Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai salah satu organisasi pelayanan yang bergerak di bidang
kesehatan memiliki suatu sistem yang terdiri dari tim pelayanan kesehatan seperti dokter,
perawat, ahli gizi dan tenaga kesehatan lainnya yang melayani masyarakat secara umum.
Oleh karena itu, pihak rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan terbaik sehingga
diperlukan manajemen yang baik dan efektif yang mempunyai satu tujuan untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan (Sudarianto, 2008). Peningkatan pelayanan ini juga
berfokus pada hal-hal yang menyangkut keselamatan pasien serta kepuasan yang dirasakan
terhadap pelayanan yang diberikan.
Keselamatan pasien menjadi indikator bagi rumah sakit untuk menghindari
terjadinya kesalahan yang dapat merugikan pasien. Keselamatan pasien (patient safety)
adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman dan diharapkan
dapat mencegah terjadinya cedera.

Sasaran keselamatan pasien berdasarkan standar

Internasional meliputi tercapainya : (1) ketepatan identifikasi pasien, (2) peningkatan


komunikasi efektif, (3) peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, (4) kepastian
tepat-lokasi, tepat-prosedur dan tepat-pasien operasi, (5) pengurangan resiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan, dan (6) pengurangan resiko pasien jatuh (Jr. Adji, 2012). Untuk
mencapai sasaran keselamatan pasien sebagaimana yang telah dicanangkan oleh Menteri
Kesehatan,

managemen

ruangan

harus

menjalankan

fungsi

managerial

untuk

mengoptimalkan penerapan patient safety.


Salah satu sasaran keselamatan pasien yang melibatkan perawat didalamnya adalah
pengurangan resiko infeksi yang dapat dilakukan dengan menerapkan cuci tangan. Standar
cuci tangan yang ada di rumah sakit dilakukan dalam 5 momen yaitu sebelum kontak
dengan pasien, sesudah kontak dengan pasien, sebelum melakukan tindakan aseptik, setelah
terpapar cairan tubuh pasien, setelah terpapar lingkungan pasien. Dalam praktiknya perawat
belum maksimal melakukan 5 momen cuci tangan terutama sebelum kontak dengan pasien.

Poin kedua yang harus diperhatian dalam pelayanan di rumah sakit adalah kepuasan
pasien. Kepuasan pasien adalah keadaan saat keinginan, harapan dan kebutuhan pasien
dapat dipenuhi. Pelayanan dinilai memuaskan jika pelayanan tersebut dapat memenuhi
kebutuhan dan harapan pasien. pasien merupakan individu terpenting di rumah sakit sebagai
konsumen sekaligus sasaran produk rumah sakit (Soejadi, 1996 dalam Sumarwan, 2003).
Konsumen tidak akan berhenti hanya sampai proses penerimaan pelayanan saja, namun
akan mengevaluasi pelayanan yang diterimanya. Hasil dari evaluasi itu akan melahirkan
perasaan puas atau tidak puas. Data yang didapatkan dari ketidakpuasan pasien terhadap
pelayanan menyebutkan permasalahan yang memunculkan ketidakpuasan pasien dan
keluarga terhadap pelayanan yang diberikan yaitu kurangnya komunikasi perawat selama
pemberian asuhan keperawatan.
Berdasarakan hasil Lokmin 1 pada tanggal 10 Agustus 2015 di Ruang IRNA Non
Bedah Interne Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang dilakukan penyamaan persepsi antara
mahasiswa profesi keperawatan managemen dengan Kepala Ruangan dan perawat ruangan
tentang masalah yang diangkatkan terkait dengan pemberian pelayanan kesehatan. Masalah
tersebut yaitu tentang penguranga resiko infeksi dengan 5 momen cuci tangan dalam
Program Sahabat Patient Safety dan peningkatan standar kepuasan pasien dengan
Komunikasi Terapeutik untuk meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan yang
diberikan yang bertujuan mengatasi masalah minimnya komunikasi perawat dengan pasien.
Program Sahabat Patient Safety merupakan sebuah program yang dilakukan untuk
mengoptimalkan 5 momen cuci tangan. Program ini membagi beberapa perawat kedalam
kelompok-kelompok kecil yang bertugas untuk mengamati, mengingatkan dan memberikan
motivasi serta reward dengan pujian kepada petugas lainnya untuk melakukan 5 momen
cuci tangan dengan benar. Program ini bertujuan untuk menjadikan 5 momen cuci tangan
sebagai kebiasaan baru bagi petugas selama memberikan pelayanan kepada pasien.
Sehingga hasil akhirnya diharapkan poin dari pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan dapat tercapai.
Komunikasi Terapeutik merupakan metode komunikasi yang digunakan oleh perawat
yang mengikat hubungan interpersonal antara perawat dan pasien dalam pengalaman belajar
bersama untuk memperbaiki pengalaman emosional pasien (Stuart G.W & Sundeen S.J,
1995 dalam Sinaulan, 2012). Komunikasi terapeutik yang dijalankan difokuskan pada 9

