KABUPATEN BIREUEN
NOMOR
TAHUN
2011
TENTANG
RETRIBUSI PELAYANAN PASAR
BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM
DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
BUPATI BIREUEN,
Menimbang
a.
bahwa
Retribusi
Daerah
merupakan
salah
satu
dari
sektor
Pelayanan
Pasar
dalam
Kabupaten
Bireuen
Pelayanan Pasar.
yang
mengatur
tentang
Retribusi
2
Mengingat :
2. Undang-Undang
Penyelenggaraan
Nomor
44
Keistimewaan
Tahun
1999
tentang
Daerah
Istimewa
Aceh
Nomor
48
Tahun
1999
tentang
Nomor
10
Tahun
2004
tentang
Republik
Indonesia
Tahun
2004
Nomor
53,
Nomor
Keuangan
33
Antara
Tahun
2004
Pemerintah
tentang
Pusat
dan
3
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);
7. Undang-Undang
Nomor
11
Tahun
2006
tentang
2006
Nomor
62,
Tambahan
Lembaran
Negara
4
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
Daerah
Kabupaten
yang
selanjutnya
disebut
Kabupaten
adalah
Penyelenggaraan
urusan
Daerah
Kabupaten
yang
selanjutnya
disebut
Daerah
sebagai
pembayaran
atas
jasa
atau
5
Koperasi, Yayasan atau Organisasi yang sejenis, Lembaga,
Dana Pensiun, Bentuk Usaha Tetap serta Badan Usaha lainnya.
8. Retribusi
Jasa
Umum
adalah
Retribusi
atau
jasa
yang
adalah
bangunan
tetap
didalam
lingkungan
pasar
atas
penyediaan
fasilitas
pasar
batas
waktu
bagi
Wajib
Retribusi
untuk
6
Retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran retribusi
yang
terutang
menurut
Peraturan
Perundang-undangan
Retribusi Daerah.
16.Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar,yang selanjutnya
disingkat SKRDLB adalah Surat Keputusan yang menentukan
jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit
retribusi lebih besar daripada retribusi yang terhutang atau
tidak seharusnya terhutang.
17.Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat
STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau
sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.
18.Surat Keputusan Keberatan adalah Surat Keputusan atas
keberatan terhadap SKRD, SKRDKBT, SKRDLB atau terhadap
pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan
oleh Wajib Retribusi.
19.Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari,
mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan
lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan
kewajiban Retribusi Daerah berdasarkan Peraturan PerundangUndangan Retribusi Daerah.
BAB II
NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI
Pasal 2
7
Dengan nama Retribusi Pelayanan Pasar dipungut Retribusi
sebagai pembayaran atas pelayanan penyediaan fasilitas pasar.
Pasal 3
(1) Objek Retribusi pelayanan pasar adalah peyediaan fasilitas
pasar tradisional/sederhana berupa pelataran, los dan atau kios
yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten yang disediakan
untuk pedagang.
(2) Tidak termasuk Objek Retribusi adalah pelayanan fasilitas
pasar yang dikelola oleh BUMN, BUMD dan Pihak Swasta.
Pasal 4
Subjek Retribusi Pelayanan Pasar adalah orang pribadi atau Badan
yang menggunakan pelayanan penyediaan fasilitas pasar.
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 5
Retribusi Pelayanan Pasar digolongkan sebagai Retribusi Jasa
Umum.
BAB IV
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 6
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan luas, jenis tempat
dan klasifikasi pasar yang digunakan.
BAB V
8
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN
Pasal 7
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya
tarif
retribusi
dimaksudkan
untuk
menutup
biaya
kemampuan
masyarakat,
dan
aspek
keadilan.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya
penyusutan, biaya bunga pinjaman, biaya operasional dan
biaya pemeliharaan, biaya kebersihan dan biaya keamanan.
