pencapaian gemilang semata.
Conscience Keputusan yang hendak diambil perlu diuji dengan hati nurani (conscience).
Stakeholder Mempertimbangkan para pemangku kepentingan. Yang ditegaskan adalah dalam
mengambil keputusan, harus mempertimbangkan apakah implikasinya bagi diri sendiri dan
pihak yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan keputusan tersebut.

7 Pedoman Menurut Robbins & Hunsaker:


1). Pahamilah kebijakan etik organisasi anda. Hal tersebut menggambarkan persepsi etik dari pemimpin
organisasi mengenai perilaku apa yang mereka harapkan untuk anda penuhi. Dengan
memahaminya, akan memperjelas perilaku apa yang dibolehkan dan yang tidak.
2). Antisipasi konflik yang tidak etis.
3). Berpikir sebelum bertindak.
4). Mempertimbangkan semua konsekuensinya.
5). Mintalah pendapat orang lain.
6). Jangan membiarkan diri terisolasi.
7). Lakukanlah apa yang sungguh anda yakini benar.
Namun selain mempertimbangkan ketujuh pedoman diatas, perlu dilakukan uji etika berikut:
1). Kumpulkan fakta sebnayak mungkin.
2). Identifikasi isu etis dari fakta tersebut.
3). Identifikasi kelompok-kelompok yang dipengaruhi oleh fakta tersebut.
4). Identifikasi kensekuensi yang akan terjadi dari fakta tersebut.
5). Pertimbangkan karakter dan integritas anda sendiri.
6). Berpikir kreatif mengenai pilihan-pilihan etis yang lebih baik.
7). Periksa intuisi pribadi.
8). Bersiaplah untuk membela tindakan anda sendiri.

JN

Ringkasan hanya digunakan untuk belajar


Implikasi Suatu Keputusan Etis
Kesalahan dalam mengambil keputusan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup masyarakat
luas, kerugian bagi banyak orang. Realitas itu dinamis, utuh dan tergantung satu sama lain / saling
mempengaruhi. Oleh karena itu ditambahkan di sini faktor lain yang patut menjadi pertimbangan dalam
pengambilan keputusan etis yakni dampak dari suatu keputusan etis baik kini, dan utamanya jangka
menengah dan jangka panjang.
BAB 5
ASPEK ETIS DALAM TEKNOLOGI INFORMASI

Sebagai instrument etis, teknologi harus mendukung eksistensi kemanusiaan. Tujuan etis dari
teknologi itu adalah manusia sendiri. Tesis ini mengandung beberapa imperative yakni
mempertimbangkan tuntutan etis, mengedepankan maksud baik, menyuarakan kebenaran, dan
memperlihatkan keteladanan
Software computer perangkat lunak sistem operasi seperti spreadsheets, database, dan wordprocessing packages. Kemampuan software untuk menggandakan sejumlah data tentu saja
memunculkan persoalan-persoalan etis dan social tentang privasi. Hal lain yang berkaitan adalah
intellectual property rights.
Jaringan Komputer
Menurut Spinello komponen vital dari infrastruktur informasi adalah jaringan. Teknologi jaringan
computer memungkinkan terjadinya pertukaran informasi terhadap jaringan data. Selain itu dalam
bidnag jaringan computer ini memungkinkan lahirnya virtual corporation dan Virtual
community
Hardware Computer
Masalah yang dihadapi akibat kemajuan teknologi adalah pengangguran, karena banyak jenis
pekerjaan yang sebelumnya ditangani manusia kini ditangani oleh teknologi. Tantangan etis lainnya
yaitu masalah privasi. Oleh karena itu, perilaku etis yang berkaitan dengan privasi orang adalah
mempertimbangkan prinsip informed concent.
BAB 6
PERLINDUNGAN KONSUMEN

Hak-Hak Konsumen
1) The Right to Safety ( Hak atas Keamanan )
Produk-produk bisnis yang berupa makanan, minuman, obat-obatan, teknologi informasi,
transportasi dan lain-lain tidak saja membantu meningkatkan kesejahteraan manusia tetapi juga
kondusif merusak kehidupan manusia sendiri. Contoh: Bisnis di bidang makanan tidak hanya
mempermudah manusia untuk memperoleh nutrisi tetapi juga mengancam kesehatan tubuh.
2) The Right to be Informed ( Hak atas Informasi )
Konsumen berhak mengetahui segala informasi yang relevan mengenai produk yang dibelinya
baik bahan baku, cara pakai, resiko, dan aspek etis. Menurut Bertens, hak ini meliputi segala
aspek pemasaran periklanan. Semua informasi haruslah benar seperti isinya, beratnya, tanggal
kadaluarsa dan lain-lain.
3) The Right to Choose ( Hak untuk Memilih )
Dalam setiap ekonomi pasar bebas, dimana kompetisi merupakan unsur hakiki, konsumen
berhak untuk memilih berbagai produk dan jasa yang ditawarkan. Kualitas dan harga produk
bisa berbeda, Konsumen berhak untuk membandingkan sebelum mengambil keputusan untuk
membeli.