sasaran komunikasi terapeutik yaitu : (1) saat menerima pasien baru; (2) setelah melakukan
tindakan; (3) saat menanggapi keluhan pasien jika sedang melakukan tindakan pada pasien
lain; (4) saat akan memakai alat yang digunakan pasien untuk pasien lainnya; (5) saat serah
terima pasien; (6) saat ada keluarga atau pengunjuang yang menghampiri konter perawat;
(7) saat pasien menunggu rencana tindakan medis yang tertunda; (8) saat dokter belum
visite; dan (9) saat pasien mau pindah atau pulang. Komunikasi terapeutik harus dilakukan
pada 9 poin di atas dengan tujuan tercapainya target kepuasan pasien.
Untuk meninjau implementasi dari kegiatan Sahabat Patient Safety dan Komunikasi
Terapeutik yang telah dilakukan selama 2 hari yaitu pada tanggal 14 Aguatus 2015 hingga
15 Agustus 2015, serta mengevaluasi efektifnya program Sahabat Patient Safety dan
komunikasi Terapeutik yang sudah dijalankan, perlu diadakan pembahasan mendetail yang
tertuang dalam Lokakarya Mini (Lokmin) 2 di Ruang IRNA Non Bedah Interne Pria RSUP
Dr. M. Djamil Padang. Kegiatan ini juga diharapkan dapat menentukan rencana tindak lanjut
dari program Sahabat Patient Safety dan komunikasi Terapeutik yang sudah dijalankan di
Ruang IRNA Non Bedah Interne Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mempresentasikan hasil implementasi dan evaluasi dan pengoptimalan komunikasi
terapeutik dan sahabat patient safety di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam Pria RSUP Dr.
M. Djamil Padang.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memperoleh gambaran dari implementasi dan evaluasi dari hasil
pengoptimalan komunikasi terapeutik dan sahabat patient safety di IRNA Non Bedah
Penyakit Dalam Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang.
b. Untuk memperoleh kesepakatan komitmen bersama untuk tindak lanjut dari hasil
pengoptimalan komunikasi terapeutik dan sahabat patient safety di IRNA Non Bedah
Penyakit Dalam Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang.
c. Untuk memperoleh komitmen pada semua jajaran manajemen keperawatan di IRNA
Non Bedah Penyakit Dalam Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang.

C. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi Rumah Sakit
Makalah ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi mengenai beberapa
masalah pelayanan dan asuhan keperawatan yang terjadi di Ruang Irna Non Bedah
Penyakit Dalam Interne Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2015.
2. Bagi Perawat
Dapat mengoptimalkan komunikasi terapeutik dan hand hygiene melalui sahabat patient
safety di Ruang Irna Non Bedah Penyakit Dalam Interne Pria RSUP Dr.M.Djamil Padang
tahun 2015.
3. Bagi Pasien
Dapat mencegah terjadinya kejadian yang tidak diharapkan dan meningkatkan
kepuasaan pasien terhadap pelayanan di Ruang Irna Non Bedah Interne Pria RSUP Dr.
M. Djamil Padang tahun 2015.