BAB VI
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF
Pasal 8
(1) Struktur tarif digolongkan berdasarkan jenis fasilitas yang
terdiri atas pelataran, los dan atau kios, luas, lokasi pasar dan
jangka waktu pemakaian.
(2) Lokasi pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan
untuk menentukan klasifikasi atau tipe pasar.
9
LOKASI
JENIS BANGUNAN
SATUAN
TARIF
Pasar Kelas I
a. Los
Kecamatan :
b.
a. Kota Juang
c. Pelataran :
b.
Kios
Meja
Rp.
3.000 / hari
Unit
Rp.
3.000 / hari
Lapak
Rp.
1.000 / hari
Gerobak / Tenda
Rp.
2.000 / hari
Gerobak / Tenda
Rp.
3.000 / hari
Lapak
Rp.
2.000 / hari
Lapak
Rp.
3.000
Lapak
hari
Lapak
Rp.
15.000
Peusangan
tanpa fasilitas.
2. Berjualan makanan/minuman
dan Buah-buahan pada
Gerobak/tenda.
3. Berjualan makanan/minuman
pada gerobak /tenda Pada
Malam Hari.
4. Berjualan Pakaian / Aksesoris /
Pulsa.
5. Berjualan Daging :
-
Harian
Rp.
3.000 / hari
Kg
Rp.
20.
6. Pasar Ayam
Kg
Kg
d.
hari
Hari Meugang
Kg
Rp.
10.
Kacang
Kg
Rp.
5.
Rp.
5.
Rp.
5.
Rp.
3.000 / hari
Sayur-sayuran
Kentang
Buah-buahan
Pasar musiman / Temporer
Lapak
10
11
Pasar
Kelas
a. Los
II
b.
Selain
c. Pelataran :
Kecamatan
pada Kelas I
Kios
Meja
Rp.
Unit
hari
Rp.
2.000
2.000
1.000
2.000
3.000
2.000
3.000
hari
Lapak
2. Berjualan makanan/minuman
dan Buah-buahan pada
Gerobak / Tenda
Gerobak/tenda.
3. Berjualan makanan/minuman
hari
Gerobak / Tenda
Rp.
Rp.
Lapak
hari
Lapak
Rp.
Lapak
hari
Harian
Lapak
Hari Meugang
Rp.
8. Pasar Ayam
hari
Kg
Kg
Rp.
Kg
hari
Kg
Rp.
Kacang
Kg
hari
Sayur-sayuran
Kentang
Buah-buahan
Rp.
Lapak
15.000/
3.000
hari
Rp.
20.
Kabupaten
Rp.
10.
Rp.
5.
Rp.
5.
Rp.
5.
Rp.
hari
3.000
12
BAB VII
WILAYAH
PEM
BAB VII
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 9
Retribusi yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat
penyediaan pelayanan fasilitas pasar diberikan.
BAB VIII
MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 10
Masa Retribusi adalah jangka waktu yang lamanya harian menurut
jenisnya.
Pasal 11
Saat Retribusi terutang adalah pada saat ditetapkan SKRD atau
dokumen lain yang dipersamakan.
BAB IX
TATA CARA PEMUNGUTAN
Pasal 12
(1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan.
(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen
lain yang dipersamakan.
13
cara
pelaksanaan
pemungutan
rertribusi
ditetapkan
14
(4) Keadaan diluar kekuasaannya
(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak
tanggal Surat Keberatan diterima harus memberi keputusan
atas keberatan yang diajukan dengan menerbitkan Surat
Keputusan Keberatan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk
memberikan kepastian hukum bagi Wajib Retribusi, bahwa
keberatan yang diajukan harus diberi keputusan oleh Bupati.
(3) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima
seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya
Retribusi yang terutang;
(4) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
telah lewat dan Bupati tidak memberi suatu keputusan,
keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.
Pasal 16
(1) Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya,
kelebihan
pembayaran
Retribusi
dikembalikan
dengan
15
(1) Atas kelebihan pembayaran Retribusi, Wajib Retribusi dapat
mengajukan permohonan pengembalian pada Bupati.