JN

Ringkasan hanya digunakan untuk belajar


4) The Right to be Heard ( Hak untuk didengarkan )
Keluhan keluhan, pandangan- pandangan konsumen harus didengarkan oleh para produsen.
Hal ini dikarenakan konsumenlah yang akan menggunakan produk-produk tersebut. Dengan
perkembangan teknologi dibidang media dan didukung oleh iklim demokrasi yang kondusif, para
konsumen dapat menyampaikan keluhan mereka melalui media massa.
Teori-Teori Perlindungan Konsumen
1) Teori Kontrak
Hubungan antara bisnis dan konsumen secara esensial merupakan hubungan kontrak.
Kewajiban moral perusahaan kepada konsumen adalah semua yang dihasilkan oleh hubungan
kontraktual ini. Bila seorang konsumen membeli sebuah produk, menurut teori ini, konsumen
tersebut secara sukarela masuk ke dalam kontrak penjualan dengan perusahaan bisnis.
Perusahaan secara bebas dan sadar untuk memberikan kepada konsumen produk dengan
karakteristik tertentu dan sebaliknya konsumen menyetujui untuk membayar sejumlah uang
atas produk yang diterima.
Teori Kontrak mengklaim bisnis memiliki 4 kewajiban moral utama,yaitu:
The Duty to Comply ( Kewajiban untuk Memenuhi)
Teori ini mengenai perusahaan memiliki kewajiban untuk memenuhi produk
yang berkualitas bagi konsumennya. Menurut Frederick Sturdivant, produk yang
berkualitas memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Reability Sebuah produk akan berfungsi sebagaimana konsumen harapkan
produk itu berfungsi. Spesifikasi harus dinyatakan dengan jelas mengenai
produk tersebut.
2. Service Life Klaim tentang usia sebuah produk mengacu pada periode waktu
selama produk itu akan berfungsi secara efektif yang seperti diharapkan oleh
konsumen barang itu berfungsi. Umumnya mekanisme garansi dalam periode
tertentu yang disediakan oleh pelaku bisnis.
3. Maintainability Klaim perawatan adalah klaim tentang kemudahan sebuah
produk untuk diperbaiki dan terus dalam kondisi baik. Klaim tentang perawatan
ini biasanya dibuat dalam formulir yang berisi tentang jaminan.
4. Product Safety Klaim tentang keamanan produk baik berkaitan dengan tingkat
resiko yang diasosiasikan dengan penggunaan produk. Konsumen harus
mengetahui dengan baik dan jelas resiko pengunaan sebuah produk. Produsen
harus menyatakan secara jelas resiko penggunaan sebuah produk.
2) The Duty of Disclosure ( Kewajiban untuk Mengungkapkan)
Kesepakatan tidak dapat mengikat kecuali kedua pihak yang terlibat mengetahui apa yang
mereka lakukan dan secara bebas memilih untuk melakukannya. Berarti bahwa penjual yang
bermaksud untuk memasuki kontrak dengan konsumen memiliki kewajiban untuk menyampaikan
kepada pembeli setiap fakta tentang produk. Informasi yang diungkapkan oleh penjual akan
memperngaruhi keputusan konsumen untuk membeli barang tersebut.
3) The Duty not to Misrepresent (Kewajiban tidak Disalahartikan)
Salah dalam menggambarkan sebuah produk mengakibatkan kebebasan untuk memilih menjadi
mustahil. Konsumen tidak akan memilih berdasarkan pengetahuan yang benar mengenai sebuah
produk. Jika sebuah tindakan yang sengaja memberi gambaran yang tidak tepat mengenai sebuah
produk tidak pernah dibenarkan secara etis.