BAB II
ANALISIS SITUASI RUANGAN
IRNA Penyakit Dalam adalah instalasi khusus pelayanan rawat inap pasien dengan masalah
penyakit dalam non bedah. IRNA Penyakit Dalam RSUP DR M Djamil terdiri dari, HCU, ruang
rawat inap pria, ruang rawat inap wanita dan ruang rawat penyakit tropis. Ruang rawat inap pria
berada dilantai II gedung Irna Non-Bedah Penyakit Dalam. Ruang rawat berjumlah 17 ruangan
yang berkapasitas 72 tempat tidur. Struktur organisasi perawat di ruangan IRNA Penyakit Dalam
Pria terdiri dari 1 orang Kepala Ruangan, 2 orang perawat primer yang bertugas dimasingmasing wing dan 19 perawat pelaksana dengan jadwal 3 shift. Pertanggung jawaban perawat
pelaksana dibagi berdasarkan tingkat ketergantungan pasien. Selain perawat, kepala ruangan juga
memanajemen staf non keperawatan yaitu pegawai rumah tangga, pegawai administrasi, dan
pegawai kebersihan.
Visi dan Misi ruangan mengacu pada visi dan misi RSUP Dr.M.Djamil Padang. Visi
RSUP Dr.M.Djamil Padang adalah menjadi RS pendidikan dari rujukan nasional yang terkemuka
di Indonesia tahun 2019. Dengan misi :
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan komprehensif yang bertaraf Internasional,
berdaya saing dan terjangkau oleh segala lapisan masyarakat.
2. Menyelenggarakan pendidikan yang profesional dan penelitian berbasis bukti di bidang
kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
3. Menyelenggarakan sistem manajemen yang profesional
4. Menjadikan tempat kerja yang aman, nyaman, dan menyenangkan
Ruang IRNA Penyakit Dalam Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang memiliki 17 ruang
rawat(Wing A dan Wing B) dengan kapasitas 74 tempat tidur pada tanggal 3 Agustus 2015,
dikurangi menjadi 72 tempat tidur pada tanggal 4 Agustus 2015, ditambah dengan 1 ruangan
karu, 1 ruangan perawat, 1 ruangan edukasi, 1 kamar perasat, 1 ruang makan, 1 ruang
perpustakaan, 1 ruangan depo farmasi, 1 dapur dan 7 kamar mandi. Selain ruangan-ruangan yang
disebutkan diatas, ruang rawat inap pria RSUP DR.M.Djamil juga memiliki fasilitas dan sarana
yang mendukung aktivitas di ruangan, diantaranya adalah lemari obat, elektrokardiograph, trolly
injection, monitor, lemari status, kursi roda, brankar, redreshing set, dan lain-lain. Fasilitas dan
sarana tersebut digunakan untuk mendukung pelaksanaan manajemen asuhan dan manajemen
pelayanan rawat inap pria.

BOR (Bed Occupation Rate) adalah pemakaian tempat tidur pada waktu tertentu.
Indikator ini memberikan gambaran tentang tinggi rendahnyaa pemanfaatan tempat tidur di RS.
Berdasarkan perhitungan BOR di ruangan IRNA Penyakit Dalam Pria RSUP Dr. M. Djamil
Padang selama 3 hari dari 3 5 Agustus 2015 adalah sebagai berikut :
No
.
1.
2.
3.

Tanggal

Jumlah Tempat Tidur

Jumlah Pasien

BOR

3 Agustus 2015
4 Agustus 2015
5 Agustus 2015

74
72
72

74
72
72

98 %
100 %
100 %

A. WINSHIELD SURVEY
Berdasarkan hasil winshield survey yang dilakukan pada tanggal 3-4 Agustus 2015,
kelompok menemukan ada beberapa masalah di IRNA penyakit dalam pria RSUP Dr. M.
Djamil Padang, yaitu:
1. Kepuasan Pasien
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada beberapa pasien dan keluarga
pasien pada tanggal 3-4 Agustus 2015 didapatkan keluhan berupa dalam melaksanakan asuhan
keperawatan diruangan lima dari tujuh orang keluarga pasien mengeluhkan perawat kurang
ramah ketika berbicara dengan keluarga pasien, keluarga mengatakan perawat tidak tersenyum
dan kurang memperhatikan keluhan yang dirasakan oleh pasien. Keluarga pasien mengatakan
saat

