Anda di halaman 1dari 2

PERSOALAN YANG BERKAITAN DENGAN TEORI

DALAM PENELITIAN KULAITATIF:


Generalisasi, Kausalitas Dan Emik-Etik
A. Generalisasi
Alkisah, misalkan, suatu hari kita bertemu dengan orang Batak, orang itu (kita sebut
saja Batak1) berperangai temperamental dan tidak santun (kasar). Hari berikutnya kita
bertemu dengan orang Batak lagi (Batak 2), lagi-lagi Batak 2 itu berperangai sama
dengan Batak 1. Biasanya tidak harus mencapai sepuluh kejadian yang sama dengan
perilaku orang Batak yang sama pula, kita akan dengan mudah mengambil kesimpulan
peng-umum-an(generalisasi atau lebih tepatnya over generalization) bahwa semua
orang Batak itu sama, yaitu bersifat temperamental dan tidak sopan.
Secara sederhana, konsep generalisasi dapat digambarkan seperti kisah diatas,
walaupun mungkin terlalu simplistic, tetapi kami harap tidak bersifat reduksionistik
karena toh paradigma kita sekarang bukan positivistic. Konsep generalisasi memang
seperti kita ketahui berurat-akar dalam tradisi positivistic Newtonian, yang memang
cocok untuk penelitian di bidang ilmu-ilmu pasti (ya.. relatif pastilah). Dimanapun dan
kapan pun di muka bumi ini, semua benda kalau jatuh pasti ke bawah dan bergerak
dengan aturan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB). Itu memang berlaku bagi dunia
benda (konkret), tapi bagaimana dengan perilaku manusia?. Coba perhatikan bagaimana
perbedaan orang Jepang dengan orang Sunda dalam hal penghormatan terhadap orang
lain atau perbedaan mahasiswa Indonesia dan mahasiswa Amerika ketika berhadapan
dengan dosen mereka. Ini jelas bahwa untuk ilmu-ilmu kemanusiaan, konsep
generalisasi tidaklah cocok, karena dipandang dari sudut pandang kemanusiaan konsep
ini memiliki beberapa kelemahan (Moleong, 2004: 48-49), diantaranya ialah:
- Bergantung pada determinisme
Menurut paham determinisme, perilaku-perilaku manusia itu di “kungkung”
oleh mekanisme dan aturan yang ketat (rigorous law) layaknya sebuah mesin (robot).
- Bergantung pada asumsi bebas dari waktu dan konteks
Asumsi ini menggambarkan manusia sebagai realitas tunggal yang terbebas dari
pengaruh factor waktu dan konteks (ruang). Manusia Tunggal, Nyata, terfragmentaris
(terpecah-pecah).
- Bersifat Reduksionistik
Untuk memudahkan proses generalisasi, reduksi memang dipandang sebagai
suatu keharusan, karena toh kalau semua kasus atau fenomena diteliti itu namanya
bukan generalisasi. Dalam proses pen-generalisasi-an, hanya beberapa kasus atau
fenomena yang akan dijadikan sampel yang dianggap representatif bagi suatu populasi.
Transferability sebagai Alternatif bagi Generalisasi
Paradigma Kualitatif cocoknya menggunakan istilah transferability (bukannya
generalizability), yakni sejauh mana temuan (atau kebenaran) dari suatu penelitian pada
setting (latar) tertentu dapat ditransfer ke setting lain, sehingga secara teoritis bakal
diperoleh kesimpulan (kebenaran) serupa yang muncul di mana-mana. Inilah yang pada
akhirnya ada kebenaran kualitatif kolektif yang mungkin terjadi setelah dilakukan
sejumlah penelitian dalam waktu yang relatif lama.(Alwasilah, 2003:137-138). Untuk
masalah alternatif ini ada juga yang menggunakan istilah generalisasi alamiah. Kriteria
untuk melakukan proses tranfer ini ialah adanya kesamaan (similarity) dan kecocokan
(fittingness) antara konteks pengirim dan penerima.(Moleong, 2004:50).
B. Kausalitas (sebab-akibat)
Mari kita bayangkan sebuah meja biliar, lalu kita sodok sebuah bola, apa yang terjadi
kemudian kita sudah bisa menebaknya. Kita pasti sepakat bahwa sebab dari bergeraknya
bola tadi adalah sodokan tongkat pemukul yang kita gerakkan, jelasnya sebab: sodokan
tongkat pemukul; akibat: bergeraknya bola.
Contoh diatas hanya berlaku bagi dunia kebendaan, lalu bagaimana halnya
dengan dunia manusia. Coba kita pikirkan tentang etika tangan kanan, apa yang
menyebabkannya?. Tentu untuk pelbagai perilaku manusia, kita tidak bisa dengan jelas
menarik batas antara sebab dan akibat.
C. Persoalan Emik-Etik
Emik: cara peneliti memahami menurut sudut pandang responden (verstehen). Das ding
an sich (dunia sebagaimana apa adanya).
Etik: cara peneliti memahami menurut sudut pandang peneliti itu sendiri (erklaren). Das
ding fur unsh (dunia sebagaimana kita melihatnya).

Kelompok VI:
1. Eli
2. Heni H. (2014244 )
3. Imelsa Siti N. (2014244 )
4. O. Rahmat H. (2014244 )
5. Nur Ahmad R. (201424476)

Anda mungkin juga menyukai