(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak
diterima
permohonan
kelebihan
pembayaran
retribusi
kelebihan retribusi.
(7) Tata
cara
pengembalian
kelebihan
pembayaran
retribusi
16
kelebihan
retribusi
dilakukan
dengan
(2) Pengurangan,
sebagaimana
keringanan
dimaksud
dan
pada
ayat
pembebasan
(1)
diberikan
retribusi
dengan
BAB XIV
KADALUWARSA PENAGIHAN
Pasal 21
17
(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi menjadi kedaluwarsa
setelah melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat
terutangnya retribusi, kecuali jika Wajib Retribusi melakukan
tindak pidana dibidang retribusi.
(2) Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tertangguh jika :
a. diterbitkan Surat Teguran; atau
b. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi baik
langsung maupun tidak langsung.
(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak
tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut.
(4) Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Retribusi dengan
kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang Retribusi
dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.
(5) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan
permohonan
angsuran
atau
penundaan
pembayaran
dan
melakukan
penagihan
sudah
kedaluwarsa
dapat
dihapuskan.
(2) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi
yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Tata
cara
penghapusan
Piutang
Retribusi
BAB XV
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 23
yang
sudah
18
Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya
atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 2% (dua) persen setiap bulan dari retribusi yang
terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan
STRD.
BAB XVI
PENYIDIKAN
Pasal 24
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah
Kabupaten diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk
melakukan penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pejabat
Pegawai
Negeri
Sipil
tertentu
di
Lingkungan
Pemerintah
buku-buku,
catatan-catatan
dan
dokumen-
19
e. Melakukan pengeledahan untuk mendapatkan bahan bukti
pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta
melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut;
f.
seseorang
meninggalkan
Memanggil
orang
untuk
didengar
keterangannya
dan
Menghentikan penyidikan;
tindak
pidana
dibidang
Retribusi
Daerah
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1),
Retribusi
sehingga
yang
merugikan
tidak
melaksanakan
keuangan
Daerah
kewajibannya
diancam
pidana
yang
dimaksud
BAB XVIII
pada
ayat
(1)
adalah
20
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 26
Dengan berlakunya Qanun ini, maka Qanun Kabupaten Bireuen
Nomor 46 Tahun 2002 tentang Retribusi Pasar dicabut dan semua
Peraturan yang bertentangan dengan Qanun ini dinyatakan tidak
berlaku lagi.
Pasal 27
Hal-hal yang belum diatur dalam Qanun ini, sepanjang mengenai
ketentuan pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Bupati.
Pasal 28
Qanun ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Qanun ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Kabupaten Bireuen.
Disahkan di Bireuen
pada tanggal 29 Desember
2011
BUPATI BIREUEN,
Diundangkan di Bireuen
pada tanggal 30 Desember 2011
SEKRETARIS DAERAH,
Ir. RAZUARDI, MT
Pembina Utama Muda
Nip. 19611209 199003 1 001
21
PENJELASAN
ATAS
QANUN
KABUPATEN BIREUEN
NOMOR
TAHUN
2011
TENTANG
RETRIBUSI PELAYANAN PASAR
I. UMUM :
Bahwa dengan ditetapkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka untuk mewujudkan Otonomi
Daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada Daerah diberikan
kewenangan dan kemandirian untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri termasuk dalam hal penggalian sumber Pendapatan Asli
Daerah.
Bahwa sehubungan hal tersebut, maka untuk kelancaran penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan yang berdaya guna dan berhasil guna
serta untuk adanya ketertiban dalam pasar, dipandang perlu menetapkan
Retribusi Pelayanan Pasar.
Bahwa untuk adanya kepastian hukum dalam pemungutan Retribusi
Pelayanan Pasar, perlu diatur dalam suatu Qanun.
22
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
23
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas
Pasal 27
24
Cukup jelas
Pasal 28
Cukup jelas