ada keluhan

perawat tidak cepat tanggap dalam melaksanakan asuhan keperawatan

sehingga keluarga menunggu dan berulang-ulang menemui perawat untuk keluhan yang
dirasakannya. Terkadang disaat pasien mengeluhkan tentang sesuatu perawat tidak memberikan
respon yang baik.
Identifikasi masalah : Kurangnya kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan yang
diberikan oleh tenaga keperawatan.
2. Penerapan 6 sasaran keselamatan pasien
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus memperhatikan standar
keselamatan pasien. Dalam hal ini kelompok melakukan survei terhadap 4 sasaran, empat
sasaran ini dipilih langsung karena merupakan item yang ada diruangan bangsal, dan perawat
terlibat langsung di dalamnya empat sasaran tersebut adalah: Ketepatan identifikasi pasien,

peningkatan komunikasi yang efektif, pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan,
pengurangan resiko jatuh.
a. Ketepatan identifikasi pasien
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 3-4 Agustus 2015
diketahui perawat sudah melakukan identifikasi pasien seperti saat penerimaan pasien
baru, saat melakukan tindakan invasif atau tindakan non invasif, 2 dari 5 orang
perawat tidak mengidentifikasi pasien yang sesuai dengan SPO seperti perawat tidak
menyuruh pasien untuk menyebutkan nama pasien dan nama ibu kandung pasien saat
akan melakukan tindakan, seperti injeksi obat, memasang infus dan memberikan
transfusi darah. perawat tidak mencek ulang pasien melalui gelang yang dipakai
klien. Lima dari perawat melakukan identifikasi terhadap pasien pada hampir setiap
tindakan medis namun identifikasi yang dilakukan kebanyakan sebatas nama pasien.
Identifikasi masalah: Belum efektifnya penerapan identifikasi pasien yang
sesuai dengan SPO.
b. Peningkatan komunikasi yang efektif
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 3-4 Agustus 2015
didapatkan 4 orang perawat pelaksana yang diobservasi belum maksimal dalam
memberikan komunikasi yang efektif terhadap sesama petugas kesehatan dimana
masih ada perintah-perintah atau informasi-informasi tertulis atau lisan yang tidak
disampaikan dengan tepat dan jelas

seperti pada saat overan, perawat tidak

menggunakan teknik komunikasi sesuai dengan metode SBAR. Pada saat overan
dinas malam ke pagi empat orang perawat hanya menyebutkan nama, rencana tindak
lanjut, tidak menyebutkan diagnosa keperawatan kecuali diagnosa pada pasien baru
Identifikasi masalah : Penerapan komunikasi yang efektif belum terlaksana
sesuai dengan SPO.
c. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 3-4 agustus 2015 diketahui bahwa
pelaksanaan pengurangan resiko infeksi belum terlaksana dengan baik. Dimana 4
dari 5 perawat tidak melakukan cuci tangan pada 5 moment yang diwajibkan untuk
cuci tangan, tidak semua petugas membuang sampah benda tajam pada tempatnya,

dan penggunaan APD dilakukan pada tindakan di pagi hari seperti

mengganti

laken, injeksi obat, melakukan tindakan lima program ruangan.


Identifikasi masalah : Belum diterapkannya teknik pengurangan resiko infeksi
terkait pelayanan kesehatan yang sesuai dengan SPO.
d. Pengurangan resiko jatuh
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 3-5 Agustus 2015 diketahui bahwa
pelaksanaan pengurangan resiko jatuh belum terlaksana dengan baik. Salah satunya
Pasien yang memakai gelang kuning tidak menggunakan tempat tidur yang ada pagar
pengaman. Tidak ada pengkajian awal pada pasien baru masuk. Sebagian besar
perawat menetapkan klien beresiko jatuh atau tidak hanya dengan melihat kondisi
pasien.
Identifikasi masalah : Belum diterapkannya pengidentifikasian pasien dengan
resiko jatuh
B. Daftar Masalah
1. Belum efektifnya penerapan identifikasi pasien yang sesuai dengan SPO.
2. Penerapan komunikasi yang efektif belum terlaksana sesuai dengan SPO.
3. Belum diterapkannya teknik pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan SPO.
4. Belum diterapkannya pengidentifikasian pasien dengan resiko jatuh
5. Kurangnya kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan yang diberikan oleh tenaga
keperawatan.
C. Validasi Data