JN

Ringkasan hanya digunakan untuk belajar


4) The Duty not to Coercive (Kewajiban untuk tidak memaksa)
Penjual tidak berhak untuk memanfaatkan kecemasan, ketakutan atau tekanan emosional
konsumen untuk memberli komoditi yang dijual. Jika penjual memanfaatkan itu maka penjual
memaksakan kehendaknya kepada konsumen.
5) The Due Care Theory
Teori perhatian mengenai kewajiban para pelaku bisnis terhadap konsumen didasari pada
gagasan bahwa konsumen dan penjual tidak berada dalam secara equal. Kondisi ini si konsumen
sangan rentan untuk disalahgunakan oleh penjual. Di satu pihak para penjual memiliki pengetahuan
dan keahlian mengenai barang komoditi yang dijual, sedangkan pihak konsumen tidak memiliki
pengerahuan dan keahlian mengenai produk yang akan mereka beli. Penjual tidak hanya memiliki
kewajiban untuk menyampaikan produk tetapi juga harus melaksanakan perhatian yang semestinya
(to exercise due care).
6) The Social Cost View of the Manufacturers duties
Teori ini menekankan pada kewajiban pelaku bisnis atau produsen untuk memberikan ganti rugi
terhadap kerugian yang dialami oleh konsumen akibat produk yang digunakan.
UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
Hak dan Kewajiban Konsumen
Hak Konsumen
Menurut Pasal 4, konsumen memiliki hak sebagai berikut:
Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan jasa tersebut dengan
nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.
Hak atas informasi yang jelas, benar dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang atau jasa
Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang atau jasa yang digunakan
Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen
Kewajiban Konsumen
Menurut Pasal 5, Konsumen memiliki kewajiban sebagai berikut:
Membaca oetunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang atau jasa demi
keamanan dan keselamatan
Bertikad baik dalam melakukanm transaksi pembelian barang atau jasa
Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati
Mengikuti upaya penyelesaian hukun sengketa perlindungan konsumen secara patut
Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha
Hak Pelaku Usaha
Menurut Pasal 6, Pelaku Usaha memiliki hak sebagai berikut:
Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai
tukar barang/jasa yang diperdagangkan
Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang bertikad baik
Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa
konsumen
Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
Kewajiban Pelaku Usaha
Menurut Pasal 7, Pelaku Usaha memiliki kewajiban sebagai berikut:
Bertikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya
Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang atau
jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan
Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif

JN

Ringkasan hanya digunakan untuk belajar

Menjamin mutu barnag dan jasa yang diproduksi atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan
standar mutu barang yang berlaku
Memberi kompensasi ganti rugi atas kerugian akibat pengunaan, pemakaian, dan pemanfaatan
barang atau jasa yang diperdagangkan
BAB 7
DISKRIMINASI DALAM DUNIA KERJA
a. Pengertian diskriminasi dalam dunia kerja
Diskriminasi dalam dunia kerja adalah setiap pembedaan atau pengecualian atas dasar ras,
warna kulit, jenis kelamin, agama, keyakinan politik, kebangsaan atau asal usul yang berakibat
mengurangi persamaan kesempatan atau perlakuan dalam pekerjaan.
b. Hakekat diskriminasi
- Level individual
Seorang individu dapat dengan sadar dan sengaja melakukan deskriminasi
- Level institusional
Organisasi dengan sadar dan sengaja menerapkan aturan dan berbagai prosedur
organisasional secara tidak sama antara satu orang dengan orang yang lain
c. Praktek-praktek diskriminasi dalam dunia kerja
- Recruitment Process
Proses perekrutan akan bersifat diskriminatif jika perekrutan hanya berdasarkan informasi
dari mulut ke mulut tanpa mempertimbangkan resume dari pelamar kerja
- Screening Practices
Proses ini berkaitan dengan kualifikasi pekerjaan, akan bersifat diskriminatif jika kualifikasi
yang dibuat tidak relevan dengan pekerjaan yang dilakukan.
- Promotion Practices
Promosi dalam pekerjaan bersifat diskriminatif jika korporasi memiliki pertimbangan yang
tidak relevan dengan kondisi kerja.
- Conditions of Employment
Kondisi pekerjaan yang berkaitan dengan sistem upah dianggap diskriminatif jika upah
diberikan dengan cata atau jumlah yang berbeda kepada orang yang berbeda dengan
kondisi atau beban kerja yang sama.
- Discharge
Pemutusan hubungan kerja bersifat diskriminatif jika dilakukan berdasarkan pertimbangan
seperti ras, agama, jenis kelamin, latar belakang sosial, dan lain-lain.
d. Refleksi Etis Diskriminasi dalam kerja
- Etika utilitarianisme menganjurkan bahwa perilaku bisnisdan kerja yang baik bila bisnis atau
kerja itu dapat menguntungkan semakin banyak orang.
- Etika deontologi menganjurkan praktek bisnis dan kerja sesuaidengan norma yang
mewajibkan setiap orang untuk melakukannya
- Prinsip keadilan adalah memperlakukan setiap orang secara fair atau wajar
- Favoritisme adalah kecenderungan mengistimewakan orang tertentu

JN

Anda mungkin juga menyukai