Pasien dan

Karu

Ka. SPF

Studi

Ket

Keluarga

identifikasi pasien
Peningkatan

PP

Ketepatan

Sumber Data
Katim

Dokumen

Daftar Masalah

Observasi

Kuesioner

No

Wawancara

Instrumen Pengkajian

V
V

komunikasi yang
3

efektif
Pengendaliaan

resiko infeksi
Pengurangan

resiko jatuh pasien


Kepuasan
pelayanan
terhadap

pelanggan
D. Hasil Validasi Data
1. Kuesioner Kepuasan Pasien
a. Data demografi Pasien/Keluarga
Diagram 1.
Distribusi Frekuensi Usia Pasien di IRNA Pria Penyakit Dalam
RSUP Dr. M.Djamil Padang

11,4%

88,6%
Diagram1. menunjukkan dari 70 orang pasien 88,6% pasien yang dirawat berjenis
kelamin laki-laki, sedangkan 11,4% pasien berjenis kelamin perempuan.
Diagram 2.
Distribusi frekuensi usia pasien yang dirawat di IRNA Pria
RSUP DR.M.Djamil Padang

18,66%

14,3%

67,1%

Diagram 2. menunjukkan dari 70 orang pasien lebih dari separuh (67,1%) pasien yang
dirawat di Irna Pria Penyakit Dalam berada pada rentang usia 36-60 tahun, 18,66% berada pada
rentang usia >61 tahun dan 14,3% pasien berada pada usia 19-35 tahun.
Diagram 3.
Distribusi frekuensi pendidikan pasien yang dirawat di IRNA Pria
RSUP DR.M.Djamil Padang

8,6%
2,9% 57,1%
31,4%
Diagram 4. menunjukkan dari
70 orang pasie,

lebih dari separuh nya (57,1%)

memiliki

pendidikan

berpendidikan

SMA, 8,6% berpendidikan SMP

dan 2,9% berpendidikan perguruan tinggi.


Diagram 4.
Distribusi frekuensi lama rawatan Pasien di IRNA Pria
RSUP DR.M.Djamil Padang

SD,

31,4%

8,6%
44,3%

47,1%

Diagram 4.
separuh
12

hari,

8,6%

Menunjukkan

hampir

(47,1%)

pasien sudah dirawat 4-

44,3%

dirawat 13-21 hari dan

diantarany

sudah

dirawat

22-30

hari.
Diagram 5.
Distribusi Tingkat Ketergantungan Pasien di IRNA Pria
RSUP DR.M.Djamil Padang

10%

22,9%

67,1%
Diagram 5. Menunjukkan lebih dari separuh (67,1%) pasien memiliki tingkat
ketergantungan partial care, 22,9% pasien memiliki tingkat ketergantungan minimal care dan
10% dari 70 orang pasien memiliki tingkat ketergantungan total care.

BAB III

IMPLEMENTASI
Berdasarkan hasil validasi data yang dilaksanakan oleh kelompok C di Ruang Rawat Non
Bedah Penyakit Dalam Pria RSUP Dr M Djamil Padang tanggal 6 Agustus 2015, ditemukan 5
masalah yaitu belum efektifnya penerapan identifikasi pasien yang sesuai dengan SPO,
penerapan komunikasi yang terapeutik belum terlaksana sesuai dengan SPO, belum
diterapkannya teknik pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
SPO, belum diterapkannya pengidentifikasian pasien dengan resiko jatuh dan ketidakpuasan
pasien beserta keluarga terhadap pelayanan yang diberikan oleh tenaga keperawatan. Setelah
dilakukan Loka karya Mini I pada tanggal 10 Agustus 2015 disepakati penetapan standar
komunikasi terapeutik untuk meningkatkan kepuasan pasien dan sahabat patient safety yang
sesuai dengan SOP untuk mengoptimalkan penerapan 6 sasaran keselamatan pasien.
Berdasarkan kesepakatan bersama antara mahasiswa, pembimbing, dan perawat di
ruangan, solusi yang diambil untuk mengatasi masalah penetapan standar komunikasi dan
sahabat patient safety yang belum optimal dengan cara sosialisasi, demonstrasi, redemonstrasi
dan evaluasi yang dilakukan oleh mahasiswa kepada perawat. Implementasi untuk mengatasi
masalah ini dilakukan pada tanggal 14-15 Agustus 2015 dan evaluasi tanggal 15 18 Agustus
2015.
A. Penetapan Standar Komunikasi
1

Persiapan
Persiapan untuk penetapan standar komunikasi direncanakan tanggal 13 15 Agustus

2015, berdasarkan kesepakatan yang didapatkan pada Lokmin I, maka implementasi


dilaksanakan pada tanggal 1415 Agustus 2015 sosialisasi dilakukan saat pre-conference dengan
menggunakan

buku

panduan

komunikasi

terapeutik.

Kemudian

dilanjutkan

dengan

mendemonstrasikan penetapan standar komunikasi.


Setelah dilakukannya sosialisasi dan demonstrasi maka dilakukan redemonstrasi yang
dipraktekkan langsung ke pasien atau keluarga pada saat menerima pasien baru, setelah
melakukan tindakan, saat menanggapi keluhan pasien jika melakukan tindakan untuk pasien lain,
saat akan memakai alat yang digunakan pasien untuk pasien lainnya, saat overan pasien, saat ada
pengunjung, saat pasien menunggu rencana tindakan medis yang tertunda, saat dokter belum

visite dan saat pasien mau pindah atau hendak pulang. Pada tahap persiapan ini masing-masing
mahasiswa bertanggung jawab atas perawat diruangan untuk mensosialisasikannya.
2

Proses
Sebelum implementasi dimulai mahasiswa terlebih dahulu mengucapkan salam,

memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan dari implementasi dan melakukan kontrak kepada
perawat. Sosialisasi pertama dilakukan pada saat overan pada tanggal 13 Agustus 2015 dan
dilakukan role play oleh mahasiswa dengan perawat ruangan. Sosialisasi selanjutnya dilakukan
kepada masing-masing perawat sesuai dengan penanggung jawab dari mahasiswa. Saat
melakukan sosialisasi, masing-masing mahasiswa melaksanakan demonstrasi secara langsung
dan langsung di redemonstrasikan oleh perawat ruangan langsung ke pasien atau keluarga pasien.
Diharapkan 80 % perawat mengikuti sosialisasi penerapan komunikasi sesuai dengan standar
komunikasi dan 80 % perawat menerapkan komunikasi efektif sesuai dengan standar
komunikasi.
3

Tahap Evaluasi
Pada tahap evaluasi, diharapkan terlaksananya sosialisasi komunikasi terapeutik sesuai

dengan standar dan mahasiswa dapat

menilai penerapan standar komunikasi dari perawat

ruangan. Diharapkan perawat IRNA Non Bedah Penyakit Dalam Pria RSUP Dr M Djamil
Padang dapat menerapkan komunikasi terapeutik sesuai dengan standar. Sebagian besar perawat
sudah berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini dan cukup antusias dalam pelaksanaannya.
Berdasarkan hasil evaluasi penerapan standar komunikasi dapat dilihat penerapan standar
komunikasi yang dilakukan perawat diharapkan dapat meningkatkan kepuasan pasien terhadap
pelayanan yang diberikan oleh perawat.

B. Sahabat Patient Safety


1

Persiapan
Untuk persiapannya dibutuhkan pembagian tugas sahabat patient safety. Sahabat patient

safety adalah program yang dilakukan untuk mengoptimalkan penerapannya diruangan


khususnya hand hygiene. Program ini dilakukan dengan pembagian petugas yang terkait menjadi

kelompok-kelompok kecil yang bertugas untuk mengamati dan memperbaiki tindakan-tindakan


dalam pelaksanaan patient safety. Tindakan ini diutamakan pada 5 momen cuci tangan yang
pertama yaitu melakukan hand hygiene sebelum kontak dengan pasien dalam meningkatkan
pencegahan resiko infeksi.
Sahabat tim patient safety dibentuk berdasarkan kelompok yang sudah ada, setiap
kelompok terdiri dari 5 orang. Dalam kelompok kecil masing-masing anggota bertugas untuk;
(1) mengingatkan sesama anggota jika belum melakukan hand hygiene sebelum kontak dengan
pasien atau 5 momen lainnya. (2) memberikan reward dengan pujian jika anggota lainnya telah
melakukan hand hygiene yang bertugas pada satu shift untuk mengawasi petugas dengan shift
yang sama kelompok sahabat patient safety.
Peran mahasiswa manajemen dalam tahap persiapan ini adalah berperan serta dalam
pelaksanaan hand hygiene, mengingatkan perawat ruangan untuk selalu melakukan hand hygiene
sebelum dan sesudah melakukan tindakan ke pasien.
2

Proses
Pelaksanaaan implementasi dilakukan pada tanggal 1415 Agustus 2015 dengan sasaran

tenaga keperawatan, Cleaning Service dan Pos di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam Pria di
RSUP Dr M. Djamil Padang. Pelaksanaan implementasi dilakukan dengan sosialisasi,
demonstrasi dan evaluasi dari sahabat patient safety. Dalam pelaksanaan ini menggunakan buku
panduan yang menjadi pedoman bagi masing-masing peserta. Acara ini dipimpin oleh mahasiswa
manajemen dengan menjelaskan tujuan dan perjanjian dengan tim. Masing-masing tim
diharapkan melaksanakan tugas sesuai dengan tim sahabat patient safety.
Tahap pelaksanaan dari tim sahabat patient safety adalah mengingatkan teman sejawat
dalam mencuci tangan sesuai dengan 5 momen hand hygiene, memberi apresiasi kepada
teman sejawat yang melakukan cuci tangan sesuai dengan 5 momen hand hygiene tanpa
diingatkan terlebih dahulu.
3

Tahap Evaluasi
Pada tahap evaluasi diharapkan terlaksananya tim sahabat patient safety sesuai dengan

tujuan. Didapatkan laporan bahwasanya tim sahabat patient safety sudah sesuai dengan rencana
dan peserta sudah berada sesuai dengan settingan dan perencanaan. Dari patient safety
diharapkan dapat mengingatkan antar sesama anggota tim sahabat patient safety dari tenaga
keperawatan, cleaning service dan Pos di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam Pria RSUP Dr M
Djamil Padang.

BAB IV
EVALUASI
A. Data Demografi Klien
1. Jenis Kelamin
Diagram I
Distribusi Jenis Kelamin Pasien di Ruang Interne Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang
2015

2. Usia Pasien
Diagram II
Distribusi Usia Pasien di Ruang Interne Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang 2015

3. Pendidikan Terakhir
Diagram III
Distribusi pendidikan terakhir Pasien di Ruang Interne Pria RSUP Dr. M. Djamil
Padang 2015

4. Lama Rawatan
Diagram IV
Distribusi Lama Rawat Pasien di Ruang Interne Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang
2015

5. Lama Rawatan
Diagram IV
Distribusi Lama Rawat Pasien di Ruang Interne Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang
2015

BAB V
REKOMENDASI
Tanggal 18 Agustus 2015 telah disebarkan kuesioner, observasi dan wawancara kepada
perawat di Ruang Irna Pria RSUP Dr.M.Djamil Padang. Kuesioner dan lembar observasi
membahas tentang penerapan komunikasi terapeutik dan sahabat pasient safety.
Setelah dilakukan Lokakarya Mini I, disepakati bahwa perlunya pengoptimalan tentang
pelaksanaan tindakan keperawatan dalam penerapan komunikasi terapeutik dan sahabat pasient
safety di Ruang Irna Pria RSUP Dr.M.Djamil Padang.
Setelah dilakukan implementasi berupa sosialisasi, demonstarasi, redemonstrasi dan role
play mengenai standar komunikasi terapeutik dan sahabat pasient safety, didapatkan hasil bahwa
perawat ruangan dapat menerapkan dan bersedia untuk mengoptimalkan pelaksanaan
komunikasi terapeutik dan sahabat pasient safety di Ruang Irna Pria RSUP Dr.M.Djamil Padang.
A. Standar Komunikasi Terapeutik

Hasil identifikasi, didapatkan jumlah perawat yang aktif di Ruang Irna Pria RSUP
Dr.M.Djamil Padang adalah 20 orang, dan ditetapkan target 12 orang tenaga keperawatan
irna penyakit dalam RSUP Dr.M.Djamil Padang berdasarkan jumlah perawat yang dinas satu
hari selama 3 shift.
Dari hasil implementasi di ruangan, telah dibuat SOP komunikasi terapeutik dan
kemudian disosialisasikan. Kegiatan sosialisasi kepada perawat ruangan berupa pembagian
booklet dan peragaan role play ketika preconfrence dan setiap perawat akan memberikan
asuhan keperawatan, terakhir dilakukan evaluasi dari penerapan standar komunikasi
terapeutik.
Hasil winshield survey, dilakukan melalui wawancara yang dilakukan kepada beberapa
pasien dan keluarga pasien dan didapatkan hasil kurangnya kepuasan pasien (41%) terhadap
pelayanan yang diberikan oleh tenaga keperawatan. Dari hasil winshield survey tersebut
didapatkan masalah tentang belum optimalnya penerapkan komunikasi yang terapeutik.
Sedangkan pada hasil evaluasi setelah dilakukan implementasi didapat peningkatan kepuasan
pasien sebanyak 68% terhadap pelayanan yang diberikan oleh tenaga keperawatan terutama
dalam penerapkan komunikasi yang terapeutik.
Dari hasil perbandingan pre dan post implementasi didapatkan data perubahan yang
signifikan pada pelaksanaan komunikasi terapeutik. Akan tetapi hal ini masih kurang dari
standar yang diharapkan Rumah Sakit yaitu 80%. Dari hasil ini diharapkan agar perawat di
ruangan lebih mengoptimalkan lagi pelayanan kepada pasien seperti, penerapan standar
komunikasi terapeutik, melakukan hand hygine dengan benar.
B. Sahabat Pasient Safety
Berdasarkan hasil windshield survey mengenai enam sasaran pasien keselamatan
Pasient Safety didapatkan hasil belum optimalnya penerapan sasaran pasien keselamatan
Pasient Safety.
Implementasi dari enam sasaran pasien keselamatan Pasient Safety dibentukalah
kelompok sahabat patient safety yang merupakan program yang dilakukan untuk
mengoptimalkan penerapan patient safety di ruangan khususnya hand hygene. Program ini
dilakukan dengan membagi petugas terkait menjadi kelompok-kelompok kecil yang bertugas
untuk mengamati dan memperbaiki tindakan-tindakan dalam pelaksanaan patient safety.

Tindakan tersebut diutamakan pada 5 momen cuci tangan dalam meningkatkan pencegahan
resiko infeksi.
Perilaku yang diharapkan dari anggota: Mampu mengingatkan sesama anggota jika
belum melakukan hand hygiene sebelum kontak dengan pasien atau 5 momen lainnya,
memberikan reward dengan pujian jika anggota lainnya telah melakukan hand hygiene yang
bertugas pada satu shift untuk mengawasi petugas dengan shift yang sama Kelompok sahabat
patient safety.
Hasil implementasi didapatkan,
Jadi diharapkan kepada Ruang Rawat Irna Penyakit Dalam RSUP Dr. M Djamil
Padang untuk melanjutkan program yang sudah dijalankan secara berkelanjutan, sehingga
perawat di ruangan dapat memaksimalkan sasaran 6 enam keselamatan Pasient Safety.

Anda mungkin juga menyukai